• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN

TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN

ACTIVITY BASED COSTING

(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)

SKRIPSI

Oleh:

Putri Trisyana Septiningtyas

NIM: 106082002547

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN

ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Putri Trisyana Septiningtyas

106082002547

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin,SE.,M.Si.,Ak Yessi Fitri,SE.,Ak.,M.Si

NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19760924 200604 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Lima bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Putri Trisyana Septiningtyas NIM 106082002547 dengan judul skripsi “Analisis Studi Komparatif Tentang Penerapan Traditional Costing Concept dengan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)”. Dengan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Mei 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rini,SE.,Ak.,M.si Zuwesty Eka Putri

Penguji I Penguji III

(4)

Hari ini, Senin Tanggal 6 September Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Putri Trisyana Septiningtyas, NIM: 106082002547 dengan judul skripsi “Analisis Studi Komparatif Tentang Penerapan Traditional Costing Concept dengan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)”.

Dengan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Yessi Fitri. SE., Ak., M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Azam Jassin, MBA Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Putri Trisyana Septiningtyas

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1988

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Jati Raya Utara No. 52 B RT.

05/06 Komplek TNI-AL Pondok Labu Jakarta Selatan 12450

Telepon : 021-7548859 / 08567215561

II. Pendidikan

1. 1994-2000 : SDN 07 Pagi Pondok Labu

2. 2000-2003 : SMPN 85 Jakarta

3. 2003-2006 : SMAN 66 Jakarta

4. 2006-2010 : Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

II. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Sutrisno

Ibu : Puji Yuliati

Adik : M. Riskian Pradityo

Alamat : Jl. Jati Raya Utara No. 52 B RT.

05/06 Komplek TNI-AL Pondok Labu Jakarta Selatan 12450

(6)

COMPARATIVE STUDY ANALYSIS IN DETERMINING THE HOSPITAL ROOM RATES BY TRADITIONAL COSTING METHOD AND

ACTIVITY BASED COSTING (Case Study In Prikasih Hospital Jakarta)

By: Putri Trisyana Septiningtyas

Abstract

This research compared the traditional method of cost calculation with activity based costing (ABC) in determining the inpatient room rate at Prikasih Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then compared with the existing literature.

Implementation of activity based costing (ABC) provides an excellent effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Prikasih Hospital is able to provide affordable rates for patients.

(7)

ANALISIS STUDI KOMPARATIF DALAM MENENTUKAN TARIF KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT MELALUI TRADITIONAL

COSTING METHOD DAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta)

Oleh: Putri Trisyana Septiningtyas

Abstrak

Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional dengan perhitungan biaya berdasar aktivitas (ABC) dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Prikasih. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingkan dengan literature yang ada.

Penerapan metode biaya berdasar aktivitas (ABC) memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dengan ABC mampu menghasilkan biaya yang lebih murah dan lebih akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit Prikasih mampu menyediakan tarif yang terjangkau bagi pasien.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dengan judul “Analisis Studi Komparatif Dalam Menentukan Tarif Kamar rawat Inap Rumah Sakit Melalui Metode Traditional Costing dan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta ) ini ditulis sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini mulai dari pengajuan proposal, pengumpulan data, perhitungan data, hingga persetujuan akhir, penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa adanya bantuan, dorongan serta dukungan yang baik berupa materiil dan spiritual dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, tiada kata yang pantas dan sepadan untuk mengucapkan terima kasih atas kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, perhatian, serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sangat ingin membahagiakan kalian dan membuat kalian selalu tersenyum. Terima kasih untuk Ibu dan Bapak.

2. Adik-adikku, Mochammad Riskian Pradityo, Khansa Dya Ghassani,

Dya’Gung Tirafi, Gading Unggul Hadikasoem, Feliannisa Fertriandari, dan M. Bintang Ferio yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

3. Kepada keluargaku, Agus Miyanto beserta istri Sri Sukendyah, Tri Waluyo beserta istri Feri Itoenk, Mochammad Soleh, SH beserta istri Retno Widiastuti, Heri Teguh Santoso, M.Si beserta istri Yekti Rahayu, S.Sos, serta Nenek dan Kakek terima kasih yang tak terhingga atas dukungannya baik moril maupun materi.

(9)

5. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing I terima kasih atas arahan, saran, dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini serta telah meluangkan waktu dan kesabarannya untuk membimbing penulis.

6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi dan Dosen Pembimbing II terima kasih atas arahan, saran, dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini serta telah meluangkan waktu dan kesabarannya untuk membimbing penulis.

7. Bapak Afif sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Bapak Arie Sudirman selaku Kepala Akuntansi Rumah sakit Prikasih terima kasih atas waktu, arahan, dan kesediaannya dalam memberi segala informasi yang dibutuhkan terkait dengan skripsi ini.

10. Sahabatku, Rosliana Mustika Dewi dan Novitasari terima kasih atas perhatian, bantuan, serta motivasi kalian. Kalian adalah sahabat terbaikku sekarang dan selamanya.

11. Teman terbaikku, Eka Putri Pertiwi, Dila Fadhilatun Nisa, Rosliana Mustika Dewi dan Novitasari yang tergabung dalam Belle Community. Terima kasih atas doa dan semangat teman-teman. Sukses terus untuk Kita.

12. Seluruh teman-teman Akuntansi A Angkatan 2006 dan teman-teman

Akuntansi Manajemen E Angkatan 2006 terima kasih atas kerjasamanya. 13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima

ksaih atas segala bantuan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Di penghujung kata pengantar ini, penulis meminta kontribusi posistif atas masukan konstruktif dari berbagai kekurangan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang terkait.

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……… i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ………. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ……….. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... iv

ABSTRACT ……….. v

ABSTRAK ………vi

KATA PENGANTAR ……….vii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ………..xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………..xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………..………...1

B. Perumusan Masalah ………..………....9

C. Tujuan Penelitian ……….….………10

D. Manfaat Penelitian ……….………..…...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi Biaya ………..12

1. Klasifikasi Umum Biaya ……….…14

2. Jenis-Jenis Metode Dalam Akuntansi Biaya ………...20

B. Pengertian Traditional Costing Method ………23

C. Kelebihan dan Kelemahan Traditional Costing Method …29 D. Pengertian Activity Based Costing ………32

E. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing ……...43

F. Perbedaan Traditional Costing Method dengan Activity Based Costing ………..49

G. Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap ...51

H. Kerangka Pemikiran ………...…..53

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ………...58

B. Metode Pengumpulan Data ………...…..58

C. Metode Analisis Data ………..59

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya60 1. Activity Based costing ………...…60

2. Traditional Costing Method ………...61

BAB IV PEMBAHASAN A. Company Profile Rumah Sakit Prikasih ………62

B. Perhitungan Konsep Biaya Tradisional Menurut Rumah Sakit………69

1. Mengidentifikasi, Mendefinisikan Aktivitas dan Pul Aktivitas ………... 91

2. Menelusuri Biaya Overhead Secara Langsung Ke Aktivitas dan Objek Biaya ………..92

3. Membebankan Biaya Ke Pul Biaya Aktivitas ………93

4. Menghitung Tarif Aktivitas ……….101

5. Membebankan biaya Ke Objek Biaya dengan Menggunakan Tarif Aktivitas ……….105

6. Menyiapkan Laporan Manajemen ………108

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Fenomena yang Menggambarkan Tentang

