• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Layanan Puskesmas oleh Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Klinik IMS Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Layanan Puskesmas oleh Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Klinik IMS Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

Zeithmal S, J, and Valerie Barry. 2009. Refinement and Reassessment of The SERVQUAL Scale. USA : E-Journal.

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN

LAYANAN PUSKESMAS OLEH LELAKI SEKS LELAKI (LSL) DI KLINIK IMS PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

Oleh : Ahmad Gunawan (NIM. 121000135)

Mahasiswa (S1-Reguler) Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Isilah pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda centang (√ ) atau silang (X) pada kotak isian

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

4. Nomor kuisioner : Waktu Wawancara :

5. Nama :

... (Boleh kosong/Diisi Nama

Samaran)

6. Umur saat ini : ... Tahun

(2)

SMA/Sederajat D3

S1

8. Pekerjaan saat ini : Pelajar/Mahasiswa Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta

Pegawai/Buruh

Lainnya (Sebutkan) ………

9. Pendapatan perbulan : < Rp 1.811.875. ≥ Rp 1.811.875.

10. Status Perkawinan : Tidak Menikah Menikah

11. Mulai menjadi LSL : Kurang dari 6 Bulan 6 Bulan s.d 1 Tahun 1 Tahun s.d 3 Tahun Lebih dari 3 tahun

(3)

Lebih dari 3 orang

13. Intensitas hubungan : Berhubungan seksual seksual dengan Tidak berhubungan seksual pasangan seksual

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN

LAYANAN KESEHATAN OLEH LSL DI KLINIK IMS PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN

Pilihlah jawaban dengan cara menceklis/contreng (√) pada kolom yang telah disediakan

Keterangan : S = Setuju

TS = Tidak Setuju

1. Persepsi Kerentanan

NO. Pertanyaan Persepsi Kerentanan S TS

1. Saya berisiko tertular penyakit IMS dari pasangan saya

2. Pekerjaan saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

3. Perilaku saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

4. Perilaku orang lain disekitar saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

(4)

2. Persepsi Keseriusan

3. Persepsi Manfaat dan Hambatan

NO. Pertanyaan Persepsi Keseriusan S TS

1. IMS adalah penyakit yang mematikan dan berbahaya

2. Jika saya terkena penyakit IMS maka saya tidak akan sembuh

3. Saya akan kehilangan pekerjaan saya jika terkena penyakit IMS

4. Saya akan dijauhi atau dikucilkan dari keluarga dan teman-teman jika terkena IMS

5. Kondisi saya akan menjadi buruk jika saya tidak berhenti melakukan hubungan seks tidak aman

6. Saya akan dijauhi oleh masyarakat jika terkena IMS

NO. Pertanyaan Persepsi Manfaat dan Hambatan S TS

1. Jika saya memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS, maka saya akan terhindar dari IMS

2. Jika saya berkonsultasi dengan petugas kesehatan di klinik IMS, maka saya bisa terhindar dari IMS

3. Saya dapat mengetahui status IMS saya dengan melakukan tes IMS

4. Saya merasa penting untuk melakukan tes IMS

5. Saya akan mendapatkan manfaat dengan melakukan tes IMS

6. Tidak ada alasan bagi saya untuk mengetahui status IMS saya

(5)

4. Isyarat Untuk Bertindak

5. Kemungkinan Mengambil Tindakan

8. Saya merasa saya tidak perlu mengetahui status IMS saya karena tidak ada obat untuk menyembuhkan IMS

9. Saya tidak senang datang ke klinik karena jauh lokasinya 10. Saya memerlukan biaya yang besar untuk datang ke klinik

11. Saya takut petugas tidak menjaga kerahasiaan saya jika saya mau melakukan tes IMS

12. Saya takut melakukan tes IMS karena takut hasilnya positif

13. Saya tidak mau datang ke klinik karena takut dijauhi oleh teman-teman dan masyarakat

14. Pasangan saya tidak mendukung dan merekomendasikan saya untuk berkunjung ke klinik IMS

15. Saya tidak terbiasa memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS

NO. Pertanyaan Isyarat Untuk Bertindak S TS

1. Saya datang ke klinik IMS karena mendapatkan informasi ketika berkonsultasi dengan petugas kesehatan

2. Saya mendapat informasi mengenai layanan kesehatan di klinik IMS dari media masa (Koran, Radio, Televisi)

3. Saya datang ke klinik IMS karena dorongan diri sendiri

4. Saya datang ke klinik IMS karena bujukan pasangan seksual

(6)

Jawablah pertanyaan-pertanyan berikut dengan memberikan tanda centang

(√ ) atau tanda silang (X ) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia dengan jawaban yang menurut anda paling tepat dan sesuai

C. PEMANFAATAN LAYANAN KESEHATAN OLEH LSL DI KLINIK IMS PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN

No. Pertanyaan Kemungkinan Mengambil Tindakan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah anda sudah mengetahui layanan kesehatan yang

disediakan khusus untuk LSL dari klinik IMS? 2. Apakah anda mendapatkan informasi yang cukup mengenai

adanya layanan kesehatan di klinik IMS?

3. Apakah pasangan anda menyarankan anda untuk

memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS? 4. Apakah teman anda menyarankan anda untuk

memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS? 5. Apakah keluarga anda menyarankan anda untuk

memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS? 6. Apakah anda mudah untuk mengakses layanan kesehatan

yang disediakan oleh klinik IMS?

7. Apakah anda mempunyai kelompok dampingan?

8.

Petugas kesehatan di klinik IMS sudah kompeten dan profesional dan mampu menjaga kerahasiaan pengunjung, sehingga anda mau memanfaatkan layanan kesehatan tsb? 9. Sarana di klinik IMS sudah lengkap sehingga anda mau

memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS?

No. Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah anda tahu bahwa klinik IMS di Puskesmas Teladan

adalah sarana pelayanan kesehatan infeksi menular seksual? 2. Setelah anda mengikuti kegiatan konseling di klinik IMS,

(7)

3. Apakah anda berkunjung ke klinik IMS dalam 3 bulan

terkahir?

4. Apakah anda akan langsung datang ke klinik IMS apabila

merasakan gangguan kesehatan yang dicurigai adalah IMS?

5.

Anda pernah mengikuti penyuluhan kesehatan mengenai IMS untuk mendapatkan informasi yang mencukupi mengenai pencegahan IMS di klinik IMS Puskesmas Teladan?

6.

Anda pernah melakukan konsultasi kesehatan dengan tenaga kesehatan mengenai pencegahan IMS di klinik IMS

Puskesmas Teladan?

7. Anda pernah melakukan tes IMS atau HIV-AIDS secara

sukarela di klinik IMS Puskesmas Teladan?

8.

Apakah anda memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan untuk mendapatkan rujukan medik untuk pengobatan lanjut di rumah sakit?

9.

