• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV.MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI

A. Katekis Menggali Inspirasi dari Pribadi Paulus dalam Pertobatannya

3. Memiliki Kehidupan Rohani yang Mendalam

Untuk bisa mendidik orang lain dalam hal iman, para katekis sendiri harus mempunyai kehidupan rohani yang mendalam. Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa (CEP, 1997:45) mengatakan “Kehidupan rohani katekis harus didasarkan pada persekutuan dalam iman dan cinta dengan pribadi Yesus”. Maksudnya ialah hidup katekis harus berpusat pada Kristus (Kristosentris). Dengan meneladan hidup Rasul Paulus diharapkan para katekis mampu memusatkan Kristus dalam hidupnya.

Dalam hal ini penulis ingin menjabarkan hal-hal yang harus dimiliki katekis untuk hidup berpusat pada Kristus agar kehidupan rohaninya semakin mendalam. Ada beberapa hal yang dapat diteladani dari pribadi Rasul Paulus ketika pertobatannya, di antaranya yakni: berserah diri kepada Tuhan, memberi diri dipimpin oleh Roh, setia dalam panggilan, pribadi yang mencintai umat.

a. Berserah Diri kepada Tuhan

Berserah berarti mempercayakan segala sesuatu kepada Allah, karena Allah akan memberikan yang terbaik kepadanya. Dengan berserah berarti manusia

mempersilahkan Tuhan untuk bercampur tangan dalam hidupnya. Dalam keadaan berserah ini, manusia dengan penuh iman mempercayakan kepada Tuhan segala pergumulannya, selalu berfikir positif, bersemangat dan selalu mengikuti kehendak Tuhan.

Sikap penyerahan diri menjadi bukti untuk menunjukkan iman, ketaatan dan kepercayaannya. Sikap penyerahan diri ini sudah diteladankan oleh rasul-rasul dan Yesus sendiri. Yesus telah meneladankan sikap berserah yang sesungguhnya kepada umat manusia. Pada malam sebelum Ia disalibkan Yesus menyerahkan diri pada kehendak Allah. Yesus begitu banyak menderita atas rencana Allah dalam penebusan dosa manusia. Begitu pula dengan Rasul Paulus, sikap penyerahan diri ini juga ia teladankan kepada manusia dalam pertobatannya. Setelah Yesus menampakkan dirinya kepada Paulus dalam perjalanannya menuju Damsyik, Paulus menyerahkan dirinya secara total kepada kehendak Allah sejak awal ia mengalami kebutaan. Kebutaan yang dialami Paulus membuat Paulus merasakan rencana Allah yang luar biasa untuk memakai dirinya menjadi juru bicara-Nya. Allah memanggil Paulus menggunakan cara-cara yang khas dan luar biasa. Seorang penganiaya jemaat diubahnya menjadi pewarta Kristus yang radikal. Allah menyadarkan Paulus dengan merebahkan Paulus ke tanah lalu membuatnya buta. Melalui kebutaan itulah akhirnya Paulus menyerahkan dirinya dituntun oleh Allah dan mengikuti perintah-Nya.

Paulus ingin mengetahui kehendak Tuhan melalui puasa. Tiga hari lamanya Paulus tidak makan dan minum. Paulus berani mengandalkan hidup sepenuhnya kepada Dia

yang telah memberikan rahmat panggilan, Allah sendirilah yang akan menyelenggarakan sesuatu bagi hidup dan karya Paulus, tanpa perlu mencemaskan berbagai hal.

b. Memberi Diri Dipimpin oleh Roh

Karya Roh Kudus berlangsung sepanjang zaman. Karya Roh Kudus tersebut menuntut manusia untuk membuka diri dan hati sehingga Roh akan mengarahkan dan membimbing manusia pada kehendakNya yang indah. Hal ini juga dikatakan dalam Yohanes (14:25-26)

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Melalui ayat tersebut, Yesus mengingatkan kepada kita tentang pentingnya peran Roh Kudus dalam kehidupan setiap orang beriman. Allah Bapa dengan kasihNya mengutus Roh Kudus untuk mengajarkan segala sesuatu dan untuk mengingatkan umat manusia akan teladan-teladan Yesus.

Rasul Paulus juga menunjukkan dirinya dibimbing dan diubah oleh Roh Kudus untuk dijadikan juru bicara Kristus. Roh Allah membantunya memutuskan untuk meninggalkan masa lalunya dan mengenakan cara hidup yang baru. Karya Roh Kudus nampak nyata dalam perjumpaan Paulus dengan Kristus yang bangkit (Bea, 1975:15). Pertobatan Paulus yang mendadak merupakan proses yang tidak bisa dipahami kalau tidak ada peran Roh Kudus di dalamnya. Peran Roh Kudus lebih nyata ketika Paulus

dibaptis oleh Ananias melalui penumpangan tangan (Kis 9:17). Perlu kita sadari bahwa peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang beriman sangatlah vital sehingga manusia harus menyiapkan diri untuk menerima Roh Kudus dan bersedia untuk dibimbingnya. Hal ini didukung oleh teladan Paulus yang di katakan dalam suratnya kepada jemaat Galatia yakni “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah kita juga dipimpin oleh Roh” (Gal. 5:25).