Beberapa Perusahaan yang Menerapkan Sistem

Activity Based Costing ………... 4 2.1 Perbedaan antara Perhitungan Biaya Berdasarkan

Pesanan dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses ... 26

2.2 Penelitian Terdahulu ……… 55

4.1 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Flamboyan Per Jam Kerja ……… 76

4.2 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Flamboyan ……….. 76

4.3 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Mawar Per Jam Kerja ……… 79

4.4 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Mawar ……… 80

4.5 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Teratai Per Jam Kerja ……….. 83

4.6 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Teratai ………….... 83 4.7 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Melati Per Jam Kerja ……… 86

4.8 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Melati …………. 87

4.9 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan ……… 89

4.10 Keputusan tariff Kamar Rawat Inap untuk Tahun 2010 90

4.11 Pul Biaya Aktivitas Kamar Rawat Inap ……….. 92

4.12 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan ……… 93

4.13 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Flamboyan ………… 94 4.14 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

(13)

4.15 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Mawar ……….. 96 4.16 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Mawar ……….. 97

4.17 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Teratai …………... 98 4.18 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Teratai ……….. 99

4.19 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Melati ………. 100 4.20 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Melati ……… 101

4.21 Data yang Berkaitan dengan Kamar Flamboyan ……. 102

4.22 Data yang Berkaitan dengan Kamar Mawar ………… 102

4.23 Data yang Berkaitan dengan Kamar Teratai ………… 102

4.24 Data yang Berkaitan dengan Kamar Melati ………… 103

4.25 Perhitungan Tarif Aktivitas – Flamboyan …………. 103

4.26 Perhitungan Tarif Aktivitas – Mawar ……… 104

4.27 Perhitungan Tarif Aktivitas – Teratai ……… 104

4.28 Perhitungan Tarif Aktivitas – Melati ……… 104

4.29 Perhitungan Biaya Overhead – Flamboyan ………... 105

4.30 Perhitungan Biaya Overhead – Mawar ………. 106

4.31 Perhitungan Biaya Overhead – Teratai ……… 107

4.32 Perhitungan Biaya Overhead – Melati ………. 108

4.33 Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan

Activity Based Costing ………. 108 4.34 Direct Cost, Direct Labor, dan Overhead Per Hari Per

Ruang Perawatan dengan Traditional Costing Method 109 4.35 Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara

Pendekatan Saat Ini, (Traditional Costing Method),

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Terminologi Biaya ... 17

2.2 The Volume-Based Two-Stage Procedure ... 52

2.3 The Activity-Based Two-Stage Procedure ... 53

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Flamboyan …….. 122

2 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Mawar ………… 123

3 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Teratai ………… 124

4 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Melati …………. 125

5 Daftar Tarif Kamar Rawat Inap RS. Prikasih ……. 126

6 Fasilitas Kamar Rawat Inap RS. Prikasih ……….. 129

7 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan …………. 130

8 Data Karyawan Per 31 Desember ……….. 131

9 Direct Cost, Direct labor, Overhead Per Hari

Per Ruang Perawatan ………. 132

10 Berita Acara Wawancara ……… 133

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free

Trade Area (AFTA) sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan

fundamental di dunia, antara lain:

1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya

perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa

eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi

ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi.

2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan

secara luar biasa transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar

negara di dunia.

3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan

perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan

dunia.

Berbagai kecenderungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin

negara Asia, khususnya negara-negara anggota ASEAN, untuk mendirikan

suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui

serangkaian negosiasi dan perdebatan yang panjang, pada Millenium Summit

ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih

(17)

dan Thailand) sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN

(AFTA) dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan

dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara

anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi

antar mereka secara bertahap hingga tahun 2008 yang diletakkan dalam skema

Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Inti dari CEPT dalam

persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan

hambatan non-tarif atas perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini

membawa implikasi bagi Indonesia berupa perubahan harga relatif

produk-produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara ASEAN di samping akan

menjadi insentif bagi masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah

satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam

hal ini profil perdagangan dan investasi Indonesia, dengan perbandingan profil

negara-negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh

mana AFTA akan membawa dampak positif bagi Indonesia. Pertama dan yang

paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan (Dodik

Ariyanto, 2010:3).

Sebagai konsekuensi logis sistem perdagangan bebas, Indonesia sudah

barang tentu akan dihadapkan pada negara-negara partner ekonomi di dalam

organisasi AFTA yang menjanjikan berbagai peluang keuntungan. Namun

pada saat yang sama, Indonesia juga akan mempunyai pesaing-pesaing baru

karena prinsip perdagangan bebas (yang menjadi landasan AFTA) akan

(18)

masing-masing, di mana pada akhirnya hanya negara yang punya

keunggulan komparatif terbesarlah yang cenderung meraih keuntungan

optimal.

Keadaan persaingan global dewasa ini pada akhirnya menuntut para

pengusaha agar lebih efisien dan efektif dalam kegiatan operasionalnya

sehari-hari, di mana pasar menginginkan produk (barang atau jasa) dengan harga

yang murah dan berkualitas baik. Tinggi atau rendahnya harga suatu produk

tentu akan berpengaruh terhadap posisi produk di pasar. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan untuk menentukan harga suatu produk dapat

diperoleh dari informasi keuangan atau produksi yang baik (tidak terdistorsi).

Dalam menentukan biaya ada beberapa metode yang digunakan antara lain

sistem tradisional dan sistem Activity Based Costing (ABC). Sistem tradisional

memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan cara menghubungkan

biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas terjadinya biaya. Pada

kenyataanya sekarang ini banyak biaya overhead pabrik yang tidak

berhubungan dengan volume produk yang diproduksi akibatnya sistem

akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan biaya yang

terdistorsi. Memakai cara pendekatan sistem biaya tradisional, harga pokok

produksi suatu produk dapat menjadi lebih tinggi atau terlalu rendah karena

semua biaya yang terjadi dialokasikan berdasarkan volume. Informasi harga

pokok tersebut dapat menyesatkan manajemen dalam menentukan harga jual

yang dapat diterima pasar dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan

(19)

kekurangan-kekurangan dari sistem biaya tradisional yaitu sistem biaya berdasarkan

aktivitas. Activity Based Costing (ABC) mengalokasikan seluruh biaya yang

terjadi dalam proses produksi berdasarkan aktivitas sehingga informasi

tersebut dapat lebih tepat dalam penentuan harga jualnya. Sistem ABC dapat

menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat

membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh

pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan

kelemahan perusahaan (Blocher, 2006:225-226). Dalam lingkungan yang

memiliki keanekaragaman produk, sistem ABC menjanjikan keakuratan yang

lebih baik, dan keputusan dibuat berdasarkan fakta yang benar (Hansen

Mowen, 2006:153).

