• Tidak ada hasil yang ditemukan

D

ahulu, kelompok Syi’ah dalam sejarah daulah­ daulah Islam diperlakukan oleh kaum muslimin secara biasa. Ya, memang benar, kaum muslimin berselisih dengan Syi’ah, akan tetapi kaum muslimin tidak melakukan pembunuhan terhadap mereka, tidak melakukan pengusiran dan pemusnahan. Banyak ulama Syi’ah yang hidup dalam “dekapan” kebudayaan Islam, seperti para sastrawan, penyair, bahkan sampai para menteri sekalipun.

Yang demikian itu karena Ahlussunnah dapat hidup dengan kelompok manapun, meskipun berselisih dan memerangi penyimpangan aqidahnya –sebagaimana yang dilakukan Ali bin Abi Thalib z terhadap kelompok

Khawarij–.

Ahlussunnah tidak memerangi melainkan terhadap orang yang mengangkat senjata terhadap kaum muslimin, atau mengkhianati, atau berusaha merusak agama mereka.

mencapai kekuasaan, namun tidak pernah berhasil, hingga akhirnya Alawiyyun bekerja sama dengan Abbasiyyun untuk menjatuhkan Daulah Umawiyah, dan berhasil. Dan tegakklah Daulah Abbasiyyah.

Abbasiyyun adalah keturunan paman Nabi j, yaitu al­Abbas. Mereka termasuk ahli bait. Akan tetapi ini sebenarnya bukan yang diinginkan Syi’ah. Yang diinginkan adalah ahli bait, Alawiyyun (keturunan Ali bin Abi Thalib).

Sekalipun Abu Thalib dan al­Abbas keduanya sama­sama paman Nabi j.

Maka hal ini menyingkap pemahaman Syi’ah dalam mendefinisikan ahli bait, mereka berpendapat: Ahli bait adalah istilah yang intinya berhubungan dengan Ali dan anak­anaknya saja.

Dan kata­kata yang mereka sering ulang­ulang adalah bahwa ahli bait dizalimi, adalah tidak benar,

Ini dia Abu Ja’far al­Manshur –dia adalah anak Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al­Abbas (paman Nabi j) dari keturunan al­Hasyimi–, mengapa mereka melaknatnya?

Saat kelompok Syi’ah menguasai awal kali pemerintahan Syi’ah di Irak setelah penjajahan –pemerintahan Ibrahim al­Ja’fari– baru beberapa hari berkuasa mereka menghancurkan patung kepala Abu Ja’far al­Manshur –penguasa yang membangun kota Baghdad– karena kedengkian mereka, padahal dia adalah keturunan paman Nabi j.

38

Apa yang Anda Ketahui Tentang Syi'ah? Apakah asy-Syi’ah Mencintai Ahli bait

39

Demikian juga Harun ar­Rasyid cucu Abu Ja’far, kelompok Syi’ah melaknatnya siang dan malam! Demikian pula al-Mu’tashim dan lainnya. Bahkan dari kedengkian mereka kepada keturunan Abbas (Abbasiyah), mereka menyerahkan khalifah yang terakhir Abbasiyyah kepada tentara Tartar, lalu tentara Tartar membunuhnya secara keji.

Dan di antara hal yang patut disebut: Bahwasanya Syi’ah menamakan seorang yang nasabnya keturunan ahli bait dengan sebutan: (as-Sayyid) bentuk jamaknya (Saadah). Bagi kelompok Syi’ah hal ini adalah penghormatan dan pensucian terhadap nasab mereka –suatu hal yang tidak aneh–, sekalipun orang tersebut melakukan perbuatan fasik dan durhaka, seperti berzina, homosex, mencuri, merampas atau mezalimi!!

Syi’ah menetapkan panggilan Sayyid itu sebagai kedudukan khusus baginya!!

