• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI DINAS PETERNAKAN DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAPI PERAH DI DESA PINANG, KECAMATAN CENDANA, KABUPATEN ENREKANG AL MUQTADIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOORDINASI DINAS PETERNAKAN DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAPI PERAH DI DESA PINANG, KECAMATAN CENDANA, KABUPATEN ENREKANG AL MUQTADIR"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN ENREKANG

AL MUQTADIR STAMBUK: 10561 3022 08

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

KOORDINASI DINAS PETERNAKAN DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAPI PERAH DI DESA PINANG, KECAMATAN

CENDANA, KABUPATEN ENREKANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh

AL MUQTADIR STAMBUK: 10561 3022 08

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv Nama Mahasiswa : Al muqtadir Nomor Stambuk : 10561 3022 08

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Juni 2014 Yang Menyatakan

AL MUQTADIR

(6)

v ABSTRAK

AL MUQTADIR. Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang (Dibimbing oleh Parakkasi Tjaija dan Adnan Ma’ruf ).

Adapun tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Judul yang diangkat seperti yang diuraikan di atas didasarkan pada permasalahan yang dihadapi yakni “sejauh mana Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang”. Dalam mengumpulkan data dan fakta pada penelitian guna pembahasan skripsi, metode yang digunakan adalah penyebaran kuisioner yang dibuat dalam daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden yang berjumlah empat puluh orang, dianggap mengetahui dan terlibat langsung dalam permasalahan yang ada dalam penelitian, selain itu juga dilakukan wawancara kepada beberapa orang informan yang dianggap mampu dan mengetahui secara jelas bagaimana koordinasi perencanaan dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah Di Desa Pinang kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

Hasil penelitian diketahui bahwa Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang selama ini sudah cukup baik. Hal ini didukung dengan tanggapan responden terhadap koordinasi dinas peternakan dalam pelaksanaan program SMD pemberdayaan kelompok tani sapi perah (50.%),mempunyai pengaruh penting akan tujuan organisasi, tanggapan responden terhadap koordinasi pengawasan dinas peternakan pada pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang (42,5%) menyatakan bahwa koordinasi pengawasan sudah rutin, tanggapan responden tentang penyaluran dana Tambahan dinas peternakan untuk menunjang pemberdayaan kelompok tani sapi perah. (57,5%) menyatakan selalu memberikan dana tambahan jika kelompok membutuhkan. Tanggapan responden tentang pemasaran olahan hasil susu sapi perah yang dijadikan dangke (65,%) menyatakan dangke laris dikabupaten Enrekang dan telah dijadikan makanan khas, Tanggapan responden terhadap kinerja dinas peternakan dan sarjana membangun desa dalam pemberdayaan Kelompok tani sapi perah.(45,%) menyatakan keserasian dan kinerja sudah maksimal, sehingga adanya peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah beserta hasil olahannya.

(7)

vi

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimphakan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Satu hal yang patut penulis syukuri bahwa, dalam upaya penyusunan skripsi ini begitu banyak bantuan, bimbingan dan simpati yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, merupakan suatu kewajiban moral bagi penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan pembantu Rektor, I,II,III.IV dan seluruh jajaran atas jasa dan jerih payahnya dalam menyiapkan sarana dan prasarana belajar, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Drs. H.Parakkasi Tjaija, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos.,M.Si selaku Pembimbing II yang selalu memberi arahan buat penulis.

(8)

vii

4. Bapak Burhanuddin, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Seluruh pegawai Dinas peternakan dan perairan Kabupaten Enrekang dan Sarjana membangun Desa beserta anggota kelompok tani sapi perah di desa pinang, kecamatan Cendana kabupaten Enrekang, yang telah banyak membantu penulis selama masa penelitian.

7. Ayahanda dan Ibunda serta saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberi bantuan baik moril maupun materil serta do’a dan harapan demi kesuksesan penulis.

Semoga bantuan dan budi baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Makassar, Juni 2014

AL MUQTADIR

(9)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Konsep Koordinasi ... 8

1. Pengertian Koordinasi. ... 8

2. Tipe-Tipe Koordinasi ... 11

3. Sifat-Sifat Koordinasi... 11

4. Syarat-Syarat Koordinasi ... 12

5. Ciri-Ciri Koordinasi ... 13

6. Indikator Koordinasi ... 14

B. Pemberdayaan Masyarakat/Kelompok... 15

1. Pemberdayaan Masyarakat ... 15

2. Pemberdayaan Kelompok Tani dan Peternak ... 17

3. Tujuan Pemberdayaan ... 21

(10)

ix

C. Sarjana Membangun Desa... 23

D. Pendanaan, Pembinaan, pengorganisasian, pengendalian dan, pengawasan ... 25

E. Kerangka Pemikiran ... 31

F. Defenisi Oprasional ... 32

G. Jadwal Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Lokasi Penelitian ... 34

B. Tipe dan Jenis Penelitian ... 34

C. Populasi Sampel ... 34

D. Jenis Dan Sumber Data ... 35

E. Tehnik pengumpulan Data... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

G. Jadwal Penelitian ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Deskripsi Atau Karakteristik Obyek Penelitian ... 38

B. Pelaksanaan koordinasi Dinas Peternakan dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah ... 47

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Koordinasi Dinas Peternakan dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kab. Enrekang ... 60

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ...

(11)

x

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45 Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur/Usia ... 45 Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46 Tabel 4 Tanggapan responden terhadap koordinasi dinas peternakan

dalam pelaksanaan program SMD pemberdayaan kelompok tani sapi perah ... 48 Tabel 5 Tanggapan responden terhadap koordinasi pengawasan

dinas peternakan pada pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang. ... 50 Tabel 6 Tanggapan responden tentang penyaluran dana Tambahan

dinas peternakan untuk menunjang pemberdayaan kelompok tani sapi perah. ... 51 Tabel 7 Tanggapan responden terhadap bantuan sarana dan

prasarana dinas peternakan kepada pemberdayaan kelompok tani sapi perah. ... 52 Tabel 8 Tanggapan Responden tentang Monitoring dan evaluasi

yang dilakukan dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah ... 54 Tabel 9 Tanggapan responden tentang pemasaran olahan hasil susu

sapi perah yang dijadikan dangke. ... 55 Tabel 10 Tanggapan responden terhadap kinerja dinas peternakan dan

sarjana membangun desa dalam pemberdayaan Kelompok tani sapi perah. ... 56 Tabel 11 Tanggapan responden terhadap bibit anakan sapi perah yang

disediakan. ... 61

(12)

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran ... 32 Gambar 2 Struktur organisasi kelompok tani sapi perah ... 43 Gambar 3 Perkembangan populasi dan produksi sapi pearah 2012-2014 ... 57 Gambar 4 Laporan fisik dan keuangan pengembangan usaha sapi perah

kelompok binaaan sarjana membangun desa, 2012/2013... 59

(13)

Daging sapi dan susu bukanlah merupakan bahan makanan pokok yang

strategis seperti beras atau jagung, akan tetapi telah menjadi salah satu komoditas penyebab keluarnya devisa negara cukup tinggi, antara lain melalui aktivitas impor daging sapi beku, bakalan sapi potong dan bahan baku susu. Munculnya prediksi beberapa pihak tentang makin meningkatnya volume impor daging sapi beku, bakalan sapi potong dan bahan baku susu di masa mendatang merupakan petunjuk awal adanya ketidak-padanan antara besarnya permintaan daging sapi dan susu dalam negeri dengan kemampuan produksi dalam jumlah cukup dan harga rasional.