Apakah anda lebih memilih layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan dibandingkan dengan fasilitas kesehatan lain (rumah sakit, klinik VCT)?

10.

Apakah anda merekomendasikan pasangan dan teman anda untuk memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan?

(8)

Lampiran 2 :

Hasil Pengolahan Data Penelitian

A. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(9)

Pendapatan responden perbulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(10)

Intensitas hubungan seksual dengan pasangan seksual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Berhubungan Seksual 40 93.0 93.0 93.0

Tidak Berhubungan Seksual 3 7.0 7.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

B. Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaryhi Pemanfaatan Layanan Kesehatan oleh LSL di Klinik IMS Puskesmas Teladan Kota Medan

1. Persepsi Kerentanan

Saya berisiko tertular penyakit IMS dari pasangan saya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 34 79.1 79.1 79.1

Tidak Setuju 9 20.9 20.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Pekerjaan saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 22 51.2 51.2 51.2

Tidak Setuju 21 48.8 48.8 100.0 Total 43 100.0 100.0

Perilaku saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 29 67.4 67.4 67.4

(11)

Perilaku orang lain disekitar saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 31 72.1 72.1 72.1

Tidak Setuju 12 27.9 27.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Riwayat kesehatan keluarga saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 17 39.5 39.5 39.5

Tidak Setuju 26 60.5 60.5 100.0 Total 43 100.0 100.0

SkorPersepsi Kerentanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kuat 31 72.1 72.1 72.1

Lemah 12 27.9 27.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

2. Persepsi Keseriusan

IMS adalah penyakit yang mematikan dan berbahaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 32 74.4 74.4 74.4

(12)

Jika saya terkena penyakit IMS maka saya tidak akan sembuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 34 79.1 79.1 79.1

Tidak Setuju 9 20.9 20.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya akan kehilangan pekerjaan saya jika terkena penyakit IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 35 81.4 81.4 81.4

Tidak Setuju 8 18.6 18.6 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya akan dijauhi atau dikucilkan dari keluarga dan teman-teman jika terkena IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 28 65.1 65.1 65.1

Tidak Setuju 15 34.9 34.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Kondisi saya akan menjadi buruk jika saya tidak berhenti melakukan hubungan

seks tidak aman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 36 83.7 83.7 83.7

(13)

Saya akan dijauhi oleh masyarakat jika terkena IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Jika saya memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS, maka saya akan

terhindar dari IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 41 95.3 95.3 95.3

Tidak Setuju 2 4.7 4.7 100.0 Total 43 100.0 100.0

Jika saya berkonsultasi dengan petugas kesehatan di klinik IMS, maka saya bisa

terhindar dari IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 37 86.0 86.0 86.0

(14)

Saya dapat mengetahui status IMS saya dengan melakukan tes IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 38 88.4 88.4 88.4

Tidak Setuju 5 11.6 11.6 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya merasa penting untuk melakukan tes IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 31 72.1 72.1 72.1

Tidak Setuju 12 27.9 27.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya akan mendapatkan manfaat dengan melakukan tes IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 28 65.1 65.1 65.1

Tidak Setuju 15 34.9 34.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Tidak ada alasan bagi saya untuk mengetahui status IMS saya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 15 34.9 34.9 34.9

(15)

Saya merasa tidak perlu mengetahui status IMS saya karena saya tidak beresiko

untuk tertular penyakit IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 9 20.9 20.9 20.9

Tidak Setuju 34 79.1 79.1 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya merasa saya tidak perlu mengetahui status IMS saya karena tidak ada obat

untuk menyembuhkan IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 6 14.0 14.0 14.0

Tidak Setuju 37 86.0 86.0 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya tidak senang datang ke klinik karena jauh lokasinya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 32 74.4 74.4 74.4

Tidak Setuju 11 25.6 25.6 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya memerlukan biaya yang besar untuk datang ke klinik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 13 30.2 30.2 30.2

(16)

Saya takut petugas tidak menjaga kerahasiaan saya jika saya mau melakukan tes

IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 14 32.6 32.6 32.6

Tidak Setuju 29 67.4 67.4 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya takut melakukan tes IMS karena takut hasilnya positif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 39 90.7 90.7 90.7

Tidak Setuju 4 9.3 9.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya tidak mau datang ke klinik karena takut dijauhi oleh teman-teman dan

masyarakat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 30 69.8 69.8 69.8

Tidak Setuju 13 30.2 30.2 100.0 Total 43 100.0 100.0

Pasangan saya tidak mendukung dan merekomendasikan saya untuk berkunjung

ke klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 33 76.7 76.7 76.7

(17)

Saya tidak terbiasa memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Saya datang ke klinik IMS karena mendapatkan informasi ketika berkonsultasi

dengan petugas kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 29 67.4 67.4 67.4

Tidak Setuju 14 32.6 32.6 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya mendapat informasi mengenai layanan kesehatan di klinik IMS dari media

masa (Koran, Radio, Televisi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 31 72.1 72.1 72.1

(18)

Saya datang ke klinik IMS karena dorongan diri sendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 30 69.8 69.8 69.8

Tidak Setuju 13 30.2 30.2 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya datang ke klinik IMS karena bujukan pasangan seksual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 32 74.4 74.4 74.4

Tidak Setuju 11 25.6 25.6 100.0 Total 43 100.0 100.0

Saya datang ke klinik IMS karena sudah mendapat informasi sebelumnya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Setuju 36 83.7 83.7 83.7

Tidak Setuju 7 16.3 16.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

Skor Isyarat Untuk Bertindak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kuat 34 79.1 79.1 79.1

(19)

5. Kemungkinan Mengambil Tindakan

Sudah mengetahui layanan kesehatan yang disediakan khusus untuk LSL

dari klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 33 76.7 76.7 76.7

Tidak 10 23.3 23.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

Mendapatkan informasi yang cukup mengenai adanya layanan kesehatan

di klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 31 72.1 72.1 72.1

Tidak 12 27.9 27.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Pasangan anda menyarankan anda untuk memanfaatkan layanan

kesehatan di klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 24 55.8 55.8 55.8

Tidak 19 44.2 44.2 100.0 Total 43 100.0 100.0

Teman anda menyarankan anda untuk memanfaatkan layanan kesehatan

di klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 29 67.4 67.4 67.4

(20)

Keluarga anda menyarankan anda untuk memanfaatkan layanan

kesehatan di klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 17 39.5 39.5 39.5

Tidak 26 60.5 60.5 100.0 Total 43 100.0 100.0

Mudah untuk mengakses layanan kesehatan yang disediakan oleh klinik

IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 35 81.4 81.4 81.4

Tidak 8 18.6 18.6 100.0 Total 43 100.0 100.0

Petugas kesehatan di klinik IMS sudah kompeten dan profesional dan

mampu menjaga kerahasiaan pengunjung, sehingga mau memanfaatkan

layanan kesehatan tersebut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 33 76.7 76.7 76.7