Tabel 1.1 di bawah ini adalah fenomena yang menggambarkan tentang

beberapa perusahaan yang menerapkan sistem activity based costing.

Tabel 1.1

Fenomena yang Menggambarkan Tentang Beberapa Perusahaan yang Menerapkan Sistem Activity Based Costing

Nama Perusahaan

Penerapan Activity Based

Costing (ABC) Sumber

Euclid Engineering

• Sebagai hasil dari

penelitian ABC, manajer

Robert.S Kaplan dan Robin Cooper,Cost and Effect:Using Integrated Cost Systems to Drive Profitability and Performance

(Boston:Harvard Business School Press,1998),hal.219-222.

(20)

Tabel 1.1 (Lanjutan) Nama

Perusahaan

Penerapan Activity Based

Costing (ABC) Sumber

• Penelitian ABC juga membantu Euclid dalam

• Analisis ABC tentang overhead perusahaan mengindikasikan bahwa terjadi distorsi biaya. Biaya rata-rata dari pengiriman sepeda lebih kecil 4.64% dari yang seharusnya.

• Setelah menggunakan ABC dalam analisis biaya, kini perusahaan mampu menciptakan solusi-solusi inovatif sesuai dengan tujuan pelanggan da lebih menghasilkan laba, dengan praktik bisnis yang lebih baik di tiap harinya.

Susan Greco,”Are We

informasi yang lebih baik tentang biayanya.

• Sistem ABC kemudian digunakan untuk

memperkirakan biaya rata -rata per hari rawat inap pasien dalam tingkatan penyakit yang berbeda.

Sidney J.Baxendale dan Victoria Dornbusch,”Activity Based Costing For A

Hospice,”Strategic

Finance,Maret 2000,hal 65-70.

(21)

Activity Based Costing (ABC) digunakan baik itu untuk industri jasa

maupun industri manufaktur. Industri yang akan diteliti pada penelitian ini

adalah rumah sakit. Perlu kita ketahui bahwa rumah sakit sebagai organisasi

yang berhubungan langsung dengan masyarakat memerlukan sebuah sistem

yang tepat dan akurat dalam menetapkan biaya pengobatan bagi masyarakat

yang sedang terganggu kesehatannya.

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh manusia,

karena kesehatan inti dalam kehidupan. Kesehatan harus mendapatkan

perhatian yang serius karena kesehatan itu mahal harganya. Jika kesehatan

menjadi masalah bagi masyarakat itu akan menurun dan akan berdampak pada

produktivitasnya. Oleh karena itu, kesehatan harus dijaga agar segala aktivitas

dalam kehidupan dapat diselesaikan sebaik-baiknya. Dalam pertumbuhan

kehidupan masyarakat yang terus berkembang telah meningkatkan kesadaran

terhadap pentingnya kesehatan. Hal ini ditambah dengan makin beragamnya

jenis penyakit yang muncul di masyarakat.

Penelitian mengenai peranan dan kendala penerapan activity based

costing (ABC) dalam industri jasa pernah dilakukan oleh Aristanti

Widyaningsih (2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ABC mampu

menciptakan keanekaragaman dari konsumsi sumber daya dan menunjukkan

bahwa sistem ABC sangat berguna untuk diterapkan pada perusahaan jasa.

Penelitian mengenai penerapan ABC dilakukan oleh Charoline Cheisviyanny

(2007). Hasil penelitian menunjukkan ABC juga dapat digunakan untuk

(22)

oleh Nunik L (2007), meneliti ABC sebagai metode untuk mengatasi

kekurangan sistem biaya tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa ABC

membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar

lebih tepat dan akurat. Analisis penerapan ABC dalam produksi program acara

televisi pernah dilakukan oleh Silky Ionian (2008) dan hasilnya menunjukan

bahwa metode biaya berdasarkan aktivitas memberikan dampak yang sangat

baik dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya

internal dalam kaitannya dengan proses produksi.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

terletak pada:

1. Penambahan variabel

Pada penelitian ini peneliti menambahkan traditional costing method

dalam perhitungan biaya.

2. Perbedaan industri yang diteliti

Jenis industri yang dipilih dalam penelitian ini adalah industri jasa,

yaitu Rumah Sakit Prikasih yang berada di Jalan Fatmawati No.74 Jakarta

Selatan, dikarenakan tempatnya yang strategis dekat dengan pusat aktivitas

di antaranya yaitu Pasar Pondok Labu, Sekolah SMPN 85 dan SMAN 34

Jakarta serta dekat dengan Perumahan Komplek Angkatan Laut. Pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit Prikasih di antaranya seperti kegiatan

(23)

poliklinik spesialis, kamar bedah dan kamar operasi, ICU, laboratorium,

radiologi, instalansi, farmasi, fisioterapi yang mencakup pelayanan

penunjang medik.

Industri jasa dan industri manufaktur sebagai sebuah organisasi tentu

saja dituntut untuk mengotimalkan sumber daya dan dana yang dimiliki

dengan lebih efisien dan efektif. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan

kesehatan tentu saja dituntut dapat memberikan pelayanan yang terbaik yang

harus mengedepankan fungsi sosialnya untuk menjalankan kegiatannya untuk

menjamin kelangsungan hidup. Pada tarif pelayanan kesehatan yang

dibebankan oleh setiap rumah sakit kepada konsumen berbeda satu sama

lainnya. Berbicara tentang masalah kualitas, maka hal ini berkaitan langsung

dengan biaya yang dibutuhkan serta harga atau tarif yang ditetapkan untuk

produk dan jasa tersebut. Biasanya suatu produk atau jasa yang berkualitas

sangatlah mahal harganya. Biaya rumah sakit bagi masyarakat sangat mahal,

seperti biaya resep obat-obatan yang harus mereka beli di apotek yang

harganya juga tidak murah karena produsen obat masih mengimpor bahan

baku obat dari luar negeri. Banyak dari masyarakat ketika sakit harus

menjalani rawat inap di rumah sakit merasa sangat berat beban mereka karena

biaya yang dikeluarkan cukup besar. Bagi masyarakat kelas menengah ke

bawah hanya dapat menikmati ruang rawat inap kelas II atau kelas III dengan

pelayanan yang minim dan harus membuang jauh-jauh harapan mereka untuk

bisa dirawat di kelas VIP. Hal ini mungkin dikarenakan penetapan harga

(24)

mengakibatkan penentuan biaya masih cukup besar. Sama halnya dengan

industri manufaktur yang memproduksi barang kemudian menjualnya kepada

konsumen, perusahaan dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan

menghasilkan produk yang lebih fungsional, dan meningkatkan efisiensi.

Menurut Lilis Yulifah (2004:43), harga jual suatu produk sering sudah

terbentuk di pasar, akan tetapi dalam penerapannya tetap harus

memperhatikan biaya produk tersebut. Hal ini karena perusahaan harus

mengetahui apakah harga yang Ia tetapkan memberi keuntungan atau tidak.

Biaya produk ini merupakan informasi internal yang dihasilkan oleh suatu

sistem akuntansi yaitu akuntansi biaya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian studi komparatif di Rs. Prikasih yang berlokasi di Jl.

