• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pupuk Urea Kebijakan subsidi pupuk merupakan salah satu dari kebijakan fiskal yang Kebijakan subsidi pupuk merupakan salah satu dari kebijakan fiskal yang

V GAMBARAN UMUM

6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pupuk Urea Kebijakan subsidi pupuk merupakan salah satu dari kebijakan fiskal yang Kebijakan subsidi pupuk merupakan salah satu dari kebijakan fiskal yang

bertujuan untuk membantu terpenuhinya kebutuhan pupuk pada petani.Ruang lingkup pada penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh adanya subsidi pupuk terhadap produksi padi petani di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Selain itu, juga dilihat hubungan antara harga pupuk yang diterima petani terhadap permintaan pupuk petani sehingga pada akhirnya akan diketahui seberapa penting pemenuhan kebutuhan pupuk pada petani. Pengaruh pertama dapat dilihat dari hubungan antara harga dengan jumlah atau permintaan pupuk.Seperti diketahui bahwa harga pupuk bersubsidi di tingkat petani telah ditentukan oleh pemerintah berupa harga eceran tertinggi (HET) untuk beberapa jenis pupuk, seperti Urea, TSP/SP-36, ZA, NPK, dan organik.Dalam penelitian ini pupuk yang digunakan oleh responden adalah jenis pupuk Urea, TSP/SP-36, NPK, dan KCL.Namun, dalam melihat pengaruh permintaan kebutuhan pupuk di tingkat petani menggunakan harga pupuk urea dan NPK sebagai variabel yang mewakili harga pupuk.Pemerintah telah menetapkan HET pada masing-masing jenis pupuk meskipun demikian seringkali terjadi perbedaan harga yang diterima petani karena adanya beberapa faktor, seperti biaya transportasi, biaya pengemasan, dan rendahnya pengetahuan petani tentang kios resmi dari pemerintah yang menjual pupuk bersubsidi. Dari variasi harga yang diterima oleh petani akan dilihat respon petani terhadap permintaan pupuk. Variabel independen yang digunakan dalam pengujian ini adalah variabel harga urea, harga NPK, harga padi, dan luas lahan. Dalam model ini hanya memilih dua jenis pupuk yaitu urea dan NPK dikarenakan kedua jenis pupuk tersebut yang sering digunakan oleh responden. Pengujian ini menggunakan model regresi linear berganda dengan menggunakan Minitab untuk membantu dalam pengolahan datanya. Hasil dari regresi ini akan ditunjukan pada Tabel 6.7.

51 Tabel 6.7 HasilRegresi Jumlah Permintaan Pupuk Urea

Variabel Bebas Koefisien Sig VIF

Constant 53,4275 0,0001 PU -3,0774 0,0684* 3,537 PNPK -4,2905 0,1475 4,299 PHD 8,4284 0,0025* 1,269 LLH 0.7087 0,0000* 1,881 R-Squares 71,87 % Adjusted R-Squares 69,82 %

Sumber : Data primer (2012) Keterangan :*nyata pada taraf α = 10 %

Berdasarkan Tabel 6.7, model regresi berganda yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

LnPPKi = 53, 4275 – 3,0774 LnPUi + 8.4284 LnPHDi + 0.7087 LnLLHi ... (6.1) Uji statistika berdasakan Tabel 6.7 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,7187 yang berarti bahwa 71,87 persen keragaman variabel dependen atau jumlah pupuk dapat dijelaskan oleh variasi-variasi variabel independennya yaitu harga pupuk. Selain itu, sisanya sebesar 28,13 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model. Berdasarkan nilai probabilitas F-statistik yaitu sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen) yang berarti bahwa variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen sehingga model penduga tersebut layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi.

Analisis regresi berganda harus memenuhi empat asumsi klasik, untuk memenuhi asumsi tersebut, sebanyak 60 respoden yang bersedia menerima kompensasi digunakan dalam pengolahan data.Uji normalitas dilakukan dengan metode grafik probability plot of residual menghasilkan p-value sebesar 0,150 atau lebih besar dari taraf nyata 10 %.Hasil tersebut menunjukkan bahwa data residual menyebar normal (lihat Lampiran 4).

Pemeriksaan asumsi terkait masalah multikolinieritas dilihat dari nilai VIF, pada Tabel 6.7, masing-masing variabel bebas menunjukkan nilai VIF kurang dari 10, hasil tersebut mengindikasikan tidak adanya pelanggaran multikolinieritas (dapat dilihat juga pada Lampiran 7). Asumsi selanjutnya regresi berganda adalah tidak adanya autokorelasi.Uji autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson.Hasil menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,45 (lihat Lampiran 5).

52

Firdaus (2004) menyatakan bahwa nilai DW berada di antara 1,55 dan 2,46 menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Karena nilai DW diantara selang tersebut, maka menunjukkan tidak ada autokorelasi.

Pemeriksaan asumsi homoskedastisitas pada model regresi di atas menggunakan uji glejser hasil p-value yang diperoleh yaitu 0,659 (lihat Lampiran 6). Berarti nilai p-value (0.659) > alpha (0.10) maka terima H0 yang artinya ragam homogen (homoskedastisitas).

Harga Urea (PU) memiliki nilai koefisien sebesar -3,0774 artinya apabila harga Urea naik satu satuan maka permintaan pupuk Urea akan turun sebesar 3,0774 persen (cateris paribus). Hal ini dikarenakan pemakaian pupuk pendamping yaitu NPK yang memiliki unsur N sehingga petani lebih cenderung mengurangi pemakaian pupuk urea dan tetap menggunakan pupuk NPK. Harga urea berpengaruh nyata terhadap nilai permintaan Urea pada taraf nyata 10 persen. Dalam persamaan 6.1 dapat dilihat bahwa harga gabah padi dan luas lahan mempunyai hubungan yang positif terhadap jumlah permintaan pupuk dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi peningkatan harga padi dan luas lahan sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan jumlah permintaan pupuk yang masing-masing sebesar 8,4284 dan 0,7087 persen (ceteris paribus). Dari hasil ini dapat dilihat bahwa pupuk NPK tidak memiliki hubungan subtitusi karena hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap model. Hal ini karena jenis NPK yang merupakan pupuk majemuk (15:15:15) dimana sudah memiliki unsur N yang merupakan unsur utama pada Urea sehingga NPK tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk Urea. Dari hasil persamaan ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi permintaan pupuk adalah harga gabah padi, sehingga dapat dijelaskan bahwa pendapatan hasil panen akan mempengaruhi pembelian pupuk unntuk musim tanam selanjutnya. Selain itu efektivitas kebijakan subsidi pupuk pun mempunyai peran yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pupuk di tingkat petani karena setiap terjadi perubahan harga di tingkat petani akan mempengaruhi pengeluaran biaya pupuk oleh petani.

53 6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi

Faktor-faktor yang digunakan dalam mempengaruhi produksi padi selain pupuk adalah luas lahan, benih, dan jumlah tenaga kerja (Sugiarto, 2008). Selain itu, juga dimasukkan satu variabel dummy, yaitu dummy benih. Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar dari masing-masing faktor terutama harga pupuk mempengaruhi produksi padi. Pengujian ini dilakukan dengan regresi berganda,dengan menggunakan Minitab. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.8 berikut ini.

Tabel 6.8. Hasil Estimasi Produksi Padi

Variabel Bebas Koefisien Sig VIF

Constant 5,900 0,111 PPKU 5,123 0,000* 3,675 PPKN 3,159 0,043* 4,238 TTK 0,439 0,010* 4,507 LLH 0,824 0,000* 7,130 BBH -0,002 0,983 3,541 D1 0,106 0,020* 1,253 R-Squares 92,7 % Adjusted R-Squares 91,9 %

Sumber : Data primer (2013) Keterangan : *nyata pada taraf α = 10 %

Berdasarkan Tabel 6.8, model regresi berganda yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

LnPP = 5,900+5,123LnPPKU+ 3,159 LnPPKN + 0.439LnTTK+

0,8248LnLLH + 0,106

LnD1... (6.2)

Berdasarkan Tabel 25 yang merupakan uji statistika, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,927 yang artinya 92,7 persen keragaman produksi padi sebagai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya yaitu luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan dummy benih. Sisanya yaitu sebesar 9,35 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Berdasarkan nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen). Hal ini berarti bahwa variabel independen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Hasil lain adalah hasil dari uji t yang dapat dilihat melalui nilai probabilitas dari masing-masing variabel independennya. Variabel

54

harga pupuk Urea, harga pupuk NPK, luas lahan, tenaga kerja, dan dummy benih mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen) yang berarti variabel-variabel independen tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Sedangkan untuk variabel bibittidak berpengaruh nyata karena nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,1 (10 persen).