Salah satu dari program utama Kementerian Pertanian adalah Swasembada Daging Sapi Kerbau 2014 yang telah dijabarkan oleh Direktorat Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan melalui 5 kegiatan pokok diantaranya penyediaan bibit sapi. Program tersebut yang tenggang waktunya tinggal 2 tahun lagi diperlukan langkah-langkah khusus mengatasi kekurangan bibit sapi antara lain dengan menambah bibit sapi potong dan sapi perah. Dalam rangka mengantisipasi kekurangan tersebut perludilakukan upaya percepatan produksi bibit pada unit pembibitan pemerintah, swasta dan masyarakat. Penguatan peran unit pembibitan tersebut merupakan sarana untuk mendukung berkembangnya usaha peternakan. Saat ini bibit sapi diperoleh dari produksi dalam negeri dan pengadaan dari luar negeri (impor).

(14)

2

Produksi bibit sapi dalam negeri belum memenuhi kebutuhan disebabkan sebagian besar usaha pembibitan dilakukan oleh peternak dengan skala pemilikan yang relatif kecil, dan belum optimalnya peran UPT. Bila kekurangan bibit tersebut tidak tercukupi, maka pencapaian penyediaan daging dan susu dalam negeri tidak akan memenuhi target, sebaliknya justru kemungkinan dapat terjadi penurunan populasi sapi potong dan sapi perah. Untuk mempertahankan replecemen dan pertumbuhan populasi serta memenuhi kebutuhan susu dan juga daging sesuai target PSDSK 2014 masih diperlukan bibit sapi potong dan sapi perah dalam jumlah yang cukup.

Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan perbibitan sapi masih diperlukan penambahan indukan sapi potong dan sapi perah dengan kriteria bibit.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/OT.140/1/2010 tanggal 22 Januari 2010 tentang Pedoman Penyaluran Bantuan Sosial kepada Petani Tahun Anggaran 2010, bahwa Pemberian bantuan sosial merupakan salah satu cara untuk menfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat agar mandiri akan usaha pertanian dan peternakanya, yang pada ahirnya kelompok-kelompok ini berkembang pesat dan menjadi kekuatan ekonomi di pedesaan, yang tidak saja dapat meningkatkan kesejahtraan dan mengurangi kemiskinan tetapi dapat juga meningkatkan ekonomi secara nasional. Karena Permintaan akan konsumsi daging dan produk- produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya beli serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi. Dengan

(15)

meningkatnya permintaan tersebut, memberikan peluang untuk berkembangnya usaha agribisnis peternakan. Usaha agribisnis peternakan berbasis sumberdaya lokal mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena berbagai sarana pendukung seperti agroinput, teknologi, kelembagaan dan tenaga kerja tersedia di seluruh wilayah. Salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi bidang peternakan dan kesehatan hewan melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD).

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melaksanakan kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD). Kegiatan dalam upaya pemberdayaan kelompok tani ternak yang dilakukan dengan menempatkan seorang tenaga penggerak yang berbasis keilmuan di bidang peternakan dengan jenjang pendidikan Sarjana Peternakan dan Kedokteran Hewan maupun D-4 dan D-3 Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menjembatani lulusan Perguruan Tinggi (PT) untuk dapat berkiprah secara langsung di tengah masyarakat dalam proses introduksi, distribusi dan transfer inovasi baru kepada peternak. Dengan masuknya lulusan Perguruan Tinggi diharapkan dapat menumbuhkan usaha-usaha peternakan yang dikelola secara profesional, sehingga dapat menarik investasi publik dan perbankan.

Kegiatan Sarjana Membangun Desa telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dengan fokus pada pengembangan usaha sapi potong dan produksi sapi perah untuk mendukung pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2014 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Salah satunya adalah penyediaan pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) dan

(16)

4

program swasembada daging sapi dan kerbau ( PSDSK). Tahun 2009 kegiatan SMD diperluas pada komoditi ternak unggas lokal, sapi perah, kambing/domba dan kelinci, dimana keempat komoditi ini tidak hanya dapat meningkatkan usaha ekonomi di pedesaan, tetapi juga berperan mendukung program diversifikasi pangan. (Ditjen Peternakan, 2010).

Program Sarjana Membangun Desa merupakan pemberdayaan kelompok peternak melalui pendampingan kelompok sekaligus penyaluran dana penguatan modal usaha, yang bertujuan :

1. memperkuat modal usaha, sarana dan prasarana dalam mengembangkan usaha peternakan

2. meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan peternak 3. meningkatkan kemadirian dan kerjasama kelompok

4. mendorong tumbuh dan berkembangnya pelaku agribisnis muda dan terdidik pada usaha peternakan

5. mengembangkan sentra-sentra kawasan usaha peternakan.

Dana penguatan modal usaha yang dikelola oleh Sarjana membangun desa bersifat abadi, maka usaha budidaya ternak tidak boleh terputus dan harus dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperbesar modal usaha dan kelompok sampai mencapai kapasitas optimal dan skala ekonomis. Apabila terjadi penyalah gunaan dana bansos sebagai modal usaha, maka akan diproses menurut hukum yang berlaku.

Dengan adanya program Sarjana Membangun Desa, pada Tahun 2012 Kabupaten Enrekang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi

(17)

Sulawesi-Selatan yang dijadikan basis pengembangan usaha sapi potong dan sapi perah. Salah satu daerah yang dijadikan tempat pengembangannya adalah desa Pinang, kecamatan Cendana kabupaten Enrekang, yaitu kelompok tani sapi perah.

Kelompok Tani sapi perah binaan Sarjana Membangun Desa berdiri pada tahun 2010 yang dikelola oleh satu orang ketua kelompok dan empat puluh orang anggota dibawah binaan Sarjana Membangun Desa. Kelompok tani ini fokus pada pengembangan sapi potong dan sapi perah jenis sapi FH dengan metode pemeliharaan dikandangkan, dengan sistem penjualan hasil olahan susu sapi perah dan limbah ternak.

