• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Informan (Inform Concent) PERSEPSI LELAKI SEKS LELAKI (LSL) TENTANG HIV/AIDS DAN

VCT DALAM PENINGKATAN DEMAND PADA PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KLINIK IMS DAN

VCT PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN Dengan hormat,

Saya merupakan salah seorang mahasiswa Program Studi S-1 Reguler Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam peningkatan demand pada pelayanan

Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas

Teladan Kota Medan. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan saudara untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi informan atau menolak tanpa ada sanksi apapun.

Dan mohon menandatangani form ini jika saudara/i bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Nama (Samaran) : ... (Informan No. ...) Usia : ... Tahun

Saya menyatakan bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian yang dilaksanakan oleh saudara : Muhammad Fahmi, NIM :121000015.

Kerahasiaan informasi dan identitas saudara dijamin oleh peneliti dan tidak akan disebarluaskan baik melalui media massa atau pun elektronik. Terima kasih atas bantuan dan partisipasi saudara berikan. Salam sehat untuk anda.

Medan, ... 2016

(2)

LAMPIRAN 2. PEDOMAN WAWANCARA

PERSEPSI LELAKI SEKS LELAKI (LSL) TENTANG HIV/AIDS DAN VCT DALAM PENINGKATAN DEMAND PADA PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KLINIK IMS DAN

VCT PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN

Bagian I. Identitas Informan No. ...

1. Umur : ... Tahun

2. Pendidikan Terakhir : ... 3. Status Perkawinan : Kawin / Belum Kawin (Lingkari)

4. Pekerjaan : ...

5. Asal Daerah Kecamatan : Medan ... 6. Tanggal Wawancara : ...

5. Tanda Tangan : ... Bagian II. Daftar Pertanyaan

1. Persepsi tentang HIV/AIDS

A.Pertanyaan “Persepsi Kerentanan” :

1) Bagaimana pandangan saudara tentang HIV/AIDS? Probing: ciri khas yang melekat pada HIV/AIDS dari berbagai aspek bahaya/pengobatan. 2) Menurut pandangan saudara, bagaimana seseorang dapat terinfeksi

(3)

3) Menurut pandangan saudara, bagaimana konsekuensi yang terjadi jika seseorang menderita HIV/AIDS? Probing: keadaaan fisik dan psikis ODHA yang timbul.

B.Pertanyaan “PersepsiKeparahan” :

1) Menurut pandangan saudara, bagaimana kondisi kesehatan jika seseorang sudah dianggap sebagai tersangka HIV/AIDS?

2) Menurut pandangan saudara, apakah HIV/AIDS dapat disembuhkan?

Probing: jika ya, bagaimana? jika tidak, mengapa?

3) Menurut saudara, bagaimana cara efektif mencegah terjadinya keparahan penyakit HIV/AIDS? Probing: menjaga PHBS, pendampingan dan dukungan, rujukan tindak lanjut, pemberian ARV.

C.Pertanyaan “Persepsi Ancaman” :

1) Bagaimana pandangan saudara dampak seseorang jika menderita HIV/AIDS dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat? Probing: risiko dampak kesehatan, stigma dan diskriminasi yang diterima dari masyarakat.

(4)

2. Persepsi tentang VCT

A.Pertanyaan “Informasi” :

1) Apakah saudara pernah mendengar tentang klinik IMS dan VCT (khususnya Puskesmas Teladan)? Probing: menyebutkan apa

kepanjangannya, nama tempatnya dan dimana saja.

2) Jika pernah, saudara dapat informasinya dari siapa? Probing: teman, petugas kesehatan, LSM, media massa.

3) Bagaimana cara beliau (narasumber) menyampaikan informasinya kepada saudara? Probing: sikap penyampaian, informasi singkat/lengkap, menyebutkan tempat/lokasi.

4) Informasi apa saja yang beliau (narasumber) berikan kepada saudara terkait pelayanan VCT di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan?

Probing: sejauh apa informasi yang beliau (narasumber) berikan,

apakah saudara tahu tujuan beliau (narasumber) memberitahukan kepada saudara.

B.Pertanyaan “Pengetahuan” :

1) Apakah saudara mengetahui apa itu pelayanan VCT? Probing: manfaat, tujuan, kegunaan.

(5)

pengobatan bagi pasien terinfeksi, sarana pelayanan gratis) atau tidak penting (alasannya sarana formalitas belaka saja yang tidak memberikan solusi pengguna jasa/pasien).

C.Pertanyaan “Penilaian” :

1) Apakah saudara setuju tentang keberadaan atau letak Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan? Probing: setuju/tidak setuju, alasannya...

2) Apakah saudara mendapat manfaat atau kenyamanan setelah melakukan pemeriksaan dan pelayanan VCT di klinik tersebut, mengapa? Probing: apakah ada perasaan cemas/khawatir tentang kerahasiaan data, merasa lebih baik/sehat, apakah melaksanakan saran yang diberikan.

D.Pertanyaan “Pengalaman” :

1) Berapa kali saudara datang/berkunjung melakukan permintaan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, mengapa? Probing: untuk apa, apa dorongan/motivasi saudara, pelayanan apa saja yang disediakan, apakah sulit prosedurnya atau bagaimana, dan pembiayaan dalam pelayanan. 2) Menurut saudara, bagaimana pelayanan yang diberikan oleh petugas

(6)

3) Apakah saudara memiliki saran untuk penyediaan pelayanan VCT di klinik tersebut? Probing: saran sikap petugas, informasi yang diperlukan, konseling, kerahasiaan, sarana dan pengawasan yang bagaimana diinginkan.

E.Pertanyaan “Kepercayaan” :

1) Mengapa saudara yakin dan mau melakukan VCT di Puskesmas Teladan? Probing: keunggulan pelayanan/fasilitas/kenyamanan yang dimiliki, kemampuan petugas dalam penanganan, apa yang membedakan dengan tempat lainnya.

2) apakah saudara merasa butuh terhadap pelayanan VCT di Puskesmas Teladan, alasannya? Probing: hanya sekedar untuk tahu atau ikut-ikutan saja, apakah saudara ada niat yang kuat dari dalam diri untuk pergi ke klinik tersebut untuk mengetahui status kesehatan, atau ada desakan dari pihak luar.

F.Pertanyaan “Teman Seprofesi” :

Pernahkan saudara mendengar tentang VCT dari teman seprofesi Anda ?

Probing: Seberapa yakin saudara dengan informasi yang beliau berikan,

mengapa saudara bersikap demikian?

G.Pertanyaan “Media Massa” :

(7)

LAMPIRAN 3. HASIL WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)

PERSEPSI LELAKI SEKS LELAKI (LSL) TENTANG HIV/AIDS DAN VCT DALAM PENINGKATAN DEMAND PADA PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KLINIK

IMS DAN VCT PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN

1. Persepsi Informan tentang HIV/AIDS

1.1 Persepsi Kerentanan Informan tentang HIV/AIDS

Matriks 1. Pernyataan Informan untuk Dapat Tertular HIV/AIDS

Informan Pernyataan

1 “Ku rasa yang bisa terserang HIV/AIDS karena sering berhubungan seks yang tidak aman.”

2 “Orang yang bisa kena... saya kurang tau. Tapi saya dengar-dengar dari media massa dan dengar dari orang, ya itu berhubungan seks secara bebas. Mungkin dari makanan orang pengidap HIV. Hanya itu yang bisa menularkan ke orang lain.”

3 “Ya betul sih aku beresiko... Pastilah semua PMS lah yang paling sering, itu karena sering gonta ganti pasangan. Kalo aku gak karena kan setia, hehehe... Paling pake kondomlah dek. Tapi nggak tahu juga pasanganku setia apa nggak. Hehehe... HIV/AIDS sekarang itu lebih parah WPS menurut ku. Kalo LSL atau gay, nggak juga.”

4 “HIV bakalan tidak menunjukkan gejala apapun bagi orang yang HIV positif. Kelihatannya seperti orang biasa, susah dilihat secara fisik. Mungkin tidak nampak diawal. Kan ada beberapa fase. Ada masa dimana fase HIV yang tidak bergejala 1-10 tahun. Baru lah selanjutnya masa HIV bergejala. Ini bisa aja ia tularkan dan mudah terserang ke orang lain secara tiba-tiba dan tidak diketahui olehnya.” 5 “Sebelumnya aku gatau kalau LSL itu beresiko HIV tapi lama

kelamaan aku tau karena kawan-kawan ku penah cerita masalah ini, zaman kan juga udah canggih kak aku cari infonya di internetlah. Aku nanggapinya biasa aja. LSL biasanya kena IMS ku tengok.” 6 “Penyakit yang sangat menular dan berbahaya jika tertular dengan

(8)

1.2 Persepsi Informan tentang Keparahan HIV/AIDS

Matriks 2. Pernyataan Informan Mengenai Konsekuensi/Risiko yang akan Terjadi dan Tingkat Kesembuhan jika Informan Menderita HIV/AIDS

Informan Pernyataan

1 “Apalah... bahaya. Resikonya mati. Ku dengar-dengar tidak bisa disembuhkan, cuma virusnya ditidurkan bisa. Nampaknya penderita kurang sehat lah, lesu.”