Analisis regresi berganda harus memenuhi empat asumsi klasik.Uji normalitas dilakukan dengan metode grafik probability plot of residual menghasilkan p-value sebesar 0,150 atau lebih besar dari taraf nyata 10 %.Hasil tersebut menunjukkan bahwa data residual menyebar normal (lihat Lampiran 9).

Pemeriksaan asumsi terkait masalah multikolinieritas dilihat dari nilai VIF, pada Tabel 6.8, masing-masing variabel bebas menunjukkan nilai VIF kurang dari 10, hasil tersebut mengindikasikan tidak adanya pelanggaran multikolinieritas (dapat dilihat juga pada Lampiran 12). Asumsi selanjutnya regresi berganda adalah tidak adanya autokorelasi.Uji autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson. Hasil menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,43 (lihat Lampiran 10). Firdaus (2004) menyatakan bahwa nilai DWberada di antara 1,55 dan 2,46 menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Karena nilai DW diantara selang tersebut, maka menunjukkan tidak ada autokorelasi.

Pemeriksaan asumsi homoskedastisitas pada model regresi di atas menggunakan uji glejserhasil p-value yang diperoleh yaitu 0,368 (lihat Lampiran 11). Berarti nilai p-value (0.368) > alpha (0.10) maka terima H0 yang artinya ragam homogen (homoskedastisitas).

Dari persamaan di atas dapat dilihat harga pupuk Urea dan NPK mempunyai hubungan yang positif sebesar 5,123 dan 3,159 terhadap produksi padi. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan 1 persen pada harga pupuk Urea dan NPK maka akan meningkatkan produksi padi sebesar 5,123 dan 3,159 persen dimana variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hal ini dikarenakan kenaikan harga pupuk berpengaruh terhadap penggunaan pupuk yang di pakai sehingga akan berpengaruh pula pada produksi padinya. Pemakaian pupuk oleh petani di daerah penelitian rata-rata sebesar 455 kg/ha lebih dari dosis pupuk yang dianjurkan yaitu 400–450kg/ha. Pemakaian pupuk yang kurang menyebabkan

55 produktivitas padi menjadi berkurang sehingga petani diharuskan menurunkan pemakaian pupuk sampai sesuai dengan yang dianjurkan. Luas lahan mempunyai pengaruh positif sebesar 0,824 terhadap produksi padi. Setiap terjadi peningkatan luas lahan sebesar 1 persen maka akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,824 persen, dimana variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hubungan luas lahan dengan produksi padi sesuai dengan hipotesis awal bahwa peningkatan luas lahan akan meningkatkan produksi padi.

Variabel lain yang mempengaruhi produksi padi adalah variabel buruh atau tenaga kerja. Variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh positif sebesar 0,439 terhadap produksi padi. Hal ini berarti setiap terjadi peningkatan 1 persen pada tenaga kerja akan meningkatkan 0.439persen produksi padi dimana variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa setiap terjadi peningkatan tenaga kerja akan meningkatkan produksi padi.

Variabel dummy yang dimasukkan dalam persamaan produksi padi adalah variabel dummy dari benih. Variabel dummy benih dimasukkan untuk mengetahui jenis benih yang mempunyai kualitas yang bagus untuk mempengaruhi produksi padi dan sering digunakan oleh responden. Dummy bernilai 1 untuk jenis benih ciherang, sedangkan dummy bernilai 0 untuk jenis benih selain ciherang. Pada hasil tersebut diperoleh nilai dummy benih sebesar 0.1062. Hasil nilai dummy ini berarti bahwa benih padi ciherang mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan produksi padi dibandingkan dengan penggunaan benih padi dengan jenis selain ciherang. Jadi, apabila terdapat peningkatan penggunaan padi jenis ciherang sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.1062 persen.