Hidup dalam Roh berarti hidup dengan mewujudkan perbuatan yang menghasilkan buah Roh dan juga menolak keinginan-keinginan daging. Hidup dalam Roh juga berarti memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus dengan cara menyerahkan kehendak pribadi kepada Roh Kudus agar dituntun dan diarahkan sesuai dengan kehendakNya. Tubuh kita bukan sepenuhnya milik kita tetapi adalah milik Tuhan (1 Kor 6:20). Oleh karena itu Tuhan ingin memakai masing-masing pribadi yang telah dilingkupi oleh Roh Allah untuk mewartakan SabdaNya (1Kor. 14:12).

c. Setia dalam Panggilan

Allah begitu murah hati, Ia berkenan memanggil orang berdosa untuk bertobat sekaligus untuk menjadi juru bicara-Nya. Allah begitu baik, Ia telah memberikan rahmat kepada para katekis dan memampukan mereka untuk dapat menjadi saksi-Nya di dunia ini. Allah yang memanggil maka Allah pula yang berkarya. Allah juga akan selalu mendukung dan menyertai para katekis. Maka katekis perlu menyadari hal ini agar dapat menghidupi panggilannya dengan penuh rasa syukur dan berani mengatakan di dalam Dia hanya ada kata ‘ya’ (2 Kor 1:19).

Semasa hidupnya, Paulus selalu menunjukkan kesetiaannya terhadap orang yang mengutusnya. Sebelum Paulus bertemu dengan Yesus yang bangkit, Paulus terlebih dahulu menunjukkan kesetiaannya kepada Mahkamah Agama yang memberi tugas untuk menganiaya jemaat Kristus. Inilah yang menunjukkan bahwa Paulus setia dalam panggilan. Setelah peristiwa pertobatannya, Paulus juga menunjukkan kesetiaannya yakni dengan menuruti perintah Tuhan untuk masuk ke Damsyik dan menunggu di sana selama tiga hari (Kis 9:9). Kesetiaan Paulus juga terlihat pada pewartaannya yang penuh tantangan dan penolakan, bahkan hingga diusir dan dipenjarakan, tetapi Paulus tetap bersemangat untuk memperkenalkan Kristus kepada orang-orang non Yahudi (Gal 1:15-16). Paulus merasakan bahwa ini merupakan panggilan Tuhan yang tidak dapat ditawar, maka harus dilaksanakan dengan sepenuh hati.

Dari berbagai pengalaman Paulus tersebut, katekis harus menyadari betapa pentingnya kesetiaan dalam panggilan hidupnya. Agar mencapai kesetiaan katekis perlu bertekun di dalam panggilannya, percaya bahwa Tuhan akan berkarya dalam perutusan manusia, dan sepenuh hati untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Oleh karena Tuhan telah mengangkat kelemahan menjadi sebuah karya yang indah maka katekis akan dibentuk Tuhan menjadi bejana yang indah. Bejana sebagai penampung rahmat Tuhan untuk dibagikan kepada sesama yang rindu dan ingin mengenal dan mencintai jalan hidup Tuhan.

Kehidupan Rasul Paulus kini tidak lagi ditutupi oleh kegelapan, jalan hidupnya kini merupakan jalan limpah kasih Tuhan. Maka dari itu, katekis perlu menyadari setiap pergulatan dan tantangan memberikan hasil dari buah perjuangan hidup.

d. Pribadi yang Mencintai Umat

Paulus merupakan orang Yahudi yang termasuk pada golongan Farisi. Dalam Kisah Para Rasul, Saulus muncul pertama kali sebagai seorang Yahudi fanatik yang membenci dan menganiaya jemaat Kristen (Flp 3:6). Sebagai seorang Farisi, Paulus memusuhi Injil Yesus Kristus. Hal ini disebabkan karena ketaatan Paulus terhadap Taurat (Flp 3:6) serta keinginannya menjaga adat istiadat nenek moyang.

Setelah Paulus bertemu dengan Kristus yang bangkit dan hidupnya berubah total, Paulus menjadi pribadi yang membangun umat. Paulus mewartakan Injil Kristus kepada masyarakat non Yahudi dan seketika itu juga ia mendapat tekanan dari masyarakat Yahudi. Tak peduli dengan apa yang akan dilakukan orang Yahudi itu kepadanya, ia tetap mewartakan Injil Tuhan, sekalipun ia harus mengalami penolakan, pengusiran, penganiayaan bahkan hingga dipenjarakan sekalipun.

Cinta Paulus kepada umatnya dibuktikan dengan tulisan dari beberapa suratnya, misalnya: dalam pembuka surat Roma ia mengucap syukur atas umatnya (Rm.1: 8; 1Kor.1: 4; Flp 1: 3; Kol 1: 3; Tes 1:2). Bahkan ketika di dalam penjara pun Paulus masih mengingatnya.

Di dalam suratnya kepada umat di Efesus (Ef 1:15-23) Rasul Paulus mengucap syukur atas iman dan perbuatan umat Rasul Paulus yang hidup dalam karunia Roh dan menghayati kasih Allah. Karena cintanya kepada para umatnya, Rasul Paulus tidak hanya mewartakan melalui kata-kata imannya tetapi Paulus juga turut hadir dan terlibat dalam pewartaan kasih Allah melalui tindakan nyatanya yakni mendoakan dan meneguhkan umat agar selalu hidup dengan Roh. Kehadiran Paulus membuktikan rasa cintanya kepada umat dengan cara memberikan diri.

B. Pokok-Pokok Spiritualitas Katekis di Zaman Sekarang yang dapat

Dokumen terkait