2 “Yang jelasnya berbahaya karena dia satu... belum ada obatnya, mungkin yang ada pun sekarang ini seperti apa... untuk menjaga daya tahan tubuh aja, tidak menghabiskan seluruh penyakitnya.”

3 “HIV itu penyakit yang memang berbahaya karna sampai sekarang pun tidak ada menyembuhkannya. Yang ada hanya untuk menahan tumbuhnya bakteri itu. Kalo orang uda terkena positif HIV tentu sangat mempengaruhi kesehatan, psikologis juga mempengaruhi atau terganggu karna mungkin ya orang yang terkena HIV/AIDS jadi bahan pikiran bagi dia. Apalagi pada fase kritis, dia terlihat melemah, penyakit-penyakit lain datang dan mudah masuk karna antibodi itu sudah diserang ama virus HIV tadi. Nah, apabila ketika seseorang sudah mengetahui HIV positif dan pada saat itu dia tidak berobat dalam artian mencegah virusnya itu maka lama kelamaan ditambah lagi dia seks bebas dan tetap mengulangi tidak menggunakan pengaman, maka lama kelamaan virus tersebut akan menggerogoti tubuh. Jadi sehingga virus akan semakin banyak datang, penyakit-penyakit yang lain pun akan mudah datang sehingga menyebabkan mungkin dari fisik menurun berat badan, lemah, atau bahkan terbaringlah di tempat tidur.”

4 “HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh pada manusia. Bakal tidak menunjukkan gejala apapun bagi orang yang HIV positif. Kelihatannya seperti orang biasa. Mungkin tidak nampak diawal. Kan ada beberapa fase. Ada masa dimana fase HIV yang tidak bergejala 1-10 tahun. Baru lah selanjutnya masa HIV bergejala. HIV juga bisa terhubung dengan penyakit lain.”

5 “Buruk.! Dapat membuat kita, kondisi badan melemah, berat badan berkurang, dan menyebabkan kematian.”

(9)

1.3 Persepsi Informan tentang Ancaman HIV/AIDS

Matriks 3. Pernyataan Informan yang Dapat Mengancam Dirinya dalam Kehidupan Bekeluarga dan Bermasyarakat dari Adanya Penularan HIV/AIDS

Informan Pernyataan

1 “Tidak dapat disembuhkan. Jelek. Dampaknya negatif. Kasihan lah. Apalagi bagi mereka yang tidak tahu apa-apa menjadi terkena. Takut juga aku dinyatakan HIV positif. Nanti kepikiran pula”

2 “Ya jelas ya terkucilkanlah... Kalau di luar ya, masyarakat mendiskriminasi. Saya belum berani, belum bisa, lah, belum siap ungkapkan ke keluarga jika hasilnya positif. Sudah pasti diskriminasilah secara umum. Jadi beban pikiran. Ngeri juga yah.” 3 “Khususnya Indonesia itu kan memegang adat timur. Jadi

kebanyakan orang tidak mengerti ketika seseorang terkena HIV/AIDS itu penyakit hina, penyakit kutukan, penyakit akibat suka berhubungan seks yang bebas. Eh sebenarnya, tak ada orang yang mau terkena penyakit ini. Jadi dampaknya ya bagi mereka yang tidak mengerti lagi mengenai mengenai permasalahan (bisa tertular HIV) pasti akan menjauhi penderita. Dalam artian takut tertular. Padahal HIV/AIDS itu tidak sembarangan juga nularkan kepada seseorang. Kita makan satu wadah dengan orang yang HIV tidak akan tertular. Penularan kan melalui darah, air mani, ASI. Ketika kita mandi bareng dengan orang yang HIV tidak akan menularkan tapi karna mereka yang tidak tahu maka mereka takut tertular. Keluarga yang tidak memahami juga mungkin akan diusir atau dicampakkan. Ketika orang yang mengerti, ia akan berikan support, mendukung karna tidak semua yang HIV itu dikarenakan mereka yang seksnya bebas (pelacur). Bagaimana perempuan yang menyusui ketika kena anaknya, apakah anaknya yang masih bayi pelacur? Kan enggak. Tapi kenapa mereka terkena? Kan bukan perbuatannya juga. Mungkin dari suami, ke perempuan/istri, kena ke anak. Jadi tidak semua penyakit HIV itu dikarenakan berhubungan bebas.”

4 “HIV untuk saat ini tidak dapat disembuhkan. Secara psikis mentalnya akan down. Kok bisa sih aku seperti ini! aku kena! Padahal dia nggak ingat siapa dia dulu (perilakunya). Kalau dalam bermasyarakat sih biasanya tidak terlalu ini... karna masyarakat bakal tidak tahu dia positif HIV atau tidak. Tetapi dalam keluarga kita harus memberitahukan kalau kita positif HIV. Bagaimana pun pasti nanti ada dampak kalau kita tidak kasi tahu ke keluarga. Apalagi seorang istri sama saja menzholimin nggak kita kasi tahu.”

5 “Tidak bisa disembuhkan. Dia merasa drop, cemas dengan penyakitnya itu. Kalau keluarga saya akan malu, mungkin keluarga tahu setelah berikutnya (lama) tahu sendiri. Takut juga ya misalkan aku dinyatakan HIV positif. Kehilangan pelanggan, hehe...”

(10)

katanya tidak bisa untuk mengobati, untuk mengapakan virus itu menetralisirnya ada namanya ARV. Kalau sama keluarga diberitahu akan ada stigma HIV itu kan uda kotor banget. Takut juga ya kalo positif HIV. Beban mental juga.”

2. Persepsi Informan tentang VCT 2.1 Faktor Internal

2.1.1 Informasi

Matriks 4. Pernyataan Informan tentang Pernah Mendengar Informasi Pelayanan VCT Puskesmas Teladan, Mengetahui Kepanjangan VCT, Cara Penyampaian Informasi oleh Narasumber kepada Informan

Informan Pernyataan

1 “Dari kawan ku. Dia sering kesini juga, dia ada kerja gitu disini. Cuma disini aja yang tahu. Panjangan VCT kurang tahu. Informasinya bagus, serius. Dia bilang kek gitu alamat lengkapnya.” 2 “Informasinya dari bang ardi (aktivis GSM). Saya baru ini berobat.

Kepanjangan VCT saya tidak tahu. Yang tahu cuma disini kliniknya. Dia tidak menyampaikan tapi melalui BBM. Dia menyampaikan bahwa dia kerja dengan komunitas orang peduli HIV, jadi saya tertarik. Kata beliau untuk peduli dengan kesehatan kita, kita harus mengurangi seks bebas dan pakai kondom.”

3 “Teman sekomunitas. Kurang tahu kepanjangannya. Klinik VCT yang saya tahu di petisah, veteran, dan di rumah sakit. Nah, kebetulan karena kami teman dekat, penyampaian itu tidak sulit. Disamping kesadaran saya juga terkadang kan penyampaian yang sulit itu tergantung orang yang mau kita menyampaikannya. Terkadang kita pun disampaikan tapi kesadaran kita tidak ada, tetap saja kita tidak akan bisa sharing, tidak terlalu formal.”

(11)

aku. Informasi jelas. Lebih apanya lagi kami pernah dapat pelatihan dari GSM terutama, ya udah lebih jelas sendiri. Jadinya informasi-informasi yang aku dapatkan lagi pun sudah tahu.”

5 “Saya dulu di veteran. Saya kenal bang Hadis. Dia anggota GSM. Jadi abang itu mengasi kami seminar di hotel pada tahun 2014. Dari situ saya tahu Puskesmas Teladan. Akses lebih dekat dari rumah saya. Saya di amplas. VCT nggak tau kepanjangannya. Saya cuma tahu ada tiga klinik VCT: di Teladan, Veteran, dan Petisah (Bestari).”

6 Dari anggota GSM secara individual. Setiap yang tahu beritahu sama yang lain. Informasi jelas. Media sosial tidak ada. VCT itu nggak tahu apa panjangannya. Saya tahu VCT di Padang Bulan, Veteran, dan Petisah. Lebih dekat dari tempat tinggal. Ngapain jauh-jauh.”