Fatmawati No. 74 Jakarta Selatan dalam penentuan tarif kamar rawat inap

dengan Judul “Analisis Studi Komparatif Dalam Menentukan Tarif Kamar Rawat Inap Rumah Sakit Melalui Traditional Costing Method Dan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta)”.

B. Perumusan Masalah

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan data yang diperoleh serta

terlalu luasnya pembahasan, maka dalam penelitian ini hanya membahas

tentang analisis penentuan tarif kamar rawat inap rumah sakit melalui

(25)

belakang masalah yang peneliti uraikan di atas, maka pokok masalah yang ada

dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana perhitungan biaya metode traditional costing method jika

diterapkan pada industri jasa?

2. Bagaimana perhitungan biaya metode activity based costing jika

diterapkan pada industri jasa?

3. Apakah metode activity based costing dapat menghasilkan perhitungan

biaya yang lebih menguntungkan dibandingkan metode traditional costing

method?

4. Keputusan apa yang akan dipilih oleh manajemen dari hasil perhitungan

dua metode tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perhitungan biaya metode traditional costing method jika diterapkan pada

industri jasa.

2. Perhitungan biaya metode activity based costing jika diterapkan pada

industri jasa.

3. Metode activity based costing dapat menghasilkan perhitungan biaya yang

lebih menguntungkan dibandingkan metode traditional costing method.

4. Keputusan yang akan dipilih oleh manajemen dari hasil perhitungan dua

(26)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi:

1. Manajemen rumah sakit, diharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan

masukan, saran, ataupun bahan informasi untuk menentukan sistem yang

tepat dalam perhitungan biaya pada industri jasa.

2. Pegawai rumah sakit, diharapkan skripsi ini dapat meningkatkan kualitas

pegawai.

3. Pasien, diharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dakam

menggunakan jasa rumah sakit.

4. Masyarakat, diharapkan skripsi ini dapat membantu pemerintah dalam

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi Biaya

Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005:7) adalah “akuntansi

biaya sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian

biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu

serta penafsiran-penafsiran terhadapnya”. Carter and Usry (2006:11)

menyebutkan bahwa “akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat

yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian,

memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang

bersifat rutin maupun strategis”.

Menurut Armanto Witjaksono (2006:45) dalam Siti Nurhasanah (2008:8)

“akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

meningkatkan perencanaan dan pengendalian”. Perencanaan di sini berarti

memilih objek yang hendak dicapai dan cara-cara untuk mencapainya.

Perencanaan dalam akuntansi biaya membantu manajemen dalam menetapkan

anggaran (budget), dan biaya yang ditentukan di muka (predetermined cost).

Sejalan dengan makin meningkatnya kebutuhan pihak manajemen

perusahaan akan informasi keuangan, maka keberadaan akuntansi biaya dalam

memperoleh data yang relevan sangat dibutuhkan. Hal ini mendorong semakin

berkembangnya akuntansi biaya agar dapat memberikan sumbangan yang

(28)

Pengendalian berarti mengarahkan kegiatan-kegiatan sehingga hasil yang

dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Pengendalian berhubungan dengan

masa sekarang, dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan budget

yang telah ditetapkan sebelumnya dan bila terjadi penyimpangan dilakukan

tindakan perbaikan atas penyimpangan tersebut. Selain itu, akuntansi biaya

menyediakan informasi mengenai pendapatan dan biaya yang berbeda yang

dapat berasal dari tindakan-tindakan alternatif. Berdasarkan informasi ini,

manajemen membuat keputusan-keputusan jangka pendek dan jangka panjang

mengenai memasuki pasar baru, mengembangkan produk baru, menghentikan

produk individual atau seluruh lini produk, membeli atau membuat sendiri

suatu komponen yang diperlukan oleh suatu produk, serta membeli atau

melakukan sewa guna usaha (leasing) (Carter and Usry, 2006:15).

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan

akuntansi biaya adalah proses mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur,

melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur biaya untuk menyajikan biaya

produksi barang atau jasa dengan cara tertentu disertai penafsirannya untuk

meningkatkan perencanaan dan pengendalian, untuk memperbaiki kualitas dan

efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun

strategis. Tujuan akuntansi biaya menurut Bastian dan Nurlela (2009:11)

adalah menyajikan informasi biaya yang akurat dan tepat bagi manajemen

dalam mengelola perusahaan atau defisi secara efektif. Oleh karena itu, perlu

dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut digunakan,

(29)

”different cost different purpose” artinya berbeda biaya berbeda tujuan. Di

bawah ini adalah klasifikasi umum biaya dan jenis-jenis metode dalam

akuntansi biaya menurut Garrison and Noreen (2006) dan Carter and Usry

(2006).

1. Klasifikasi Umum Biaya

Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar atas data biaya

untuk tujuan penyusunan laporan keuangan, untuk memprediksi perilaku

biaya, untuk pembebanan biaya ke objek biaya, serta untuk pembuatan

keputusan. Garrison and Noreen (2006:50), mengklasifikasikan biaya

sebagai berikut:

a.Biaya Produksi (Manufacturing Cost)

1) Bahan Langsung (Direct Material)

2) Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)

3) Overhead

b.Biaya Non Produksi (Non-manufacturing)

c.Biaya Variabel (Variable Cost)

d.Biaya Tetap (Fixed Cost)

e.Biaya Langsung (Direct Cost)

f. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

g.Biaya Diferensial (Differential Cost)

h.Biaya Tertanam (Sunk Cost)

i. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)

(30)

a. Biaya Produksi (Manufacturing Cost)

Yaitu semua biaya untuk merubah bahan mentah menjadi produk

jadi. Biaya ini diklasifikasikan menjadi:

1) Bahan Langsung

Bahan langsung adalah bahan yang digunakan untuk

menghasilkan produk jadi disebut bahan baku atan bahan metah

(raw material). Bahan baku berkaitan dengan semua jenis bahan

yang digunakan dalam pembuatan produk jadi; dan produk jadi

suatu perusahaan dapat menjadi bahan baku perusahaan lainnya.

Bahan langsung (direct material) adalah bahan yang menjadi

bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri

secara fisik dan mudah ke produk tersebut.

2) Tenaga Kerja Langsung

Istilah tenaga kerja langsung (direct labor) digunakan untuk biaya

tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi.

Tenaga kerja langsung biasanya disebut juga tenaga kerja manual

(touch labor) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja

tangan atas produk pada saat produksi. Biaya tenaga kerja yang

tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan produk

disebut tenaga kerja tidak langsung (indirect labor).

3) Overhead Pabrik

Overhead pabrik (manufacturing overhead) mencakup seluruh

(31)

tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan

tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan

perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak

properti, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi.

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:219), overhead pabrik adalah

bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung

lainnya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk

selesai atau tujuan akhir biaya. Istilah lain yang digunakan untuk

overhead pabrik adalah biaya produksi tidak langsung.

b. Biaya Non Produksi (Non-manufacturing)

Umumnya, dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran dan biaya

administrasi. Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang diperlukan

untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau

jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Contoh biaya pemasaran

adalah pengiklanan, pengiriman, komisi penjualan, dan lainnya.

