• Tidak ada hasil yang ditemukan

UMAR MASUK ISLAM

3. MENDAMPINGI NAB

Nadr bin al-Haris datang menyusup menggantikan Muhammad pada setiap majelis pertemuan untuk bercerita kepada Kuraisy tentang Persia dan agamanya. Kemudian katanya: "Sungguh, cerita Muhammad tidak akan lebih baik dari cerita saya. Apa yang diceritakannya hanya do- ngeng-dongeng zaman dulu, hanya menyalin cerita seperti yang saya lakukan ini." Mereka juga menyebarkan kabar bahwa ada seorang budak Nasrani bernama Jabr yang mengajari Muhammad dengan segala yang diajarkannya itu. Muhammad ketika itu sering duduk-duduk di kedai budak itu di Marwah.

Sekarang Kuraisy makin menjadi-jadi mengganggu Muhammad dan sahabat-sahabatnya: Umm Jamil istri Abu Lahab memasang duri di jalan yang akan dilalui Rasulullah; Umayyah bin Khalaf setiap melihat-

nya mengeluarkan kata-kata kotor yang ditujukan kepadanya. Cobaan yang dialami kaum duafa dengan segala macam cara kekerasan sudah merupakan soal yang biasa terjadi di Mekah setiap hari. Rasulullah dan kaum Muslimin yang tetap tinggal di Mekah dan tidak ikut hijrah ke Abisinia menghadapi semua penderitaan yang menimpa mereka itu dengan hati tabah dan sabar. Sesudah gangguan itu sampai di puncak- nya dan mereka diboikot oleh Kuraisy, mereka pergi berlindung ke celah-celah gunung di luar kota Mekah. Di sana mereka benar-benar menderita kekurangan. Makanan yang mereka peroleh hanya sedikit sekali dibawa oleh penduduk yang masih merasa iba melihat keadaan mereka. Kalau tidak karena itu mereka akan mati kelaparan. Mereka tinggal di celah gunung itu selama tiga tahun terus-menerus, tak dapat keluar selain pada bulan-bulan suci. Pada bulan-bulan itu Muhammad turun menemui orang-orang Arab untuk menyampaikan tugas Tuhan- nya. Di antara mereka yang melihat kesabaran dan ketabahannya serta ketabahan sahabat-sahabatnya menelan segala penderitaan dengan pe- nuh iman kepada kebenaran yang diwahyukan Allah kepadanya itu, ada yang lalu menjadi pengikutnya,

Tetapi dalam pada itu ada dua tokoh, Hisyam bin Amr dan Zuhair bin Abi Umayyah yang tidak senang melihat piagam yang begitu kejam berupa pemboikotan kepada Muhammad itu. Setelah mengadakan per- temuan dengan beberapa tokoh, mereka sepakat mencabut piagam itu dari dinding Ka'bah lalu merobeknya. Kuraisy tidak bereaksi atas per- buatan mereka itu. Dengan demikian Muhammad dan sahabat-sahabat- nya keluar dari celah gunung. la tetap menyampaikan dakwahnya di Mekah dan di kalangan kabilah-kabilah yang datang ke kota itu pada bulan-bulan suci. Kuraisy makin keras menyerang Muhammad setiap 39

melihat Muhammad masih juga gigih menyampaikan dakwahnya. Kemudian pamannya Abu Talib meninggal, disusul istrinya Khadijah. Peristiwa ini makin mendorong Kuraisy melakukan penganiayaan kepadanya. Ia mencoba mencari bantuan kabilah Saqif di Ta'if, tetapi ia diusir dengan cara yang kejam. Pada musim-musim ziarah ia pun pergi menawarkan diri kepada kabilah-kabilah di tempat-tempat mereka, tetapi tak ada yang menyambutnya.