2.1.2 Pengetahuan

Matriks 5. Pernyataan Informan Mengenai Pengetahuan tentang Manfaat dan Alasan Kepentingan Informan akan Adanya Pelayanan VCT Puskesmas Teladan

Informan Pernyataan

1 “Menyembuhkan dan mengobati penyakit kelamin. Penting. Alasannya kita kena sakit kelamin kan ada penanggulangannya.” 2 “Kita kan kadang-kadang HIV bukan saja berhubungan seks. Bisa

juga tertular dari makanan orang lain ataupun apa, makanya kan kadang-kadang untuk periksa. Penting kali lah. Untuk pencegahan diri sendiri, pengetahuan tentang kesehatan mengenai HIV dan penyakit IMS lainnya.”

3 “Sangat penting. Kalau tidak ada klinik ini misalnya kan bisa saja saya ke klinik lain tetapi kan seseorang itu perlu kenyamanan. Ketika nyaman saya disini kenapa saya harus ke tempat lain!. Saya pernah juga periksa di Veteran dan Petisah tapi saya lebih seringnya periksa disini. Bukan berarti tidak ke klinik lain.”

4 “Manfaatnya tentu sangat banyak ya, terutama untuk mencegah HIV, IMS, mengobati juga dalam pengambilan ARV. Sangat penting karna banyak orang masalah kendala biaya ya misalnya, cek ke konseling untuk kesehatan. Mencegah supaya tidak tertular atau terkena.”

(12)

2.1.3 Penilaian

Matriks 6. Penilaian Informan tentang Keberadaan dan Manfaat yang Didapatkan Setelah Menggunakan Pelayanan VCT Puskesmas Teladan

Informan Pernyataan

1 “Setuju-setuju yang penting pelayanannya bagus. Setelah melakukan pemeriksaan, kita tahu kecemasan dari penyakit kita.”

2 “Saya setuju aja walaupun jauh dari rumah. Seharusnya setiap kecamatan ada klinik seperti ini. Maksudnya ini tidak setuju kalau cuma disini aja. Kan untuk kepentingan orang banyak!. Setelah melakukan pemeriksaan, kita jadi tahu la pencegahan kesehatan dari kita. Hanya menambah wawasan saja jadinya. Sosialisasi pencegahan harus diutamakan.”

3 “Saya setuju-setuju saja. Tidak munafik selain gratis, ya juga fasilitasnya lengkap. Dokter yang menangani juga ramah LGBT. Mereka mengerti. Kita yang periksa nyaman.”

4 “Sangat setuju. Dekat dari rumah, klinik yang pertama kali aku kenal itu, yang merasa aku nyaman itu disini. Pernah juga aku ke klinik lain. Manfaat yang aku rasakan lebih menjaga diri kita! Kadang kan dari hasil itu mereka ada terselip apanya juga kan. Uda dikasi tau arahan kamu lebih apalagi pakai kondomnya.”

5 “Saya setuju aja. Saya lebih sehat, rasa khawatir berkurang.”

6 “Aku setuju aja sih. Ada temanku dia betul-betul privasi, gak mau ke puskesmas, katanya dia ada dokter pribadi gitu dia. Ya udalah mau bilang gimana!.”

2.1.4 Pengalaman

Matriks 7. Pernyataan Informan Mengenai Kunjungan yang Pernah Dilakukan, Kepuasan Prosedur Pelayanan, Beserta Saran dalam Pelayanan VCT Puskesmas Teladan

Informan Pernyataan

1 “Saya sudah lebih kurang dua kali. Tidak sulit prosedurnya. Sikap mereka bagus, ramah, kek mana dokter melayanilah! Diberi motivasi, diberi kesempatan bertanya. Baguslah pokoknya, nggak ada buruknya. Sarannya lebih bagus lagi.”

2 “Baru sekali ini saya datang. Waktu luang gak ada. Kan saya kerja juga. Prosedurnya biasa la nggak ribet. Pelayanannya bagus, ramah, gratis. Cara penyampaian atau penyuluhan dokter tadi bagus. Saran perubahan perilaku sih belum ada, belum ada diberikan kesempatan untuk bertanya. Sarana kan masih lengkap. Pengetesan HIV dan pengobatan lengkap.”

(13)

bagus, fasilitasnya lengkap, dokter yang menangani juga ramah. Mereka mengerti. Kita yang periksa nyaman. Tapi pernah juga pengalaman saya datang kesana sudah agak sore dan petugas perawatnya suruh saya datang lagi besok. Kecewa juga sih. Tapi emang salah ku juga ya. Hehehe...”

4 “Kalau dihitung itu baru empat kali. Rentangnya enam bulan sekali saya datang. Tidak begitu periksa karna merasa baik-baik saja. Intinya pakai pengaman kan... Dokternya sendiri aku kenal semua. Mereka lebih welcome bersahabat. Semuanya ramah. Mereka selalu menekankan saran. Sebenarnya gini, sistem konseling HIV ini mereka tidak bakal menanyakan apapun sesuai yang ditanyakan aja. Tetapi disini kejujuran kita sendiri. Sarannya buat orang laboratorium aja. Untuk hari sabtu itu selalu tidak ada.”

5 “Kalau sempat saya berkunjung tiga bulan sekali. Tidak rumit prosedurnya. Pelayanannya baik, bagus, ramah, diberi kesempatan bertanya, keluhan saya dijawab oleh dokter, tetapi saran untuk perubahan perilaku tidak ada. Menjadilah yang lebih baik lagi kepada pasien.”

6 “Saya tiga bulan sekali wajib periksa. Waktu pun ada. Baik, orangnya ramah-ramah, ada diberi semangat perubahan perilaku. Banyak diberi kesempatan untuk bertanya. Kalau bisa pun ditambah lagi petugasnya. Kan kadang sering seminar, aku nunggu lama jadinya, bosan. Kadang dokter gak ada. Kalau mau berobat harus telepon dulu.”

2.1.5 Kepercayaan

Matriks 8. Pernyataan Informan tentang Keyakinan dan Kebutuhan akan Pelayanan VCT Puskesmas Teladan

Informan Pernyataan

1 “Aku cuma disini aja yang tahu pelayanan VCT. Kawan aku yang informasinya kemari saja. Ngapain kemana-mana lagi, katanya. Aku pun ikut-ikut aja. Ada niat untuk mengetahui kecemasan tadi la makanya aku kesini.”

2 “Yang tahu cuma disini kliniknya. Secara pribadi saya sangat butuh walaupun rumah saya jauh jaraknya dan ini sebenarnya pun dibutuhkan masyarakat. Kan kadang-kadang masyarakat gak tahu ada klinik ini, sosialisasinya itu kurang.”

3 “Kesadaran saya juga untuk periksa IMS, tapi waktu ini kadang nggak sempat, aku kerja. Aku lebih memilih praktek dokter swasta. Tapi kalo periksa HIV, saya tidak mau, saya kan nggak beresiko HIV.”

(14)

disini. Dimana kita pertama kali tinggal datang ke situ la. Ya aku kan aktivis juga di LSM, jadi lebih sharing ke mereka. Gimana sih pemeriksaannya, seperti apa sih mereka. Keyakinan itu dari dalam diri sendiri. Kalau kita tidak yakin di tempat itu ngapain kita lakukan!”

5 “Saya dulu di veteran. Dari seminar anggota LSM itu saya tahu Puskesmas Teladan. Akses lebih dekat dari rumah saya. Saya tidak tertarik untuk pelayanan VCTnya karna saya nggak beresiko terkena HIV. Saya kena IMS sekarang. Saya harus menjaga kesehatan saya, makanya berobat kemari. Kalau VCT masih ragu untuk datang. Malas lah.”

6 “Saya lebih dekat dari tempat tinggal puskesmas ini. Ngapain jauh -jauh. Niatnya ada nggak bakteri, bersih nggak. Kadang kan mau juga bakteri bukan karna virus saja. Paling IMS sering periksa. HIV kan nggak terlalu.”

2.2 Faktor Eksternal 2.2.1 Teman Seprofesi

Matriks 9. Pernyataan Informan atas Dukungan Teman Seprofesi dalam Permintaan Pelayanan VCT Puskesmas Teladan

Informan Pernyataan

1 “Dari kawan ku. Dia sering kesini juga, dia ada kerja gitu disini. Dia bilang serius gitu alamat lengkapnya. Kawan aku yang informasinya kemari saja. Ngapain kemana-mana lagi. Dukungannya paling nyuruh akunya periksa gitu.”

2 “Informasinya dari bang ardi (aktivis GSM). Dia sering juga dukung kami beri pesan kesehatan gitu.”

3 “Teman sekomunitas. Nah, kebetulan karena kami teman dekat, makanya aku mau. Dia termasuk orang yang menyadarkan saya. Terkadang kita pun disampaikan tapi kesadaran kita tidak ada, tetap saja kita tidak akan bisa sharing ke teman lainnya.”

