• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PAULUS DAN PENGALAMAN PERTOBATANNYA

A. Kisah Hidup Paulus

2. Paulus sebagai Pewarta Injil

Kardinal Augustinus Bea (1975: 13) mengajak pembaca untuk sejenak melihat karya misioner Paulus dari dekat, yakni : kegiatan yang total demi kebenaran, kejujuran radikal untuk membela keyakinannya, daya kerja yang tak kenal letih dalam usaha melaksanakan rencana-rencananya serta pandangan luas yang mendorong dia melintasi batas-batas kota atau wilayah. Menurut Kardinal Augustinus Bea (1975: 13) sifat-sifat manusiawi dari Paulus ini memang sudah ada dalam kepribadian Paulus. Allah sendiri yang telah memberikan sifat dan bakat tersebut sejak Paulus diciptakan. Paulus dikodratkan memang untuk memiliki banyak bakat.

Di dalam Kisah Para Rasul, karya Paulus dijabarkan dengan sangat lengkap pada Kis 13-21:26. Suharyo (2012: 24) secara singkat mengatakan bahwa “pola hidup dan karyanya adalah: tiba di tempat baru, diterima untuk beberapa waktu, ditolak dan diusir sehingga harus pergi ke tempat yang baru lagi”. Pada masa karyanya ini, Paulus dihadapkan dengan berbagai macam tantangan yang harus ia hadapi demi menjadi jurubicara Yesus. Paulus sudah siap batin untuk menghadapi berbagai macam penderitaan. Bahkan Paulus pun sudah tahu sejak awal akan banyaknya penderitaan yang akan ia alami karena Yesus.

Karya Paulus pasti akan dikaitkan dengan perjalanan misinya. Disini penulis menggunakan buku karangan Mgr. Suharyo yang berjudul “Menjadi Manusia Dewasa, Belajar dari Pengalaman Santo Paulus” sebagai sumber utama dalam mengisahkan perjalanan misi Paulus. Pada misi pertama, Paulus mengawali dengan kotbah di Antiokhia di Pisidia bersama dengan Barnabas (Kis 13:16-41). Suharyo (2012: 24) mengatakan bahwa kotbah pertama Paulus ini mendapatkan kesan bagus, bahkan dapat menarik perhatian. Bukti bahwa kotbah Paulus ini menarik yakni Paulus diminta untuk berkotbah lagi pada hari sabat berikutnya dan ketika waktunya tiba hampir seluruh masyarakat kota itu berkumpul untuk mendengarkan firman Allah (Kis 13:42-44). Ini merupakan awal yang sangat baik dan membanggakan serta mendukung bagi karya Paulus selanjutnya. Tetapi ternyata tidak begitu, tidak seperti yang dibayangkan. Dalam kisah dilanjutkan bahwa setelah itu orang-orang Yahudi melihat orang banyak yang berkumpul. Hal ini menimbulkan iri hati dan kecemburuan bagi orang-orang

Yahudi terhadap Paulus. Kemudian orang Yahudi menghujat dan membantah perkataan Paulus, kemudian menghasut perempuan-perempuan terkemuka dan pembesar-pembesar di kota itu sehingga Paulus dan Barnabas dianiaya dan diusir dari situ (Kis 13:45.50).

Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan ke Ikonium. “Tetapi orang-orang Yahudi yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar … mulailah orang-orang yang tidak mengenal Allah dan orang-orang Yahudi bersama-sama dengan pemimpin mereka menimbulkan suatu gerakan untuk menyiksa dan melempari kedua Rasul itu dengan batu” (Kis 14:2.5). Pengalaman ini membawa mereka ke Listra dan Derbe (ay. 6). Di sini Timotius juga turut serta dalam perjalanan Paulus (Kis 6:3). Tidak lama kemudian musuh-musuh yang membenci mereka dari Antiokhia dan Ikonium terus mengejar mereka. Kemudian musuh-musuh Paulus tersebut membujuk orang banyak untuk memihak mereka dan melempari Paulus dengan batu kemudian menyeretnya ke luar kota karena mereka mengira Paulus telah mati (ay. 19).