Biaya administrasi meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional,

dan klirekal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi.

Contoh dari biaya administrasi adalah gaji eksekutif, akuntansi

umum, kesekretariatan, humas dan lainnya. Secara singkat ringkasan

(32)

Sumber: Garrison dan Noreen (2006:52)

Gambar 2.1

Ringkasan Terminologi Biaya

a. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional

dengan perubahan aktivitas. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan

dengan berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, yang dijual,

jarak kilometer yang dituju, jumlah tempat tidur yang digunakan,

jam kerja, dan sebagainya. Contoh yang bagus untuk

menggambarkan biaya variabel adalah biaya bahan langsung.

Biaya bahan langsung yang digunakan selama satu periode akan Biaya Produksi

Biaya Administrasi Overhead Bahan Langsung

Biaya Pemasaran atau Penjualan

Tenaga Kerja Langsung

Biaya Konversi Biaya Utama

(33)

bervariasi sesuai dengan tingkat unit yang dihasilkan. Salah satu

aspek yang menarik dalam biaya variabel adalah bahwa biaya

variabel selalu konstan apabila dinyatakan dalam harga per unit.

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:23), biaya variabel adalah

biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi

dalam rentang relevan tetapi secara per unit tetap.

b. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa

terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Menurut Bastian dan Nurlela

(2009:25), biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat

tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah.

Contoh biaya tetap adalah beban penyusutan, asuransi, pajak

properti, sewa, gaji supervisor dan sebagainya.

c. Biaya Langsung

Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dengan

mudah ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan.

d. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat

ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Untuk

dapat ditelusuri ke objek biaya seperti produk tertentu, biaya

tersebut pasti disebabkan oleh objek biaya. Common cost adalah

(34)

e. Biaya Diferensiasi

Biaya diferensiasi (differential cost) adalah keputusan melibatkan

proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada. Dalam

keputusan bisnis, setiap alternatif memiliki konsekuensi biaya dan

manfaat yang harus dibandingkan dengan biaya dan manfaat akan

diperoleh dari alternatif lain yang tersedia. Biaya diferensial

disebut juga biaya marginal atau biaya inkremental.

f. Opportunity Cost

Biaya kesempatan atau biaya peluang (opportunity cost) adalah

manfaat potensial yang akan hilang bila salah satu alternatif telah

dipilih dari sejumlah alternatif yang tersedia. Biaya kesemapatan

tidak selalu dicatat dalam akuntansi organisasi, tetapi merupakan

biaya yang harus selalu dipertimbangkan dalam setiap pengambilan

keputusan.

g. Sunk Cost

Biaya tertanam (sunk cost) adalah biaya yang telah terjadi dan

tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang dibuat saat ini atau

pun masa yang akan datang. Karena biaya tertanam tidak dapat

diubah oleh keputusan apapun, biaya tertanam bukanlah biaya

diferensial. Oleh karenanya biaya diferensial dapat diabaikan

(35)

2. Jenis-jenis Metode Dalam Akuntansi Biaya

Metode dalam akuntansi biaya menurut Carter and Usry (2006:127-495)

terbagi menjadi enam jenis, yaitu perhitungan biaya berdasarkan pesanan

(job order costing); perhitungan biaya berdasarkan proses (process

costing); perhitungan biaya untuk produk sampingan (by product) dan

produk gabungan (joint product); biaya mutu (the cost of quality); just in

time dan backflushing; perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity

based costing) dan manajemen berdasarkan aktivitas (activity based

management)

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)

Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah sistem

perhitungan biaya produk yang mengakumulasikan biaya-biaya dan

membebankannya pada pesanan tertentu. Suatu pesanan adalah output

yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu

atau untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Untuk

menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus

dapat diidentifikasikan secara terpisah. Rincian mengenai suatu

pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan yang dapat berbentuk kertas

atau elektronik (Carter and Usry, 2006:139). Sistem perhitungan biaya

berdasarkan pesanan sering kali digunakan oleh perusahaan menengah

hingga kecil yang memproduksi pesanan tersendiri dari pelanggan

(36)

b. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)

Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya digunakan

untuk industri yang memproduksi produk yang homogen secara terus

menerus. Semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya

selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang

dikonsumsi. Bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat

terdistorsi (Carter and Usry, 2006:155).

c. Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan (By Product) dan Produk

Gabungan (Joint Product)

Sistem perhitungan biaya untuk produk sampingan dan produk

gabungan sulit dihitung biayanya karena biaya gabungan yang

sesungguhnya tidak dapat dibagi sehingga metode alokasi yang

digunakan untuk menetukan biaya per unit dari produk gabungan

bersifat sedikit arbitrer. Perhitungan biaya produk sampingan dan

produk gabungan menyoroti masalah pembebanan biaya ke produk

yang asal, penggunaan peralatan, bahan baku, tenaga kerja, dan

fasilitas lainnya tidak dapat benar-benar ditentukan (Carter and Usry,

2006:247).

d. Biaya Mutu (The Cost Of Quality)

Manajemen mutu total (Total Quality Management-TQM) adalah

pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara

untuk memperbaiki mutu di semua proses dan akitivitas. Biaya mutu

(37)

kegagalan. Pendekatan yang paling baik untuk perbaikan mutu adalah

untuk berkonsentrasi pada pencegahan yaitu mencari

penyebab-penyebab dari pemborosan dan inefisiensi, kemudian mengembangkan

rencana sistematis untuk menghilangkan penyebab-penyebab tersebut

(Carter and Usry, 2006:199-201).

e. Just In Time dan Backflushing

Just in time (JIT) adalah perhitungan biaya yang dipusatkan pada

pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan. Prinsip-prinsip JIT

dapat diterapkan dalam memperbaiki pemeliharaan rutin, seperti lokasi

dan pengaturan alat-alat, barang cetakan, dan perlengkapan yang

digunakan bersama-sama dengan mesin produksi. Aspek yang paling

terlihat dari JIT adalah untuk mengurangi persediaan barang dalam

proses (work in process) (Carter and Usry, 2006:321).

f. Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) dan

Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Management)

Menurut Carter and William (2009:528) perhitungan biaya

berdasarkan aktivitas didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan

biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya

lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu

atau lebih faktor yang berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan

akuntansi biaya tradisional, Activity Based Costing (ABC)

mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.

(38)

yang diperoleh dari ABC untuk membuat perbaikan dalam suatu

perusahaan. ABM menarik ABC sebagai sumber utama, informasinya

berfokus pada efisiensi, efektifitas, proses, dan aktivitas bisnis utama.

Manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan,

operasi, mengurangi biaya, atau meningkatkan nilai bagi pelanggan

dengan menggunakan ABM. Serta ABM dapat memperbaiki fokus

manajemen atas faktor-faktor kunci keberhasilan (critical success

factors-CSF) dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai

pelanggan, produk, dan aktivitas (Blocher, 2006:239).