4 “Sebelumnya kan memang aku, informasinya yang sudah aku dapat sendiri dari teman LSM, Ya aku lebih sharing ke mereka. Gimana sih pemeriksaannya, seperti apa sih mereka.”

5 “Saya kenal bang Hadis. Dia anggota GSM. Jadi abang itu mengasi kami seminar di hotel pada tahun 2014. Dari situ saya tahu.”

(15)

2.2.2 Media Massa

Matriks 10. Pernyataan Informan atas Dukungan Media Massa dalam Permintaan Pelayanan VCT Puskesmas Teladan

Informan Pernyataan

1 “Media massa tidak ada.”

2 “Ada. Tapi informasi pencegahan kesehatan dengan memakai kondom. Bukan mengenai VCT.”

3 “Nggak ada.”

4 “Tidak pernah dicantumkan klinik HIV segala macam tetapi dia lebih pencegahan dalam arti berikan slogan-slogan hindari HIV.”

(16)
(17)
(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Rajagrafindo Persada.

Ardiana. 2012. Gambaran Perilaku Komunitas GWL (Gay, Waria, Dan Lelaki Seks Lelaki) Terhadap Pemeriksaan Diri ke Pelayanan Kesehatan Khusus IMS dan HIV/AIDS di Kota Medan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina PuteraAksara.

Bukit, D.S.P. 2010. Persepsi Pekerja Seks Komersial Terhadap Pemanfaatan Klinik IMS dan VCT Di Klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Demartoto, Argyo. 2010. Mengerti, Memahami, dan Menerima Fenomena Homoseksual. (http://argyo.staff.uns.ac.idfiles201008seksualitas-undip.pdf) Diakses Tanggal 20 Januari 2016.

Depkes RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1507/MENKES/SK/X/2005 Tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Dinas Kesehatan Kota Medan. 2014. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2013. Medan

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Medan

Dirjen PP dan PL. 2014. Laporan Situasi Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

. 2014. Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

. 2014. Estimasi Jumlah Populasi Kunci Terdampak HIV Tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

(20)

Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Fauriza, T.C.M.I. 2014. Analisis Persepsi Penyakit dan Nilai Syariat Islami Terhadap Minat Memanfaatkan Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Kota Langsa. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ilmiyah, Surotul. 2014. Gambaran Perencanaan Pemasaran Sosial Program Voluntary Counselling and Testing (VCT) HIV/AIDS di Puskesmas Ciputat Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,Jakarta. (http://repository.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 28 April 2015.

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Nasional Tes dan Konseling HIV/AIDS. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. (http://depkes.go.id). Diakses 15 April 2015.

Khairurrahmi. 2009. Pengaruh Faktor Predisposisi, Dukungan Keluarga, dan Level Penyakit Orang dengan HIV/AIDS terhadap Pemanfaatan VCT di Kota Medan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

KPA Sumut. 2007. Voluntary Counseling Test (VCT). Medan. (http://kpa-provsu.org/vct.php). Diakses tanggal 7 april 2015.

Lamptey, Peter R. 2004. HIV Voluntary Counseling and Testing: A Reference Guide for Counselors and Trainers. Arlington, USA: Family Health International Institute for HIV/AIDS.

Landi, Aldo; dan Bokhari, Asma. 2001. HIV Voluntary Counselling and Testing (VCT) Guidelines for Pakistan. Pakistan: National AIDS Control Programme (NACP) dan UNAIDS Pakistan.

Puskesmas Teladan. 2014. Laporan Bulanan Konseling dan Testing Sukarela (KTS/VTC) Puskesmas Teladan Kota Medan, dari Januari sampai Desember Tahun 2014. Medan: Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan.

(21)

Maryani, Yulia. 2014. Determinan Penyakit Sifilis pada Kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL) di Klinik Infeksi Menular Seksual-Voluntary Counseling and Testing (IMS-VCT) Veteran Kota Medan. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mujiati; Sugiharti; dan Isakh, Bryan Mario. 2013. Gambaran Pelaksanaan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan Sarana Prasarana Klinik VCT di Kota Bandung Tahun 2013. Bandung: Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI.

Murtiastutik, Dwi. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press.

NASCOP (National AIDS and STD Control Programme). 2008. National Guidelines for HIV Testing and Counselling in Kenya. Nairobi: Ministry of Public Health and Sanitation, Kenya

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam; dan Kurniawati, N.D. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV

(http://www.hukor.depkes.go.id). Diakses tanggal 6 Mei 2015.

Prihastuti, Wati. 2015. Persepsi Wanita Pekerja Seks tentang HIV/AIDS dan VCT (Voluntary Counseling and Testing) dengan Pemanfaatan VCT di Klinik Intan Kota Cirebon. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(22)

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 1 Edisi Kedelapan Versi Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.

Susanti, R. P. 2014. Perilaku Penggunaan Kondom pada Komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) di Medan 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tjiptoherijanto, Prijono; dan Soesetyo, Budhi. 2008. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tobing, K.U.L. 2014. Pengaruh Faktor Konsumen dan Faktor Penyedia Jasa Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Ulang Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) di RSUP H.Adam Malik Medan. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Trimurthy, Iga. 2008. Analisis Hubungan Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan dengan Minat Pemanfaatan Ulang Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Pandanaran Kota Semarang. Tesis. Program PascaSarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Trisnantoro, Laksono. 2009. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. UNAIDS. 2002. HIV Voluntary Counselling and Testing: a gateway to

prevention and care. Geneva: The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS).

. 2014. Global Summary of the AIDS Epidemic 2013. Geneva: World Health Organization (WHO).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Wahyuddin. 2010. Keputusan Waria Melakukan Tes HIV/AIDS Pasca

Konseling di Klinik Infeksi Menular Seksual dan Voluntary Counselling and Testing Veteran Medan Tahun 2009. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Yatim, Danny Irawan. 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam peningkatan demand pada pelayanan Voluntary

Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota

Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

(24)

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2015 sampai dengan Maret tahun 2016 (survei pendahuluan dan penelitian).

3.3 Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian ini yaitu Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang bertempat tinggal di wilayah Kota Medan, baik yang sudah melakukan

demand (permintaan) dalam memanfaatkan pelayanan VCT Puskesmas Teladan

Kota Medan ataupun belum pernah melakukan demand pelayanan VCT sama sekali.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik snowballing. Informan yang pertama yang diambil peneliti adalah seorang LSL (lelaki seks lelaki) yang sudah dikenalkan oleh petugas Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan pada saat mereka berkunjung ataupun usulan dari LSM terkait (Gerakan Sehat Masyarakat), kemudian dari informan ini peneliti meminta rekomendasi untuk diperkenalkan dengan seseorang atau anggota komunitas LSL lainnya. Untuk jumlah informan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan serta asas kecukupan informasi yang diinginkan (representatif).

(25)

Tabel 3.1 Distribusi Karakteristik Informan Penelitian

Berdasarkan tabel karakteristik informan di atas dapat digambarkan bahwa informan berusia produktif antara 24-31 tahun, latar belakang pendidikan yakni terakhir tamat SMA dan S-1, keseluruhan informan belum kawin, bertempat tinggal di wilayah Kota Medan dan Deli Serdang, dan informan mengakui bahwa mereka memulai kepribadian menjadi seorang LSL antara sejak semasa SMP sampai dewasa muda berumur 22 tahun.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan pendalaman pertanyaan (probing) kepada para informan dengan berpedoman pada panduan wawancara baku terbuka yang telah dipersiapkan. Data juga diperoleh dari observasi, berbagai catatan atau dokumentasi instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.

(26)

Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan atau LSM terkait. Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu tulis dan alat perekam suara (tape recorder).

3.5 Definisi Istilah

Untuk memudahkan penelitian, dapat dirumuskan definisi istilah sebagai berikut :

1. Persepsi HIV/AIDS adalah pandangan dan penilaian informan terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan HIV/AIDS yang dialami atau kecemasan dari adanya risiko terinfeksi HIV/AIDS, meliputi:

a. Persepsi Kerentanan ialah penafsiran informan mengenai faktor risiko yang harus dihindari informan dari rentan kejadian penularan HIV/AIDS.

b. Persepsi Keparahan ialah penafsiran informan mengenai tingkat keseriusan dampak terburuk dari HIV/AIDS.

c. Persepsi Ancaman ialah penafsiran informan mengenai faktor-faktor penyebab yang dapat mengancam diri informan dari penularan HIV/AIDS. 2. Persepsi VCT adalah pandangan dan penilaian informan terhadap menerima

keberadaan dan eksistensi pelayanan VCT di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan, meliputi:

1) Internal yaitu faktor melekat dari dalam diri informan yang mempersepsikan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, seperti:

(27)

b. Pengetahuan ialah hal yang diketahui informan tentang penyediaan pelayanan VCT di Puskesmas Teladan demi memenuhi kebutuhan dan permintaannya.

c. Penilaian ialah cara informan menilai tingkat kegunaan pelayanan VCT di Puskesmas Teladan sebagai kebutuhan akan kesehatan pribadi.

d. Pengalaman ialah sejauh mana informan mengalami secara langsung hal-hal yang dirasakan manfaat atas menggunakan pelayanan VCT Puskesmas Teladan.

e. Kepercayaan ialah cara informan memberikan keyakinan dan ketergantungan dalam penanganan HIV/AIDS sepenuhnya pada pelayanan VCT Puskesmas Teladan.

2) Eksternal yaitu faktor melekat dari luar diri informan yang memengaruhinya dalam pengambilan keputusan demand pelayanan VCT Puskesmas Teladan, seperti:

a. Teman Seprofesi ialah hubungan keakraban dan kedekatan antara seorang informan dengan satu komunitas informan yang dijadikan sumber pemberi informasi baginya dalam memenuhi demand pelayanan VCT Puskesmas Teladan.

b. Media Massa ialah perantara penyampaian informasi pelayanan VCT melalui media cetak dan elektronik yang memengaruhi perilaku informan terhadap demand pelayanan VCT Puskesmas Teladan.

(28)

HIV/AIDS yang diwujudkan melalui realisasi jumlah permintaan informan menggunakan pelayanan VCT di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan semakin meningkat dan datang memanfaatkan kembali pada tingkat kunjungan selanjutnya (kontinuitas).

3.6 Validasi Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang valid maka dilakukan triangulasi. Triangulasi dilakukan sebagai pengecekan keabsahan terhadap data dan informasi yang diperoleh dari informan. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber, yaitu mengecek dan membandingkan hasil data yang telah diperoleh dari sumber informan yang berbeda dan dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, serta disesuaikan dengan kebutuhan dalam masalah dan tujuan penelitian.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Proses pengumpulan data dengan cara seluruh informasi yang telah dikumpulkan disatukan dengan hasil rekaman dan catatan penulis. Kemudian dilakukan teknik analisa isi (content analysis) terhadap seluruh informasi dan data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan yang berkaitan dengan persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam peningkatan

demand pada pelayanan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan.

(29)
(30)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Teladan Kota Medan terletak di Jl. Sisingamangaraja Kecamatan Medan Kota dengan mempunyai luas wilayah kerja kurang lebih 229,1 Ha yang terdiri dari 5 kelurahan, yaitu : Kelurahan Mesjid, Kelurahan Teladan Barat, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Pusat Pasar, dan Kelurahan Pandahulu I.

Puskesmas Teladan berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Simpang Limun

Wilayah kerja Puskesmas Teladan memiliki jumlah penduduk sebanyak 37.554 orang yang terhimpun dalam 9.252 KK dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 18.490 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 19.064 orang. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian terdiri dari 6,7 % buruh, 21,6% pedagang, 16,8% wiraswasta, 10,8% PNS, dan 11,5% TNI-Polri.

Fasilitas gedung Puskesmas Teladan memiliki : Ruang Pendaftaran : 1 buah

Ruang Kepala Puskesmas : 1 buah Ruang Poli KIA : 1 buah Ruang Poli Refraksi/ILI : 1 buah Ruang Laboratorium : 1 buah

Ruang Administrasi Rujukan : 1 buah Ruang Tata Usaha : 1 buah

(31)

Ruang Rawat Inap : 1 buah Ruang Pojok ASI : 1 buah Ruang Fisioterapi : 1 buah Ruang Poli TB Paru : 1 buah Ruang Poli IMS : 1 buah

Ruang Petugas Jaga : 1 buah Gudang : 1 buah

Kamar Mandi : 4 buah Dapur : 1 buah

Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan didirikan pada bulan Juni tahun 2008. Sistem pendanaan klinik ditanggung oleh dana BOK, APBD, Global Fund, dan Dinkes Kota Medan. Klinik ini memberikan pelayanan kepada pasien dengan keluhan infeksi menular seksual (IMS), serta konseling dan tes HIV sukarela (KTS/VCT) bagi orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV/AIDS. Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan memiliki 6 petugas yang terdiri dari 2 orang dokter, 1 orang tenaga kesehatan masyarakat, 1 orang perawat, 1 orang petugas administrasi, 1 orang petugas analis laboratorium. Adapun struktur organisasi Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan seperti berikut ini:

(32)

Adapun alur pemeriksaan pasien Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan adalah seperti pada gambar sebagai berikut ini :

Gambar 4.2 Alur Pasien Klinik IMS dengan VCT dan Manajemen Kasus di Puskesmas Teladan Kota Medan

4.2 Persepsi tentang HIV/AIDS

Persepsi HIV/AIDS merupakan rangkaian hasil wawancara tentang pandangan dan penilaian informan terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan HIV/AIDS baik dialami ataupun anggapan apabila tertular HIV/AIDS, meliputi persepsi kerentanan, persepsi keparahan, dan persepsi ancaman HIV/AIDS.

Pendaftaran

Ambil Darah

Group Education

5-10 Orang Pemeriksaan

Konseling Pretest Konseling Pengobatan

Konseling Posttest

Manajemen Kasus

Hasil Negatif Hasil Positif

Intervensi Perubahan Perilaku

(MK & PO)

Layanan Kesehatan/Skrining

(33)

4.2.1 Persepsi Kerentanan tentang HIV/AIDS

Hasil wawancara mendalam tentang persepsi informan mengenai kerentanan terinfeksi HIV/AIDS dari perilaku seksual yang mereka lakukan, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Penyakit yang sangat menular dan berbahaya jika tertular dengan penderita HIV. Cara tertularnya bisa melalui seks bebas, tidak memakai alat kontrasepsi, alat jarum suntik secara bergantian. Orang-orang seperti itu keknya yang kena HIV.” (Informan 6)

Berdasarkan kutipan tersebut diperoleh informasi bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang rentan terkena pada orang yang terutama sering melakukan hubungan seks bebas, tidak memakai pengaman (kondom), dan bergantian alat jarum suntik. Sedangkan dua informan lainnya mengemukakan kerentanan HIV/AIDS sebagai berkut :

“Ya betul sih aku beresiko... Pastilah semua PMS lah yang paling sering, itu karena sering gonta ganti pasangan. Kalo aku gak karena kan setia, hehehe... Paling pake kondomlah dek. Tapi nggak tahu juga pasanganku setia apa nggak. Hehehe... HIV/AIDS sekarang itu lebih parah WPS menurut ku. Kalo LSL atau gay, nggak juga.” (Informan 3)

“Sebelumnya aku gatau kalau LSL itu beresiko HIV tapi lama

kelamaan aku tau karena kawan-kawan ku penah cerita masalah ini, zaman kan juga udah canggih kak aku cari infonya di internetlah. Aku nanggapinya biasa aja. LSL biasanya kena IMS

ku tengok.” (Informan 5)

(34)

pengaman (kondom), dan bergantian alat jarum suntik. Namun infoman memandang HIV/AIDS ini masih ada keraguan di dalam diri bahwasannya mereka merasakan kerentanan yang kecil untuk terinfeksi HIV/AIDS. Kesimpulan yang diperoleh bahwa persepsi informan tentang kerentanan penyakit ini masih belum baik.

4.2.2 Persepsi tentang Keparahan HIV/AIDS

Hasil wawancara mendalam tentang persepsi informan mengenai konsekuensi/risiko yang akan terjadi dan tingkat kesembuhan jika informan menderita HIV/AIDS, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Yang jelasnya berbahaya karena dia satu... belum ada obatnya,

mungkin yang ada pun sekarang ini seperti apa... untuk menjaga

daya tahan tubuh aja, tidak menghabiskan seluruh penyakitnya.”

(Informan 2)

Sedangkan menurut informan keempat dan keenam mengenai konsekuensi/risiko yang akan terjadi dan tingkat kesembuhan jika informan menderita HIV/AIDS, diperoleh informasi sebagai berikut :

“HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh pada manusia. Bakal tidak menunjukkan gejala apapun bagi orang yang HIV positif. Kelihatannya seperti orang biasa. Mungkin tidak nampak diawal. Kan ada beberapa fase. Ada masa dimana fase HIV yang tidak bergejala 1-10 tahun. Baru lah selanjutnya masa HIV bergejala. HIV juga bisa terhubung dengan penyakit lain.” (Informan 4)

“HIV tidak kelihatan secara kasat mata kecuali sudah pada

stadium 4 (sudah AIDS), dah tergeletak. Segeralah sebelum kena

dengan berobat!.” (Informan 6)

(35)

kesehatannya melemah, sering mudah masuknya penyakit lain ke dalam tubuh. Hanya ada dua (informan kesatu dan kelima) dari enam informan saja yang menyatakan HIV/AIDS menyebabkan kematian dan tidak bisa disembuhkan karena saat sekarang ini yang ada hanya untuk menjaga daya tahan tubuhnya atau virus HIVnya bisa dikendalikan. Kesimpulan yang diperoleh bahwa informan menafsirkan penyakit HIV/AIDS memiliki dampak yang parah terhadap kondisi kesehatan penderitanya. Sedikitnya informan menyatakan HIV/AIDS itu menyebabkan kematian dan tidak adanya kepastian sembuh dari penyakit ini menjadi faktor yang menimbulkan persepsi keparahan HIV/AIDS bagi informan tergolong belum baik.