Sesudah itu terjadi peristiwa Isra, malah ada sekelompok Muslimin yang lalu meninggalkan agamanya. Kuraisy makin gigih menyakiti mereka yang masih tetap bertahan dalam Islam dengan harapan supaya mereka juga keluar. Tetapi dakwah Muhammad yang sudah berjalan bertahun-tahun dan sudah membekas, banyak di antara mereka yang berpikir-pikir tentang dakwah itu dan tentang kebenaran yang dibawa- nya. Bekas yang paling dalam pada penduduk Yasrib, melebihi pen- duduk Arab lainnya. Sekelompok orang yang dulu sudah masuk Islam, mereka itulah yang menjadi bibit Ikrar Aqabah Pertama. Dan ini pula yang menyebabkan Rasulullah pertama kali berpikir tentang hijrah ke Yasrib.

Tahun berikutnya, ada tujuh puluh lima orang Muslim datang dari Medinah — tujuh puluh tiga laki-laki dan dua perempuan. Mereka ini- lah yang membaiat Ikrar Aqabah Kedua. Rasulullah menerima baiat mereka bahwa mereka akan memberikan perlindungan kepadanya sebagaimana perlindungan yang mereka berikan kepada istri dan anak- anak mereka. Sejak itu ia menganjurkan sahabat-sahabatnya di Mekah agar menyusul kaum Ansar di Yasrib dengan jalan meninggalkan Mekah secara terpencar-pencar supaya tidak membuat gempar Kuraisy. Inilah pertama kali hijrah ke Medinah. Islam pun pindah ke sana, dan dari sana pula Islam tersebar ke kawasan-kawasan lain di Semenanjung.

Peranan Umar di Mekah dan hijrahnya ke Medinah

Saat yang terjadi antara islamnya Umar dengan perintah Mu- hammad kepada sahabat-sahabatnya agar menyusul Ansar ke Yasrib, sudah tentu merupakan saat yang paling penting yang pernah dialami oleh Rasulullah dan agama Allah ini. Adakah juga peranan Umar bin Khattab yang sejalan dengan wataknya yang suka berterus terang dan tegas, dengan rasa harga diri yang tinggi itu? Dalam buku-buku biografi dan buku-buku sejarah tidak banyak yang kita peroleh menge- nai hal ini. Tetapi ini tidak berarti bahwa di masa mudanya, masa sedang perkasa dan sedang kuat-kuatnya Umar memegang peranan

3. MENDAMPINGI NABI

yang negatif dalam hal-hal yang dialami oleh Rasulullah dan kaum Muslimin. Sudah tentu ketika itu ia termasuk Muslim yang paling tabah dan sabar dalam menanggung penderitaan, dan yang paling keras memberikan pembelaan sedapat yang dapat dilakukannya dalam meng- hadapi gangguan kepada Rasulullah dan saudara-saudaranya kaum Muslimin. Tetapi dia juga orang yang sangat meyakini ketertiban dan berusaha sedapat mungkin menaati dan menjaganya. Yang demikian ini sudah menjadi bawaannya sejak masa jahiliah, dan lebih-lebih lagi se- sudah dalam Islam.

Kebijakan Rasulullah pada periode yang sedang kita bicarakan sekarang selalu menghindari segala bentuk kekerasan. Tak lebih ia hanya memaafkan setiap perlakuan tidak baik yang ditujukan kepada- nya. Ia berdakwah dengan bijaksana, mengajak orang dengan cara-cara yang baik dan berdiskusi dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang semula sangat memusuhinya berubah menjadi seperti sahabat karib. Itulah sikapnya terhadap Kuraisy ketika itu di Mekah dan terhadap Saqif di Ta'if, juga terhadap kabilah-kabilah lain yang di- ajaknya memasuki pintu cahaya dan bimbingan Allah. Tetapi mereka bersikap sombong dan menolak ajakannya. Ini suatu kebijakan yang tak terdapat dalam ketegasan dan kekuatan Umar seperti ketika ia masuk Islam dan mati-matian melawan kaum musyrik sehingga ia dan kaum Muslimin bersama-sama dengan dia dapat salat di Ka'bah.