Berdasarkan keenam jenis metode dalam akuntansi biaya di atas dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan akuntansi biaya itu pada dasarnya

sama yaitu menganalisis berbagai unsur biaya, serta melakukan

perencanaan dan pengendalian terhadap kualitas produk guna mencapai

keunggulan kompetitif.

B. Pengertian Traditional Costing Method

Semua perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur maupun jasa

memerlukan suatu sistem akuntansi biaya yang tepat dan sesuai dengan

kondisi perusahaan. Sistem tersebut dirancang untuk memberikan informasi

biaya kepada manajemen yang berguna bagi pembuatan perencanaan,

keputusan, dan pengendalian biaya serta perhitungan biaya produksi.

Sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23) adalah di

(39)

pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya produk. Sistem

biaya tradisional mengasumsikan produk-produk dan volume produksi yang

terkait merupakan penyebab timbulnya biaya, dengan kata lain sistem biaya

tradisional membuat produk individual menjadi fokus dari sistem biaya.

Sistem akuntansi biaya tradisional mengklasifikasikan biaya atas biaya

langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan

ukuran volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin. Sedangkan

pengalokasian biaya overhead pabrik ke produk, dilakukan sistem

pembebanan dua tahap. Dengan sistem pembebanan biaya yang selama ini

dilakukan pada akuntansi biaya tradisional menimbulkan adanya distorsi

biaya, ini terlihat pada penggunaan unit related, padahal pada kenyataannya

ada aktivitas yang dikendalikan oleh batch related dan products sustaining

related. Penyebab distrorsi lainnya adalah adanya perbedaan rasio konsumsi

atau jasa yang diberikan oleh departemen jasa untuk setiap macam produk

yang dihasilkan. Akibatnya akan timbul produk-produk yang pengalokasian

biaya overheadnya undercosted atau overcosted. Distorsi semacam ini dapat

dihilangkan dengan mendesain ulang sistem biaya menggunakan pemicu biaya

aktual untuk masing-masing aktivitas, sehingga dapat menentukan biaya

dengan tepat ke produk. Inilah logika yang mendasari perubahan

pengembangan dari metode tradisional ke metode activity based costing.

Menurut Carter and Usry (2006:109) sistem perhitungan harga pokok

(40)

perhitungan berdasarkan pesanan (job order cost system) sistem perhitungan

berdasarkan proses (process cost system).

1. Sistem perhitungan berdasarkan pesanan

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya ditelusuri dan

dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk menghasilkan

harga rata-rata per unit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan

juga digunakan secara luas dalam perusahaan jasa seperti rumah sakit,

kantor konsultan hukum, studio film, kantor akuntan, agen iklan, toko

reparasi. Menggunakan sistem pengumpulan biaya dengan perhitungan

biaya berdasarkan pesanan untuk keperluan akuntansi dan tagihan.

2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses

Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya digunakan untuk

industri yang memproduksi produk yang homogen secara terus-menerus

seperti batu bata, keping jagung (corn flake), atau kertas.

Persamaan antara perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan

biaya berdasarkan proses menurut Garrison and Noreen (2006:204) adalah

sebagai berikut:

1. Kedua sistem memiliki tujuan utama yang sama, yaitu membebankan

biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke produk dan memberikan

mekanisme perhitungan biaya per unit.

2. Kedua sistem menggunakan manufaktur yang sama termasuk overhead

(41)

3. Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk

kedua sistem itu.

Adapun perbedaan antara perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan

perhitungan biaya berdasarkan proses menurut Garisson and Noreen

(2006:205) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses

Perhitungan biaya berdasarkan pesanan

Perhitungan biaya berdasarkan proses

1. Pekerjaan yang berbeda dikerjakan pada periode yang berbeda, dan memiliki pesanan produksi yang berbeda pula.

2. Biaya dihitung secara individual untuk masing-masing pekerjaan. 3. Kartu biaya merupakan dokumen

pengendali biaya berdasarkan pekerjaan.

4. Biaya per unit dihitung

berdasarkan pekerjaan.

1.Seluruh unit produk identik dan diproduksi secara kontinyu.

2.Biaya dihitung per departemen.

3.Laporan departemen produksi merupakan dokumen penting yang menunjukkan akumulasi biaya per departemen.

4.Biaya per unit dihitung per departemen.

Sumber: Garrison dan Noreen, 2006:205

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi

biaya tradisional adalah pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara

tertentu serta penafsiran-penafsiran terhadapnya atas nilai persediaan yang

dilaporkan dalam laporan laba rugi. Dalam perhitungan sistem tradisional

memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan manajer yang

mempunyai wewenang atas terjadinya biaya yang menyebabkan banyak biaya

(42)

diproduksi. Akibatnya, sistem akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan

perhitungan yang terdistorsi.

Sistem akuntansi biaya tradisional merupakan struktur dasar di dalam

sistem akuntansi biaya yang menunjukkan kebutuhan untuk menentukan biaya

per unit produk pada sebuah laporan eksternal yang syarat-syaratnya

diterapkan oleh perusahaan atau peraturan pajak pemerintah. Semua biaya

yang dikonsumsikan oleh produk sangat berhubungan di dalam menentukan

laporan keuangan sebagai dasar penetapan pendapatan perusahaan. Penekanan

biaya pada masing-masing produk dalam sistem tradisional ini didasarkan

pada ukuran jam tenaga kerja langsung, jam kerja mesin, jumlah unit produk

yang diproduksi dan pengukuran yang berhubungan dengan unit produksi.

Sistem perhitungan tradisional memfokuskan pengendaliannya terhadap

biaya dengan cara menghubung biaya dengan manajer yang memnpunyai

wewenang atas terjadinya biaya. Pada kenyataanya sekarang banyak biaya

overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan volume produk yang

diproduksi akibatnya sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan biaya

yang terdistorsi.

Alokasi biaya overhead dapat dilakukan dengan memilih basis alokasi

yang umumnya digunakan untuk perusahaan manufaktur maupun jasa. Basis

alokasi (allocation base) adalah suatu ukuran seperti jam tenaga kerja

langsung atau jam mesin yang digunakan untuk membebankan biaya

overhead ke produk atau jasa. Basis alokasi yang umumnya digunakan adalah

(43)

ataupun unit produk (untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis

produk) biasanya juga dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya

overhead.

Menurut Mulyadi (2005:200), ada beberapa dasar yang digunakan untuk

membebankan biaya overhead pabrik, yaitu unit produksi; biaya bahan

langsung; biaya pekerja langsung; jam kerja langsung; dan jam pemakaian

mesin.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Unit Produksi

Tarif overhead pabrik berdasarkan unit produksi dihitung sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Overhead pabrik per unit Estimasi unit produksi

2. Biaya Bahan Langsung

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya bahan langsung dihitung sebagai

berikut:

Estimasi overhead pabrik = Persentase dari overhead per biaya Estimasi biaya bahan langsung bahan langsung

3. Biaya pekerja langsung

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya pekerja langsung dihitung

sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Persentase biaya pekerja langsung Estimasi biaya pekerja langsung

4. Jam kerja langsung

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya jam kerja langsung dihitung

(44)

Estimasi overhead pabrik = Tarif per jam langsung Estimasi jam kerja langsung

5. Jam pemakaian mesin

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya jam pemakaian mesin dihitung

sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Tarif per jam pemakaian mesin Estimasi jam pemakaian mesin

Apabila dianalsisa dari konsep yang dijelaskan oleh Mulyadi di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa overhead pabrik harus dimasukkan bersama-sama

dengan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung karena overhead

juga termasuk biaya produk.

C. Kelebihan dan Kelemahan Traditional Costing Method

Kelebihan perhitungan biaya tradisional menurut Horngern (2005:42)

adalah:

1. Sistem perhitungan biaya tradisional mudah diterapkan karena sistem ini

lebih sederhana maka lebih mudah dimengerti oleh pekerja sehingga

mudah diterapkan.

2. Memberikan laporan manajemen dengan menunjukan biaya yang

dikeluarkan.

3. Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kelemahan sistem biaya tradisional menurut Carter dan Usry

(45)

1. Oleh karena sistem akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan

manufaktur, perusahaan jasa dan dagang tidak dapat memanfaatkan

akuntansi biaya untuk merencanakan dan mengimplementasikan program

pengurangan biaya dan perhitungan object cost secara akurat.

2. Oleh karena fokus biaya tradisional adalah hanya pada biaya produksi,

biaya-biaya di luar produksi (seperti biaya pemasaran, biaya administrasi

dan umum) yang mulai signifikan jumlahnya tidak mendapatkan perhatian

yang memadai dari manajemen.

3. Oleh karena akuntansi biaya tardisional pada penyediaan informasi biaya

bagi pihak luar perusahaan, manajemen tidak memperoleh informasi biaya

untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang biaya produk yang

akurat.

4. Oleh karena pengendalian biaya melalui sistem biaya standar hanya

difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi terhadap biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sistem pengendalian biaya

seperti tidak baik untuk perusahaan yang memiliki biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung yang proporsinya tidak signifikan

dibandingkan dengan total biaya pembuatan produk.

5. Pengaitan biaya dengan responsive manager dan pembandingan biaya

sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan per pusat pertanggung

jawaban, serta analisis terhadap penyimpangan biaya yang terjadi tidak

(46)

6. Akuntansi biaya tradisional menggunakan allocation intensive dalam

memperlakukan overhead pabrik sehingga cost produk yang dihasilkan

tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang sembarang.

7. Dalam lingkungan bisnis di dalamnya customer dominan, biaya-biaya

yang menjadi pilihan customer menjadi meningkat, seperti biaya set up

mesin karena semakin pemilihnya sifat customer.

Kelemahan traditional costing method menurut Garrison and Noreen

(2006:442-443):

1. Untuk biaya nonproduksi, akuntansi biaya tradisional hanya

membebankan ke produk. Beban penjualan, umum dan administrasi

diperlakukan sebagai beban periodik dan tidak dibebankan ke produk.

2. Untuk biaya produksi dan perhitungan biaya berdasarkan proses, akuntansi

tradisional membebankan semua biaya produksi ke produk, bahkan biaya

produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Sebagai contoh, sebagian

upah untuk keamanan pabrik akan dialokasikan ke produk meskipun upah

penjaga keamanan tersebut sama sekali tidak terpengaruh apakah

perusahaan berproduksi atau tidak.

3. Untuk biaya kapasitas tak terpakai, akuntansi biaya tradisional menghitung

tarif overhead yang ditentukan di muka dihitung dengan membagi

anggaran biaya overhead dengan ukuran aktivitas yang dianggarkan

seperti jam kerja langsung.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

(47)

dengan pronsip akuntansi yang berlaku umum, namun akuntansi tradisional

membebankan semua biaya produksi ke produk, bahkan biaya produksi yang

tidak disebabkan oleh produk yang pada akhirnya menyebabkan terdistorsinya

biaya.

D. Pengertian Sistem Activity Based Costing

Istilah activity costing bukanlah istilah yang baru. Staubus di tahun 1971

telah menulis buku berjudul ”Activity Cost and Input Output Accounting”.

Dalam bukunya tersebut Ia menyatakan bahwa ”activity accounting is

essential to cost control” (Staubus, 1971:11) dalam Basuki (2001:180).

Bahkan Vater (1954) yang juga dikutip oleh Staubus (1971:11) dalam Basuki

(2001:180), menyatakan ”cost must be related to things being done, and this

largely a matter of setting against decisions” (huruf tebal dari penulis,

Basuki). Berdasarkan situasi tersebut sebetulnya jauh di tahun 1954, Vater

sudah berusaha mengkaitkan antara biaya dengan sesuatu aktivitas yang

dilakukan. Kemudian pada tahun 1987, penetapan biaya berdasarkan aktivitas

didefinisikan dengan jelas pertama kali oleh Robert S. Kaplan dan W. Burns

dalam buku mereka akuntansi dan manajemen ”A field Study Perspective”

dalam Basuki (2001:180). Fokus mereka adalah pada lingkungan manufaktur

di mana peningkatan teknologi dan perbaikan produktivitas relatif telah

mengurangi proporsi biaya tenaga kerja langsung dan bahan, tetapi relatif

meningkatkan proporsi biaya tidak langsung. Sebagai contoh, peningkatan

(48)

langsung, namun juga meningkatkan depresiasi yang merupakan biaya tidak

langsung.

Dalam sejarah perkembangan pemikiran akuntansi, sistem ABC

merupakan sistem tercepat yang diterapkan oleh para praktisi sejak ide sistem

tersebut dikemukakan pada akhir tahun 1989 oleh Robert S. Kaplan dan Robin

Cooper. Survey terhadap 179 perusahaan di Inggris oleh Nicholls yang

dilakukan pada Mei 1990-Januari 1991 menunjukan bahwa 10% telah

menerapkan ABC secara utuh, 18% telah menerapkan sebagai pilot project,

62% mempelajari ABC dalam rangka penerapannya, 5% sedang menerapkan,

dan 5% sisanya tidak berminat menerapkannya (Nicholls, 1992:22) dalam

Basuki (2001:180). Survey ini memperkuat penelitian oleh Bailey (1991) yang

menyatakan bahwa sejak November 1988-Juli 1990 sudah 10 perusahaan

besar di Inggris menerapkan sistem ABC, walaupun beberapa di antaranya

adalah perusahaan Amerika Serikat, seperti IBM dan Hewlett-Packard

(Basuki, 2001:180).

Kondisi saat dan tempat lahirnya sistem activity based costing

mengakibatkan sistem tersebut hanya akan memberikan manfaat optimum bila

diterapkan pada kondisinya. Kondisi ini disebut dengan ”conventional

wisdom” yaitu keadaan yang menyebabkan lahirnya ABC dan merupakan

keadaan yang paling cocok untuk ABC diterapkan (Basuki, 2001:182). The

conventional wisdom tersebut adalah sebagai berikut:

1. Operasi perusahaan mempunyai upah langsung antara 5-10% dari total

(49)

2. Tenaga kerja langsung rendah, variasi dan kompleksitas produk tinggi.

3. Diversitas volume produksi tinggi, dan terdapat diversitas ukuran bahan

dan set up.

4. Biaya overhead sangat tinggi karena adanya otomatisasi dan proses

produksi yang dipandu komputer (computer-aided production).

Berbeda dengan kondisi conventional wisdom, perusahaan di Indonesia

mempunyai kondisi yang berbeda dengan yang disyaratkan ABC. Kondisi

yang akan sering ditemukan di banyak perusahaan di Indonesia adalah tenaga

kerja langsung tinggi, overhead rendah sampai menengah, dan penggunaan

komputer teknologi dalam proses belum banyak digunakan. Walaupun

terdapat perbedaan situasi antara kondisi perusahaan di Indonesia dengan

conventional wisdom, penerapan sistem ABC di Indonesia diharapkan mampu

memberikan informasi biaya yang lebih akurat, dapat dipercaya, dan lebih

relevan sehingga mampu memberikan informasi biaya bagi manajemen untuk

pengambilan keputusan. Perlu diingat, bahwa sistem ABC bukan hanya

sekedar sistem biaya, melainkan juga sistem manajemen. Indonesia adalah

negara yang mempunyai banyak sumber daya manusia dan industrinya sedang

bergerak ke arah teknologi tinggi. Oleh karena itu, akan sangat beruntung bagi

Indonesia bila dapat menikmati keunggulan sistem ABC yang sudah dinikmati

negara-negara maju, sehingga Indonesia akan dapat bersaing dengan mereka,

atau paling tidak untuk survive dalam pasar global. Inilah alasan mengapa

(50)

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:24) activity based costing adalah

metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya

pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti

produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk

mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan

objek biaya.

Menurut Carter dan William (2009:528) perhitungan biaya berdasarkan

aktivitas didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat

penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan

menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang berkaitan

dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, activity

based costing mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih

menyeluruh.

Menurut Amin Widjaja (2009:80) perhitungan biaya berdasar aktivitas

adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya

ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang

dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan

perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan

hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang

menyebabkan timbulnya biaya. Biaya dari sumber daya dibebankan ke

aktivitas berdasarkan aktivitas yang menggunakan sumber daya (penggerak

konsumsi sumber daya) dan biaya dari aktivitas dibebankan ke objek biaya

(51)

aktivitas). Activity based costing membebankan biaya overhead pabrik ke

objek biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasi sumber daya dan

aktivitas juga biayanya serta jumlah yang dibutuhkan untuk memproduksi

output. Penggunaan penggerak biaya konsumsi sumber daya dapat membantu

perusahaan menentukan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas

dan menghitung biaya dari suatu unit aktivitas. Kemudian perusahaan

membebankan biaya dari suatu aktivitas ke produk atau jasa dengan

mengalikan biaya dari setiap aktivitas dengan junlah aktivitas yang

dikonsumsi oleh setiap objek biaya.

Menurut Garrison and Noreen (2006:440) perhitungan biaya berdasarkan

aktivitas (activity based costing) adalah metode perhitungan biaya (costing)

yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk

keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi

kapasitas dan juga biaya tetap. Dari keempat definisi di atas, dapat

disimpulkan yang dimaksud dengan activity based costing adalah suatu sistem

perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya yang dari hasil

memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari satu biaya overhead

untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam pengambilan

keputusan. Tujuan dari sistem perhitungan biaya tradisional adalah untuk

menilai secara tepat persediaan dan harga pokok penjualan untuk pelaporan

eksternal, sedangkan tujuan dari perhitungan biaya berdasarkan aktivitas

(52)

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:25) komponen utama yang

membentuk activity based costing adalah sumber daya (resources); pemicu

konsumsi sumber daya (resources driver); aktivitas (activity); pemicu aktivitas

(activity driver); objek biaya (cost objects).

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Sumber daya (resources), adalah segala unit ekonomi yang digunakan

perusahaan untuk mengadakan aktivitas, seperti: bahan baku, tenaga kerja,

perlengkapan yang digunakan dan faktor produksi lainnya.

2. Pemicu konsumsi sumber daya (resources driver), dasar yang digunakan

untuk melacak sumber daya yang digunakan di dalam setiap aktivitas.

Atau ukuran kuantitas dari sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu

aktivitas, contoh luas ruangan yang disewa untuk setiap aktivitas, jumlah

jam kerja yang dihabiskan untuk setiap aktivitas.

3. Aktivitas (activity), suatu unit dasar pekerjaan yang dilakukan oleh

perusahaan dengan tujuan membantu perencanaan, pengendalian, dan

pengambilan keputusan bagi manajemen. Jumlah biaya aktivitas

ditentukan dengan melacak sumber daya yang dipakai oleh aktivitas

dengan pemicu konsumsi sumber daya. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk

membebankan biaya ke objek biaya, dikenal dengan aktivitas biaya yang

dihubungkan dengan faktor pemicu biaya (cost driver).

4. Pemicu aktivitas (activity driver), suatu ukuran frekuensi dan intensitas

dari permintaan akan suatu aktivitas oleh suatu produk atau jasa layanan.

(53)

aktivitas ke objek biaya, yang dipakai untuk membebankan biaya ke

produk atau jasa layanan.

5. Objek biaya (cost objects), adalah tempat biaya di mana biaya atau

aktivitas diakumulasikan atau diukur. Objek biaya dapat berupa

pelanggan, produk, jasa layanan, kontrak, proyek, atau unit kerja lain yang

memerlukan pengukuran biaya tersendiri.

Ada beberapa tahapan penerapan activity based costing menurut Bastian

dan Nurlela (2009:26), yaitu:

1. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.

a. Aktivitas tingkat unit.

b. Aktivitas tingkat batch.

c. Aktivitas tingkat produk.

d. Aktivitas tingkat pelanggan.

e. Aktivitas pemeliharaan organisasi.

2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.

3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

4. Menghitung tarif aktivitas.

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas

dan ukuran aktivitas.

6. Menyiapkan laporan untuk manajemen.

Gambar

Gambar 2.1 Ringkasan Terminologi Biaya
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Gambar 2.2 The Volume-Based Two-Stage Procedure
Gambar 2.4 Model Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat

biaya tradisional pada unit rawat inap Rumah Sakit Panti

penentuan biaya rumah sakit terutama dalam hal ini tarif kamar rawat inap.. menjadi salah satu faktor penting karena akan berdampak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing ( ABC) , apabila dibandingkan dengan metode tradisional

Kedua melakukan analisis tarif rawat inap rumah sakit dan mengidentifikasi aktivitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut : “ Tarif per unit = Total Biaya Aktivitas /

Tujuan penelitian ini Adalah untuk menganalisis tarif kamar rawat inap berdasarkan metode ABC (Activity Based Costing) pendekatan Double distribution.Metode

Penetapan biaya Rawat Inap yang dipakai oleh Rumah sakit Permata Bekasi adalah tarif yang ditetapkan pemerintah sebagai dasar pene- tapan harga kamar rawat inap dan

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat