yang banyak, kereta
api (KA) seharusnya
menjadi alat transportasi
massal unggulan di
Indonesia. Untuk itu,
perlu diprioritaskan
merevitalisasi
perkeretaapian Indonesia.
Selain melakukan
optimalisasi dan
menghidupkan lintas yang
mati atau tidak beroperasi
lagi, juga perlunya
membangun lintas baru,
dan penambahan jalur.
Salah satunya adalah di
wilayah Sumatera Bagian
Utara.
POTRET
Menurutnya, pembangunan jalan tol yang sudah direncanakan pemerintah pun takkan cukup untuk mengatasi kemacetan ini. Belajar dari pengalaman di Pulau Jawa, lanjutnya, semua moda transportasi perlu dibangun secara terintegrasi jika hendak memperlancar pergerakan orang dan barang.
Langkah pemerintah melakukan reaktivasi jalur kereta api lama, termasuk mengganti rel yang ukurannya sudah berbeda yang biaya per kilometernya bisa sekitar separuh dari biaya pembangunan rel kereta api baru merupakan pilihan tepat.
Bagian dari proyek jangka panjang ini adalah program pembangunan reaktivasi jalur rel kereta api lintas Stasiun Binjai – Stasiun Besitang yang dimulai 2015 hingga 2017. Jalur sepanjang 85 km yang merupakan perbatasan Sumatera Utara dan Aceh ini, dibangun kembali dengan anggaran sebesar Rp 1,2 triliun dari APBN. Per kilometernya dibutuhkan anggaran sebesar Rp 15 miliar, dan diharapkan selesai pada 2017 mendatang. Reaktivasi jalur kereta api dari Stasiun Binjai hingga Stasiun Besitang
merupakan bagian dari proyek Trans Sumatera 1.500 km dari Aceh hingga Lampung. Dikarenakan jalur kereta yang ada saat ini baru mencapai Medan – Binjai sepanjang kurang lebih 20 kilometer (km), maka diharapkan tahun ini jalur Binjai – Besitang bisa selesai sepanjang 80 km dari total panjang 85 km.
Peresmian dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Dirjen Perkeretaapian Hermanto Dwiatmoko dan Plt Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, tepatnya di KM 0+800 Stasiun Binjai.
Menjadi bagian yang terpenting dari reaktivasi tersebut adalah relnya bisa segera selesai terlebih dahulu, barulah kemudian menyusul pembangunan persinyalan, sekaligus melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang perlintasannya. Kesemuanya itu, diperkirakan membutuhkan waktu sekitar setengah tahun. Hingga saat ini, progres pembangunan rel kereta Trans Sumatera dari Binjai menuju Besitang masih berjalan.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara Nur Setiawan menyebutkan reaktivasi jalur kereta api ini disebabkan kondisi
eksisting jalur kereta api lintas Binjai – Besitang sebagian besar masih menggunakan rel R.25 bantalan kayu peninggalan Belanda. Menurut Nur Setiawan, jalur lintas ini sudah tidak aktif lagi sejak Agustus 2013, karena kondisi konstruksi jalan rel dan bangunan lain seperti jembatan, gedung stasiun, dan fasilitas operasi sudah tidak laik lagi, baik dari segi teknis maupun dari segi keselamatan. “Pengaktifan lintas ini antara lain, dengan mengganti rel R.25 bantalan kayu/besi menjadi rel R.54 bantalan beton, peningkatan kualitas rel, dan perbaikan prasarana lainnya,” rincinya. Hal itu merupakan program reaktivasi perkeretaapian Indonesia dan juga merupakan tindak lanjut dari hasil forum diskusi Gubernur se- Sumatera, dalam rangka percepatan pembangunan Trans Sumatera yang akan menghubungkan seluruh Provinsi di Sumatera dengan jalur kereta api, yang ditargetkan rampung pada tahun 2021. “Oleh karenanya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kini bekerja sama membangun jalur baru dan mereaktivasi jalur lama,” ujarnya.