Namun variabel lainnya tidak berpengaruh nyata dalam model yaitu variabel bibit. Hasil dari regresi ini adalah variabel benih mempunyai pengaruhnegatif sebesar 0.002 terhadap produksi padi. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan jumlah benih sebesar 1 persen maka akan menurunkan produksi padi sebesar 0.052993persen. Variabel jumlah bibit pun memiliki nilai probabilitas diatas nilai taraf nyatanya yaitu sebesar 0,983. Hal ini dikarenakan pemakaian bibit oleh petani rata-rata sebesar 36,71 kg/ha yang memebihi batas yang dianjurkan yaitu sebesar 25 kg/ha. Oleh karena itu seharusnya petani mengurangi jumlah bibit yang

56

digunakan agar sesuai dengan yang dianjurkan dan hasil produksi padinya pun ikut meningkat.

Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi padi. Apabila petani kesulitan dalam memperoleh faktor-faktor produksi tersebut yaitu harga pupuk urea yang dan pupuk NPK sesuai HET, tenaga kerja, luas lahan dan dummy bibit maka akan langsung berpengaruh terhadap produksi padi. Oleh karena itu, pemerintah harus membantu terpenuhinya kebutuhan faktor-faktor produksi para petani. Pada penelitian yang membahas tentang efektivitas kebijakan subsidi pupuk, kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan tidak efektif sehingga juga berpengaruh terhadap penggunaan pupuk dan produksi padi. Adanya hal ini maka diharapkan pemerintah melakukan evaluasi terhadap penyaluran subsidi pupuk di tingkat petani agar kebutuhan pupuk di tingkat petani terpenuhi sehingga produksi padi meningkat dan kesejahteraan petani juga meningkat.

57

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kebijakan subsidi pupuk dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan keempat indicator tersebut maka kebijakan subsidi pupuk belum dapat dikategorikan efektif dikarenakan masih adanya masalah pada mekanisme distribusi pupuk pada Lini IV (kios resmi). Dimana tidak adanya pengecer resmi di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. 2. Hasil regresi permintaan pupuk urea dapat diperoleh bahwa variabel harga urea

berpengaruh negatif dan sifnifikan terhadap permintaan urea sehingga apabila terjadi peningkatan pada harga urea maka akan terjadi penurunan terhadap permintaan pupuk urea. Variabel harga padi, dan luas lahan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap permintaan pupuk urea.

3. Berdasarkan hasil regresi produksi padi dapat diperoleh bahwa variable harga pupuk urea, harga pupuk NPK, luas lahan, tenaga kerja, dummy benih mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi padi. Pengaruh positif setiap variabel terhadap produksi padi ini berarti bahwa apabila terdapat kenaikan setiap variabel sebesar 1 persen maka akan meningkatkan produksi padi dengan persentase sebesar koefisien masing-masing variabel dalam persamaan regresi. Hal ini berarti bahwa semakin efektif kebijakan subsidi pupuk maka produksi padi juga akan semakin meningkat.

9.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat menjadi saran:

1. Harus memperbaiki mekanisme penyaluran subsidi pupuk karena subsidi pupuk masih belum dikategorikan efektif. Perbaikan ini terutama dalam kaitannya dengan tepat harga, jumlah, dan tempat dimana sebaiknya pemberian subsidi pupuk lebih dekat kepada sasaran atau target penerima subsidi pupuk. Perbaikan mekanisme penyaluran penting terkait adanya harga yang tidak sesuai dengan HET dikarenakan masih adanya masalah pada Lini IV (kios resmi) dimana masih berada di luar desa sehingga membutuhkan biaya

58

transportasi. Sebaiknya kios resmi berada di dalam desa sehingga mempermudah petani untuk membeli pupuk bersubsidi. Selain itu, juga diperlukan adanya pemberitahuan kepada petani tentang keberadaan kios resmi secara jelas sehingga petani bisa membedakan antara kios resmi pupuk bersubsidi dengan kios pupuk yang tidak bersubsidi. Lemahnya pengontrolan produsen pupuk dari Lini III ke Lini IV pun menyebabkan harga pupuk di atas harga HET sehingga pengawasan pun haruslebid diperketat sehingga tidak ada lagi harga pupuk di atas HETnya.