(21)

Sarana di klinik IMS sudah lengkap sehingga mau memanfaatkan layanan

kesehatan di klinik IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 36 83.7 83.7 83.7

Kurang Baik 7 16.3 16.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

C. Pemanfaatan Layanan Kesehatan oleh LSL do Klinik IMS Puskesmas Teladan Kota Medan

Anda tahu bahwa klinik IMS di Puskesmas Teladan adalah sarana

pelayanan kesehatan infeksi menular seksual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 37 86.0 86.0 86.0

Tidak 6 14.0 14.0 100.0 Total 43 100.0 100.0

Setelah mengikuti kegiatan konseling di klinik IMS selanjutnya melakukan

tes IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 27 62.8 62.8 62.8

(22)

Setelah mengikuti kegiatan konseling di klinik IMS selanjutnya melakukan

tes IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 27 62.8 62.8 62.8

Tidak 16 37.2 37.2 100.0 Total 43 100.0 100.0

Berkunjung ke klinik IMS dalam 3 bulan terkahir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 34 79.1 79.1 79.1

Tidak 9 20.9 20.9 100.0 Total 43 100.0 100.0

Akan langsung datang ke klinik IMS apabila merasakan gangguan

kesehatan yang dicurigai adalah IMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 39 90.7 90.7 90.7

Tidak 4 9.3 9.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Pernah mengikuti penyuluhan kesehatan mengenai IMS untuk

mendapatkan informasi yang mencukupi mengenai pencegahan IMS di

klinik IMS Puskesmas Teladan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 29 67.4 67.4 67.4

(23)

Pernah melakukan tes IMS atau HIV-AIDS secara sukarela di klinik IMS

Puskesmas Teladan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 33 76.7 76.7 76.7

Tidak 10 23.3 23.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

Pernah melakukan tes IMS atau HIV-AIDS secara sukarela di klinik IMS

Puskesmas Teladan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 33 76.7 76.7 76.7

Tidak 10 23.3 23.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

Memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan untuk

mendapatkan rujukan medik untuk pengobatan lanjut di rumah sakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 33 76.7 76.7 76.7

Tidak 10 23.3 23.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

Lebih memilih layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan

dibandingkan dengan fasilitas kesehatan lain (rumah sakit, klinik VCT)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 38 88.4 88.4 88.4

(24)

Merekomendasikan pasangan dan teman untuk memanfaatkan layanan

kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 19 44.2 44.2 44.2

Tidak 24 55.8 55.8 100.0 Total 43 100.0 100.0

Skor pemanfaatan layanan kesehatan oleh LSL di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Kota Medan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 39 90.7 90.7 90.7

Kurang Baik 4 9.3 9.3 100.0 Total 43 100.0 100.0

D. Hasil Uji Chi Square Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Layanan Kesehatan

1. Persepsi Kerentanan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent SkorPersepsi Kerentanan *

Skor pemanfaatan layanan kesehatan Klinik IMS Puskesmas Teladan

(25)

SkorPersepsi Kerentanan * Skor pemanfaatan layanan kesehatan Klinik IMS Puskesmas Teladan

Continuity Correctionb .202 1 .003

(26)

Skor Persepsi Keseriusan * Skor pemanfaatan layanan kesehatan Klinik IMS Puskesmas Teladan

Continuity Correctionb 1.457 1 .002

(27)

Case Processing Summary

Skor Persepsi Manfaat dan Hambatan * Skor pemanfaatan layanan kesehatan Klinik IMS Puskesmas

Teladan Crosstabulation

Continuity Correctionb .286 1 .003

Likelihood Ratio 2.239 1 .005 .005 .002

Fisher's Exact Test .004 .004

(28)

4. Isyarat untuk Bertindak

Skor Isyarat Untuk Bertindak * Skor pemanfaatan layanan kesehatan Klinik IMS Puskesmas Teladan

Crosstabulation

Continuity Correctionb .000 1 .000

Likelihood Ratio .042 1 .003 .000 .003

Fisher's Exact Test .003 .003

(29)

Kemungkinan Mengambil Tindakan

Skor Kemungkinan Mengambil Tindakan * Skor pemanfaatan layanan kesehatan Klinik IMS Puskesmas

Teladan Crosstabulation

Continuity Correctionb .000 1 .000

Likelihood Ratio .221 1 .001 .000 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2013. Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh tahun 2013 (Tesis). Medan : FKM USU

Arikunto. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta.

Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara. Becker, Marshall.H, and Kurt Lewin 1974. The Health Belief Model and

Personal Health Behaviour, School of Medicine and Hygiene and Public Health : Maryland : Baltimore.

BKKBN, Kemenkes RI, USAID. 2012. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI.

Dermatoto, Argyo. 2010. Perilaku Laki-Laki Yang Berhubungan Seks Dengan Laki-Laki (LSL) Untuk Melakukan Test HIV di Kota Surakarta (Penelitian Perseorangan). Surakarta : Fakultas Ilmu Budaya dan Ilmu Sosial Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dirjen PP & PL. 2013. Petunjuk Untuk Pengawas Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI.

Donabedian. 2006 A. The Quality of Care, How Can It Be Assesed? Quality Assurance in Hospitals, Strategies for Assessment and Implementation, Nancy O.Graham Ed), Second Edition Rockville Maryland : An Aspen Publication

Effendi, N. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Fahmi. Muhammad. 2015. Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) Tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan

Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT

Puskesmas Teladan Kota Medan (Skripsi). Medan : FKM USU.

(37)

Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Fitriana, N.A. 2012. Penggunaan Kondom & Vaginal Higiene Sebagai Faktor

Resiko Kejadian Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Pekerja Seks di lokasi Batu 24 Kab. Bintan,, Jurnal Kesmas vol.1 no. 2 tahun 2012 hal 357-363. Semarang : FKM UNDIP.

Hodgetss, R.M. & Cascio, D.M. 2003. Health Service Administration. New York : Academic Press.

Ilyas. 2003. Ilmu Perilaku dan Aplikasinya dalam Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta.

KPA Medan . 2014. Prevalensi Kejadian HIV-AIDS di Kota Medan. Diakses dari

http://www.kpamedan.go.id/news/read/2014/02/23/148511/1024-prevalensi-kejadian--hiv-aids-di-kota-medan/#.VuvHo1V97INBV pada 16

Juni 2016.

KPA Nasional. 2005. Strategi Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: KPAN.

KPA Nasional. 2007. Strategi Penanggulangan HIV/AIDS Tahun 2007-2010. Jakarta : KPAN.

___________ 2013. Paradigma Baru dalam Upaya Penanggulangan AIDS di Indonesia. Jakarta : KPAN.

___________. 2015. Statistik Terbaru Penderita IM S dan HIV-AIDS di Indonesia. Jakarta : KPAN.

KPA Sumut. 2014. Prevalensi Kejadian HIV-AIDS di SumateraUtara. Diakses dari http://www.kpasumut.go.id/news/read/2014/02/23/148511/1024-

prevalensi-kejadian--hiv-aids-di-sumatera-utara/#.VuvHo1V97IV pada 16

Juni 2016.

Komisi Penanggulangan AIDS, Family Health International. 2009. Kebijakan dalam Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS. Jakarta : Kemenkes RI. Kemenkes RI, Kemensos RI, BKKBN. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional

(38)

Kemenkes RI. 2007. Modul Pelatihan Konsling dan Test Sukarela HIV.Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI,USAID & Family Health International.2007. Standar Operasional Prosedur (SOP) Klinik IMS. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2009. Laporan Tentang HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

____________. 2010. Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat

dalam Pembangunan Derajat Kesehatan. Diakses dari

http://depkes.go.id/_asset/_download/Optimalisasi/Pelayanan%20Kesehata

n%Masyaraka%204%202010.pdf pada 20 Juni 2016.

Kolarik, William J. 2005. Creating Quality. Singapore: McGrawhill.

Lelyana, L. 2006. Manajemen Resiko Penularan Penyakit HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (Tesis). Yogyakarta : FK UGM.

Leviana, Samuel, N. Paul Loomba. 2013. Health Care Administration :

“A Managerial perspective”. Dalam: Azwar, Asrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta : FKUI.

Mustikawati, Eka. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian HIV pada komunitas Laki-Laki yang Berhubungan Seksual dengan Laki-Laki di Kota Medan Tahun 2015 (Skripsi). Medan : Universitas Islam Sumatera Utara

Malau, Gabriela Paulina. 2015. Hubungan Perilaku Pencegahan terhadapKejadian HIV pada Kalangan LSL di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan Tahun 2015 (Skripsi). Medan : FKM USU.

Mardin, Purba. 2009. Pengaruh Karakteristik & Motivasi Pasien Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS di PKM Kabanjahe Karo Tahun 2009(Tesis). Medan : FKM USU.

Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Penerapannya dalam Pelayanan Kesehatan. Bekasi : Kesaint Blanc.

(39)

Lelaki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan (Skripsi). Medan : FKM USU.

Purwanto,H .2009. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Peningkatan Derajat Kesehatan. Jakarta : EGC.

Puskesmas Teladan Medan. 2015. Laporan Bulanan Infeksi Menular Seksual (IMS) Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2015. Medan: Puskesmas Teladan.

Roemet J.V, and Aguilar Smith. 2008. Kefinement and Reassesment of The Servqual Scale. USA : E-Journal.

Somers, Mark and Dee Birnbaum. 2004. Exploring The Relationship Between Commmitment Profiles and Work Attitudes, Employee Withdraw, and Job Performance. Public Personnel Management, Vol. 29 p.353-356. USA : E-Journal.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suprapto. 2001. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif). Bandung : Alfabeta.

Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV Sagung Seto.

United Nations High Commisioner of Refugee. 2010. Buku Pedoman Lapangan Antar-Lembaga Kesehatan Reproduksi Dalam Situasi Darurat.

Jakarta : UNHCR.

Wahyuddin, Fajar. 2010. Modul Pengobatan dan Perawatan Pasien HIV dan AIDS Panduan pelatihan Klinis Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas dalam Pengobatan dan Perawatan Orang Yang Terinfeksi HIV.

Yogyakarta: Center for Health Policy and Social Change (CHPSC).

Widoyono. 2011. Infeksi Menular Seksual Pada Komunitas Gay di Kota Metropolitan : Kajian Terhadap Berbagai Faktor Risiko Tingginya Prevalensi HIV. Jakarta : Medica Press.

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang bersifat cross

sectional. Penelitian cross sectional dimaksudkan bahwa pengambilan dan

analisis data antara variabel dependen yakni perilaku pemanfaatan layanan Puskesmas oleh Lelaki Seks Lelaki (LSL) di klinik IMS Puskesmas Teladan Kota Medan LSL dan variabel independen yakni karakteristik LSL dan faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Teladan kota Medan. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa :

(41)

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor – faktor yang memengaruhi pemanfaatan layanan Puskesmas oleh LSL di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu Agustus – September 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien LSL yang berkunjung untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan pada tahun 2015 yakni sebanyak 309 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah LSL yang menjadi pengunjung atau pasien di klinik IMS Puskesmas Teladan dengan kriteria bersedia diwawancarai langsung oleh penulis untuk mengisi kuisioner yang telah disusun oleh penulis dalam penelitian. Jumlah responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut :

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi (309 LSL yang menjadi anggota komunitas LSL di kota Medan)

(42)

P : Target populasi (0,5)

d : Derajat ketepatan yang digunakan (=10%)

Perhitungan Besar Sampel :

Besar sampel yang akan diambil berdasarkan jumlah populasi LSL tahun 2015 sebanyak 309 orang LSL dengan menggunakan rumus (Lemeshow, 1997):

n = 1,962 . 0,5 (1- 0,5 ) . 309 0,12 (309 – 1 ) + 1,962 n = 296,7636

6,9216 n = 42,876 n = 43 orang

Jumlah besar sampel dalam penelitian ialah sebanyak 43 orang LSL. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

Accidental Sampling Pengambilan sampel secara aksidental merupakan cara

(43)

Teladan, serta responden bersedia untuk diwawancarai langsung oleh penulis untuk mengisi kuisioner yang telah disusun sesuai dengan rumusan permasalahan yang diteliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan adalah pengisian kuesioner melalui wawancara. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden secara langsung dengan harapan responden akan memberi respon jawaban yang sebenar-benarnya atas pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.

3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan sumber data sekunder berasal dari studi kepustakaan dan studi literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Independen

(44)

3.5.1 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pemanfaatan layanan puskesmas oleh lelaki seks lelaki (LSL) di Klinik IMS Puskesmas Teladan Kota Medan tahun 2016.

3.6 Defenisi Operasional

Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian disusun berdasarkan variabel-variabel seorang LSL dalam pemanfaatan layanan puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2016. Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian dibawah ini :

a. Variabel Demografis

1. Umur, yaitu jumlah tahun yang dihitung mulai lahir sampai ulang tahun terakhir responden yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai dengan pengakuan responden.

2. Pendidikan, yaitu jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh responden yang dibedakan dalam kategori Tidak Tamat SD, SD/Sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, D3, dan S1.

3. Pekerjaan, yaitu kegiatan atau kesibukan yang sedang dijalankan oleh responden sebagai mata pencaharian atau sumber pendapatan responden sehari-hari.