Namun dalam setahun berjalannya program sarjana membangun ada beberapa permasalahan yang di hadapi SMD, Salah satunya adalah kurangnya koordinasi Dinas peternakan setempat, baik itu koordinasi dalam Pengadaan sarana kandang/pendukung, Pengadaan bibit sapi perah, Pengadaan obat dan pengarahan dana, sehingga berakibat menurunnya tingkat populasi dan produksi sapi perah.

Dalam Pedoman Pelaksanaan program Sarjana Membangun Desa Tahun 2012. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. 53 hlm.

bahwa untuk mendukung dan menunjang pencapaian keberhasilan dalam pelaksanaan program Sarjana membangun desa direktorat jenderal peternakan, Dinas peternakan Kabupaten /Kota, harus membangun koordinasi, Mulai dari perencanaan, pelaksanaan. karena koordinasi merupakan alat utama untuk menyelesaikan suatu masalah atau persoalan yang ada, sehingga tidak timbul tumpang tindih dalam tugas akibat dari kurangnya koordinasi baik.

(18)

6

Latar belakang di atas menjadi alasan penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah, Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang, kecamatan cendana, kabupaten enrekang?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang, kecamatan cendana, kabupaten enrekang?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas sebagai fokus pembahasan terhadap pentingnya koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah, maka tujuan penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang, kecamatan cendana, kabupaten enrekang.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang, kecamatan cendana, kabupaten enrekang.

(19)

D. Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat atau kegunaan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi masukan dan memecahkan masalah yang ada didalam merialisasikan program- program kegitan maupun program Kementrian pertanian umumnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik bagi insan akademis maupun bagi masyarakat umum yang mengambil tema yang sama.

(20)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Koordinasi

1. Pengertiaan koordinasi

Istilah koordinasi berasal dari kata asing “cum” yang artinya berbeda-beda dan ‘ordinare” yang artinya susunan atau penempatan sesuatu pada keharusanya Didalam kamus besar bahasa Indonesia, edisi ketiga (2002:323), koordinasi adalah prihal yang mengatur suatu organisasi atau kegitan yang ada didalamnya, sehingga peraturan-peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur. pengertian koordinasi dalam leonard Blog (2007) adalah penyederhanaan yang menyangkut masalah strategi kebijaksanaan program dalam organisasi dengan metode komunikasi yang baik, yang dilakukan secara pertikal maupun horisontal didalam organisasi yang formal dan yang informal,agar segala kegiatan sinkron dan terpadu tertuju pada pencapain tujuan bersama.

Menurut G.R. Terry (2003: 31) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Sedangkan menurut E.F.L. Brech yang dikutip Sarwoto (2002 :46) mengemukakan koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan

(21)

menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).

Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Menurut Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya. Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

Menurut Peraturan Perundang-undangan, tafsiran luas dari alinea terahir dar UUD 1945 : Koordinasi itu adalah bekerja bersama seerat -eratnya dibawa seorang pemimpin,. Sedangkan menurut PP. No 6 tahun 1988, Upaya yang dilaksanakanoleh kepala wilayah guna mencapai keselarasan,keserasian danketerpaduan baik perencanaan kemampuan pelaksanaan tugas serta kegiatan semua instansi vertical, antara instansi vertkal dengan dinas daerah agartercapai hasil guna yang sebesar -besarnya.Dengan demikian dalampenyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan diperlukanadanya koordinasi antar aparatur pemrintah, mulai dari proses perumusankebijaksanan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan dan

(22)

10

Sedangkan Suharto, E (2006 :42) menjelaskan bahwa koordinasi adalah pengaturan usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan suatu tindakan dalam mengusahakan tercapainya tujuan bersama, oleh karena itu organisasi berpedoman kepada beberapa hal, yaitu :

a. Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kuadrat yang telah ada dalam setiap bagian,

b. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan menunjukan keadaan yang saling mengisi dan memberi.

c. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkain kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.

d. Koordinasi harus menggunakan pendekatan, dengan wujud saling memberi informasi yang relevan untuk menghindari saling tumpah tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

e. Koordinasi merupakan langkah langkah kerja yang sangat ideal di antara mereka yang bekerja di berbagai bagian guna menciptakan hasil yang nyata. koordinasi sangat di perlukan sikap – sikap sebagai berikut

System komunikasi yang baik dan Umpan balik yang positif

Koordinasi yang merupakan salah satu fungsi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, serta motivasi dengan kata lain koordinasi adalah funsi organic dalam tiap-tiap bagian dalam beraktifitas. Koordinasi yang baik membawa dampak positif terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan yang

(23)

efektif memberikan kontribusi yang baik guna tercapainya tugas-tugas yang bersifat khusus dan spesifik. Melalui koordinasi yang baik akan merupakan suatu alat ukur bagi keberhasilan terutama menyangkut hal-hal yang bersifat multi dimensional.

Dengan pengertian-pengertian koordinasi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi adalah merupakan usaha untuk mengatur, mengharmoniskan atau menselaraskan seluruh kegiatan atau aktifitas dalam kelompok diman prosesnya memerlukan penataan yang terintegrasi, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Tipe-Tipe Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:

a. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya

b. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

3. Sifat-Sifat Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:

a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

(24)

12

b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.

c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.

4. Syarat-Syarat Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:

a. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.

b. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.

c. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.

d. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

(25)

5. Ciri-Ciri Koordinasi

koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.

b. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.

d. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.

Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-

(26)

14

usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.

e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja

Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi.

Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi.

6. Indikator Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:80), koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui indikator :

1. Komunikasi

a. Ada tidaknya informasi

b. Ada tidaknya teknologi informasi 2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi

3. Kompetensi Partisipan

a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat

b. Ada tidaknya ahli di bidang pembangunan yang terlibat

(27)

4. Kesepakatan, Komitmen

a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan B. Pemberdayaan Masyarakat/Kelompok

1. Pemberdayaan masyarakat

Istilah pemberdayaan masyarakat sebagai terjemahan dari kata “ empowerment” mulai ramai digunakan sehari-hari di Indonesia bersama-sama

dengan istilah “penegntasan kemiskinan sejak digulirkannya program inpres No.

5/1993 yang kemudiann lebih dikenal sebagai inpres desa tertinggal (IDT), sejak itu istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan merupakan saudara kembar dan selalu menjadi topik dan kat-kata kunci dari upaya pembangunan.

Hal itu tidak hanya berlaku di Indonesia, bahkan Word Bank dalam buletinnya Vol. 11 No4/Vol. No2 1 Oktober-desember 2001 telah menetapkan pemberdayaan sebagai salah satu ujung tombak dari strategi trisula untuk memerangi kemiskinan yang dilaksanakan sejak memasuki dasawarsa 90-an, yang terdiri dari peluang, fasilitas pemberdayaan dan peningkatan pengamanan.