2. Kebijakan subsidi pupuk masih harus dilaksanakan karena berdasarkan hasil penelitian bahwa pupuk mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi padi. Selain itu, adanya hubungan negatif dan signifikan antara harga pupuk dengan permintaan pupuk yang mengindikasikan bahwa masih diperlukan kebijakan subsidi pupuk dengan penentuan HET pupuk agar harga pupuk masih dapat dijangkau oleh petani. Kebijakan subsidi pupuk juga harus disertai dengan peran dinas pertanian dalam memberikan pembinaan tentang pemupukan yang berimbang agar dapat meningkatkan penggunaan pupuk secara optimal.

59

DAFTAR PUSTAKA

Andari, T. T. 2001. Dampak Penghapusan Subsidi pupuk Terhadap Permintaan Pupuk dan Produksi Padi di Jawa Barat.Tesis Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ardi, Taufik. 2005. Analisis Pencabutan Subsidi Pupuk Terhadap Sektor Pertanian di Indonesian (Analisis Input-Output Sisi Penawaran). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. ________________. 2009. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. ________________. 2010. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Darwis, V. dan Saptana. 2010. Rekonstruksi Kelembagaan dan Uji Teknologi

Pemupukan : Kebijakan Strategis Mengatasi Kelangkaan Pupuk. PASEKP, Bogor.

Departemen Pertanian. 2010. Anggaran Subsidi Pupuk. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dinas Pertanian. 2012. Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2010. Keputusan Bupati Bogor. Dinas Pertanian, Kabupaten Bogor.

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2010. Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 Tahun 2010. Dinas Pertanian, Kabupaten Bogor

Feryanto, W.K. 2010.Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaran. http://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/. Diaksespadatanggal 20 Desember 2010.

Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Gujarati DN. 2003. Dasar-Dasar Ekonometrika Ed ke-3. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Basic Economics 3rded

Halcrow, H. G. 1981. Ekonomi Pertanian.Alih bahasa: Armand Surdiyono. UMM Press. Malang.

Heriyanto, Dwi. 2006. Analisis efisiensi Tataniaga Pupuk Urea PT. Pupuk Sriwidjaja Setelah Adanya Kebijakan Subsidi (Studi Kasus di kabupaten ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera selatan). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hidayat.1986. Teori Efektivitas Dalam Kinerja karyawan.Gajah Mada University

Press. Yogyakarta

Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan.IPB Press. Bogor

Manaf, D.R.S. 2000. Pengaruh Subsidi Harga Pupuk terhadap Pendapatan Petani : Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis.Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Milton H. Spencer dan Orley M. Amos. 1993. Contemporary Economics. Worth Publicer. New York

Nicholson, Walter. 1999. Teori Mikroekonomi. Alih bahasa: Daniel Wirajaya, Edisike-5, Binarupa Aksara. Jakarta.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Depok

60

Rachman, Benny. 2009. Kebijakan Subsidi Pupuk: Tinjauan Terhadap Aspek Teknis, Manajemen dan Regulasi. Pusat Analisi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta.

Sari. 2007. Analisis Efektivitas Raskin. Universitas Sumatera Utara. Medan Schemerhon John R. Jr. 1986.Management of productivity.Australia

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sudjono, Spudnik. 2011. Sistem Subsidi Pupuk Berbasis Relationship: Kajian Penyempurnaan Penyaluran Subsidi Pupuk Kepada Petani. PASEKP, Bogor.

Syafa’at, et al. 2007.Kaji Ulang Sistem Subsidi dan Distribusi Pupuk[Makalah Seminar]. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Timmer, C.P. 1996. Does Bulog Stabilize Rice Prices in Indonesia? Should it

Try?.Bulletin of Indonesian Economics Studies, 32 (2). Canberra. World Bank.2008b. Fertilizer Subsidies in Indonesia.

61 Lampiran 1. Peta Lokasi dan Gambar Lokasi Desa Hambaro, Kecamatan

Nanggung, Kabupaten Bogor

Sumber : https://maps.google.com/?mid=1375154012.diakses tanggal 25 Juli 2013

62

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUISIONER

ANALISIS EFEKTIVITAS SUBSIDI PUPUK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI (STUDI KASUSDESA HAMBARO, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR)

Kabupaten Kecamatan Desa Dusun RT/RW Nama Responden

Alamat Lengkap Rumah Tangga

Nama Pewawancara Tanggal Wawancara

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN