BAB VI : Dalam bab enam ini berisi tentang penutup yang memuat
BIOGRAFI IBNU KHALDUN A. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun
4. Masa mendidik dan menjadi Qadhi
Ibnu Khaldun tinggal di Tunisia selama empat tahun (780-784 H / 1378-1382 M) selanjutnya ia merasa hubungannya dengan sultan kurang harmonis, maka ia minta izin sultan untuk pergi haji ke Makkah. Ibnu Khaldun meninggalkan Tunisia pada tahun 784 H / 1382 M. Dengan naik kapal menuju
169 Ali Abdul Wahid Wafi', Op. cit., h. 47
170 Biyanto, Op. cit, h. 42
171
101
Alexandria (Iskandariyah) dan tiba di pelabuhan Alexandria pada bulan Sya'ban tahun 784 H. Bertepatan dengan bulan november 1382 M.172 Sedangkan penguasa Mesir pada saat itu adalah Sultan al-Zahir Barquq dari dinasti Mamluk tanpa alasan yang jelas Ibnu Khaldun tidak melanjutkan perjalananya ke Tanah suci untuk melaksanakan haji tetapi ia pergi ke kairo dan tinggal disana sampai akhir hayatnya.
Namun belum sampai di Pelabuhan Iskandariyah, badai angin topan menerjang kapalnya dan menenggelamkan seluruh penumpangnya tidak terkecualikan keluarga Ibnu Khaldun. Ia mencatat dalam bukunya sebagai suatu peristiwa yang sangat mengharukan.173 Beliau melukiskan kesedihannya itu dengan kalamnya yang amat menggugah perasaan sedih yang sangat mendalam sebagai berikut :
"Bertepatan dengan musibah yang menimpa diriku beserta keluarga dan anak-anakku yang meninggalkan Al-Maghribi dengan kapal laut, kemudian badai menimpanya sehingga kapalnya karam di lautan, maka lenyaplah segala yang ada, tempat tinggal dan anak-anakku. Musibah itu amat berat rasanya untuk di keluhkan dan meninggikan keprihatinanku, maka aku berkeinginan keras untuk keluar dari tugas pekerjaanku .174 "
Pada tahun 1401 M Ibnu Khaldun ditunjuk Sultan Abbas untuk melakukan perundingan kedamaian dengan Timur Lenk (Tamerlane) diluar dinding kota Demaskus. Pada masa itu Islam juga digemparkan oleh serangan Timur Lenk (1331-1405) ke berbagai wilayah Islam. Pertemuan dan pembicaraan yang terjadi
172 Biyanto, Op. cit, h. 42
173 Ibid. h. 44
174
Ali al-Jumbulati Abdul Futuh at-Tuwanisi. Perbandingan Pendidikan Islam, Terj. M. Arifin (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), h. 183
102
ini merupakan peristiwa dan rekaman sejarah dunia karena pembicaraan ini dilakukan oleh dua orang yang sangat kontras, yang satu seorang ilmuwan dan yang satu Penakluk dunia. Keduanya adalah produk dunia abad ke-14 yang masing-masing mempunyai latar belakang yang sangat berbeda. Pertemuan ini berlangsung selama 35 hari di Damaskus dan merupakan peristiwa yang sangat penting terakhir yang dialami Ibnu Khaldun di sepanjang hidupnya. Sekembalinya dari Syiria ia melanjutkan profesinya sebagai Hakim Agung Madzhab Maliki hingga meninggal dunia pada tanggal 16 Maret 1406 M (26 Ramadhan 808 H) dalam usia 74 tahun di Mesir. Jenazahnya dimakamkan di pusara para sufi di luar Bab al Nashr, Kairo.175
B. Kondisi Sosial Masa Hidup Ibnu Khaldun 1. Kondisi Sosial Politik
Keluarga Khaldun lahir di kota Carmon, Andalus di mana kakeknya bernama Khalid bin Al-Khattab, yang kemudian dikenal dengan nama Khaldun bin Usman bin Hani bin Al-Khattab bin Kuraib Maadi Karib bin Al-Haris bin Hijr176.
Ia berasal dari keluarga terpelajar dari pemimpin politik sevila dan pada waktu itu keilmuan dijadikan sebagai pesyaratn untuk memimpin. pada waktu itu
175
Toto Suharto, Epistemologi, h. 50-51
176
103
yang menjadi pemimpin sevilla berada ditangan "Khaldun"177 dan keluarga bangsawan lainnya serta pengaruh dan kekuasaanya ada ditangan khaldun sedangkan kekuasaan penguasa lain hanya namanya saja.178 Keluarga ini keturunan seorang Yaman, Hadramaut. Sebagian anggota keluarga ini berkelana jauh sampai ke Hijaz pada masa-masa sebelum Islam, kemudian sebagian anggota lainnya memasuki Andalus bersama-sama bangsa arab yang memerangi dan menaklukkan negeri-negeri kemudian hari.
Jika kita merujuk pada Kitab Muqaddimah, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa dirinya berasal dari Hadramaut. Hal ini memberi pencerahan baru berupa penolakan atas terjadinya silang pendapat dikalangan para ahli yang menyatakan Ibnu Khaldun berasal dari bangsa barbar yang membenci bangsa arab dengan memojokkan bangsa arab, dengan menyebut mereka biadab, perusak, buta huruf
serta memusuhi ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena Ibnu Khaldun dianggap sentiment kebangsaanya melawan para penakhluk tanah airnya.banyak penulis menduga Ibnu Khaldun memiliki garis keturunan Arab di Hadramaut.
Melihat masa kehidupan Ibnu Khaldun, yakni abad 14 sampai abad ke-15 adalah masa kemunduran di dunia Islam diberbagai bidang . Sebutan abad
177
Imam Munawwir, Mengenal Pribadi 30 Penekar dan Pemikir Islam dari Masa ke Masa (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1985), h. 415. Menurut Ali Abdul Wahid Wafi, nama Khaldun sesuai dengan kebisaaan orang-orang andalaus dan magrib bisaa menambahkan hurup wawu dan nun kepada nama-nama yang menunjukkan pengaturan orang-orang yang memiliki nama-nama orang-orang terkemuka sebagai tanda Ta'zim dan penghormatan, seperti Khalid menjadi Khaldun. Keturunannya dikenal dengan nama Bani Khaldun di Andalusia dan Maghribi, Namun pada akhirnya nama ini dikhususkan orang untuk sebutan Abdurrahman Zaid bin Khaldun. Lihat dalam Ali Abdul Wahid Wafi
Op, Cit., h. 4 178
104
mu'jizat arab pada masa keemasan Islam mengalami kemunduran yang drastis, yang ditandai oleh disintegrasi politik dan stagnasi pemikiran.179
Era disintegrasi politik dan kemunduran diberbagai bidang yang melanda dunia Islam mengalami puncak ketika Baghdad sebagai puncak kekuasaan dan Peradaban Islam diTimur dihancur luluhkan oleh Hullagu Khan pada tanggal 10 februari 1258. bersamaan dengan ini pula maka system kekhalifahan di dunia Islam juga turut hilang.180 Meskipun demikian pada saat yang sama di mesir juga berdiri dinasti Mamluk (1250-1517) yang untuk sementara waktu bisa melanjutkan kekhalifahan di Baghdad.
Pada masa itu pula Islam juga digemparkan oleh serangan Timur Lenk (1331-1405) ke berbagai wilayah Islam Ibnu Khaldun sempat bertemu Timur Lenk (Tamerlane) diluar dinding kota Demaskus pada tahun 1401 M. Timur Lenk sebagaimana dikutip oleh Syafi'i Ma'arif bukanlah seorang Mongol, tetapi seorang Turki, walaupun mungkin punya darah mongol melalui garis ibu. Ia lahir sebagai seorang muslim dilembah Syir.181
Sementara itu, eksistensi Islam di Barat yang berpusat di Spanyol (Andalusia) dan Afrika Utara juga sedang dilanda krisis politik. Kekhalifahan Abdurrahan al-Dakhil berakhir dengan dihapusnya gelar khalifah pada tahun 1013 oleh Dewan menteri yang memerintah Cordova. Krisis ini terus-menerus hingga datangnya masa yang lebih dikenal dengan sebutan Mulk al Thawaif, yaitu
179
Badri Yatim, Op. cit., h. 63
180
Abdurrahman Ibnu Khaldun, Op. cit., h. 174-172
181
105
munculnya kerajaan-kerajaan kecil di Kerajaan Islam.182 Puncak krisis di Spanyol adalah ketika Granada sebagai pertahanan terakhir ditakhlukkan oleh pasukan Kristen pada tahun 1492. peristiwa ini membumi hanguskan kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam dihadapkan pada situasi yang sangat menyedihkan, mereka dipaksa masuk Kristen ataukah pergi sejauh – jauhnya dari Spanyol. Akhirnya pada tahun 1609 tidak ada seorangpun orang Islam yang masih bernafas di Spanyol.
Demikian halnya kekuasaan Islam di Afrika utara juga mengalami ketidakstabilan setelah jatuhnya Dinasti murabithun (1086-1147)183. Dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235).184 Sepeninggal dinasti ini Afrika Utara dikuasai oleh tiga kerajaan kecil. Di Tunisia terdapat dinasti Bani Hafs (1228-1574) sedang di Tilimsan berdiri Dinasti Abd Al-Wad . Sedang di Fez dan maroko terdapat kerajaan Bani Marin(1269-1420) yang merupakan kerajaan paling besar yang meliputi Maroko, Ceuta, sebagian Berberi Tengah dan Gibaltar.185
Silih bergantinya kekuasaan, para penguasa larut dalam kemewahan dan berusaha menghimpun ilmuwan merupakan salah satu prestise. Ibnu Khaldun
182
Biyanto, Op. cit., h. 28
183
Dinasti ini berada pada wilayah Afrika Utara, Dinasti Murabithun berkedudukan di Maghribi, nama Murabithun diambil dari suatu tempat penggemblengan Ilmu Agama yang dinamakan Ribath yang terletak di Pulau Niger, Senegal. Para penghuninya kemudian disebut Murabithun. Lihat Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Penanda Media, 2004), cetakan kedua, h. 129-130
184
Al-Muwahhidun muncul sebagai reaksi dari al-Murabithun yang dianggap telah melakukan penyimpangan dalam Akidah, ia berkembang di Afrika Utara yang berpusat di Marakesay dan sebagian wilayah Andalusia. Dan para pengikutnya inilah yang disebut Muwahhidun (Bala Tentara Tauhid). Gerakan ini dipelopori oleh Abdullah bin Tumart
185
106
merupakan salah satu pemikir yang menghabiskan sebagian hidupnya untuk dekat dengan penguasa, maka Ibnu Khaldun dikenal senantiasa berganti tuan dan memberikan loyalitas pada orang yang punya kekuasaan besar, sifat loyalitas inilah yang membuat Ibnu Khaldun dikenal dengan sifat yang opportunis.186 Dia selalu mencari-cari kesempatan dan mengatur strategi untuk mencapai kedudukan yang diinginkannya. Sesuai dengan sifat politik yang selalu dapat menggunakan berbagai cara, maka yang ditempuhnya itu kurang memperhatikan kelurusan dan kebersihannya. Dalam rangka mencapai keinginannya, Ibnu Khaldun tidak peduli dengan perlakuannya terhadap lawan politiknya sekalipun orang iu telah berbuat baik terhadapnya.