Terkait dengan pengertian pemberdayaan, Dharmawan, A.H (2007:26) mengutip pendapat Fear and Schwarzweller (1985) yang mengemukakan bahwa pemberdayaan dipahami sebagai :

"Sebuah proses di mana anggota semakin lebih dari daerah tertentu atau lingkungan membuat dan mengimplementasikan keputusan yang bertanggung jawab secara sosial, di mana kemungkinan konsekuensi yang merupakan

(28)

16

peningkatan peluang hidup beberapa orang tanpa penurunan (tanpa memburuk) dalam peluang hidup orang lain ".

Dalam hubungan ini, Dharmawan, A.H (2007 :27). Mengutip pendapat Robbins, Chatterjee, dan Canda, (1998), Secara singkat menyatakan sebagai berikut :

Pemberdayaan "proses di mana individu dan kelompok memperoleh kekuasaan, akses ke sumber daya dan kontrol atas kehidupan mereka sendiri.

Dengan demikian, mereka memperoleh kemampuan untuk mencapai personil tertinggi dan aspirasi dan tujuan kolektif

Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya agar dapat memnuhi keinginannya, karena itu Word Bank (2001:2) mengartikan pemberdayaan sebagai usaha untuk memberikan kesampatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) untuk menyuarakan pendapat, ide , atau gagasannya serta kempuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuatu ( konsep, metode, produk, tindakan dan lainnya) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.

Sedangkan Subejo dan Narimo (2004 :31) mengartikan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat

(29)

lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki, sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi ekologi dan sosial. selanjutnya mengemukakan bahwa kegiatan pemberdayaan pada setiap individu dalam suatu organisasi, merupakan suatu siklus kegiatan yang terdiri dari :

a. Menumbuhkan keinginan pada diri seorang untuk berubah dan memperbaiki, yang merupakan titik awal dalam pemberdayaan.

b. Menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk melepaskan diri dari kesenangan atau hambatan yang dirasakan.

c. Mengembangkan kemauan untuk mengikuti atau mengambil bagian yang memberikan manfaat atau perbaikan keadaan.

2. Pemberdayaan Kelompok Tani dan Peternak

Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk meningkatkan kemandirian, memberikan kemudahan dan kemajuan usaha, serta meningkatkan daya saing dan kesejahteraan Peternak.

Pemberdayaan merupakan suatu kekuatan dalam diri manusia dan merupakan suatu sumber kreativitas yang ada dalam diri setiap orang secara luas tidak ditentukan oleh orang lain. Menurut Hikmat (2004 :93), bahwa pemberdayaan peternak merupakan sebuah metode pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan orang atau masyarakat dapat meningkatkan kualitas

(30)

18

hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya atau suatu usaha dalam membantu orang biasa untuk meningkatkan lingkungannya dengan melakukan aksi kolektif dalam bidang ekonomi, penguatan sosial atau pengembangan sector non profit.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan. Dengan demikian maka masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek/sektor-sektor kehidupan manusia;

dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materiil hingga non materiil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran yakni dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka (Aditya, 2009: 92).

(31)

Selanjutnya Hendayana (2008 :25), menyatakan bahwa pemberdayaan bertujuan untuk :

1. meningkatkan kemampuan kelompok – kelompok masyarakat dalam berprakarsa untuk menangkap berbagai peluang ekonomi,

2. mendorong tumbuhnya masyarakat swadaya yang siap berkembang sendiri dalam mengatasi berbagai kendala/ kelemahan yang dimilikinya, 3. memperkuat dan mengoptimalkan lembaga-lembaga formal dan informal

di tingkat perdesaan serta meningkatkan peran serta/pertisipasi masyarakat.

Permberdayaan petani peternak dapat dilakukan melalui pemberian pemahaman baik melalui penyuluhan maupun komunikasi antar peternak agar mereka mampu memperbaiki sistem pengelolaan usaha peternakan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu contoh bentuk pemberdayaan petani peternak ialah mengikutsertakan petani dalam pengambilan keputusan mengenai program pemerintah yang akan dijalankan menyangkut masalah peningkatan produktivitas peternakan seperti, mengajarkan peternak proses insiminasi buatan (IB), pengolahan sumber daya lokal (sisa hasil pertanian) sebagai bahan pakan berkualitas, pelatihan pemanfaatan sisa hasil peternakan menjadi pupuk dan sebagainya. (Hardiyanto, 2007 :10).

Untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dalam bidang peternakan maka ada beberapa Program Pengembangan Agribisnis Peternakan ditujukan untuk mengoperasionalkan kebijakan pembangunan sistem agribisnis agar seluruh

(32)

20

subsistem agribisnis lebih produktif dan efisien dalam menghasilkan berbagai produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing baik di pasar lokal maupun pasar domestik. Kegiatan pokok pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan antara lain (Abdurrahman, 2010 :70) :

a) Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis melalui bantuan langsung masyarakat dengan pengusahaan ternak baik sapi, kerbau, kambing, kuda dan unggas.Tujuan utama kegiatan ini telah bergeser dari tujuan sosial ke Development (Pengembangan) untuk pemberdayaan ekonomi petani, dari satu paket ke lebih dari satu paket dimaksudkan semata – mata untuk pemberdayaan ekonomi rakyat dan mengembangkan usaha agribisnis.

b) Penguatan kelembagaan agribisnis peternakan dan peningkatan kualitas sumber daya melalui kegiatan penyuluhan, pembinaan, temu usaha, pelatihan-pelatihan sehingga diharapkan terjadi perubahan pola fikir pelaku agribisnis menjadi lebih inovatif, kreatif dan mandiri.

c) Promosi Investasi dan Penggalian sumber–sumber pembiayaan/

permodalan sebagai salah satu usaha mengatasi ketergantungan anggaran pemerintah dan kemandirian usaha agribisnis peternakan baik skala usaha kecil, menengah dan Koperasi. Substansi peningkatan layanan pembiayaan oleh Lembaga Keuangan Mikro, sepert KSP/USP, BMT, BPR/S, bank umum, dan PKBL-BUMN.

d) Penyederhanaan prosedur perijinan dan memperpendek rantai pemasaran dan tata niaga komoditi peternakan dalam rangka efisiensi dan

(33)

pengurangan biaya tinggi dengan memberikan pelayanan Prima terhadap masyarakat dan Insan Agribisnis.

e) Peningkatan sarana dan prasarana pendukung produksi peternakan melalui pembuatan infra struktur pengelolaan sumber air pada kawasan peternakan khususnya lahan kering.