1 & 2. Reaktivasi jalur kereta api
2
Foto : Abdullah Baraja
Foto : Abdullah Baraja
55
POTRET
Kegiatan konstruksi yang telah dilaksanakan hingga akhir tahun 2015, meliputi pembangunan badan jalan kereta api sepanjang 69,5 km, pemasangan rel R.54 sepanjang 55 km, pembuatan sebanyak 25 buah, dan pemasangan pintu perlintasan di dua lokasi. Sementara itu, sumber pendanaan pelaksanaan pekerjaan reaktivasi jalan kereta api tersebut berasal dari APBN Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp454 miliar. Sedangkan, untuk pendanaan yang dianggarkan pada 2016 sebesar Rp20 miliar. Akan tetapi, dikarenakan masih banyak pelaksanaan pekerjaan reaktivasi dan untuk memenuhi target pengoperasian relasi Stasiun Binjai – Stasiun Besitang pada 2017, maka Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah mengusulkan untuk penambahan anggaran kegiatan yang bersumber dari APBN-P 2016 sebesar Rp105 miliar, dan Usulan RKA Tahun 2017 sebesar Rp599 miliar. Jalur Ganda Kereta Api Medan – Kualanamu
Dampak dari pembangunan jaringan kereta api adalah meningkatnya intensitas perjalanan kereta api. Sehingga, meningkat pula jumlah perjalanan orang dan barang. Pada sisi lain, muncul keluhan seiring dengan bertambahnya jumlah perjalanan kereta api semakin meningkatkan kemacetan lalu lintas jalan raya di kota-kota yang dilalui kereta api ketika bersentuhan melalui perlintasan sebidang. Dalam rangka mendukung pengoperasian kereta api Bandara Kualanamu, Direktorat Jenderal Perkeretaapian melalui Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara melaksanakan
pembangunan jalan layang kereta api antara Medan – Bandar Khalipah Lintas Medan – Kualanamu. Nur Setiawan mengatakan jika di bawah jalur layang tersebut terdapat sembilan lintasan kereta api.
Menurut Nur, dengan dibangunnya jalur layang ini, diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang muncul akibat frekuensi lalu lintas kereta yang tinggi, serta menambah kapasitas lintas, meningkatkan keselamatan perjalanan kereta api dan pengguna jalan raya, dan mempercepat waktu tempuh. “Ini sangat membantu transportasi di sekitar Medan dan sekitarnya,” pungkasnya. Bersamaan dengan peresmian reaktivasi jalur kereta api Binjai – Besitang, pembangunan jalur ganda layang kereta api di wilayah Sumatera Utara tepatnya di Km 2+800 antara Stasiun Medan – Stasiun Bandar Khalipah ini juga dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Pembangunan rel sepanjang ± 8 km ini, merupakan bagian dari rencana membangun jalur Stasiun Medan – Stasiun Bandara Kualanamu dengan total panjang 27 km.
Dikatakan oleh Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara, jalan layang ini akan dibangun sama seperti di stasiun Gambir, Jakarta. “Bedanya, yang di Gambir adalah buatan Jepang, sedangkan ini dibangun sendiri dengan menggunakan teknologi dalam negeri. Atas perintah Presiden, proses pembangunannya harus sudah mulai dapat dirasakan dalam waktu dekat,” terangnya.
Jadi, dengan adanya kemudahan transportasi kereta api yang bisa langsung dan lebih cepat, akan sangat membantu masyarakat dalam mengefisienkan waktu.
Jalur Layang Ganda (Elevated) Kereta Api Medan – Bandar Khalipah
Pembangunan infrastruktur perkeretaapian di Sumatera Utara memang sedang ‘ngebut’, guna memberikan pelayanan yang maksimal dan terbaik bagi masyarakat. Demi meningkatkan intensitas perjalanan kereta api, dibangun pulalah jalur ganda kereta api relasi Stasiun Medan – Stasiun Bandar Khalipah.
Pembangunan jalur layang ganda kereta api secara elevated relasi Stasiun Medan – Bandar Khalipah sepanjang sekitar 8 kilometer ini, merupakan bagian dari pembangunan jalur ganda
kereta api relasi Stasiun Medan – Stasiun Bandara Kualanamu sepanjang 27 kilometer.
Sebagai informasi awal, pembangunan jalur ganda kereta api relasi Stasiun Araskabu - Stasiun Bandar Khalipah sepanjang 19 kilometer telah dimulai pada 2014. Dimana kegiatan pembangunan tersebut meliputi pekerjaan pembangunan rel sepanjang 14 kilometer, pembangunan jembatan
3
5
POTRET
kereta api sebanyak 22 unit, serta pembangunan persinyalan elektrik di Stasiun Bandar Khalipah, Stasiun Araskabu, dan Stasiun Kualanamu sebanyak tiga unit. Dan, pada 2016 direncanakan pekerjaan jalan rel tersisa sepanjang lima kilometer dapat segera terselesaikan.
Pembiayaan terhadap kegiatan pembangunan yang dilakukan pada 2014-2015 tersebut, dibebankan
pada APBN dengan total anggaran sebesar Rp366,1 miliar yang terdiri dari pembangunan jalur ganda sebesar Rp193 miliar, pembangunan jembatan kereta api sebesar Rp98,7 miliar, dan pembangunan persinyalan elektrik sebesar Rp74,4 miliar. Sedangkan, pembiayaan pelaksanaan pekerjaan di 2016, terdiri dari penyelesaian pembangunan jembatan kereta api dan penyelesaian pembangunan persinyalan elektrik sebesar Rp80,5 miliar.
Pada 2016 ini, untuk dapat memenuhi target pengoperasian jalur ganda relasi Stasiun Bandar Khalipah – Stasiun Kualanamu, Kementerian Perhubungan akan mengajukan usulan penambahan anggaran. Penambahan tersebut, yakni sebesar Rp59,1 miliar melalui APBN-P 2016 untuk pembiayaan penyelesaian pekerjaan pembangunan jalur ganda kereta api sepanjang lima kilometer, dan penataan emplasemen stasiun. Nantinya, diharapkan dengan dilaksanakan pembangunan jalur ganda layang kereta api relasi Stasiun Medan – Stasiun Bandar Khalipah, jalur ganda kereta api relasi Stasiun Bandar Khalipah – Stasiun Kualanamu, dan reaktivasi jalur kereta api relasi stasiun Binjai – Besitang, dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa transportasi massal berbasis kereta api di Sumatera Utara.
Tak hanya itu saja, dengan adanya peningkatan pelayanan perkeretaapian akan memberikan kemudahan bagi mobilitas masyarakat dengan tersedianya transportasi kereta api yang terintegrasi dengan Bandara Kualanamu, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
Selain itu, terdapat pula beberapa hal yang nantinya dapat menjadi motor penunjang perkeretaapian di wilayah Sumatera Utara ini antara lain, perlunya untuk dilakukan pembangunan perluasan dan perbesaran Stasiun Binjai. Hal ini dikarenakan, dengan reaktivasi Stasiun Binjai – Stasiun Besitang, otomatis ledakan penumpang akan lebih besar lagi dan menumpuk di Stasiun Binjai. Oleh karenanya, dengan kondisi Stasiun Binjai yang lebih besar diharapkan dapat menampung calon penumpang dengan lebih nyaman. Kedepan diharapkan terdapat layanan kereta api langsung dari Stasiun Binjai menuju Stasiun Bandara Kualanamu, sehingga nantinya penumpang yang dari Aceh dapat transit di Binjai untuk melanjutkan perjalanan menggunakan kereta api hingga ke Kualanamu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan transportasi melalui jalan raya, sehingga mengurangi kemacetan. Dengan menggunakan kereta api dari Binjai – Kualanamu, maka waktu tempuh bisa lebih cepat, aman, dan lebih murah.
Dan terakhir, penting juga adanya kenaikan Public Service Obligation
(PSO). Hal ini dimaksudkan agar seluruh kalangan atau lapisan masyarakat mau dan tidak merasa terbebani dengan biaya yang mungkin saja agak terlalu tinggi. Sehingga, dengan subsidi PSO semua masyarakat akan semakin mudah menjangkau layanan jasa transportasi kereta api di wilayah Sumatera Utara ini.
6
4
3 & 6. Pembangunan jalur ganda
Foto : Abdullah Baraja