• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.3 Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Layanan

5.3.3 Persepsi Manfaat dan Hambatan

Persepsi manfaat yang dirasakan adalah pendapat seseorang dari nilai atau kegunaan dari suatu perilaku baru dalam mengurangi risiko pengembangan penyakit. Individu cenderung mengadopsi perilaku sehat ketika mereka percaya perilaku baru akan mengurangi resiko mereka untuk berkembangnya suatu penyakit. Individu akan mempertimbangkan apakah alternatif itu memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumber daya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Seorang LSL akan mau memanfaatkan layanan kesehatan apabila merasa perlu untuk memanfaatkan layanan kesehatan tersebut, dan adanya dukungan dari teman atau komunitas LSL yang meyakinkan bahwa perlu untuk memanfaatkan layanan kesehatan karena berdampak baik pada status kesehatan LSL.

Sedangkan persepsi hambatan mengacu pada penilaian individu tentang hambatan untuk perubahan perilaku. Bahkan jika seseorang merasakan kondisi kesehatan yang mengancam dan percaya bahwa ada tindakan efektif untuk mengurangi ancaman, hambatan dapat mencegahnya. Dengan kata lain, manfaat yang dirasakan harus lebih besar daripada hambatan yang dirasakan agar suatu

perilaku terjadi. Hambatan dapat berupa ketidaknyamanan dan beban yang dirasakan. Persepsi hambatan merupakan persepsi terhadap biaya/aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit.

Suatu tindakan akan dipengaruhi oleh keyakinan tentang efektivitas relatif dari alternatif yang tersedia yang dikenal dapat mengurangi ancaman penyakit yang dirasakan individu. Perilaku kesehatan dalam hal ini pencegahan perilaku IMS, mungkin tergantung pada bagaimana LSL berpikir tentang manfaat yang akan ia peroleh untuk mengatasi masalah kesehatannya, terutama masalah yang berkaitan dengan IMS sehingga dapat disimpulkan bahwa individu mungkin lebih mengutamakan keyakinan terhadap efektivitas suatu tindakan dan bukan melihat secara obyektif terhadap efektivitas suatu tindakan yang diambil.

Manfaat dalam penggunaan layanan sangat dipengaruhi oleh keyakinan yang sering disebut sebagai faktor yang berkaitan dengan motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Keyakinan LSL tentang adanya manfaat melakukan perilaku pencegahan HIV termasuk dalam kategori kuat. LSL telah mempercayai bahwa kesehatan dirinya mungkin terancam dalam beberapa tahun mendatang jika tidak melakukan VCT. Mereka juga telah mempercayai keseriusan kondisi yang terjadi bila terinfeksi IMS termasuk HIV/AIDS. LSL yang memiliki keyakinan yang kuat tentang manfaat VCT akan terdorong untuk melakukan VCT di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan. Kesadaran akan perlunya melakukan manfaat perilaku pencegahan sudah dimiliki LSL yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan.

Pelayanan konseling dan pemeriksaan sukarela yang sensitif dan responsif untuk para laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki dalam pencegahan HIV dapat memulai mengisi kesenjangan program yang diperlukan para LSL merupakan salah satu dari manfaat layanan VCT antara LSL yang memang sering memanfaatkan layanan kesehatan dengan LSL yang memang belum pernah sama sekali dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Pre dan post test konseling oleh konselor terlatih yang dekat dengan para laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki memberikan kesempatan untuk memberi informasi yang memadai tentang HIV dan seks yang lebih aman bagi LSL. Ia juga memberi kesempatan bagi para klien untuk belajar tentang organisasi dan pelayanan lain yang berbasis masyarakat yang bekerja sama dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki bila pemeriksaan seorang klien menunjukkan hasil positif, ia juga dapat diberi informasi rinci tentang orang yang hidup dengan virus ini

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 33 orang responden (76,7%) yang memiliki persepsi manfaat dan hambatan dalam kategori yang kuat sudah ada 29 orang responden (67,4%) yang memiliki perilaku pemanfaatan layanan kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dalam kategori yang baik, dan 10 orang responden (23,3%) yang memiliki persepsi manfaat dan hambatan dalam kategori yang lemah memiliki perilaku pemanfaatan layanan kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan dalam kategori yang baik. Berdasarkan hal tersebut bahwa sebagian besar responden mau memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas Teladan karena memang mendatangkan manfaat yang baik bagi status kesehatan responden.

Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p=0,004 (p<0,05) sehingga berdasarkan hasil uji diketahui bahwa ada pengaruh persepsi manfaat dan hambatan terhadap pemanfaatan layanan kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan. Responden yang memiliki persepsi manfaat dan hambatan dalam kategori yang kuat, memiliki perilaku pemanfaatan layanan kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi manfaat dan hambatan dalam kategori yang lemah.

Manfaat dalam pemanfaatan layanan juga dipengaruhi oleh karakteristik responden yang menunjukkan hampir sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMA yang berarti bahwa responden memiliki kemampuan pengetahuan yang cukup baik ditambah lagi sebagian besar responden berada dalam kelompok umur 25-29 tahun untuk mampu menilai manfaat dari pelayanan kesehatan yang disediakan. Pada umumnya LSL dengan kelompok umur diatas 20 tahun sudah mampu memutuskan sendiri dalam pemanfaatan perilaku pencegahan, hal tesebut dapat terlihat dari tindakan yang mereka ambil seperti penggunaan kondom, tidak berganti-ganti pasangan, melakukan tes HIV, serta pemanfaatan layanan kesehatan yang dapat mengurangi risiko kejadian IMS, karena sudah mengetahui bahwa pelayanan kesehatan tersebut mendatagkan manfaat yang baik bagi status kesehatan responden. Semakin baik persepi manfaat dan hambatan yang dirasakan oleh LSL maka akan semakin baik perilaku pemanfaatan layanan kesehatan di klinik IMS Puskesmas Teladan, karena LSL merasa ada manfaat yang baik bagi kesehatan mereka apabila memanfaatkan layanan kesehatan tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Fajariyah (2014), ada 93,6% responden memiliki persepsi yang baik terhadap manfaat dan ancaman pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mencegah penyakit IMS termasuk HIV/AIDS bagi kehidupan dan merupakan faktor dominan yang melatar belakangi informan untuk datang ke VCT RSUD Kota Langsa. Berbeda dengan penelitian Malau (2015) bahwa persepsi manfaat dan ancaman tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian HIV-AIDS di klinik IMS dan VCT Veteran kota Medan.

Faktor ancaman yang paling dominan dalam memengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan oleh LSL di klinik IMS Puskesmas Teladan ialah bahwa LSL merasa takut apabila hasil tes IMS mereka positif, sehingga mereka merasa takut untuk berkunjung ke klinik IMS. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fajariyah (2014) yang melaporkan bahwa salah satu yang dapat mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan adalah ketakutan mereka terhadap kemungkinan hasil tes yang positif. Pernyataan di atas menunjukkan ketakutan terhadap hasil tes yang positif kemungkinan merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pemanfaatan layanan kesehatan oleh LSL di klinik IMS Puskesmas Teladan kota Medan. Ketakutan tersebut kemungkinan merupakan ketakutan terhadap kematian, takut atas nasib mereka sendiri atau takut karena harus menghadapi masalah yang lebih rumit di kemudian hari karena mendapat hasil tes yang positif. Ketakutan tersebut kemungkinan juga dapat diperburuk dengan adanya stigma atau diskriminasi yang akan diterima dari masyarakat atau pun keluarga.

Dokumen terkait