4.2.3 Persepsi tentang Ancaman HIV/AIDS

Hasil wawancara mendalam tentang persepsi informan mengenai ancaman dirinya dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat dari adanya penularan HIV/AIDS, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Tidak bisa disembuhkan. Dia merasa drop, cemas dengan penyakitnya itu. Kalau keluarga saya akan malu, mungkin keluarga tahu setelah berikutnya (lama) tahu sendiri. Takut juga ya misalkan aku dinyatakan HIV positif. Kehilangan pelanggan,

hehe...” (Informan 5)

Sedangkan menurut informan ketiga mengenai ancaman dirinya dalam kehidupan bekeluarga dan bermasyarakat dari adanya penularan HIV/AIDS, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Khususnya Indonesia itu kan memegang adat timur. Jadi

(36)

tertular HIV) pasti akan menjauhi penderita. Dalam artian takut tertular. Padahal HIV/AIDS itu tidak sembarangan juga nularkan kepada seseorang. Kita makan satu wadah dengan orang yang HIV tidak akan tertular. Penularan kan melalui darah, air mani, ASI. Ketika kita mandi bareng dengan orang yang HIV tidak akan menularkan tapi karna mereka yang tidak tahu maka mereka takut tertular. Keluarga yang tidak memahami juga mungkin akan diusir atau dicampakkan. Ketika orang yang mengerti, ia akan berikan support, mendukung karna tidak semua yang HIV itu dikarenakan mereka yang seksnya bebas (pelacur).” (Informan 3)

Beberapa pernyataan informan diatas dapat ditarik hasil penelitian bahwa semua informan menyadari bahwa HIV/AIDS tak hanya memberikan dampak kesehatan tetapi juga dampak secara sosial bagi setiap penderita. Informan menyatakan kondisi seseorang apabila terinfeksi HIV akan memunculkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat yang jelek, buruk, hina dan dikucilkan. Keluarga penderita merasa malu lalu menjauhi, mengusir, mencampakkannya. Hal ini akibatnya penderita secara batin ada merasa cemas dan drop. Informan merasa takut dinyatakan hasil tes HIV positif. Kondisi ini dapat diperoleh informasi bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang memberikan ancaman terhadap keluarga dan masyarakat di sekitar penderita sehingga apapun caranya harus dilakukan agar bisa terhindar dari penyakit ini. Kesimpulan yang didapat dari informan bahwa HIV/AIDS dipersepsikan memiliki ancaman yang berdampak besar bagi keluarga dan masyarakat.

4.3 Persepsi tentang VCT

(37)

Puskesmas Teladan, meliputi faktor internal dan faktor eksternal dari diri masing-masing informan.

4.3.1 Faktor Internal

Faktor internal menjadi kumpulan faktor yang melekat dari dalam diri informan yang mempersepsikan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, meliputi variabel informasi, pengetahuan, penilaian, pengalaman, dan kepercayaan terhadap pelayanan VCT tersebut.

4.3.1.1 Informasi

Informasi membentuk suatu pesan dan keterangan yang informan dapatkan terkait keberadaan pelayanan VCT Puskesmas Teladan. Hasil wawancara mendalam tentang persepsi informan mengenai informasi pelayanan VCT Puskesmas Teladan, mengetahui kepanjangan VCT, cara penyampaian informasi oleh narasumber kepada informan, diperoleh pernyataan sebagai berikut :

“Informasinya dari bang ardi (aktivis GSM). Saya baru ini berobat. Kepanjangan VCT saya tidak tahu. Yang tahu cuma disini kliniknya. Dia tidak menyampaikan tapi melalui BBM. Dia menyampaikan bahwa dia kerja dengan komunitas orang peduli

HIV, jadi saya tertarik.” (Informan 2)

Kutipan diatas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa persepsi mereka mengenai informasi pelayanan VCT Puskesmas Teladan, diperoleh pernyataan sebagai berikut :

“Dari anggota GSM secara individual. Setiap yang tahu beritahu sama yang lain. Informasi jelas. Media sosial tidak ada. VCT itu nggak tahu apa panjangannya. Saya tahu VCT di Padang Bulan, Veteran, dan Petisah. Lebih dekat dari tempat tinggal. Ngapain jauh-jauh.” (Informan 6)

“Saya dulu di veteran. Saya kenal bang Hadis. Dia anggota GSM.

(38)

Dari situ saya tahu Puskesmas Teladan. Akses lebih dekat dari rumah saya. Saya di amplas. VCT nggak tau kepanjangannya. Saya cuma tahu ada tiga klinik VCT: di Teladan, Veteran, dan

Petisah (Bestari).” (Informan 5)

Beberapa pernyataan informan diatas dapat ditarik hasil penelitian bahwa informan menyatakan pernah mendengar informasi tentang Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan dari aktivis/anggota LSM yang bergerak dalam penanggulangan IMS dan HIV/AIDS pada kalangan LSL dan waria yang bernama Gerakan Sehat Masyarakat (GSM) serta mereka juga memperoleh informasi dari teman dekat sekomunitas. Satu dari enam informan mengetahui kepanjangan VCT, sisanya menyatakan tidak tahu apa kepanjangannya. Narasumber yang memberikan informasi pelayanan VCT kepada informan mudah dipahami karena rasa teman akrab sesama komunitas LSL dari GSM sehingga penyampaian mengenai hal itu tidak sulit, informasi yang diberikan bagus, jelas, tidak terlalu formal (sifatnya sharing). Namun satu informan menyatakan informasi yang diberikan melalui seminar sehingga sifatnya terlalu formal dalam penyampaian klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan.

4.3.1.2 Pengetahuan

(39)

“Menyembuhkan dan mengobati penyakit kelamin. Penting. Alasannya kita kena sakit kelamin kan ada penanggulangannya.”

(Informan 1)

“Bagus juga kalau orang gak ngerti apa... jadi tahu berobat sini.

Pernah kawan menderita kencing nanah, dia merasa malu. Ku bilang rahasia terjamin. Sangat penting. Yang sini banyak begitu (LSL dan seks bebas) hampir setiap anak kos-kosan begitu

semua.” (Informan 6)

Sedangkan menurut informan keempat mendukung pengetahuan tentang manfaat dan alasan kepentingan informan akan adanya pelayanan VCT Puskesmas Teladan, seperti yang dikemukakannya bahwa :

“Manfaatnya tentu sangat banyak ya, terutama untuk mencegah

HIV, IMS, mengobati juga dalam pengambilan ARV. Sangat penting karna banyak orang masalah kendala biaya ya misalnya, cek ke laboratorium lain kan mahal. Kalau disini gratis. Oh ya uda deket, LSL ini kan payah keluarkan uang berobat, yang gratis saja

susah, gimana lagi yang bayar.” (Informan 4)

Beberapa pernyataan informan diatas dapat ditarik hasil penelitian bahwa keseluruhan informan memiliki persepsi tersendiri mengenai pengetahuan tentang pelayanan VCT Puskesmas Teladan. Informan cenderung menyatakan manfaat Klinik IMS dan VCT bukan mengenai manfaat pelayanan VCT itu sendiri yaitu mengobati penyakit kelamin dan HIV, melakukan pencegahan diri sendiri, serta konseling kesehatan seputar IMS dan HIV/AIDS.

