• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Koordinasi Dinas Peternakan dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan

KETUA PENDAMPING

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Koordinasi Dinas Peternakan dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan

Cendana, Kab. Enrekang.

Berdasarkan hasil penelitian dan bahasan yang telah diuraiakan diatas, secara faktual penilaian responden secara rata-rata koordinasi Dinas Peternakan dalam pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang dalam kategori yang memuaskan.

Sekalipun berdasarkan penilaian responden secara rata-rata pada umumnya penilaian berkisar pada pernyataan bahwa pelaksanaan koordinasi tersebut sudah optimal adanya, hal itu terlihat dari masih adanya sebahagian kecil responden yang memberikan penilaian negatif atau menganggap bahwa pelaksanaan koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang masih perlu dioptimalkan, disamping itu masih ada faktor- faktor yang mempengaruhi koordinasi dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang kecamatan cendana, kabupaten enrekang antara lain sebagai berikut :

1. Bibit

Keberhasilan industri sapi perah juga sangat bergantung pada pemilihan bibit yang baik. Bakalan yang dipilih sebaiknya dari sapi yang berpotensi tumbuh optimal, terlebih untuk untuk program penghasil susu jenis frisen Holland FH.

Untuk mengetahui Tanggapan responden terhadap bibit anakan sapi perah yang disediakan dinas peternakan terlihat pada tabel berikut :

Tabel 11 : Tanggapan responden terhadap bibit anakan sapi perah yang disediakan.

No. Tanggapan Responden Frekuensi Persentase

1

Sumber : Olahan data kuesioner, Maret 2014.

Dari hasil penelitian tersebut diatas, menunjukkan bahwa bibit sapi perah pada kelompok tani sapi perah di desa pinang belum memenuhi kuota yang dibutuhkan peternak, karena masih ada bibit sapi yang tidak sesuai harapan para peternak dimana terlihat pada frekuensi tabel diatas dari 40 responden menjawab, 9 orang (22,5%) menjawab sangat sehat, 10 responden (25%) menjawab cukup sehat, 17 responden (42,5%) menjawab kurang sehat, 4 orang responden (10%) menjawab tidak sehat.

Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan bahwa ketersedian bibit anakan sapi dari dinas peternakan masih banyak hambabatan seperti masih terdapatnya bibit anakan yang kurang sehat atau mati sebelum dilakukan Inseminasi buatan (IB) pemasukan semen (mani) ke dalam alat kelamin betina, dan jenis bibit yang dimasukan biasanya bukan penghasil susu jenis Frisen Holland (FH).

62

2. Pemasaran hasil olahan

Hasil olahan susu sapi perah yang berupa dangke Kurang populer dimasyarakat luar Enrekang, dimana mayoritas konsumen dangke hanya orang-orang yang berasal dari enrekang, didalam maupun diluar daerah enrekang.

Disamping itu ukuran dangke tidak merata dari setiap peternak sehingga harga jaul perbuah berbeda-beda dangke mudah basi dan berubah warna hanya bertahan 2-3 hari, berbagai upaya telah dilakukan dinas peternakan kabupaten Enrekang mulai dari pengunaan almunium foil, pengunaan garam dan pembungkusan dengan jelly namun belum efektif.

63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan dalam Bab IV diatas, berikut ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan temuan-temuan yang diperoleh yaitu:

1 Pelaksanaan Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang sebagaimana penilaian responden menurut data sampel yang ada sudah menunjukkan pada kategori yang telah memuaskan atau baik, oleh karena itu perlu adanya dukungan-dukungan yang kuat dari Dinas Peternakan untuk selalu mengontrol kelompok tani agar tetap berjalan sebagaimana mestinya dan tercapainya penguatan lembaga pertanian peternakan melalui pembinaan kelompok tani sebagai sebuah lembaga pemersatu sekaligus mampu memberikan kontribusi secara ekonomis kepada semua anggotanya.

2 Untuk melaksanakan koordinasi dengan baik antara dinas peternakan dan kelompok tani sapi perah perlu, adanya perhatian yang cukup agar hambatan yang berupa bibit sapi yang tidak berkualitas, dan pemasaran hasil olahan susu sapi yang berupa dangke bukan hanya warga daerah kabupaten Enrekang yang mengetahui dan mengkomsumsinya.

3 Program SMD telah menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja terdidik di pedesaan dan peningkatan akses permodalan serta Iptek bidang peternakan kepada masyarakat dan dalam implementasinya SMD telah mampu

64

melaksanakan kegiatan agribisnis sapi perah, bersama dengan kelembagaan kelompok tani ternak binaannya. Kegiatan pemberdayaan kelembagan kelompok dilakukan dengan cara memanfaatkan sumberdaya lokal dalam bentuk usaha agribisnis penghasil susu sapi segar dan olahannya.

B. Saran

Sesuai kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka peneliti menyarankan beberapa langkah yang dapat dilakukan Dinas peternakan kabupaten Enrekang dan anggota kelompok tani /SMD untuk kelancaran usaha ternak sapi perah antara lain:

1. Pelaksanaan fungsi koordinasi dengan baik Dinas peternakan kabupaten Enrekang dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah disarankan, agar dalam pelaksanaan fungsi koordinasi lebih ditingkatkan lagi, baik dari segi permodalan pengawasan, monitoring dan evaluasi, pemenuhan bibit, dan pemasaran hasil olahan, sehingga dapat mensejahtrakan kelompok/masyarakat secara menyeluruh.

2. Adanya peningkatan populasi ternak dan produksi susu sapi perah selama berjalannya program pemberdayaan, sehingga disarankan agar dinas peternakan selalu berkoordinasi dengan baik dan optimal, sehingga peningkatan ini selalu dipertahankan dan dikembangan sebagai motivasi bagi kelompok/masyarakat yang mata pencahariannya dibidang peternakan, sehingga paradigma peternakan sapi yang awalnya hanya dipandang sebagai pekerjaan sampingan di kalangan petani - peternak, kini

berubah menjadi pekerjaan utama karena peluang kesuksesannya sangat besar.

3. Perlu menekankan kepada anggota kelompok agar ukuran hasil olahan susu sapi perah dangke, ukuranya disamaratakan dan selalu mensosialisasikan kepada masasyarakat luar daerah kabupaten Enrekang akan hasil olahan susu sapi perah yang berupa dangke dengan mengajak mengkomsumsinya, disisi lain memberi pemahaman kepada konsumen bahwasanya bukan hanya olahan dangke hasil susu sapi perah tapi juga bisa dijadikan krupuk.

4. Sekiranya masyarakat/kelompok dapat Mengoptimalkan pengunaan limbah ternak sebagai biogas untuk menghemat penggunaan gas LPJ serta diolah menjadi campuran pembuatan pupuk organik, untuk mengurangi dampak polusi utamanya polusi udara dan pencemaran air bersih.