• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya)

Neni Jayanti

nenyjayanti_20@yahoo.com Titik Mildawati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

The purpose of this research is to find out how the determination of inpatient tariff has been done by using activity based costing at Wiyung Sejahtera Hospital Surabaya and to find out the great comparison of the inpatient tariff by using accounting based costing and traditional cost accounting. Qualitative method is used as the research method. The data which have been obtained from the hospital only include the 2012 data and the determination of inpatient tariff which is going to be studied is the general treatment type for room tariff only. The result of the research shows that inpatient service tariff which has been done by using activity based costing system has been performed through two stages. On the first stage, the cost is traced to the activities which generate costs and on the second stage the hospital charges activity costs to product. The calculation of inpatient service tariff which has been done by using ABC (Accounting Based Costing) has found the amount of room tariff for VVIP class is Rp 550,000; VIP class is Rp 500,000; 1st class is Rp 400,000; 2nd class is Rp 350,000; and 3rd class is Rp 325,000.

Keywords: Tariff, Inpatient, Activity Based Costing System ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penentuan tarif rawat inap

dengan menggunakan activity based costing pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dan

mengetahui besarnya perbandingan tarif rawat inap dengan menggunakan akuntansi biaya tradisional dan activity based costing system. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data-data yang digunakan dari rumah sakit hanya mencakup data tahun 2012 dan penentuan tarif rawat inap yang akan diteliti adalah jenis perawatan umum untuk tarif kamarnya saja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tarif jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC diketahui besarnya tarif untuk Kelas VVIP Rp 550.000,-, Kelas VIP Rp 500.000, kelas I Rp 400.000, Kelas II Rp 350.000 dan Kelas III Rp 325.000.

(2)

PENDAHULUAN

Pada organisasi yang berorientasi profit atau yang bertujuan mencari laba, penjualan adalah sumber utama yang menghasilkan laba. Organisasi seperti itu akan berusaha menekan jumlah biaya yang dikeluarkan. Begitu pula dengan organisasi yang berorientasi nonprofit juga tetap berusaha akan meningkatkan penjualan dengan tujuan menjaga kelangsungan operasional organisasi dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen.

Rumah sakit adalah salah satu contoh organisasi yang berorientasi nonprofit. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan, salah satunya adalah jasa rawat inap, di mana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.

Berdasarkan kondisi diatas, maka rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga ahli di bidang kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan bidang transportasi yang dapat mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Pemanfaatan berbagai teknologi dan tenaga-tenaga ahli membuat biaya operasional yang dikeluarkan rumah sakit menjadi besar yang akan berdampak pada tarif rawat inap yang tinggi. Untuk mengendalikan biaya, pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang tepat, khususnya metode penghitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya yang akurat berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya. Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokoknya hanya menggunakan sistem biaya tradisional yang penentuan harga pokoknya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori yang bersifat tidak langsung dan cenderung tetap.

Perhitungan harga pokok pada awalnya diterapkan dalam perusahaan manufaktur, akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan harga pokok telah diadaptasi oleh perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sektor nirlaba. Dalam pasal 3 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari pentingnya perhitungan harga pokok termasuk dalam sektor pelayanan kesehatan. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan pada awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi biaya. Sistem akuntansi ini disebut Activity based costing (ABC). Dalam metode ABC, timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas 3 yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik bila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk.

Rumah Sakit Wiyung Sejahtera (RSWS) Surabaya adalah obyek yang dijadikan sebagai fokus penelitian. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Kranggan PDAM 1-3, Wiyung Surabaya. RSWS Surabaya menawarkan berbagai macam pelayanan, yaitu: Pelayanan ICU, Pelayanan Rawat Inap, IGD, Poliklinik Spesialis, Medical Check Up, Bedah Sentral, Kamar Bersalin, dan Ruang Isolasi. Untuk pelayanan rawat inap, RSWS Surabaya mempunyai tipe-tipe kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien yang ada, yaitu: Kelas III, Kelas II, Kelas I, VIP, dan VVIP.

