• Tidak ada hasil yang ditemukan

No. Jawaban Responden Jumlah Orang Persentase (%) 1 Ya, - - 2 Tidak 25 100% Jumlah 25 100 %

Sumber Data Primer : Data Tahun 2016

Berdasarkan tabel 1, dapat digambarkan bahwa ternyata 25 (dua puluh lima) orang (100 %) benar mengatakan bahwa masyarakat Suku Akit tidak memiliki tanah Adat. Hal ini diperkuat oleh keterangan Bapak Sukarto selaku Kepala Desa Titi Akar, Kecamatan Rupat Utara mengatakan bahwa masyarakat suku Akit tidak memiliki tanah adat.

4. Ada pranata dan perangkat hukum Adat yang masih ditaati

Pranata dan perangkat hukum harus dimiliki setiap masyarakat hukum adat, demi menjaga kelestarian adat-istidat yang dimiliki oleh setiap masyarakat adat. Masyarakat Suku Akit memiliki pranata dan perangkat hukum Adat yang jelas, khususnya peradilan adat. Masyarakat suku akit dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang perkawinan, perceraian dan pewarisan diselesaikan di rumah Adat, kantor Kepala Desa atau dirumah keluarga yang bersengketa. Setiap masyarakat suku Akit harus menaati segala peraturan yang ada baik dalam hal kelahiran, perkawinan dan kematian.

Peradilan adat yang dipimpin oleh Bathin dan para wakil Bathin memberikan sanksi adat yang wajib dituruti oleh setiap masyarakat adat suku Akit. Sanksi Adat itu berupa:

a. Berdamai

b. Membayar Denda c. Membuat Sumpah

d. Di usir dari kampung halaman 5. Sejarah Masyarakat Hukum Adat;

Setiap masyarakat hukum Adat pasti memiliki Sejarah Masyarakat hukum Adat sendiri. Karena sejarah ini untuk mengetahui asal-usul keberadaan masyarakat hukum adat itu sendiri, bagaimana masyarakat adat bisa menempati daerah itu, tentang cara kehidupan masyarakat adat, serta mata pencaharian apa yang dimiliki oleh setiap masyarakat hukum adat.

Masyarakat suku Akit berada di Kecamatan Rupat utara memiliki sejarah tersendiri, yaitu suku Akit berasal dari Kata Rakit, sebab suku Akit secara singkat dapat dikatakan suku rakit, orang rakit atau tukang rakit. Suku Akit ini pada mulanya telah menjadi rakyat kerajaan Kesultanan Siak. Mereka mendapat tugas dari Sultan Siak mengambil dan merakit kayu. Mereka telah dibagi atas 3 (tiga) macam tugas:

a) Menebang Hutan, disebut suku Hutan b) Merakit disungai disebut suku Akit Biasa

Suku Akit melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh sultan, dikarenakan mereka punya alasan bahwa adanya pertukaran pulau rupat yang ditentukan oleh Datuk Empang Kelapahan kepada mereka dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sekerat Mata Beras b. Sekerat Tampin Sagu c. Sebatang Dayung Emas

6. Harta kekayaan dan/atau benda-benda adat

Masyarakat Hukum Adat pasti memiliki harta kekayaan dan/atau benda-benda adat serta adat kesenian yang sampai sekarang tetap dijaga kelestariannya. Bagi masyarakat Adat suku Akit, harta kekayaan/ atau benda-benda adat yang mereka miliki tetap terjaga dan digunakan dalam setiap kegiatan upacara adat. adapun harta kekayaan dan/ atau benda-benda adat yang dimiliki oleh Masyakarat adat suku Akit adalah: a. Tepak Sirih b. Keris c. Baju Pengantin d. Tombak e. Sumpit

f. Bebena dan lain-lain

Tari kesenian adat yang dimiliki Masyarakat suku Akit adalah:118

a. Tari Maleng yaitu: tari untuk mengatur langkah orang berjalan. Diadakan pada upacara:

1. Sunat 2. Nikah

3. Kematian

b. Genang Pehang yaitu: Rentakan irama alat musik kesenian tradisional suku Asli Akit Hatas pada pertunjukkan Pencak silat sebagai mempertahankan diri.

Adapun lagu-lagu kesenian yang dimiliki oleh masyarakat suku Akit hatas adalah:

a. Lagu Maleng b. Lagu Gendong c. Lagu Mak Iyong d. Lagu Mak Inang e. Lagu Kitang f. Lagu Anak Bayan g. Lagu Tenten h. Lagu Beketam i. Lagu Genang Penang

Salah satu unsur yang tidak terpenuhi Mayarakat suku Akit untuk mendapatkan Pengakuan sebagai Masyarakat Hukum Adat yaitu tidak mempunyai wilayah adat yang jelas yaitu berupat tanah adat atau tanah adat. Masyarakat suku Akit di Kecamatan Rupat utara, tidak memiliki tanah adat. Karena tanah yang dimiliki oleh masyarakat suku Akit merupakan hasil dari penebangan hutan pada zaman dahulu, lalu tanah itu dikelola secara individu, dan status kepemilikan hak atas tanah tersebut milik Individu bukanlah menjadi hak bersama masyarakat suku Akit, sehingga masyarakat suku Akit tidak memiliki tanah adat yang dimiliki dan dikelola secara bersama-sama oleh masyarakat suku Akit.

Berdasarkan pendapat Fikarwin Zuska, Dosen Antropologi Budaya Universitas Sumatera Utara, bahwa jika salah satu unsur-unsur masyarakat hukum adat tidak dipenuhi dalam hal ini berupa tanah adat atau tanah ulayat berdasarkan Peraturan Meenteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan masyarakat hukum adat, maka secara hukum positif negara tidak mengakui masyarakat hukum adat tersebut. Namun Keberadaan masyarakat hukum adat tidak bisa dilihat dari tidak adanya memiliki tanah adat atau tanah ulayatnya. Keberadaan masyarakat hukum adat dilihat dari asal usulnya secara turun temurun, hidup menempati wilayah tersebut walaupun dengan berpindah-pindah mengitari wilayah tersebut, memiliki budaya dan adatnya.119

Hubungan masyarakat hukum adat dengan tanah sangat kuat bahwa suatu masyarakat hukum adat selalu memiliki tanah, tanah itu sangat sakral bagi masyarakat hukum adat, tanah itu secara fungsional sebagai sumber kehidupannya walaupun masyarakat berpindah-pindah tetap memiliki tanah, disitu juga manusia bercocok tanam, menguburkan nenek moyangnya terlebih dahulu. Kalau Negara (hukum), ingin hubungan masyarakat hukum adat dengan tanah ulayat atau tanah adat harus dituliskan kedalam sebuah kertas agar ada kepastian hukumnya. Namun secara hukum tidak tertulis masyarakat suku Akit tetaplah masyarakat hukum adat yang menempati suatu wilayah tertentu, memiliki asal-usul leluhur, memiliki penguasa,

119Wawancara dengan Fikarwin Zuska, Dosen Antropologi Budaya Universitas Sumatera Utara, Pada hari Senin, tanggal 19 September 2016, Pukul 10.30 WIB

memiliki kekayaan, memiliki sistem nilai, ideologi, budaya dan sosial yang khas dapat dilihat didalam upacara-upacara adat, serta pergelaran kesenian yang ada.120

Menurut Lister Berutu, Dosen Antropologi Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa hubungan Masyarakat hukum adat dengan Tanah Ulayat atau Tanah Adat bagaikan 2 (dua) sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan adanya tanah ulayat atau tanah adat terlihatlah identitas masyarakat hukum adat itu sehingga eksistensi keberadaan masyarakat hukum Adat itu ada. Syarat-syarat Pengakuan Masyarakat hukum adat sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, harus dipenuhi karena itu adalah syarat komulatif. Sepanjang tidak dipenuhinya syarat komulatif tersebut maka pengakuan masyarakat suku akit tidak bisa dilaksanakan. Tujuan dilakukannya suatu pengakuan masyarakat hukum adat agar adanya perlindungan hukum terhadap masyarakat hukum adat tersebut.121

Menurut Edy Ikhsan, Dosen Hukum Adat Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa hubungan tanah adat dengan masyarakat hukum adat adalah satu elemen penting yang tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat hukum adat hidup dan berkembang diwilayah tersebut dengan hukum adatnya. Tanah adat atau tanah ulayat tersebut ada untuk menunjukkan status adanya masyarakat adat tersebut.

120Wawancara dengan Fikarwin Zuska, Dosen Antropologi Budaya Universitas Sumatera Utara, Pada hari Senin, tanggal 19 September 2016, Pukul 10.30 WIB

121Wawancara dengan Lister Berutu, Dosen Antropologi Hukum Universitas Sumatera Utara,

Secara Hukum normatif bahwa masyarakat suku akit bukanlah masyarakat hukum adat karena tidak dipenuhinya unsur-unsur masyarakat hukum adat jika dilihat dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat. Namun secara hukum tidak tertulis bahwa masyarakat suku Akit adalah masyarakat hukum adat yang menempati wilayah secara turun temurun, memiliki sejarah adatnya, memiliki tempat tinggal meskipun tidak memiliki tanah adatnya.122

Menurut Pandangan para ahli yang mengatakan bahwa masyarakat suku Akit adalah masyarakat hukum adat yang mana bisa dilihat dari segi sosiologis, filosofis dan yuridis. Adapun secara sosiologis bahwa masyarakat suku akit hidup bertempat tinggal di wilayah kecamatan Rupat utara dengan masyarakat yang berbentuk paguyuban, hidup berdampingan dengan suku lain, sehingga dapat saling tolong menolong satu sama lain. Secara filosofis bahwa masyarakat suku Akit memiliki asal usul leluhur secara turun temurun menempati wilayah tersebut, memiliki sistem nilai, dan budaya yang khas. Mengenai asal leluhurnya bisa dilihat dari sejarah keberadaaan masyarakat suku Akit tersebut menempati wilayah Kecamatan Rupat Utara, serta bisa dilihat dari nenek moyang yang hidup, mati dan dikuburkan diwilayah tersebut. Sistem nilai bisa dilihat dari acara perkawinan, kelahiran dan kematian serta sanksi-sanksi yang diterapkan di masyarakat suku Akit tersebut. Namun secara yuridis, bahwa masyarakat suku Akit mendapatkan pengakuan dari

122 Wawancara dengan Edy Ikhsan, Dosen Hukum Adat Universitas Sumatera Utara, Pada hari

pemerintah tentang keberadaan masyarakat hukum adat yang mana syarat-syarat keberadaan masyarakat hukum adat itu harus dipenuhi unsur-unsurnya.

Berdasarkan uraian diatas bahwa Masyarakat suku Akit sudah dapat dikategorikan sebagai Masyarakat hukum Adat, hal ini bisa dilihat dari segi filosofis, dan segi sosiologis dari keberadaan masyakarat hukum Adat tersebut. Namun jika di telaah dari segi yuridis, Masyarakat suku Akit belum sepenuhnya memenuhi salah satu syarat sebagai Masyarakat Hukum Adat sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Junto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat yaitu mengenai wilayah hukum Adat yang jelas yaitu berupa tanah adat atau tanah ulayat, karena dengan adanya tanah ulayat atau tanah adat terlihatlah identitas masyarakat hukum Adat itu sehingga eksistensi keberadaan masyarakat hukum Adat itu ada, sehingga hal ini mengakibatkan tidak ada jaminan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat Suku Akit dalam melaksanakan hak-haknya sebagai masyarakat hukum Adat.

Dokumen terkait