3. Tujuan pemberdayaan

Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa pemberdayaan merupakan imlikasi dari strategi pembangunan yang berbasis pada masyarakat, terkait dengan hal ini, pembangunan, apapun pengertian yang diberikan terhadapnya, selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu-hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi, maupun social budayanya.

Selarasa dengan hal itu, dalam pembangunan pertanian secara umum, tujuan pemberdayaan diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani, beternak, perbaikan usaha tani, dan perbaikan kehidupan petani, peternak dan masyarakat.

Dari pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di Indonesia selam tiga dasawarsa terahir, menunjukan bahwa, untuk mencapai ketiga bentuk perbaikan yang disebutkan diatas masih memerlukan perbaikan-perbaikan lain yang menyangkut, (Deptan 2002):

a. Perbaikan kelembagaan pertanian dan peternakan demi terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar Stakeholders, sebagai contoh dapat disampaikan pengalaman pelaksanaan intensifikasi khusus. Dimana

(34)

22

inovasi sosial yang dilakukan melalui usahatani berkelompok mampu menembus kenaikan produktivitas yang dicapai melalui inovasi teknis.

b. Perbaikan kehidupan masyarakat, yang tercermin dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang sangat diperlukan bagi terlaksananya pembagunan pertanian dan peternakan yang merupakan sub sistem pembangunan masyarakat, tentang hal ini pengalaman menunjukan bahwa pembangunan pertanian secara umum tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan, mana kalah petani atau peternak tidak memiliki cukup dana yang didukung oleh stabilitas politik dan keamanan serta pembangunan bidang dan sektor kehidupan yang lain. Sebaliknya pembangunan pertanian dan peternakan menjadi tidak berarti manakalah tidak memberikan peraikan kepada kehidupan masyarakatnya.

c. Perbaikan usaha dilingkungan hidup demi kelangsungan usahataninya.

Tentang hal ini pengalaman menunjukan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dan tidak seimbang telah berpengaruh negative terhadap produktivitas dan pendapatan, secara kerusakan lingkungan hidup yang lain, yang dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan pembangunan pertanian secara umum.

Disamping itu, Mardikanto dan subiato (2012 : 110) menambah satu hal lagi yang menyangkut pentingnya perbaikan aksesibilitas petani dan pemangku kepentingan, pembangunan pertanian , yang lain baik terhadap sumber inovasi, input usahatani (kredit,sarana produksi, alat dan mesin pertanian ), pasar dan jaminan harga, serta pengambilan keputusan politik.

(35)

Hal ini terutama dilandasi oleh pernyataan Hadisaputro (1998:24) yang menyebutkan bahwa petani-petani kecil yang merupakan pelaku utama pembangunan pertania secara umum di Indonesia pada umumnya termasuk golongan ekonomi lemah, yang lemah permodalan, pengusaan, penerapan teknologi dan sering kalli juga lemah semangatnya untuk maju, karena sering kali dijadikan objek pemaksaan oleh birokrasi maupun penyuluhanya sendiri.

Mardikanto dan subiato (2002 : 110)

C. Sarjana Membangun Desa

Sarjana membangun Desa adalah sarjana yang mengembangkan usaha bersama dengan kelompok ternak di desa. selain sebagai anggota kelompok, sarjana tersebut juga sebagai menejer membantu ketua kelompok dalam menjalankan kegiatan usaha peternakan. Tugas sarjana ini antara lain untuk memajukan peternak dan kelompok dalam menghadapi berbagai kendala guna membangun kelompok Agribisnis Peternakan yang lebih maju dan berwawasan lebih luas yang diharapkan pada akhirnya dapat mengakses permodalan dari sumber dana perbankan dalam mengembangkan usaha Kelompok Peternak tersebut (Ditjen Peternakan, 2010).

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melaksanakan kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) sejak tahun 2007.

Kegiatan ini dalam upaya pemberdayaan kelompok tani ternak yang dilakukan dengan menempatkan seorang tenaga penggerak yang berbasis keilmuan di bidang peternakan dengan jenjang pendidikan Sarjana Peternakan

(36)

24

dan Kedokteran Hewan maupun D-4 dan D-3 Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan. Dengan penempatan SMD bidang peternakan di pedesaan diharapkan dapat melakukan transfer teknologi dari Perguruan/Sekolah Tinggi ke masyarakat dan meningkatkan jiwa kewirausahaan. Kegiatan Sarjana Membangun Desa telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dengan fokus pada pengembangan usaha sapi potong dan produksi sapi perah untuk mendukung program swasembada daging sapi dan kerbau ( PSDS) tahun 2014. Tahun 2009 kegiatan SMD diperluas pada komoditi ternak unggas lokal, sapi perah, kambing/domba dan kelinci, dimana keempat komoditi ini tidak hanya dapat meningkatkan usaha ekonomi di pedesaan, tetapi juga berperan mendukung program diversifikasi pangan. (Ditjen Peternakan, 2010).

SDM yang unggul dan mau berjuang membangun daerah-daerah. Untuk itu dibukalah program Sarjana Membangun Desa, yang bertujuan para sarjanan lokal dapat membangun desanya sendiri dan menangkap peluang besar dengan memanfaatkan potensi pertanian, perkebunan dan perternakan di desanya.

Program ini juga bertujuan untuk mengurangi pengangguran yang masih ada sekitar 8juta dari angkatan kerja kita dan apalagi dari 8juta tersebut ternyata ada sekitar 1juta penganggur adalah dari kalangan berpendidikan tinggi mulai dari diploma hingga sarjana.

Program Sarjana Membangun Desa merupakan pemberdayaan kelompok peternak melalui pendampingan kelompok sekaligus penyaluran dana penguatan modal usaha, yang bertujuan :

(37)

a. memperkuat modal usaha, sarana dan prasarana dalam mengembangkan usaha peternakan

b. meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan peternak c. meningkatkan kemadirian dan kerjasama kelompok

d. mendorong tumbuh dan berkembangnya pelaku agribisnis muda dan terdidik pada usaha peternakan mengembangkan sentra-sentra kawasan usaha peternakan

D. Pendanaan, Pembinaan, Pengorganisaaian, Pengendalian Dan Pengawasan.

a) Pendanaan

Sumber dana untuk kegiatan penambahan indukan sapi tahun 2012 dialokasikan dalam DIPA BBPTU Sapi Perah kecamatan pinang, BPTU Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa dan DIPA Dinas Provinsi tahun 2012.