(3)

variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan tarif dengan menggunakan cara tersebut akan menghasilkan informasi yang kurang akurat dalam menentukan tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini diberi judul

“Penerapan Activity based costing pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Wiyung Sejahtera

Surabaya”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sbb: (1) Bagaimana penentuan tarif rawat inap pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dengan menggunakan activity based costing ? (2) Berapa besarnya perbedaan tarif rawat inap pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan activity based costing?

TINJAUAN TEORETIS

Mulyadi (2007: 10) menjelaskan bahwa definisi biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dihitung dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah cost atau biaya dapat dinyatakan sebagai kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau masa yang akan datang. Hansen dan Mowen (2006: 40) mengatakan biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Biaya juga dapat dikatakan sebagai pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa, dimana biaya tersebut dinyatakan dalam bentuk uang (Rangkuti, 2009: 56). Krismiaji (2011:17) menyatakan bahwa cost atau biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang ataupun yang akan datang.

Biaya dapat digolongkan ke dalam beberapa macam kategori. Penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas seluruh elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi penting. Berikut ini akan diuraikan jenis biaya berdasarkan penggolongannya. Menurut Mulyadi (2010: 13) biaya dapat digolongkan menurut:

(4)

penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolahan bahan. Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari: (1) Gaji dan upah, yaitu uang yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan. (2) Insentif, yaitu yang yang dibayarkan kepada karyawan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih baik. Insentif dapat didasarkan pada waktu kerja, hasil yang diproduksi, atau kombinasi diantara keduanya. (3) Premi lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan. (c) Biaya overhead adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada departemen produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Adapun yang termasuk biaya tidak langsung ialah : (1) Biaya bahan penolong bahan yang bersifat sebagai bahan pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil dibanding biaya produksi. (2) Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya untuk tenaga kerja yang menangani produksi secara tidak langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai. Biaya ini tidak dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu. (3) Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap untuk digunakan dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas, dan perlengkapan pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam kondisi siap pakai. (4) Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap Biaya ini sering disebut juga dengan penyusutan. Contoh biaya ini adalah penyusutan mesin dan penyusutan kendaraan. (5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan pada akhir periode. Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya asuransi mesin dan biaya lain-lain. (1) Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air dan biaya telepon. Secara umum biaya overhead dibedakan atas: (2) Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap walaupun volume produksinya bervariasi. (3) Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi.(4) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan: (a) Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead

pabrik. (b) Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, dan biaya sampel. (c) Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, dan gaji personalia.

(5)

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

(c) Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (d) Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

Keempat Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya: (a) Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). (b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Traditional Costing)

Perusahaan penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). "Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi" (Hansen dan Mowen, 2006:142). Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku langsung. Unit activity drivers ini membebankan biaya overhead melalui tarif keseluruhan perusahaan dan tarif departemen.

Tarif keseluruhan perusahaan adalah tarif biaya overhead yang berlaku diseluruh perusahaan menggunakan satu tarif untuk seluruh operasi untuk membebankan biaya dari sumber daya tidak langsung pada produk atau jasa. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk tarif keseluruhan perusahaan adalah dengan mengakumulasikan biaya overhead pada satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan yang besar. Setelah biaya-biaya diakumulasikan ke dalam satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan kemudian tarif keseluruhan perusahaan dihitung dengan menggunakan driver tunggal yang biasanya adalah jam kerja langsung. Hasil produksi dianggap menggunakan biaya overhead sesuai dengan jam kerja langsung yang digunakan.

Tarif departemen adalah metode tarif biaya overhead perdepartemen menggunakan penggerak berdasarkan volume yang terpisah-pisah untuk menentukan tarif biaya overhead pada setiap departemen. Untuk tarif departemen, biaya overhead ditransfer ke setiap

departemen dengan menggunakan beberapa metode, yaitu: (a) Direct tracing, biaya

dibebankan secara langsung ke aktivitas. (b) Driver tracing, biaya dibebankan ke aktivitas melalui resource driver, yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya denganaktivitas. (c) Allocation, biaya dibebankan ke aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang. Setelah biaya ditransfer ke tiap departemen dengan menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit seperti jam kerja langsung atau jam mesin. Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah membebankan biaya overhead pada hasil produksi dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah driver yang digunakan per departemen.