Setelah terjadi hijrah, Umar pun ikut hijrah ke Medinah seperti Muslimin yang lain. Dengan diam-diam ditinggalkannya Mekah tanpa setahu penduduknya, kendati ada sebuah sumber yang dihubungkan kepada Ali bin Abi Talib menyebutkan: "Setahu saya semua Muhajirin hijrah dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar bin Khattab. Sesudah siap akan berangkat hijrah dibawanya pedangnya dan diselempangkan- nya panahnya dengan menggenggam anak panah di tangan dan se- batang tongkat komando. Ia pergi menuju Ka'bah sementara orang- orang Kuraisy di beranda Ka'bah. Umar melakukan tawaf di Ka'bah tujuh kali dengan khusyuk, menuju ke Maqam (Ibrahim) lalu salat. Se- telah itu setiap lingkaran orang banyak didatanginya satu persatu seraya berkata kepada mereka: "Wajah-wajah celaka! Allah menista orang- orang ini! Barang siapa ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim atau istrinya menjadi janda, temui aku di balik lembah itu."

Baik Ibn Hisyam, Ibn Sa'd atau at-Tabari tidak mencatat peristiwa ini. Ibn Hisyam dalam as-Sirah an-Nabawiyah dan Ibn Sa'd dalam at- Tabaqat al-Kubra menyebutkan bahwa Rasulullah mengizinkan orang

hijrah meninggalkan Mekah dengan terpencar-pencar sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di kalangan Kuraisy, dan Muslimin keluar secara bebas. Yang mempunyai kendaraan dapat bergantian, yang tidak supaya berjalan kaki. Umar bin Khattab berkata: "Saya dan Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Hisyam bin al-As bin Wa'il sudah berjanji akan keluar diam-diam. Kami berkata, jika di antara kita ada yang terlambat dari waktu yang sudah dijanjikan, berangkatlah dua orang. Saya berangkat bersama Ayyasy bin Abi Rabi'ah; Hisyam bin al-As masih tertahan. Seperti yang lain dia juga dibujuk oleh Kuraisy. Saya dan Ayyasy meneruskan perjalanan sampai di Quba'." Sesudah itu sumber tersebut menyebutkan bahwa Ayyasy kembali ke Mekah memenuhi permintaan ibunya, dan bahwa di sana ia dimasukkan ke dalam penjara, kemudian dibujuk dan dia pun terbujuk.

Adakah kedua sumber ini saling bertentangan? Atau keduanya dapat disesuaikan, bahwa ia menantang orang-orang musyrik seperti dalam sumber yang dihubungkan kepada Ali bin Abi Talib, kemudian setelah itu menurut sumber Ibn Hisyam dan Ibn Sa'd ia berangkat hijrah dengan diam-diam? Kita lebih cenderung pada pendapat bahwa Umar tidak menantang siapa pun, dan bahwa dia hijrah meninggalkan Mekah diam-diam tanpa diketahui penduduk Mekah. Dia melakukan itu bukan karena lemah atau takut, yang memang tak pernah dikenalnya selama hidupnya, tetapi dia laki-laki yang penuh disiplin. Dia meng- ikuti jemaah dan meminta yang lain juga mengikuti mereka. Kaum Muslimin semua berangkat hijrah dengan diam-diam. Jadi tidak heran jika Umar juga mengikuti jejak mereka untuk menjaga ketentuan yang berlaku, dan supaya tidak timbul perasaan pada mereka yang pergi diam-diam bahwa keimanan Umar kepada Allah dan Rasul-Nya lebih kuat dari mereka.

Umar sudah sampai di Quba'. Di Banu Amr bin Auf ia bersama keluarganya tinggal pada keluarga Rifa'ah bin Abdul-Munzir. Setelah Rasulullah yang hijrah ditemani Abu Bakr tiba, Umar termasuk yang menyambutnya dan pergi bersama-sama dengan rombongan itu ke Medinah. Seperti Rasulullah dan Muslimin yang lain Umar juga ikut bekerja membangun mesjid dan tempat tinggal Rasulullah. Setelah itu Rasulullah 'alaihis-salam pindah dari rumah Abu Ayyub al-Ansari.

Peristiwa hijrah ke Medinah ini merupakan permulaan zaman baru dan kebijaksanaan baru dalam sejarah Islam dan kaum Muslimin. Kaum Muhajirin yang hijrah dari Mekah berkumpul dengan mereka yang sudah menganut Islam di Medinah. Mereka kini merupakan suatu

3. MENDAMPINGI NABI 43