Perjalanan misi kedua, Paulus sudah tidak bersama dengan Barnabas lagi. Walaupun sudah tidak bersama Barnabas lagi, Paulus tidak sendirian. Suharyo (2012:26) mengatakan bahwa Paulus kini bersama dengan Silas (Kis 15:40), Timotius (Kis 16:1-3), dan Lukas (Kis 16:10). Ketika mereka berada di Filipi, mereka duduk di tempat sembahyang orang-orang Yahudi dan berbicara kepada perempuan-perempuan yang berkumpul di situ (Kis 16:13-18). Suharyo (2012: 26) mengatakan bahwa hal

tersebut merupakan suatu keberhasilan awal Paulus beserta teman-temannya. Tetapi setelah keberhasilan itu, Paulus mengalami nasib buruk lagi. Musuh Paulus menangkap Paulus dan Silas lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa lalu mendera mereka dan melemparkan ke dalam penjara (Kis 16:19-23).

Setelah dibebaskan dari penjara dengan cara yang istimewa (Kis 25-26) Paulus dan Silas sampai di Tesalonika. Di kota ini Paulus dan Silas dicari untuk dihadapkan kepada sidang rakyat (Kis 17:5-9), sehingga mereka terpaksa lari lagi ke Berea dan Paulus diganggu (Kis 17:13). Paulus pergi ke Atena dan dilecehkan oleh orang-orang Atena (Kis 17:15-32). Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke Korintus dan di sini pun ia dihujat dan dimusuhi (Kis 18:1-6). Kemudian kembali ke Antiokhia (Kis 18:22).

Suharyo (2012: 27) mengisahkan perjalanan misi ketiga Paulus yang dimulai tidak lama setelah Paulus sampai di Antiokhia dan mejelajah seluruh tanah Galatia dan Frigia untuk meneguhkan hati semua murid (Kis 18:23). Tidak semua orang mau mendengarkan Paulus, bahkan tidak sedikit orang juga yang mengumpatnya (Kis 19:9). Perjalanan selanjutnya tidak berbeda jauh. Ia melanjutkan perjalanan ke Makedonia dan orang Yahudi bermaksud untuk membunuh dia (Kis 20:3-4). Kemudian Paulus melanjutkan perjalanan ke Troas (Kis 20:6), kemudian ke Miletus (Kis 20:15), Tirus (Kis 21:3) dan akhirnya tiba di Kaisarea (Kis 21:8). Kemudian ia melanjutkan ke Yerusalem (Kis 21:15) dan perjalanan Misi berakhir dengan penangkapan.

Buah misi Paulus adalah surat-suratnya yang oleh Purwa Hadiwardoyo (2012:20) disebut Warisan Paulus. Ada 11 surat yang ditulis oleh Rasul Paulus untuk para

jemaatnya di berbagai kota, masing-masing surat mempunyai kekhasannya. Ketujuh surat itu adalah, surat kepada jemaat di Tesalonika 1 dan 2, surat kepada jemaat di Galatia, surat kepada jemaat di Korintus 1 dan 2, surat kepada jemaat di Filipi, surat kepada jemaat di Roma, surat kepada jemaat di Efesus, surat kepada jemaat di Kolose dan di dalamnya terdapat ajaran iman, nasehat-nasehat pastoral dan nasehat-nasehat moral bagi jemaatnya yang dituju.

b. Bangkit dari Kegagalan

Setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, begitu juga dengan Paulus. Paulus pernah mengalami penolakan hingga kegagalan dalam karyanya. Semua itu dapat dilihat dari surat-suratnya. Dalam suratnya itu Paulus berkata “sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami”(2Kor 1:8). Surat Paulus tersebut menunjukkan bahwa Paulus mengalami putus asa karena karyanya yang tidak berhasil. Sekuat apapun hati seseorang, kegagalam merupakan pengalaman yang menyesakkan dan sangat membebani.

Ungkapan putus asa juga dapat ditemukan dalam Galatia bab 4 ayat 11 “Aku kawatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia”. Suharyo (2012:33) menuliskan pendapatnya mengenai ayat tersebut, menurutnya kata-kata tersebut merupakan ungkapan batin yang mencemaskan. Paulus berada di ambang keputusasaan total karena karya yang gagal. Kemudian Suharyo (2012: 33)

menemukan kesamaan nada dan bahasa dengan Petrus dalam peristiwa ketika Petrus disuruh Yesus untuk pergi ke tempat yang dalam dan menebarkan jala. Waktu itu Petrus menjawab “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa”(Luk 5:5). Ternyata bukan menangkap ikannya, tetapi tugas perutusan yang tak kunjung tampak hasilnya. Melalui ayat ini, Suharyo (2012: 33) ingin mengatakan kepada pembaca bahwa Paulus juga pernah mengalami situasi krisis kerasulan yang amat mencekam. Sebelum menjadi murid Yesus, Paulus adalah orang yang selalu berhasil tetapi sekarang Paulus harus berhadapan dan menerima kenyataan yang berbeda. Ia tidak dapat berbuat lain kecuali menerima kenyataan yang pahit itu.

Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa Paulus merupakan seorang Rasul yang tangguh dalam mewartakan Injil. Ketangguhannya terlihat dari cara Paulus menghadapi dan menyikapi penderitaannya. Kegagalan takkan membuat semangatnya padam untuk memberitakan Kristus. Di dalam Kisah Para Rasul terlihat jelas bagaimana Paulus berkali-kali mengalami penderitaan selama mewartakan Injil.

Setelah pertobatannya, Paulus harus mengalami perlawanan dari pihak kaum Yahudi di Damsyik maupun di Yerusalem (Kis 9:23-30), di Listra Paulus dilempari batu dan diseret ke luar kota (Kis 14:19-20), pewartaannya di Athena ditolak (Kis 17:15-33), bahkan di Filipi, Yerusalem dan Kaisarea Paulus dipenjara (Kis 16:21-23). Dari hal-hal semacam ini kita tahu bahwa Paulus mengalami kegagalan dalam karyanya. Kegagalan Paulus bukan merupakan kegagalan yang ringan. Kegagalan

semacam ini jika Paulus tidak memiliki iman yang kuat kepada Allah dan percaya akan penyertaan Allah, pasti ia sudah putus asa dan tidak melanjutkan karyanya.

c. Tawanan yang Memberikan Kesaksian Iman

Pada misinya yang ketiga, Paulus sedang melakukan perjalanan menuju Yerusalem dengan maksud untuk memberikan bantuan (Rm 15:25). Tetapi rupanya masalah yang terjadi di masa lalu antara dirinya dengan orang-orang Yahudi maupun murid-murid Kristus belum selesai. Suharyo (2012:35) mengatakan bahwa Paulus ketakutan dengan suatu hal yang akan menimpa dirinya. Paulus takut kalau orang Yahudi yang pernah menuntut nyawanya akan menggunakan kesempatan ini untuk melaksanakan niat mereka. Ternyata yang ditakutkan Paulus terjadi, Paulus ditangkap di Yerusalem dan tidak ada sesama murid Kristus yang membela dirinya (Kis 21:27). Suharyo (2012:28) mengatakan bahwa setelah Paulus ditangkap di Yerusalem, Paulus tidak pernah menjadi orang yang bebas lagi. Tetapi Paulus tetap bersemangat dan tetap berusaha memberi kesaksian imannya walaupun sekarang ia telah menjadi tawanan. Tetapi orang-orang tidak mau menerima dan mengatakan “Enyahlah orang ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup!” (Kis 22:22). Suharyo mengatakan Kisah Para Rasul bab 21-28 sering disebut sebagai kisah sengsara Paulus. Sebagai tawanan Paulus berusaha membela diri di hadapan Mahkamah Agama (Kis 23:1-11), diancam akan dibunuh (Kis 23:12-22), dipindahkan ke Kaisarea dan berusaha menjelaskan masalahnya di hadapan para penguasa Romawi (Kis 24-26) dan akhirnya naik banding kepada Kaisar (Kis 25:11). Karena itu Paulus dibawa ke Roma (Kis 27-28).

d. Paulus Dipenjara demi Kristus

Kisah Para Rasul dengan lengkap mengisahkan awal mula konflik Paulus sebelum dirinya dimasukkan ke dalam penjara. Dixon (1981: 159) mengungkapkan pandangannya tentang peristiwa sebelum Paulus dipenjara yang diawali dari usaha Paulus membela diri di Kaisarea. Pembelaan Paulus ini merupakan pembelaan dalam sidang pertama Rasul Paulus di hadapan Feliks (Kis 24:1-28; 28:11-31). Sidang tersebut diadakan agar Paulus dapat mengungkapkan pembelaan-pembelaan berdasarkan tuduhan-tuduhan yang dialami oleh Paulus di Kaisarea. Tuduhan-tuduhan tersebut di antaranya seperti yang dikatakan Dixon (1981:171) yaitu Paulus dianggap menimbulkan kekacauan, menyalahi ajaran resmi, dan juga dianggap sebagai orang yang melanggar kekudusan Bait Allah.

Setelah peristiwa pertobatannya, Paulus kemudian mewartakan Kristus kepada orang-orang non Yahudi. Hal tersebut membuat orang Yahudi yang lain nampak iri hati. Bagaimana tidak, banyak orang yang menjadi Kristiani akibat pewartaan Paulus ini. Orang-orang Yahudi mengganggap bahwa Kristus sebagai tokoh utama dalam agama Kristen dianggap sebagai tokoh yang melanggar Taurat. Seperti Kristus, sebagai pengikutNya Paulus juga dianggap demikian. Paulus juga dianggap sebagai orang yang melanggar kekudusan Bait Allah. Paulus ditangkap dan dipenjara bukan karena Paulus berbuat kejahatan tetapi karena ajarannya tentang Kristus itu melanggar ajaran yang sudah berjalan baik disana.

Pada suatu saat Kaisar Nero menggantikan Feliks dengan Festus. Orang Yahudi kembali membawa perkaranya tersebut kepada Festus dan kemudian melakukan sidang yang kedua. Kali ini tuduhan orang-orang Yahudi kepada Paulus semakin meluas. Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Paulus menyebabkan banyak masalah di antara orang Yahudi, bahwa ia menyembah kepada Allah dengan cara yang salah, dan ia berusaha menjatuhkan pemerintahan Romawi. Karena ketidaktahuan Festus tentang permasalahan dan tuduhan Paulus, Festus meminta agar Paulus dibawa kepada Mahkamah Agama di kota Yerusalem. Tetapi Paulus menolak karena Paulus sudah menduga bahwa dia tidak akan disidangkan secara adil di bawah pimpinan orang Yahudi. Berkat kewarganegaraan yang ia warisi dari ayahnya, Paulus berhak menolak untuk menghadap Mahkamah Agama. Paulus meminta naik banding kepada Kaisar.

Kemudian Paulus dibawa menghadap sidang dan Agripa memimpin persidangan tersebut. Paulus berbicara dan menceritakan pengalamannya dari perjumpaannya dengan Yesus di Damsyik hingga saat itu (Kis 25:22-27). Paulus mulai memberitakan Firman tentang Yesus Kristus. Festus, Agripa dan semua yang hadir di situ menjadi terkesan dan setuju bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati, bahkan raja Agripa berbicara “Paulus, hampir saja kau yakinkan aku menjadi seorang Kristen”(Kis 26:28).

Paulus diizinkan oleh Festus untuk memulai perjalanannya ke Roma. Ketika mereka tiba di Roma semua tahanan kecuali Paulus dimasukkan ke dalam penjara. Paulus dirantai bersama dengan seorang prajurit. Tetapi Paulus tinggal di dalam rumah

sendirian dan teman-temannya boleh mengunjungi dia. Pada waktu itu terdapat banyak orang Yahudi yang menetap di Roma. Tiga hari setelah Paulus tiba di kota itu, ia mengundang orang-orang terkemuka bangsa Yahudi. Di Roma Paulus terus memberitakan firman tentang Yesus Kristus (Kis 27:1-13).

Seto Marsunu (2012:46) mengatakan bahwa “menurut Kisah Para Rasul Paulus pernah dipenjarakan di Filipi (Kis 16:23), Yerusalem (Kis 21:33-34), Kaisarea (Kis 23:25), dan Roma (Kis 28:16). Pemenjaraannya di Filipi dan Yerusalem berlangsung singkat, hanya satu atau dua hari”. Paulus mengatakan bahwa pemenjaraannya itu adalah karena Kristus (Flp 1:13) dan pemenjaraannya itu adalah untuk membela Injil (Flp 1:16).

Ketika Paulus di Roma, ia dipenjara selama dua tahun. Semenjak ia dipenjara, ia meluangkan banyak waktu menulis empat surat untuk menyapa umat-umatnya. Keempat surat tersebut yakni : surat kepada jemaat di Filipi, Surat kepada jemaat di Efesus, surat kepada jemaat di Kolose, surat kepada jemaat di Filemon. Surat-surat tersebut mengandung ajaran iman, nasihat nasihat pastoral dan moral untuk umat yang dituju dalam surat. Isi dari masing-masing pokok bahasan itu berbeda-beda menyesuaikan kondisi dan situasi umat di mana surat itu akan diberikan.

Dokumen terkait