Pemanfaatan dana kegiatan penambahan indukan sapi dilakukanmelalui pengadaan barang, dengan mengacu Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

b) Pembinaan

Pembinaan pengembangan pembibitan sapi meliputi : 1. Pembinaan Teknis dilakukan oleh Tim Teknis Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota, meliputi :

a. Aspek pelaksanaan kegiatan penambahan indukan sapi (pemilihan lokasi, kelompok peternak, dan pemilihan bibit ternak)

b. Aspek pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan

(38)

26

c. Aspek pengembangan pembibitan sapi (pemeliharaan, perkawinan, pencatatan/ recording dan serifikasi)

2. Pembinaan kelembagaan dikembangkan dalam rangka meningkatkan usahakelompok sehingga berkembang menjadi gabungan kelompok, koperasi atauusaha berbadan hukum lainnya. Penguatan kelembagaan mutlak dilakukanmelalui dinamisasi aktivitas kelompok, kemampuan memupuk modal,kemampuan memilih bentuk dan memanfaatkan peluang usaha yangmenguntungkan dan mengembangkan jaringan kerjasama.

3. Pembinaan usaha difokuskan kepada usaha pembibitan sapi dan jenis- jenis usaha lain yang mendukung usaha pembibitan sapi.

c) Pengorganisasian

Kelancaran kegiatan penambahan indukan sapi potong dan sapi perah tahun 2012, ditingkat pusat dibentuk Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, di tingkat provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat kabupaten/kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota. Mekanisme koordinasi Tim Pusat dengan Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan kelompok peternak.

1. Tim Pusat

Tim pusat beranggotakan diantaranya adalah para wakil dari Direktorat lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tugas sebagai berikut :

(39)

a. Menyusun pedoman pelaksanaan penambahan indukan sapi tahun 2012;

b. Melakukan koordinasi antara pusat dan daerah dan sosialisasi kegiatan pengembangan pembibitan sapi;

c. Melakukan supervisi dalam pelaksanaan impor

d. Melakukan pembinaan dan pemantauan kegiatan pengembangan pembibitan sapi pada kelompok peternak penerima melalui DinasProvinsi/Kabupaten/Kota;

e. Menyusun dan menyampaikan rekapitulasi laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan pengembangan pembibitan sapi yang diterima dari Dinas kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Tim Pusat Tim Pembina Provinsi Tim Teknis Kabupaten Kelompok Peternak

2. Tim Pembina Provinsi

Tim Pembina Provinsi beranggotakan diantaranya adalah para wakil bidang lingkup Dinas yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di provinsi dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Provinsi, dengan tugas sebagai berikut :

a. Menyusun petunjuk pelaksanaan penambahan indukan sapi tahun 2012 dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan.

b. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengembangan pembibitan sapi mengacu pada pedoman pembibitan sapi potong/perah yang baik (GBP).

(40)

28

c. Melakukan koordinasi antar bidang lingkup Dinas yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di provinsi dan UPTD perbibitan, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan dan fasilitasi penguatan kelembagaan.

d. Melakukan seleksi sapi sesuai kriteria bibit yang akan diadakan;

e. Melakukan seleksi/verifikasi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL) bersama Tim Teknis Kabupaten/Kota untuk ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi apabila ternak tersebut didistribusikan ke kelompok peternak;

f. Melakukan koordinasi ke pusat dan daerah serta sosialisasi kegiatan pengembangan pembibitan sapi kepada UPTD pembibitan, dinas kabupaten/kota dan kelompok peternak penerima;

g. Melakukan pembinaan, pemeriksaan, pemantauan dan evaluasi, serta pengendalian perkembangan pelaksanaan kegiatan.

h. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan penambahan indukan sapi tahun 2012 untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan kemudian diteruskan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sebagaimana lampiran 2.

3. Tim Teknis Kabupaten/Kota

Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan diantaranya para wakil bidang lingkup Dinas yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di Kabupaten/Kota serta petugas lapang dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota, dengan tugas sebagai berikut :

(41)

a. Menyusun Petunjuk teknis pengembangan pembibitan sapi mengacu pada pedoman pembibitan sapi potong/sapi perah yang baik (GBP).

b. Melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL) bersama Tim Pembina Provinsi yang diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

c. Melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan penambahan indukan sapi dan pengembangan pembibitan.

d. Mendampingi kelompok peternak penerima untuk melaksanakan teknis kegiatan pembibitan sapi sesuai dengan Juknis.

e. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang kemudian diteruskan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

4. UPTD Pembibitan dan Kelompok Peternak Penerima

UPTD Pembibitan dan Kelompok peternak penerima mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Melaksanakan pembibitan sapi sesuai juklak/juknis pengembangan pembibitan sapi dari provinsi/kabupaten/kota.

b. Melaporkan perkembangan pembibitan sapi secara berkala setiap bulan kepada Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota.

c. Membuat surat kesanggupan kelompok untuk melaksanakan teknis pembibitan sapi yang baik dan benar.

(42)

30

d) Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di B/BPTU atau Provinsi. Proses pengendalian direncanakan dan diatur oleh masing-masing pelaksana kegiatan.

Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun lembaga/instansi pengawas lainnya). Ada 5 (lima) tahapan kritis yang perlu diperhatikan dalam pengawasan, yaitu tahap :

1. sosialisasi yang dilakukan oleh tim pusat/pembina provinsi/tim teknis kabupaten/kota.

2. pelaksanaan proses pengadaan 3. pelaksanaan seleksi sapi

4. pelaksanaan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL) yang dilakukan oleh tim pembina provinsi dan tim teknis kabupaten/kota 5. pengembangan pembibitan

(43)

E. Kerangka Pemikirin

Dinas peternakan kabupaten Enrekang dan juga sarjana membangun desa pada umumnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan pemberdayaan kelompok/gabungan kelompok sektor peternakan, Produksi bibit sapi dalam negeri belum memenuhi kebutuhan disebabkan sebagian besar usaha pembibitan dilakukan oleh peternak dengan skala pemilikan yang relatif kecil, dan belum optimalnya peran UPT. Bila kekurangan bibit tersebut tidak tercukupi, maka pencapaian penyediaan daging dan susu dalam negeri tidak akan memenuhi target, sebaliknya justru kemungkinan dapat terjadi penurunan populasi sapi potong dan sapi perah. Untuk mempertahankan pertumbuhan populasi serta memenuhi kebutuhan susu dan juga daging sesuai target PSDSK 2014 masih diperlukan bibit, obatan dan modal usaha dalam jumlah yang cukup.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, perlu adanya koordinasi yang harus dilakukan dan dilaksanakan oleh dinas peternakan kabupaten Enrekang dan sarjana membangun desa. Jika koordinasi yang dibangun baik dan benar, maka tujuan utama akan dapat tercapai dengan mudah dan bahkan secara efesien sekaligus efektif pula dan bersinergi dengan kebutuhan kelompok. Maka dalam pemberdayaan kelompok/gabungan kelompok akan mampu secara mandiri dan bersama-sama meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk- produk peternakan yang pada ahirnya akan meningkatkan kesejahtraan peternak.