4.3.1.3 Penilaian

(40)

yang didapatkan setelah menggunakan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Sangat setuju. Dekat dari rumah, klinik yang pertama kali aku

kenal itu, yang merasa aku nyaman itu disini. Pernah juga aku ke

klinik lain....” (Informan 4)

Informan kedua mengutarakan penilaian keberadaan dan manfaat yang didapatkan setelah menggunakan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, seperti berikut ini :

“Saya setuju aja walaupun jauh dari rumah. Seharusnya setiap kecamatan ada klinik seperti ini. Maksudnya ini tidak setuju kalau cuma disini aja. Kan untuk kepentingan orang banyak!. Setelah melakukan pemeriksaan, kita jadi tahu la pencegahan kesehatan dari kita. Hanya menambah wawasan saja jadinya. Sosialisasi

pencegahan harus diutamakan.” (Informan 2)

Sedangkan menurut informan kesatu mengutarakan penilaian tentang keberadaan dan manfaat yang didapatkan setelah menggunakan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, seperti keterangan berikut ini :

“Setuju-setuju yang penting pelayanannya bagus. Setelah melakukan pemeriksaan, kita tahu kecemasan dari penyakit kita.” (Informan 1)

(41)

4.3.1.4 Pengalaman

Pengalaman memberikan arti sejauh mana informan mengalami secara langsung hal-hal yang dirasakan atas menggunakan pelayanan VCT Puskesmas Teladan. Hasil wawancara mendalam tentang bagaimana persepsi mereka mengenai pengalaman mendapatkan pelayanan VCT Puskesmas Teladan berdasarkan kunjungan yang pernah dilakukan informan, kepuasan prosedur pelayanan, beserta saran sebagai bahan masukan bagi pihak puskesmas diperoleh pernyataan sebagai berikut :

“Saya baru dua kali. Saya kan kerja juga dari pagi sampe sore.

Gak sempat datang ke klinik. Prosedurnya gak rumit la. Pelayanannya bagus, fasilitasnya lengkap, dokter yang menangani juga ramah. Mereka mengerti. Kita yang periksa nyaman. Tapi pernah juga pengalaman saya datang kesana sudah agak sore dan petugas perawatnya suruh saya datang lagi besok. Kecewa juga sih. Tapi emang salah ku juga ya. Hehehe...” (Informan 3)

“Baru sekali ini saya datang. Waktu luang gak ada. Kan saya

kerja juga. Prosedurnya biasa la nggak ribet. Pelayanannya bagus, ramah, gratis. Cara penyampaian atau penyuluhan dokter tadi bagus. Saran perubahan perilaku sih belum ada, belum ada diberikan kesempatan untuk bertanya. Sarana kan masih lengkap.

Pengetesan HIV dan pengobatan lengkap.” (Informan 2)

Sedangkan menurut informan keenam dan keempat mengungkapkan pengalamannya yang berbeda tentang pelayanan VCT Puskesmas Teladan, seperti berikut ini :

“Saya tiga bulan sekali wajib periksa. Waktu pun ada. Baik,

orangnya ramah-ramah, ada diberi semangat perubahan perilaku. Banyak diberi kesempatan untuk bertanya. Kalau bisa pun ditambah lagi petugasnya. Kan kadang sering seminar, aku nunggu lama jadinya, bosan. Kadang dokter gak ada. Kalau mau

berobat harus telepon dulu.” (Informan 6)

“Kalau dihitung itu baru empat kali. Rentangnya enam bulan

(42)

saja. Intinya pakai pengaman kan... Dokternya sendiri aku kenal semua. Mereka lebih welcome bersahabat. Semuanya ramah. Mereka selalu menekankan saran. Sebenarnya gini, sistem konseling HIV ini mereka tidak bakal menanyakan apapun sesuai yang ditanyakan aja. Tetapi disini kejujuran kita sendiri. Sarannya buat orang laboratorium aja. Untuk hari sabtu itu selalu tidak

ada.” (Informan 4)

Beberapa pernyataan informan diatas dapat ditarik hasil penelitian bahwa informan memiliki persepsi yang sama mengenai pengalaman tentang pelayanan VCT Puskesmas Teladan. Informan menyatakan sudah melakukan pemeriksaan selama dua kali serta ada jarak waktu tiga bulan sekali. Ada beberapa informan menyatakan kesediaan waktu yang tidak sempat untuk memeriksakan diri di puskesmas dikarenakan adanya aktivitas bekerja sehari-hari. Informan menyatakan bahwa prosedur dalam mendapatkan pelayanan VCT tidak sulit karena lansung naik ke lantai dua ruangan Klinik IMS dan VCT.

(43)

4.3.1.5 Kepercayaan

Kepercayaan memberikan arti bagaimana cara informan memberikan keyakinan dan ketergantungan dalam penanganan dan pencegahan HIV/AIDS sepenuhnya pada pelayanan VCT Puskesmas Teladan. Hasil wawancara mendalam tentang persepsi mereka mengenai keyakinan dan kebutuhan akan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Aku cuma disini aja yang tahu pelayanan VCT. Kawan aku yang informasinya kemari saja. Ngapain kemana-mana lagi, katanya. Aku pun ikut-ikut aja. Ada niat untuk mengetahui kecemasan tadi

la makanya aku kesini.” (Informan 1)

Sedangkan menurut tiga orang informan lainnya mengungkapkan kepercayaannya yang berbeda tentang pelayanan VCT Puskesmas Teladan, seperti berikut ini :

“Kesadaran saya juga untuk periksa IMS, tapi waktu ini kadang

nggak sempat, aku kerja. Aku lebih memilih praktek dokter swasta. Tapi kalo periksa HIV, saya tidak mau, saya kan nggak

beresiko HIV.” (Informan 3)

“Saya dulu di veteran. Dari seminar anggota LSM itu saya tahu

Puskesmas Teladan. Akses lebih dekat dari rumah saya. Saya tidak tertarik untuk pelayanan VCTnya karna saya nggak beresiko terkena HIV. Saya kena IMS sekarang. Saya harus menjaga kesehatan saya, makanya berobat kemari. Kalau VCT masih ragu

untuk datang. Malas lah.” (Informan 5)

Saya lebih dekat dari tempat tinggal puskesmas ini. Ngapain jauh-jauh. Niatnya ada nggak bakteri, bersih nggak. Kadang kan mau juga bakteri bukan karna virus saja. Paling IMS sering periksa.

HIV kan nggak terlalu.” (Informan 6)

(44)

memiliki keyakinan yang kuat untuk menggunakan pelayanan IMS dari pada pelayanan VCT Puskesmas Teladan. Saran dari teman sekomunitas LSM juga mempengaruhi informan untuk mau dan yakin menggunakan klinik di Puskesmas Teladan dikarenakan ketidaktahuan tempat Klinik IMS dan VCT lainnya.

4.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal menjadi kumpulan faktor yang melekat dari luar diri masing-masing informan seperti lingkungan yang mendukung dalam mempersepsikan pelayanan VCT Puskesmas Teladan atau bahkan tidak mendukung sama sekali, meliputi variabel dukungan teman seprofesi dan media massa terhadap pelayanan VCT.

4.3.2.1 Teman Seprofesi

Teman seprofesi memiliki hubungan kedekatan seorang informan dengan satu komunitas temannya yang dijadikan sumber pemberi informasi baginya dalam memenuhi pelayanan VCT. Hasil wawancara mendalam tentang persepsi informan mengenai dukungan teman seprofesi dalam permintaan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, diperoleh pernyataan sebagai berikut :

“Dari kawan ku. Dia sering kesini juga, dia ada kerja gitu disini.

Dia bilang serius gitu alamat lengkapnya. Kawan aku yang informasinya kemari saja. Ngapain kemana-mana lagi.

Dukungannya paling nyuruh akunya periksa gitu.” (Informan 1)

(45)

“Sebelumnya kan memang aku, informasinya yang sudah aku dapat sendiri dari teman LSM, Ya aku lebih sharing ke mereka.

Gimana sih pemeriksaannya, seperti apa sih mereka.” (Informan

4)

“Teman sekomunitas. Nah, kebetulan karena kami teman dekat,

makanya aku mau. Dia termasuk orang yang menyadarkan saya. Terkadang kita pun disampaikan tapi kesadaran kita tidak ada,

tetap saja kita tidak akan bisa sharing ke teman lainnya.”

(Informan 3)

Beberapa pernyataan informan diatas dapat ditarik hasil penelitian bahwa keseluruhan dari informan mendapatkan dukungan informasi mengenai pelayanan VCT dari teman dekat atau teman kerja yang profesinya bekerja sebagai anggota LSM, dan seberapa yakinkah informan dengan dukungan informasi yang diberikan oleh teman dekat atau rekan kerjanya informan mengatakan sangat yakin karena mereka adalah sudah ada yang pernah mengikuti VCT.

