• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

C. Penerapan Activity Based Costing

2. Menelusuri Biaya Overhead Secara Langsung

4. Menghitung tarif aktivitas.

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.

6. Menyiapkan laporan untuk manajemen. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.

Tahapan utama dan pertama dalam menerapkan activity based costing (ABC) adalah mengidentifikasi aktivitas yang menjadi dasar sistem tersebut. Tahapan ini mungkin sulit dilakukan, karena memakan waktu dan membutuhkan pertimbangan yang cukup rumit. Prosedur umum yang dilakukan pada tahap ini, dengan melakukan wawancara terhadap semua orang yang terlibat atau semua tingkat supervisi atau semua manajer yang menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan, biasanya akan diperoleh catatan aktivitas yang cukup beragam dan rumit. Adapun aktivitas yang cukup beragam tersebut, dapat digabungkan menjadi lima tingkat aktivitas, yaitu aktivitas tingkat unit; batch; produk; pelanggan; dan pemeliharaan organisasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas tingkat unit.

Dilakukan oleh setiap unit produksi. Biaya aktivitas unit bersifat proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh: biaya pekerja untuk operator peralatan produksi, ini menjadi aktivitas tingkat unit, karena pekerja tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit produksi.

b. Aktivitas tingkat batch.

Dilakukan setiap batch yang diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang terdapat dalam batch tersebut. Contoh: membuat pesanan pelanggan, penataan peralatan, pengaturan pengiriman pesanan

pelanggan, ini merupakan aktivitas tingkat batch. Biaya tingkat batch lebih tergantung pada jumlah batch yang dihasilkan, bukan jumlah unit yang diproduksi, jumlah unit yang dijual atau ukuran lainnya.

c. Aktivitas tingkat produk.

Aktivitas ini berkaitan dengan produk yang spesifik dan umumnya dikerjakan tanpa memperhatikan berapapun unit yang diproduksi atau berapapun batch yang dihasilkan atau dijual. Contoh: biaya perancangan produk, biaya untuk mengiklan produk, biaya gaji staf dan manajer produksi.

d. Aktivitas tingkat pelanggan.

Aktivitas ini berkaitan dengan pelanggan yang spesifik meliputi aktivitas menelepon pelanggan dalam rangka penjualan, pengiriman katalog, dukungan teknis purna jual yang untuk semua produk

e. Aktivitas pemeliharaan organisasi.

Aktivitas ini dilakukan tanpa memperhatikan produk apa yang diproduksi, berapa unit yang dibuat, berapa batch yang dihasilkan dan pelanggan mana yang dilayani. Contoh: aktivitas kebersihan kantor, pengadaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman dan penyusunan laporan keuangan untuk internal maupun eksternal.

Penggabungan aktivitas dalam sistem ABC, setiap aktivitas harus dikelompokkan dalam tingkatan yang sesuai, dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang mempunyai korelasi yang tinggi dalam satu tingkat. Contoh: jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan memiliki

korelasi yang tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan pesanan pelanggan, sehingga kedua aktivitas tingkat batch ini dapat digabung, tanpa mengurangi keakuratannya. Gabungan dari biaya overhead yang berhubungan dengan aktivitas yang sama dikenal dengan cost pool, yang akan digunakan untuk menghitung tarif pembebanan ke setiap aktivitas. 2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.

Tahap kedua dalam menerapkan sistem ABC adalah sejauh mungkin menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek biaya, yang menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan pemicu biayanya, seperti produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan.

3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

Pada umumnya biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem akuntansi perusahaan berdasarkan departemen atau divisi, di mana biaya tersebut terjadi. Tetapi pada beberapa kasus ada beberapa atau semua biaya bisa ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas, seperti: pemrosesan pesanan, di mana semua departemen pembelian dapat ditelusuri ke aktivitas ini. Dalam sistem ABC sangat umum overhead terkait dengan beberapa aktivitas. Untuk kondisi seperti tersebut, biaya departemen dapat dibagi ke beberapa kelompok atau pool aktivitas dengan menggunakan proses alokasi tahap pertama, yaitu membebankan overhead ke pool biaya aktivitas.

4. Menghitung tarif aktivitas.

Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dihitung, dengan menentukan total aktivitas sesungguhnya yang diperlukan untuk mmeproduksi bauran produk dan untuk melayani pelanggan yang saat ini. Kemudian menentukan tarif aktivitas dengan membagi total biaya pool aktivitas masing-masing aktivitas dengan total pemicu aktivitas.

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.

Langkah berikut dalam penerapan sistem ABC disebut alokasi tahap kedua, di mana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk atau pelanggan dengan cara mengalikan tarif pool aktivitas dengan ukuran aktivitas yang dikonsumsi masing-masing produk atau jasa layanan.

6. Menyiapkan laporan untuk manajemen.

Tahap ini adalah tahap laporan yang disusun, dengan menggabungkan bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang ke produk atau jasa layanan berdasarkan aktivitas.

Activity based costing merupakan suatu sistem perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya akuntansi yang memproduksi barang dan jasa yang

Pembebanan = pool rate x jumlah aktivitas yang dikonsumsi Tarif pembebanan / pool rate = total biaya pool aktivitas

jumlahnya lebih dari satu biaya overhead untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam pengambilam keputusan. ABC dapat dijadikan salah satu alternatif referensi oleh pengelola perusahaan untuk dapat mengidentifikasi berbagai biaya yang terserap pada produk. Sistem ABC berusaha menelusuri seluruh biaya yang terserap dalam pelaksanaan produksi sampai produk dapat dipasarkan. Pada intinya sistem ABC menguraikan berbagai biaya yang belum jelas pengalokasiannya yang dalam hal ini penekanannya pada biaya overhead yang biasanya sangat sulit mengidentifikasikannya dan dengan teridentifikasinya seluruh biaya maka diharapkan biaya per produk telah dapat mencerminkan seluruh biaya yang terserap pada produk tersebut.

E. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing

Walaupun activity based costing (ABC) terlihat lebih unggul dari sistem biaya tradisional, ABC tetap memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan ABC menurut Bastian dan Nurlela (2009:29), yaitu para manajemen puncak akan setuju menerapkan suatu sistem yang baru di lingkungan organisasi mereka, jika mereka percaya bahwa mereka akan memproleh manfaat yang lebih, jika dibandingkan dengan sistem yang lama. Manfaat yang diperoleh dalam penerapan activity based costing menurut Bastian dan Nurlela (2009:29) adalah ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat, dapat memperbaiki pengambilan keputusan, dan memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Activity based costing (ABC) menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk menigkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebi baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih akurat dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai.

2. Memperbaiki kualitas pengambilan keputusan.

Para manajemen puncak yang telah menerapkan activity based costing, percaya bahwa semakin akurat perhitungan biaya atau jasa layanan yang digunakan activity based costing, akan mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

3. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus. Banyak perushaan berusaha untuk mengurangi biaya, guna menawarkan produk atau jasa layanan beraneka akan meningkatkan biaya. Dengan menggunakan activity based costing, biaya yang dikeluarkan akan terlihat dengan jelas pada setiap aktivitas di mana biaya yang tidak mempunyai nilai tambah bagi pelanggan dapat dieliminasi lebih cepat.

Kelebihan activity based costing menurut William dan Carter (2009:545) adalah sebagai berikut:

1. Activity based costing (ABC) mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya

2. ABC mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya. Misal, pada awalnya sulit bagi manajer

untuk memahami bagaimana ABC dapat menunjukan bahwa produk bervolume tinggi ternyata merugi padahal analisis margin kontribusi menunjukkan bahwa harga jual melebihi biaya produksi variabel.

3. ABC berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya jangka panjang dari setiap produk, namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu.

4. ABC menunjukkan seberapa banyak aktivitas tingkat batch dan tingkat produk yang didedikasikan untuk setiap produk dan bukan seberapa banyak penghematan yang akan terjadi jika lebih sedikit produk atau batch diproduksi.

Kelebihan sistem ABC menurut Blocher (2006:232) adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.

Activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.

2. Keputusan dan kendali yang lebih baik.

Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas.

3. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas.

Activity based costing membantu manajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai kelebihan activity based costing (ABC), maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan ABC akan mampu memperbaiki mutu pengambilan keputusan, memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap aktivitas untuk mengurangi biaya overhead, serta memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan. Pada akhirnya ABC mampu menyediakan informasi biaya berdasarkan aktivitas untuk memungkinkan manajemen dan karyawan melakukan manajemen berbasis aktivitas (activity based management-ABM).

Kelemahan activity based costing (ABC) menurut Bastian dan Nurlela (2009:30), adalah penerapan ABC yang lebih mahal; sulitnya merubah pola kebiasaan manajer; mudahnya data ABC disalah artikan; dan bentuk laporan yang kurang sesuai.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Dibandingkan sistem biaya tradisional yang hanya membebankan biaya cukup satu pemicu biaya seperti jam kerja langsung, ABC membutuhkan berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa, dan dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat keakuratan yang didapat yang pada akhirnya mengakibatkan biaya yang tinggi.

2. Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.

Merubah pola kebiasaan manajer membutuhkan waktu penyesuaian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem biaya tradisional

dalam operasinya dan juga digunakan sebagai evaluasi kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawanan dari para karyawan. Jika hal ini terjadi maka penerapan sistem ABC akan mengalami kegagalan.

3. Mudahnya data activity based costing disalah artikan.

Dalam praktek, data ABC dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan secara hati-hati, ketika pengambilan keputusan. Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data ABC, para pengambil keputusan harus dapat mengidentifikasi biaya mana yang betul- betul relevan dengan keputusan saat itu.

4. Bentuk laporan kurang sesuai.

Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan ABC tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi perusahaan yang menerapkan ABC harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini membutuhkan waktu biaya tambahan.

Kelemahan activity based costing menurut Blocher (2006:233), adalah alokasi; mengabaikan biaya; mahal dan menghabiskan waktu.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atu aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin

membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pendukung fasilitas seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, asuransi pabrik, dan pajak bumi dan bangunan untuk pabrik.

2. Mengabaikan biaya.

Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk aktivitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian, dan pengembangan, dan rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa. Biaya produk tidak termasuk biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. 3. Mahal dan menghabiskan waktu.

Perhitungan biaya berdasar aktivitas tidak murah dan membutuhkan waktu yang banyak untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah menggunakan system perhitungan biaya tradisional berdasarkan volume, pelaksanaan suatu sistem baru cenderung sangat mahal. Lagipula, seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk mengembangkan dan melaksanakan activity based costing dengan sukses.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan sistem ABC memerlukan biaya yang mahal, oleh karena itu perusahaan yang akan menerapkan sistem ini perlu mempertimbangkan biaya dan manfaatnya (cost and benefit). Di samping itu seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ABC diperlukan oleh perusahaan yang memiliki diversifikasi produk yang tinggi. Jadi jika menghasilkan produk tunggal penggunaan ABC ini tidak efisien, karena semua biaya dalam hubungannya dengan produk merupakan biaya langsung.

F. Perbedaan Traditional Costing Method dengan Activity Based Costing

Terdapat perbedaan mendasar antara traditional costing method dengan activity based costing menurut Carter & Usry (2006:499) antara lain:

1. Activity based costing (ABC) menggunakan cost driver lebih banyak dibandingkan traditional costing method yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit, sehingga ABC mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi dalam penentuan harga pokok produk bila dibandingkan dengan sistem tradisional.

2. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan berapa besar overhead pabrik yang akan dialokasikan pada suatu produk tertentu. Traditional costing method mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi saja.

3. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan traditional costing concept lebih mengutamakan pada kinerja keuangan

jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisional dapat mengukurnya dengan cukup akurat. Tetapi apabila traditional costing method digunakan untuk penetapan harga pokok dan untuk mengidentifikasikan produk yang menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan diandalkan. 4. ABC membagi konsumsi overhead dalam 4 (empat) kategori yaitu: unit,

batch, produk, dan fasilitas. Traditional costing method membagi biaya overhead dalam unit yang lain.

Perbedaan antara perhitungan traditional costing method dengan activity based costing menurut Amin Widjaja (2009:100) antara lain:

1. Activity based costing mengunakan penggerak biaya berdasarkan aktivitas (termasuk yang berdasarkan volume maupun yang tidak berdasarkan volume), sedangkan traditional costing method menggunakan penggerak biaya berdasarkan volume.

2. ABC membebankan biaya overhead pertama ke pusat biaya aktivitas dan kedua ke sebelum produk atau jasa, sedangkan traditional costing method membebankan biaya overhead pertama ke departemen dan kedua ke produk atau jasa.

3. ABC fokus pada pengelolaan proses dan aktivitas serta pemecahan masalah lintas fungsional, sedangkan traditional costing method fokus pada pengelolaan biaya departemen fungsional atau pusat pertanggungjawaban.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai perbedaan sistem activity based costing dengan traditional costing method maka dapat disimpulkan

bahwa ABC memiliki beberapa keunggulan yaitu ABC membagi konsumsi overhead ke dalam empat kategori yaitu unit, batch, produk, dan fasilitas. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan traditional costing method lebih mengutamakan pada kinerja keuangan jangka pendek, seperti laba.

G. Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap

Pembebanan biaya dua tahap (two stage cost assigment) membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk menentukan jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya berdasarkan tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke tempat penampungan biaya departemen atau pabrik, dan kedua ke produk atau jasa. Meskipun demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius khususnya ketika bagian yang penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait dengan volume output dan perusahaan memproduksi produk dengan kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau kompleksitas. Prosedur dua tahap traditional costing method dapat di lihat dalam gambar 2.2 berikut ini:

Sumber: Blocher (2008:123)

Gambar 2.2

The Volume-Based Two-Stage Procedure

Sistem activity based costing (ABC) berbeda dari sistem perhitungan biaya tradisional dalam hal menelusuri penggunaan sumber daya pada aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau pelanggan (Blocher, 2006:224). Tahap pertama membebankan biaya overhead pabrik ke aktivitas atau pusat biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya dari aktivitas atau tempat penampungan biaya aktivitas ke objek biaya dengan menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap dalam ABC mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan.

Indirect Cost (Overhead)

Cost Object Second Stage: Plant

level or department costs assigned to costs objects using volume- based costs drivers.

Costs Pools: The plant or the deparment in the plant

Fisrt Stage: Direct materials and labor assigned to cost object; overhead costs assigned to department directly or aggregated to plant

Resources

Direct Materials and Direct Labor

Pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau ukuran-ukran yang mencerminkan permintaan objek biaya atas aktivitas perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa dengan lebih akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Prosedur dua tahap ABC dapat di lihat dalam gambar 2.3 di bawah ini:

Sumber: Blocher, 2008:123

Gambar 2.3

The Activity-Based Two-Stage Procedure

H. Kerangka Pemikiran

Industri yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industri jasa. Industri jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan. Objek yang akan diteliti untuk industri jasa adalah tarif

Indirect Cost (Overhead)

Costs Object Second Stage:Activity

cost pools assigned to cost objects using activity consumption cost drivers

Costs Pools: The activities in the plant Fisrt Stage: Direct

materials and labor assigned to cost objects; overhead costs assigned to activities using resources consumption cost drivers

Resources

Direct Materials and Direct Labor

kamar rawat inap pada sebuah rumah sakit. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang penerapan activity based costing apakah dapat lebih akurat dalam menghitung biaya produksi dibanding dengan tradisional costing concept. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.4

Model Kerangka Pemikiran

Metode Perhitungan Biaya

Activity Based Costing Traditional costing concept

Perbandingan

Kelemahan Keunggulan

I. Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Tahun

Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1 Mehmet C. Kocakulah, Ph.D. (2007) Using Activity-Based Costing (ABC) to Measure Profibility on a Commercial Loan Portofolio Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dengan penelitian sekarang adalah sama- sama menggunakan activity based costing dalam sistem perhitungan biaya. Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dilakukan pada industri perbankan sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada industri jasa.

ABC mampu memberikan informasi yang akurat mengenai biaya dan profitabilitas, sehingga manajemen dapat mengambil

Tabel 2.2 (Lanjutan)

2 Nunik L. D (2007)

ABC Sistem: Sistem Biaya dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nunik L. D dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan variabel activity based costing dan traditional costing concept. Penelitian Nunik adalah penelitian kepustakaan sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian lapangan pada dua jenis industri yang berbeda.

ABC sistem membantu sistem biaya

tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih tepat dan akurat yaitu dengan cara penentuan biaya atas dasar aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa.

3 Charoline Cheisviyany (2007)

Penerapan Activity Based Costing untuk Analisis Profitabilitas Pelanggan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Charoline dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan activity based costing untuk membebankan biaya aktivitas Penelitian Charoline membahas tentang penerapan ABC pengaplikasian konsep customer relationship management (CRM) dalam menganalisa

Secara jangka panjang analisis ini dapat memberikan future growth bagi perusahaan dengan pencapaian visi dan misi.

Tabel 2.2 (Lanjutan) pada produk. Persamaan lainnya dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan metode field research. profitabilitas. 4 Aristanti Widyaningsih (2009)

Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) dalam industri jasa

Persamaan penelitian Aristanti dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti peranan ABC pada industri jasa. Penelitian Aristanti menggunakan activity based management, total quality of management, serta strategi kualitas untuk mendukung penelitian ABC nya.

Pada intinya dapat disimpulkan bahwa ABC tidak hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat diterapkan pada industri jasa.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing (ABC) pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Prikasih

Dokumen terkait