(44)

32

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

F. Defenisi Oprasional

Untuk memudahkan penelitian ini, maka perlu adanya defenisi operasional dari masing-masing variable, sebagai berikut:

1. Koordinasi, adalah merupakan usaha untuk mengatur, mengharmoniskan atau menselerasikan seluruh kegiatan atau aktivitas seluruh elemen, dimana prosesnya memerlukan penataan yang terintegrasi sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan,

KOORDINASI

 Pengadaan Bibit dan obat

 Pengarahan Dana

 Pemasaran hasil olahan Dinas

Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Enrekang

Sarjana Membangun Desa

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETERNAK SAPI

PERAH

(45)

2. Sarjana membangun Desa adalah sarjana yang mengembangkan usaha bersama dengan kelompok ternak di desa.

3. Pemberdayaan Masyarakat adalah pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian diri masyarakat secara mandiri serta menciptakan kondisi dan suasana yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang.

4. Pemanfaatan dana kegiatan penambahan indukan sapi dan obatan yang dilakukan melalui pengadaan barang, dengan mengacu Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

5. Melaksanakan pembibitan sapi sesuai juklak/juknis pengembangan pembibitan sapi dari provinsi/kabupaten/kota.

(46)

34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul yakni “Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang”, maka penelitian ini di laksanakan di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang, Adapun alasan peneliti untuk memilih lokasi tersebut karena desa pinang merupakan sentra penghasil susu sapi perah di Kabupaten Enrekang.

B. Tipe dan Jenis Penelitian a. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif yaitu berusaha menggambarkan secara menyeluruh mengenai objek yang diteliti dan data yang telah diolah kemudian mengkaji secara sistematik berdasarkan fakta-fakta di lapangan.

b. Dasar penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey untuk melakukan pengamatan secara menyeluruh pada objek yang diteliti, unuk mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin.

C. Populasi Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah :

1. Anggota kelompok tani sapi perah dan sarjana membangun desa 40 orang

(47)

2. Sampel

Sifatnya homogen, maka penetapan sampel dilakukan melalui tehnik sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, dimana seluruh anggota menjadi sampel.

Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu 40 orang Adapun informan dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Dinas PeternakanPerikanan ….. 1 orang 2. Kepala Sub. Bidang Peternakan dan Keswan ….. 1 orang 3. Kepala Sub. Bidang Pengelolaan dan Pemasaran Hasil ….. 1 orang

4. Sarjana Membangun Desa ….. 1 orang

D. Sumber dan Jenis Data a. Jenis Data :

a) Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar yang dijadikan dasar dalam memecahkan masalah.

b) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka kemudian diolah dan dibuatkan interpretasi. Yaitu penulis mentabulasi data kuesioner dari respondesn kemudian mengolah menjadi data dalam penlitan ini.

b. Sumber Data :

a) Data primer, data yang diperoleh dari hasil wawancara yang penulis lakukan berdasarkan pedoman yang telah dibuat serta pengamatan secara langsung terhadap responden.

b) Data sekunder, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan- catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi, yang dapat mendukung kelengkapan data primer. Penggunaan data primer dan data

(48)

35

sekunder secara bersama-sama dimaksudkan agar saling melengkapi yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Selain itu, hal ini dilakukan sekaligus untuk perbandingan data yang diperoleh.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memper oleh data yang relevan, akurat, dan dapat dipertanggung jawabkan maka penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian.

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti secara langsung mengadakan tanya jawab dengan narasumber untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan fokus penelitian.

3. Angket (kuesioner) yaitu tekhnik memperoleh data dan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian secara terperinci dari responden dan informan, dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan berdasarkan pedoman wawancara yang dilakukan kepada responden dan informan.

F. Tehnik Analisis Data

Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Yaitu suatu analisis yang berusaha mancari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari data dengan cara mengelompokan atau mengkategorisasikan data, yaitu data yang

(49)

ada ditabulasi dengan memberikan bobot presentase dan selanjutnya diinterpretasikan dengan memberikan uraian secara deskriptif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan, tafsiran-tafsiran setelah menggali data dari beberapa orang informan kunci sesuai dengan hasil olah data/ wawancara mendalam penulis dengan para informan tentang gambaran secara umum, Koordinasi Dinas Peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah.

(50)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Atau Karakteristik Objek Penelitian

1. Deskripsi umum lokasi penelitian

Deskripsi umum lokus penelitian dipaparkan dalam pembahasan ini bertujuan memberi gambaran yang komprehensif tentang objek penelitian dan juga menjadi bahan informasi guna menganalisis lebih lanjut tentang permasalahan yang terjadi pada Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah, Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

Deskripsi umum ini juga menjelaskan tentang letak geografis Kelompok Tani Sapi Perah Desa Pinang, Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang yang berada di Sebelah Selatan ibu kota Kabupaten berjarak 6 (enam) kilometer sebelum kota Enrekang dan berada dipinggiran aliran Sungai Saddang (seberang Sungai), untuk sampai dilokasi peternakan kelompok, tersedia 2(dua) jembatan gantung yang menghubungkan Dusun Riso dengan Dusun Lekkong.

1) Visi dan Misi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

a. Visi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

Sesuai dengan tuntutan dan perkembangan perekonomian dan kebutuhan masyarakat maka diperlukan manajemen pembangunan peternakan yang modern dan meningkatkan keberpihakan kepada petani yang tinggi untuk memanfaatkan

(51)

peluang yang ada, maka Visi Kelompok Tani Sapi Perah, Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

“ Mewujudkan Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang Sebagai Sentra Penghasil Susu Sapi Perah Yang Melimpah,

Berkualitas, dan Mempunyai Daya Jual Yang Tinggi.”

Visi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana tersebut adalah merupakan gambaran kesuksesan yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2014).

Adapun pengertian Visi yang singkat, padat dan jelas tersebut diuraikan sebagai berikut :

a. Mewujudkan Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang yang mampun menyediakan susu yang mampu berdaya saing serta mempunyai nilai tambah dalam peningkatan pengelolaan hasil susu sapi.

b. Sentra Penghasil susu sapi perah dalam pengertian bahwa sebagai pusat pengembangan Peternakan sapi perah dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan susu sapi dalam daerah, propinsi maupun nasional.

c. Unggul dimaksudkan bahwa desa pinang, kecamatan Cendana, sebagai Penghasil/Pemasok susu sapi yang berkualitas dan berdaya saing.

d. Berwawasan Lingkungan adalah kegiatan Peternakan sapi yang dilaksanakan dengan memenuhi kaidah konservasi, ramah lingkungan serta bebas pencemaran kimia maupun biologis.