Meskipun demikian (ada perbuatan kontradiksi dari Syi’ah). Dimana di Irak banyak terdapat keturunan al­Husein dari kalangan Ahlussunnah, seperti suku

an-Nuaim, al-Musyaahadah, al-Hadidin. Akan tetapi

nasab mereka yang mulia itu –dan Syi’ah mengakui nasab mereka sebagai keturunan al­Husein– (tidak menjadikan mereka mendapatkan kecintaan dan kemuliaan dari Syi’ah). Kelompok Syi’ah membunuh mereka di Irak (melakukan

genocide) di masa al­Ja’fari dan al­Maliki. Nasab mereka yang

mulia tidak menjadikan Syi’ah cinta kepada ahli bait.

al­Hasan, seperti asy-Raf Makkah (Sharif of Mecca). Dan diantara mereka ada yang menjadi raja­raja di Jordania, ada juga Baitul Hasani dan selain mereka, Syi’ah tidak memuliakannya, justru Syi’ah mencela siang dan malam, sekalipun diketahui dengan benar nasab mereka (adalah keturunan ahli bait). Para ahli bait itu dicela Syi’ah karena “satu dosa” yaitu mereka adalah Ahlussunnah, dan bukan kelompok Syi’ah.

Bahkan yang lebih dahsyat lagi, bahwa kabilah Syi’ah yang nasabnya mengacu pada ahli bait al­Husein (keturunan Husein) seperti al-Musawi, al-Huseini, dikultuskan. Akan tetapi, manakala ada di antara mereka yang berpindah ke Ahlussunnah maka dia dianggap telah murtad dan dibunuh. Sebagaimana terjadi di Irak.

Maka jelaslah, bahwa permasalahannya bukanlah cinta dan menghormati ahli bait, namun ukurannya adalah: dia itu mengikuti Syi’ah dan aqidahnya atau tidak. Cinta pada ahli bait hanyalah syiar yang dibuat dan digunakan sebagai langkah untuk menipu manusia agar menjadi pengikut Syi’ah.

Bahkan Ali bin Abi Thalib z mempunyai anak­anak yang terbunuh bersama al­Husein di Karbala, di antara mereka adalah Abu Bakar bin Ali yang dikubur di Karbala, lalu mengapa Syi’ah pada hari ini tidak berziarah ke kuburnya sebagaimana mereka berziarah ke kubur saudara al­Husein lainnya?

40

Apa yang Anda Ketahui Tentang Syi'ah? Apakah asy-Syi’ah Mencintai Ahli bait

41

Keduanya adalah anak­anak Ali bin Abi Thalib bukan dari Fatimah binti Rasulullah, dan keduanya kita mengharapkannya mati syahid sebagaimana saudaranya, al­Husein. Akan tetapi bagaimana bisa kelompok Syi’ah mengagungkan anak yang bernama “Abu Bakar”, sekalipun putra dari Ali bin Abi Thalib? (Mereka tidak akan mengagungkan orang yang namanya Abu Bakar karena kebencian mereka terhadap sahabat Nabi, Abu Bakar ash­Shiddiq z).

Sebagaimana juga Syi’ah menyembunyikan kejahatan

al-Muhtar ats-Tsaqafi saat dia membunuh putra Ali bin Abi

Thalib yang bernama “Ubaidillah”, yang demikian itu karena mereka mencintai al-Muhtar ats-Tsaqafi ad-Dajjal.

Dan Syi’ah tidak mau menyebut putra al­Husein z,

yang bernama “Umar” yang mati syahid bersama ayahnya, namun kuburnya tidak diketahui dimana. Karena namanya

“Umar” dan nama ini “tidak mereka sukai”, sekalipun dia

adalah putra dari al­Husein, Imam kelompok Syi’ah?

Semuanya ini menunjukkan bahwa barometer mereka (dalam cinta dan benci Syi’ah terhadap seseorang) adalah aqidah­aqidah mereka, dan bukanlah kecintaan mereka terhadap ahli bait.

Dokumen terkait