(45)

Minimum Propinsi (UMP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2015 Tentang Pengupahan yaitu penghasilan di bawah UMP Sumatera Utara (<Rp 1.811.875,) dan penghasilan diatas atau sama dengan UMP Sumatera Utara (≥Rp 1.811.875,-)

5. Status perkawinan, yaitu status/keadaan responden dimana lengkap atau tidaknya pasangan hidup yang terikat perkawinan dengan responden setelah menjadi lanjut usia atau tidak pernah menikah selama hidupnya yang dibedakan dalam kategori tidak menikah dan menikah.

b. Variabel Karakteristik

1. Mulai menjadi LSL, yaitu waktu responden melakukan aktvitas atau hubungan seksual sebagai seorang LSL dengan pasangan seksual sejenis dari pertama kalinya hingga saat ini, yang terbagi dalam kategori kurang dari 6 bulan, 6 bulan sampai dengan 1 tahun, 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan lebih dari 3 tahun.

2. Jumlah pasangan seksual yang dimiliki, yaitu jumlah pasangan seksual yang dimiliki oleh responden saat ini sebagai pasangan dalam melakukan hubungan seksual sejenis sebagai seorang LSL, yang dibedakan menjadi hanya 1 orang pasangan seksual, 1 sampai dengan 3 orang pasangan seksual, dan lebih dari 3 orang pasangan seksual.

(46)

c. Variabel Persepsi

1. Persepsi kerentanan, yaitu anggapan responden tentang kemungkinannya merasa bahwa mudah terkena penyakit IMS di masa mendatang, yang dibedakan dalam kategori kuat dan lemah.

2. Persepsi keseriusan, yaitu anggapan responden tentang beratnya kerugian atau ancaman yang di alami terhadap penyakit IMS yang diderita, yang dibedakan dalam kategori kuat dan lemah.

3. Persepsi manfaat dan hambatan, yaitu pertimbangan responden terhadap kemungkinan alternatif perilaku seksual yang aman, pelayanan kesehatan yang dipilih apakah memang bermanfaat dan dapat mengurangi ancaman IMS yang dilihat dari biaya/aspek negatif yang menghalangi seseorang untuk memanfaatlan layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, atau rasa sakit sehubungan dengan penyakit IMS, yang dibedakan dalam kategori kuat dan lemah.

4. Isyarat untuk bertindak, yaitu faktor pendorong responden untuk memutuskan menerima atau menolak pelayanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan, yang dibedakan dalam kategori kuat dan lemah.

5. Kemungkinan mengambil tindakan, yaitu terwujudnya kemampuan responden mengambil tindakan untuk memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan dalam pencegahan penyakit IMS, yang dibedakan dalam kategori baik dan kurang baik.

d. Variabel Dependen

(47)

kesehatan, mencegah penyakit dan penyembuhan penyakit yang berkunjung di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan, yang dibedakan dalam kategori baik dan kurang baik.

3.7 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap 50 pertanyaan yang telah disediakan pada kuisioner yang disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti.

3.7.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen

1. Pengukuran Variabel Demografis

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Demografis

No. Variabel Demografis Skala Kategori

1. Umur Ordinal 1. 19– 24 Tahun

3. Pekerjaan Nominal 1. Pelajar/Mahasiswa

2. Pegawai Negeri 5. Status Perkawinan Nominal 1. Tidak menikah

(48)

2. Pengukuran Variabel Karakteristik

Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Karakteristik

No. Variabel Karakteristik Skala Kategori

1. Mulai Menjadi LSL Ordinal 1. Kurang dari 6

3. Intensitas Hubungan Seksual Ordinal 1. Berhubungan seksual 2. Tidak

berhubungan seksual

3. Persepsi Kerentanan

Persepsi kerentanan dinilai berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di kuisioner yang berjumlah 5 (lima) pertanyaan, yang kemudian diukur dengan menggunakan skala thrustone dengan 2 (dua) pilihan jawaban dan ketentuan nilai sebagai berikut :

S (Setuju) dengan bobot nilai 1, dan TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 0.

(49)

1) Persepsi kerentanan berkategori kuat, apabila nilai yang diperoleh ≥60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden mendapatkan nilai 3 – 5 poin.

2) Persepsi kerentanan berkategori lemah, apabila nilai yang diperoleh <60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden hanya mendapatkan 0 – 2 poin.

4. Persepsi Keseriusan

Persepsi keseriusan dinilai berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di kuisioner yang berjumlah 6 (enam) pertanyaan, yang kemudian diukur dengan menggunakan skala thrustone dengan 2 (dua) pilihan jawaban dan ketentuan nilai sebagai berikut :

S (Setuju) dengan bobot nilai 1, dan TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 0.

Berdasarkan nilai hasil yang didapatkan dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan di kuisioner jumlah nilai maksimal jawaban responden ialah sebanyak 6 (enam) poin, kemudian persepsi keseriusan diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu : (Arikunto, 2007).

1) Persepsi keseriusan berkategori kuat, apabila nilai yang diperoleh >60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden mendapatkan nilai 4 – 6 poin.

(50)

5. Persepsi Manfaat dan Hambatan

Persepsi manfaat dan hambatan dinilai berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di kuisioner sebanyak 15 (lima belas) pertanyaan yang kemudian diukur dengan menggunakan skala thrustone dengan 2 (dua) pilihan jawaban dan ketentuan nilai sebagai berikut :

S (Setuju) dengan bobot nilai 1, dan TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 0.

Berdasarkan nilai hasil yang didapatkan dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan di kuisioner jumlah nilai maksimal jawaban responden ialah sebanyak 15 (lima belas) poin, kemudian persepsi manfaat diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu : (Arikunto, 2007).

1) Persepsi manfaat dan hambatan berkategori kuat, apabila nilai yang diperoleh ≥60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden mendapatkan nilai 9 - 15 poin.

2) Persepsi manfaat dan hambatan berkategori lemah, apabila nilai yang diperoleh <60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden hanya mendapatkan nilai 0 – 8 poin.

6. Isyarat Untuk Bertindak

Isyarat untuk bertindak dinilai berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di kuisioner sebanyak 5 (lima) pertanyaan, yang kemudian diukur dengan menggunakan skala thrustone dengan 2 (dua) pilihan jawaban dan ketentuan nilai sebagai berikut :

(51)

Berdasarkan nilai hasil yang didapatkan dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan di kuisioner jumlah nilai maksimal jawaban responden ialah sebanyak 5 (lima) poin kemudian isyarat untuk bertindak diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu : (Arikunto, 2007).

1) Isyarat untuk bertindak berkategori kuat, apabila nilai yang diperoleh ≥60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden mendapatkan nilai 3 – 5 poin.

2) Isyarat untuk bertindakberkategori lemah, apabila nilai yang diperoleh <60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden hanya mendapatkan nilai 0 – 2 poin.

7. Kemungkinan Mengambil Tindakan

Pengukuran variabel kemungkinan mengambil tindakan oleh responden didasarkan 9 (sembilan) pertanyaan menggunakan skala thrustone, dengan 2 (dua) pilihan jawaban dan ketentuan nilai sebagai berikut :

“Ya” (bobot nilai 1), dan “Tidak” (bobot nilai 0).

Berdasarkan nilai hasil yang didapatkan dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan di kuisioner jumlah nilai maksimal jawaban responden ialah sebanyak 9 (sembilan) poin, kemudian kemungkinan untuk bertindak diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu : (Arikunto, 2007).

1) Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden mendapatkan nilai 5 – 9 poin.

(52)

3.7.1 Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran perilaku pemanfaatan layanan Puskesmas oleh Lelaki Seks Lelaki (LSL) di klinik IMS Puskesmas Teladan didasarkan pada 10 (sepuluh) pertanyaan yang dihitung dengan menggunakan skala thrustone dengan 2 (dua) pilihan jawaban dan ketentuan nilai sebagai berikut :

“Ya” (bobot nilai 1), dan “Tidak” (bobot nilai 0).

Semakin tinggi skor maka semakin baik perilaku LSL dalam pemanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan. Nilai maksimal dari keseluruhan dari skor yaitu sebanyak 10 poin. Nilai yang tertinggi dikumpulkan, dikategorikan menjadi 2 (dua) tingkat yaitu : (Arikunto, 2007)

1) Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden mendapatkan nilai 6 – 10 poin.

2) Kurang Baik, apabila nilai yang diperoleh <60% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan, yakni jika responden hanya mendapatkan nilai 0 – 5 poin.

Data yang telah terkumpul melalui kuisioner, kemudian diolah kedalam bentuk kuantitatif, yaitu dengan cara menetapkan skor dari pertanyaan yang telah dijawab oleh responden, dimana pemberian skor tersebut didasarkan pada ketentuan. (Sugiyono, 2008).

3.8 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Metode Pengolahan Data

(53)

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban

atas pertanyaan yang diajukan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat keluhan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara atau menanyakan kembali jawaban pengisian kuisioner kepada responden.

2. Coding (Pemberian Kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Entry (Memasukkan Data)

Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk “kode” (angka atau

huruf) yang dimasukkan dalam program atau software statistik komputer. Dalam penelitian ini program statisitik komputer yang dipakai ialah program SPSS

(Statistical Product Service Solution.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning atau pembersihan data yang artinya semua data dari setiap

sumber data atau respon yang telah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali.

5. Scoring (Pemberian Skors)

Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh

(54)

3.8.2 Metode Analisa Data

1. Analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian baik variabel-variabel demografis (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status perkawinan), variabel karakteristik LSL (mulai menjadi LSL, jumlah pasangan seksual yang dimiliki, dan intensitas hubungan seksual dengan pasangan seksual), dan variabel independen (persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan, isyarat untuk bertindak, dan kemungkinan mengambil tindakan) maupun variabel dependen (pemanfaatan layanan Puskesmas oleh Lelaki Seks Lelaki (LSL) di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan) dalam bentuk distribusi frekuensi dan hitungan persentasenya. 2. Analisa Bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya

pengaruh faktor persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan, isyarat untuk berindak, dan kemungkinan mengambil tindakan terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas oleh Lelaki Seks Lelaki (LSL) di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan tahun 2016 dengan menggunakan analisis uji

Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% dengan asumsi bahwa data yang

dianalisis berupa data kategorik. Dengan ketentuan uji sebagai berikut :

(55)
(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Teladan Kota Medan terletak di Jl. Sisingamangaraja Kecamatan Medan Kota dengan mempunyai luas wilayah kerja kurang lebih 229,1 Ha yang terdiri dari 5 kelurahan, yaitu : Kelurahan Mesjid, Kelurahan Teladan Barat, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Pusat Pasar, dan Kelurahan Pandahulu I.

Puskesmas Teladan berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Simpang Limun

Wilayah kerja Puskesmas Teladan memiliki jumlah penduduk sebanyak 37.554 orang yang terhimpun dalam 9.252 KK dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 18.490 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 19.064 orang. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian terdiri dari 6,7 % buruh, 21,6% pedagang, 16,8% wiraswasta, 10,8% PNS, dan 11,5% TNI-Polri.

(57)

terdiri dari 2 orang dokter, 1 orang tenaga kesehatan masyarakat, 1 orang perawat, 1 orang petugas administrasi, 1 orang petugas analis laboratorium. Adapun alur pemeriksaan pasien Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan adalah seperti pada gambar sebagai berikut ini :

Gambar 4.1 Alur Pasien Klinik IMS dan Manajemen Kasus di Puskesmas Teladan Kota Medan

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang menjadi pasien atau pengunjung di klinik IMS Puskesmas Teladan yang memiliki karakteristik tertentu baik dari segi karakteristik demografis yang berupa umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status perkawinan maupun karakteristik seksual sebagai seorang LSL yang meliputi lama menjadi LSL, jumlah pasangan seksual yang dimiliki, dan intensitas hubungan seksual dengan

(58)

pasangan seksual yang beresiko tinggi terhadap penularan IMS. Jumlah sampel dalam penelitian ini ialah sebanyak 43 orang.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik

Responden Jumlah (n) Persentase

(59)

Intensitas Hubungan Seksual

Berhubungan seksual 40 93%

Tidak berhubungan seksual

3 7%

Total 43 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar responden berada pada rentang usia 19 – 24 tahun yakni sebanyak 21 orang (48,8%), responden pada rentang usia 25 – 30 tahun yakni sebanyak 13 orang (30,2%), responden pada rentang usia 31 – 36 tahun yakni sebanyk 6 orang (14%), kemudian responden yang berada pada rentang usia 47 – 42 tahun yakni sebanyak 2 orang (4,7%), dan responden yang berada pada rentang 43 – 48 tahun yakni sebanyak 1 orang (2,3%) . Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat yakni sebanyak 28 orang (65,1%),, responden yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di perguruan tinggi pada jenjang Strata-1 yakni sebanyak 9 orang (20,9%) dan jenjang Diploma yakni sebanyak 3 orang (7%), serta responden yang hanya menyelesaikan pendidikan hanya pada tingkat SMP/Sederajat, yakni sebanyak 3 orang (7%).

(60)

tingkat pendapatan sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan sesuai dan atau melebihi upah minimum regional sebesar Rp. 1.811.875,- yakni sebanyak 34 orang (79,1%) dan responden yang memiliki tingkat pendapatan kurang dari upah minimum regional sebesar Rp. 1.811.875,- yakni sebanyak 9 orang (20,9%).

Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan, sebagian besar responden masih berstatus tidak menikah yakni sebanyak 40 orang (93%), danresponden dengan status sudah menikah sebanyak 3 orang (7%). Karakteristik responden berdasarkan waktu mulai menjadi LSL, sebagian besar responden sudah menjadi LSL selama lebih dari tiga tahun yakni sebanyak 39 orang (90,7%), dan responden yang sudah menjadi LSL selama kurang dari enam bulan dan enam bulan sampai dengan satu tahun yakni masing-masing sebanyak 2 orang (4,7%).

Karakteristik responden berdasarkan jumlah pasangan seksual yang dimiliki saat ini, sebagian besar responden menjawab bahwa pada saat ini mereka memiliki lebih dari tiga orang pasangan seksual yakni sebanyak 16 orang (37,2%), kemudian responden yang saat ini memiliki satu sampai dengan tiga orang pasangan seksual yakni sebanyak 15 orang (4,9%), dan responden yang pada saat ini hanya memiliki satu orang pasangan seksual yakni sebanyak 12 orang (27,9%).

(61)

hubungan seksual dengan pasangan seksual mereka yakni hanya sebanyak 3 orang (7%).

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan, isyarat untuk bertindak, dan kemungkinan bertindak dalam memanfaatkan layanan Puskesmas oleh LSL di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan.

4.3.1 Gambaran Persepsi Kerentanan terhadap Kejadian IMS dalam Memanfaatkan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Penulis ingin mengetahui pandangan kelompok lelaki seks lelaki yang berkunjung ke Klinik IMS Puskesmas Teladan terhadap kemungkinan dirinya untuk terkena infeksi IMS di masa mendatang, sehingga mau memanfaatkan layanan Puskesmas yang disediakan oleh klinik IMS Puskesmas Teladan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat persepsi kerentanan yang dirasakan terhadap kejadian IMS di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Kerentanan terhadap Kejadian IMS dalam Memanfaatkan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

2 Pekerjaan saya membuat saya berisiko

(62)

3 Perilaku saya membuat saya berisiko

tertular penyakit IMS 29 67,4 14 32,6 43 100 4

Perilaku orang lain disekitar saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

31 72,1 12 27,9 43 100

5

Riwayat kesehatan keluarga saya membuat saya berisiko tertular penyakit IMS

17 39,5 26 60,5 43 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa persepsi kerentanan yang dirasakan oleh LSL terhadap kejadian IMS dalam memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan yang paling dominan dan memiliki kategori persepsi kerentanan yang kuat ialah bahwa sebanyak 34 orang responden (79,1%) menyatakan bahwa mereka berisiko tertular penyakit IMS dari pasangan seksual mereka, kemudian sebanyak 31 orang responden (72,1%) menyatakan bahwa perilaku orang lain disekitar mereka membuat merka berisiko tertular penyakit IMS, dan sebanyak 29 orang responden (67,4%) menyatakan bahwa perilaku mereka membuat mereka berisiko tertular penyakit IMS.

(63)

Keseluruhan indikator atau variabel persepsi kerentanan yang dirasakan oleh LSL terhadap kejadian IMS dalam memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan diatas dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kategori “Kuat” dan “Lemah” yang dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Kerentanan terhadap Kejadian IMS dalam Memanfaatkan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Kategori Persepsi

Kerentanan Jumlah (n) Persentase

Kuat 31 72,1%

Lemah 12 27,9%

Total 43 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa, sebagian besar responden yakni sebanyak 31 orang responden (72,1%) memiliki persepsi kerentanan yang dirasakan terhadap kejadian IMS dalam memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dengan kategori yang kuat, sedangkan sebanyak 12 orang (27,9%) memiliki persepsi kerentanan yang dirasakan terhadap kejadian IMS dalam memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dengan kategori yang lemah.

4.3.2 Gambaran Persepsi Keseriusan terhadap Kejadian IMS dalam Memanfaatkan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

(64)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat persepsi keseriusan yang dirasakan terhadap kejadian IMS di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Keseriusan terhadap Kejadian IMS dalam Memanfaatkan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Saya akan dijauhi atau dikucilkan dari keluarga dan teman-teman jika terkena IMS

26 65,1 15 34,9 43 100

5

Kondisi saya akan menjadi buruk jika saya tidak berhenti melakukan hubungan seks tidak aman

36 83,7 7 16,3 43 100

6 Saya akan dijauhi oleh masyarakat

jika terkena IMS 27 62,8 16 37,2 43 100

(65)

mereka jika terkena penyakit IMS, dan sebanyak 34 orang responden (79,1%) menyatakan bahwa perilaku mereka membuat mereka berisiko tertular penyakit IMS jika mereka terkena penyakit IMS maka mereka tidak akan sembuh.

Kemudian sebanyak 32 orang responden (74,4%) yang menyatakan bahwa IMS adalah penyakit yang mematikan dan berbahaya, sebanyak 27 orang responden (62,8%) menyatakan bahwa mereka akan dijauhi oleh masyarakat jika terkena IMS, dan sebanyak 26 orang responden (65,1%) yang menyatakan bahwa mereka akan dijauhi atau dikucilkan dari keluarga dan teman-teman jika terkena IMS.

Keseluruhan indikator atau variabel persepsi keseriusan yang dirasakan oleh LSL terhadap kejadian IMS dalam memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan diatas dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kategori “Kuat” dan “Lemah” yang dapat dilihat pada tabel 4.5

berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Keseriusan terhadap Kejadian IMS dalam Memanfaatkan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Kategori Persepsi

Keseriuan Jumlah (n) Persentase

Kuat 36 83,7%

Lemah 7 16,3%

Total 43 100%

(66)

kejadian IMS dalam memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dengan kategori yang lemah.

4.3.3 Gambaran Persepsi Manfaat dan Hambatan terhadap Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Penulis ingin mengetahui pandangan kelompok lelaki seks lelaki yang berkunjung ke Klinik IMS Puskesmas Teladan terhadap kemungkinan alternatif pelayanan Puskesmas yang dipilih apakah memang bermanfaat dan dapat mengurangi ancaman kejadian IMS sehingga mau memanfaatkan layanan Puskesmas yang disediakan oleh klinik IMS Puskesmas Teladan. Kemudian penulis juga ingin mengetahui pandangan kelompok lelaki seks lelaki yang berkunjung ke Klinik IMS Puskesmas Teladan mengenai biaya/aspek negatif yang menghalangi LSL untuk melakukan tindakan kesehatan, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, atau rasa sakit sehubungan dengan penyakit IMS, sehingga enggan untuk memanfaatkan layanan Puskesmas yang disediakan oleh klinik IMS Puskesmas Teladan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan dalam memanfaatkan layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Manfaat dan Hambatan terhadap Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

No. Persepsi Manfaat dan Hambatan

Jawaban

Jika saya memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS, maka saya akan terhindar dari IMS

(67)

2

Jika saya berkonsultasi dengan petugas kesehatan di klinik IMS, maka saya bisa terhindar dari IMS

37 86 6 14 43 100

3 Saya dapat mengetahui status IMS

saya dengan melakukan tes IMS 38 88,4 5 11,6 43 100 4 Saya merasa penting untuk melakukan

tes IMS 31 72,1 12 27,9 43 100

Saya merasa tidak perlu mengetahui status IMS saya karena saya tidak

12 Saya takut melakukan tes IMS karena

takut hasilnya positif 39 90,7 4 9,3 43 100

15 Saya tidak terbiasa memanfaatkan

layanan Puskesmas di klinik IMS 32 74,4 11 25,6 43 100

(68)

klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan yang paling dominan dan memiliki kategori persepsi manfaat dan hambatan yang kuat ialah bahwa sebanyak 41 orang responden (95,3%) yang menyatakan bahwa jika mereka memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS, maka mereka akan terhindar dari IMS, sebanyak 39 orang responden (90,7%) menyatakan bahwa mereka takut melakukan tes IMS karena takut hasilnya positif, dan sebanyak 38 orang responden (88,4%) menyatakan bahwa saya dapat mengetahui status IMS saya dengan melakukan tes IMS.

Kemudian sebanyak 37 orang responden (86%) yang menyatakan bahwa jika mereka berkonsultasi dengan petugas kesehatan di klinik IMS, maka mereka bisa terhindar dari IMS, sebanyak 33 orang responden (76,7%) menyatakan bahwa pasangan mereka tidak mendukung dan merekomendasikan mereka untuk berkunjung ke klinik, dan sebanyak 32 orang responden (74,4%) yang menyatakan bahwa mereka tidak terbiasa memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS.

Keseluruhan indikator atau variabel persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan oleh LSL terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan diatas dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kategori “Kuat” dan “Lemah” yang dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Manfaat dan Hambatan terhadap Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Kategori Persepsi

Manfaat dan Hambatan Jumlah (n) Persentase

Kuat 33 76,7%

Lemah 10 23,3%

(69)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa, sebagian besar responden yakni sebanyak 33 orang responden (76,7%) memiliki persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dengan kategori yang kuat, sedangkan sebanyak 10 orang (16,3%) memiliki persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dengan kategori yang lemah.

4.3.4 Gambaran Isyarat untuk Bertindak dalam Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Penulis ingin mengetahui faktor pendorong kelompok lelaki seks lelaki yang berkunjung ke Klinik IMS Puskesmas Teladan untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan pelayanan Puskesmas (dalam diri individu itu sendiri, konsultasi dengan petugas kesehatan, pengaruh media massa) yang diberikan di klinik, sehingga mau memanfaatkan layanan Puskesmas yang disediakan oleh klinik IMS Puskesmas Teladan.

(70)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Isyarat untuk Bertindak terhadap Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

No. Persepsi Isyarat untuk Bertindak

Jawaban

Saya mendapat informasi mengenai layanan Puskesmas di klinik IMS dari media masa (Koran, Radio, Televisi) Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa isyarat untuk bertindak terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan yang paling dominan dan memiliki kategori persepsi kerentanan yang kuat ialah bahwa sebanyak 36 orang responden (83,7%) menyatakan mereka datang ke klinik IMS karena sudah mendapat informasi sebelumnya baik dari teman, pasangan, maupun petugas kesehatan, sebanyak 32 orang responden (74,4%) menyatakan bahwa mereka datang ke klinik IMS karena bujukan pasangan seksual mereka, dan sebanyak 31 orang responden (72,1%) menyatakan bahwa mereka mendapat informasi mengenai layanan Puskesmas di klinik IMS dari media masa (Koran, Radio, Televisi).

(71)

responden (67,4%) yang menyatakan bahwa mereka datang ke klinik IMS karena mendapatkan informasi ketika berkonsultasi dengan petugas kesehatan.

Keseluruhan indikator atau variabel isyarat untuk bertindak terhadap pmanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan diatas dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kategori “Kuat” dan “Lemah” yang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Isyarat untuk Bertindak terhadap Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Kategori Isyarat untuk

Bertindak Jumlah (n) Persentase

Kuat 34 79,1%

Lemah 9 20,9%

Total 43 100%

Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa, sebagian besar responden yakni sebanyak 34 orang responden (79,1%) memiliki isyarat untuk beertindak yang dirasakan terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dengan kategori yang kuat, sedangkan sebanyak 9 orang (20,9%) memiliki isyarat untuk bertindsk yang dirasakan terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dengan kategori yang lemah.

4.3.5 Gambaran Kemungkinan Mengambil Tindakan terhadap

Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

(72)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat faktor kemungkinan mengambil tindakan terhadap pemanfaatan layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kemungkinan Mengambil Tindakan terhadap Pemanfaatan Layanan Puskesmas di Klinik IMS Puskesmas Teladan

Mendapatkan informasi yang cukup mengenai adanya layanan Puskesmas di klinik IMS

31 72,1 12 27,9 43 100

3

Pasangan menyarankan anda untuk memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS

24 55,8 19 44,2 43 100

4

Teman menyarankan anda untuk memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS

29 67,4 14 32,6 43 100

5

Keluarga menyarankan anda untuk memanfaatkan layanan kesehatan di klinik IMS

17 39,5 26 60,5 43 100

6

Mudah untuk mengakses layanan Puskesmas yang disediakan oleh klinik IMS

27 62,8 16 37,2 43 100

7 Mempunyai kelompok dampingan 35 81,4 8 18,6 43 100

8

Petugas kesehatan di klinik IMS sudah kompeten dan profesional dan mampu menjaga kerahasiaan pengunjung, sehingga anda mau memanfaatkan layanan Puskesmas tersebut

33 76,7 10 23,3 43 100

9

Sarana di klinik IMS sudah lengkap sehingga anda mau memanfaatkan layanan Puskesmas di klinik IMS

Gambar

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Demografis
Tabel 3.2  Pengukuran Variabel Karakteristik
Gambar 4.1 Alur Pasien Klinik IMS dan Manajemen Kasus di Puskesmas Teladan Kota Medan
Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kantor. Pelayanan Pajak Pratama Cirebon memutuskan Pelelangan ini

[r]

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : S-008/WBC.15/KPP.10/PBJ/INV/2012 tanggal 31 Oktober 2012 perihal Usulan Penetapan Pemenang Pelelangan untuk paket :. Pekerjaan :

UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI.. PROGRAM DIPLOMA TEKNIK

Pada hari ini, Rabu tanggal Tiga Puluh Satu bulan Oktober tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai pukul 09.30 WIB (10.30 WITA), sampai dengan pukul 14.30 WIB (15.30 WITA) telah

Barang/asa Nomor 118/PAN-PL/!KG/DM/20L2 tanggal 20 November 2012 untuk Pekerjaan Pengadaan Peralatan Untuk Kelengkapan Klinik di RSGM Prof. Soedomo Fakultas

[r]

Dimana modul interaktif ini dapat memberi kemudahan kepada pengguna yang ingin memperdalam atau memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan lebih jauh tentang mata palajaran Biologi Kelas