(52)

40

b. Misi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan peternakan tersebut, maka perlu dirumuskan misi yang dapat menggerakkan dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai melalui berbagai upaya dalam pelaksanaannya.

Untuk itu disusunlah Misi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang sebagai berikut :

a. Meningkatkan hasil susu sapi.

b. Meningkatkan sumber daya manusia Aparat, Ternak sapi.

c. Meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan sapi perah.

2) Tujuan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

a. Tujuan.

Tujuan yang ingin dicapai kelompok tani sapi perah adalah sebagai berikut :

1. Tercapainya penguatan lembaga peternakan khususnya kelompok tani sapi perah melalui pembinaan kelompok sekaligus mampu memberikan kontribusi secara ekonomis kepada semua anggotanya.

2. Terbentuknya simbiosa mutualisma antara peternak dengan sarjana membangun desa demi peningkatan produksi sapi.

3. Menyediakan informasi bagaimana sarjana peternakan membangun pedesaan berbasis peternakan sapi perah.

(53)

4. Tersedianya produk sapi perah dan derivasinya.

b. Sasaran

Setelah penetapan Visi, Misi dan Tujuan kelompok tani sapi perah didesa pinang, kecamatan cendana kabupaten enrekang dalam mengembangkan pembangunan disektor Peternakan, maka sasaran yang dicapai adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya usaha Sapi Perah sehingga kebutuhan susu dan produk lainnya seperti dangke dan kerupuk dapat terpenuhi khususnya di Kabupaten Enrekang.

2. Terwujudnya kelompok tani dan sarjana peternakan yang mandiri dan maju dalam usaha agribisni sapi perah

3. Masyarakat atau kelompok tani, dimana dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha sapi perah yang berkualiatas.

4. Memamfaatkan Sumber Daya Alam yang dimiliki Kabupaten Enrekang seoptimal dan seefisien mungkin untuk mengembangkan usaha ternak sapi perah.

5. Meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam upaya pemenuhan kebutuhan produksi termaksud sapi dan produksi susu di Kabupaten Enrekang.

(54)

42

c. Output yang ingin dicapai

Sebagai langkah awal dalam mengelolah potensi sumber daya peternakan khususnya usaha sapi perah dengan tetap mengacu pada Peningkatan produktivitas susu sapi perah yang berkualitas maka diharapkan dapat berguna bagi:

1. Masyarakat dan kelompok tani memelihara sapi perah dan mengembangbiakkan untuk kebutuhan susu untuk membuat produk derivasi seperti susu, dangke, kerupuk, biogas dan kompos, guna meningkatkan pendapatan melalui usaha tersebut.

2. Memberdayakan sarjana peternakan dan kelompok tani ternak sapi dalam mengembangkan usaha agribisnis berbasis peternakan sapi perah.

3. Masyarakat dan kelompok dapat mengenal pakan tambahan selain pakan hijauan dan konsetrat seperti dedak, ubi kayu, ubi jalar, limbah pertanian yang banyak didaerah Enrekang.

4. Meningkatkan produksi dan produktifitas untuk mendukung ketahanan pangan mensukseskan Pencapaian Populasi Sapi dua juta Ekor di Sulawesi Selatan Tahun 2014. Perlu diketahui bahwa Program dua juta ekor sapi dapat tercapai melalui program-program unggulan yang meliputi :

a. Gerakan optimalisasi sapi (GOS)

b. Pengembangan Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Pengendalilan Betina dan Produktif Revitalisasi IB Mandiri

c. Gerakan Pengentasan Kemiskinan (TASKIN) Pengendalian dan Pemberantasan penyakit ternak.

(55)

3) Struktur organisasi Kelompok Tani Sapi Perah Desa Pinang, Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

Gambar 2 : Struktur organisasi kelompok tani sapi perah Sumber : Data laporan SMD, Mei 2014

KETUA PENDAMPING Sarjana Membangun Desa

PENASEHAT

1. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang

2. Koordinator BP3K Kecamatan Cendana 3. Kepala Desa Pinang

ANGGOTA

SEKERTARIS S

BENDAHARA

ANGGOTA ANGGOTA

ANGGOTA A

ANGGOTA

(56)

44

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden perlu ditengahkan untuk memberikan gambaran tentang sumber data serta untuk melihat keabsahan atau validitas data yang telah diperoleh dari responden. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari seluruh responden yang diperoleh dari kelompok tani sapi perah Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupeten Enrekang.

Beberapa karakteristik responden yang ada memberikan penjelasan mengenai persepsi atau sikap setiap responden terhadap suatu kejadian atau peristiwa, salah satu diantaranya adalah Koordinasin Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

Apabila digambarkan secara komprehensif karakteristik responden pada dasarnya cukup banyak, namun identitas responden yang digambarkan dalam pembahasan ini adalah yang berkaitan langsung dengan

objek penelitian. Adapun identitas responden dapat dikategorikan atas beberapa karakteristik yaitu menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan tingkat pendidikan.

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Ditinjau dari jenis kelamin responden kelompok tani sapi perah terlihat dari 40 jumlah responden, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
Gambar 2 : Struktur organisasi kelompok tani sapi perah  Sumber : Data laporan SMD, Mei 2014
Tabel 2: Karakteristik responden menurut kelompok umur
Tabel 3. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas yang dilakukan dalam Lesson Study adalah mengkaji semua aspek pembelajaran dengan harapan kita dapat membelajarakan siswa secara optimal dalam memenuhi

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, serta

Dari hasil pengujian didapat bahwa penggunaan blower sebagai supercharger elektrik dapat meningkat, peningkatan rata-rata pada torsi sebesar 0,686 Nm, daya sebesar 0,5631

RPS Mata Kuliah Mobile Device (Programming) Technology – Program Studi Sistem Informasi Halaman 6 dari 18 Tujuan Tugas: Mahasiswa diharapkan mampu membuat aplikasi mobile

Pasien sudah mengalami terlambat haid sejak 3 Pasien sudah mengalami terlambat haid sejak 3 bulan yang lalu disertai gejala kehamilan dan bulan yang lalu disertai gejala kehamilan

ANALISA BAGIAN AKHIR : PEMBAHASAN Masalah agensi antara principal dan agent berasal dari pemisahan kepemilikan dan pengawasan. Masalah agensi dpt dikurangi dg pemberian

berikan gambaran tentang perkembangan program pendidikan umum dalam kurikulum SMA sejak tahun 1945 sampai dengan tahun 1984, melainkan juga melakukan analisis dan sekali-

Beberapa hari lalu saya menulis note berjudul "Untuk Melihat Siwa, Anda Harus Menjadi Siwa". Itu untuk menjawab pertanyaan seorang teman dari Bali. Untuk menjawab