4.3.2.2 Media Massa

Media massa memberian peran penting sebagai perantara penyampaian informasi pelayanan VCT melalui media cetak dan media elektronik yang memengaruhi perilaku informan dalam mengakses pelayanan tersebut. Hasil wawancara mendalam tentang persepsi mereka mengenai dukungan media massa dalam permintaan pelayanan VCT Puskesmas Teladan, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Ada. Tapi informasi pencegahan kesehatan dengan memakai

kondom. Bukan mengenai VCT.” (Informan 2)

(46)

“nggak ada ya...” (Informan 6)

(47)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Persepsi tentang HIV/AIDS

5.1.1 Persepsi Kerentanan HIV/AIDS

Menurut hasil penelitian diketahui bahwa informan memiliki pandangan HIV/AIDS sebagai penyakit menular yang rentan terkena pada orang yang terutama sering melakukan hubungan seks bebas, tidak memakai pengaman (kondom), dan bergantian alat jarum suntik. Sebagian besar infoman menyatakan HIV/AIDS ini masih ada keraguan di dalam diri bahwasannya mereka merasakan kerentanan yang kecil untuk terinfeksi HIV/AIDS. Menurut informan, penyakit tersebut sekarang lebih parah pada WPS (Wanita Pekerja Seks) dibandingkan LSL. Persepsi informan tentang kerentanan penyakit ini masih belum baik.

Hal ini disebabkan karena mereka datang ke klinik IMS dan VCT dengan keluhan IMS, namun mereka tidak merasa bahwa dirinya juga mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi HIV/AIDS. Faktor pengetahuan informan yang masih kurang mengakibatkan persepsi kerentanan HIV/AIDS dalam diri belum baik.

Penelitian yang dilakukan Fajariyah (2014) diperoleh hasil yang sama dimana persepsi kerentanan yang dirasakan oleh kelompok risiko HIV/AIDS yang memanfaatkan layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan tentang seberapa rentannya mereka untuk terinfeksi HIV/AIDS termasuk dalam kategori lemah dan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi mereka dalam memanfaatkan layanan VCT.

(48)

kesehatannya dari aktivitas yang menjadi faktor risiko penyebab HIV/AIDS. Penyebab penyakit ini tidak mengenal karena melakukan aktivitas berisiko HIV/AIDS saja yang terinfeksi, tetapi bisa juga menularkan dari orang yang perilaku seksual berisiko ke orang yang paling terdekat dengannya.

Kerentanan merupakan kondisi yang subjektif sehingga penerimaan individu, khususnya orang risiko tinggi terhadap kerentanan untuk terinfeksi HIV/AIDS dapat bervariasi. Informan yang memiliki persepsi kerentanan yang lemah karena ia tidak memiliki keyakinan bahwa dirinya berisiko untuk menderita HIV/AIDS, tidak yakin bahwa riwayat perilakunya membuat berisiko tertular HIV/AIDS, tidak yakin pekerjaannya membuatnya berisiko terkena HIV/AIDS dan tidak yakin memiliki teman/pasangan atau orang disekitarnya yang membuatnya berisiko untuk terinfeksi HIV/AIDS (Fajariyah, 2014).

Yayasan Riset AIDS Amerika, AMFAR dalam Wahyuddin (2010) menyimpulkan MSM (Man that have Sex with Man) dan waria ternyata berisiko 19 kali lebih besar tertular penyakit HIV ketimbang masyarakat umum, AMFAR mengeluarkan kesimpulan ini setelah melakukan penelitian di 129 negara. Hal ini patut menjadi perhatian bagi kalangan LSL karena mereka begitu rentan terinfeksi HIV/AIDS.

(49)

budaya, dan norma-norma sosial di masyarakat. Becker dalam Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model) dipengaruhi oleh salah satunya persepsi kerentanan terhadap penyakit (perceived

susceptibility).

Persepsi kerentanan adalah tingkat respon atau pendapat informan tentang dirinya rentan atau tidak rentan terhadap HIV/AIDS, termasuk persepsi tentang konsekuensi spesifik pada resiko dan kondisi yang akan terjadi (mudah/tidak mudah tertular) akibat tindakan seksual yang dilakukan. Seseorang akan bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, bila ia merasa bahwa ia atau keluarga terdekatnya rentan terhadap serangan penyakit tersebut. Oleh karena itu persepsi responden yang baik tentang kerentanan dirinya terkena HIV akan mendasari untuk terjadinya perilaku VCT. Akan tetapi apabila persepsi tentang kerentanan HIV/AIDS kurang baik maka akan menimbulkan perubahan perilaku yang kurang baik pula dalam hal permintaan pelayanan kesehatan.

5.1.2 Persepsi Keparahan HIV/AIDS

(50)

menjadi faktor yang menimbulkan persepsi keparahan HIV/AIDS bagi informan tergolong belum baik.

Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada informan yang merasakan keseriusan HIV/AIDS, namun masih ada informan memiliki persepsi penyakit bukanlah suatu masalah serius, mereka hanya mengetahui informasi dasar mengenai HIV/AIDS. Informan belum memiliki persepsi yang baik tentang keparahan HIV/AIDS dikarenakan pengetahuan yang kurang dan belum sempurna. Informan menganggap HIV/AIDS itu seperti penyakit biasa yang tidak mematikan dan bisa disembuhkan dengan berobat.

Persepsi keseriusan merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Becker dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan jika tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh persepsi keseriusan atau beratnya penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit misalnya: kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial. Namun hal tersebut tidak menunjukkan kesesuaian antara teori dengan fakta di lapangan, meski ada dua informan yang memiliki persepsi keseriusan yang sudah baik.

(51)

Apabila melihat kaitan persepsi keparahan belum baik terhadap demand pelayanan VCT diperoleh hasil bahwa persepsi keparahan HIV/AIDS tidak memengaruhi informan dalam demand pelayanan VCT. Kondisi ini sesuai dengan penelitian Fajariyah (2014) yang menunjukkan bahwa persepsi keseriusan yang dirasakan oleh kelompok risko HIV/AIDS yang memanfaatkan layanan Voluntary

Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan tentang

HIV/AIDS termasuk dalam kategori sedang dan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi mereka dalam memanfaatkan layanan VCT. Penelitian Khairurahmi (2009) menunjukkan perasaan takut dan malu menjadi penghalang utama ODHA dalam memanfaatkan VCT dan menyebabkan persepsi tentang keparahan terhadap penyakit menjadi tidak begitu pengaruh.

5.1.3 Persepsi Ancaman HIV/AIDS

(52)

Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fauriza (2014), ada 93,6% responden memiliki persepsi yang baik terhadap ancaman penyakit HIV/AIDS bagi kehidupan dan merupakan faktor dominan yang melatar belakangi informan untuk datang ke VCT RSUD Kota Langsa.

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa informan masih merasa takut dinyatakan hasil tes HIV positif oleh karena muncul beban bagi pikiran informan, takut kehilangan pelanggan seks mereka, takut atas nasib mereka sendiri atau takut karena harus menghadapi masalah yang lebih rumit di kemudian hari. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat demand layanan VCT di Puskesmas Teladan sehingga persepsi informan tentang keparahan HIV/AIDS menjadi tidak begitu terpengaruh. Manajemen VCT seharusnya bisa menekankan klien akan pentingnya mengetahui status HIV pasien. Pemberian dukungan, perawatan, pengobatan, dan tindak lanjut rujukan pemerisaan dapat segera diberian sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup orang yang terinfeksi HIV.

(53)

informan untuk mengikuti tes HIV masih ada kebimbangan dalam diri mereka dengan alasan takut dinyatakan HIV positif.

Persepsi ancaman (perceived threats) merupakan persepsi dari perpaduan keseriusan dan kerentanan. Makin berat resiko suatu penyakit dan makin besar resiko individu itu terserang suatu penyakit tersebut, makin dirasakan ancamannya, yang merupakan hasil perpaduan antara persepsi keseriusan dan kerentanan.

Ketika persepsi akan ancaman HIV/AIDS tinggi, hipotesis HBM (Health Belief Model) menyatakan bahwa dalam memutuskan perilaku pencegahan dan

Gambar

Tabel 3.1 Distribusi Karakteristik Informan Penelitian
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan
Gambar 4.2 Alur Pasien Klinik IMS dengan VCT dan Manajemen Kasus di Puskesmas Teladan Kota Medan
Gambar 2.1 Konsep   Keinginan   (
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang bermakna umur dengan penyakit sifilis pada Lelaki Suka Lelaki di Klinik IMS-VCT Veteran Kota Medan tahun 2013. Hasil

Persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, faktor isyarat untuk bertindak yang dirasakan oleh kelompok risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan bukan

Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular Hiv/Aids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual (Ims) Dan Voluntary Counseling & Testing (Vct) Di Puskesmas

Penelitian Malau (2015) mengenai hubungan perilaku pencegahan terhadap kejadian HIV pada kalangan LSL di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan menunjukkan bahwa

Penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang

Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif, maka demand akan semakin rendah. Pada keadaan yang membutuhkan

masalah dari penelitian ini adalah mengenai “ Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Layanan Puskesmas oleh Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Klinik IMS

Disarankan petugas Klinik IMS dan VCT Veteran agar dapat lebih meningkatkan pemberian informasi kepada klien yang datang berkunjung yang meningkatkan persepsi