Pengertian Activity Based Costing

(6)

produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Menurut Hansen Mowen (2006:153) sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity based cost – ABC) Pertama tama menelusur biaya aktivitas dan kemudian produk asumsi yang mendasari adalah bahwa aktivitas aktivitas memakai sumber sumber daya dan produk sebagai gantinya memakai aktivitas akan tetapi dalam sistem biaya ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak (menekankan hubungan sebab akibat).

Berikut ini merupakan prosedur-prosedur yang perlu dilakukan dalam penerapan activity based costing (a) Prosedur tahap pertama. Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut: (1) Penggolongan berbagai aktivitas. (2) Menghubungkan biaya dengan aktivitas. (3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen, dan (4) Penentuan tarif kelompok (pool rate). Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap aktivitas. Setelah itu, langkah ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen yang ditentukan. Kelompok

biaya homogen (homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang

terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat dikatakan homogen apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver yang dipilih harus mudah dipahami berhubungan langsung dengan aktivitas yang dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja. Jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas biaya per unit suatu produk dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama produk ke biaya overhead yang dibebankan dan kemudian membagi biaya total dengan unit yang diproduksi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu: (1) Aktivitas-aktivitas berlevel unit

(unit level activities). Aktivitas yang dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. untuk masing-masing output yang diproduksi. (2) Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities)

(7)

Ini dilakukan dengan menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama dan dengan mengukur jumlah sumbersumber yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Dapat dihitung sebagai berikut:

“Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver yang digunakan”.

Pembebanan Biaya ke Aktivitas

Pembebanan biaya pada aktivitas melengkapi tahap awal perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Pada tahap berikutnya aktivitas diklasifikasikan sebagai primer dan skunder. Jika terdapat aktivitas skunder, maka tahap berikutnya muncul pada tahap

selanjutnya biaya aktivitas skunder

dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang memakai

outputnya.

Pembebanan Biaya Pada Produk

Setelah biaya dari aktivitas ditentukan maka biaya tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suatu proporsi sesuai dengan aktivitas penggunaannya, seperti dengan yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan dengan perhitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan mengkalikan tarif dengan penggunaan aktual aktivitas

.

Syarat Penerapan Activity Based Costing

Menurut Supriyono (2001: 246), dalam penerapannya penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem Activity based costing (ABC) menyaratkan tiga hal: (1) Perusahaan mempunyai tingkat diversifikasi yang tinggi. Sistem ABC menyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. (2) Tingkat persaingan industri yang tinggi, yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis, maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. (3)

Biaya overhead lebih dominan dibandingkan biaya tenaga kerja langsung. Sistem ABC akan

kehilangan relevansinya bila biaya tenaga kerja langsung lebih dominan dibandingkan dengan biaya overhead, karena penggunaan akuntansi biaya tradisionalpun akan lebih akurat.

Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan Activity Based Costing

Sistem penentuan harga pokok produk dengan metode konvensional yang berdasarkan pada volume sangat bermanfaat jika tenaga kerja langsung dan bahan baku merupakan faktor yang dominan dalam produksi. Sistem penentuan harga pokok produk dengan metode konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi, maka unit produk atau pendorong lainnya sangat berhubungan dengan unit yang diproduksi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Hal ini merupakan satu-satunya pendorong yang dianggap penting karena pendorong kegiatan berdasarkan unit bukan satu-satunya pendorong yang menjelaskan hubungan penyebab. Oleh karena itu banyak pembebanan biaya produk harus diklasifikasikan sebagai alokasi.

(8)

biaya overhead perusahaan sering pula disebut sebagai biaya konversi (convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi atau mengubah bahan baku menjadi produk jadi.

Overhead perusahaan (factory overhead) adalah biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya perusahaanasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke

produk tertentu. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa overhead perusahaan mencakup

semua biaya perusahaanasi kecuali semua yang dicatat sebagai biaya langsung, yaitu bahan langsung dan pekerja langsung.

Bahan langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Tenaga kerja langsung adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi produk jadi. Biaya ini meliputi gaji para karyawan perusahaan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu. Akuntansi biaya konvensional (tradisional) memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari akuntansi biaya konvensional ini adalah sebagai berikut.

Pertama Mudah diterapkan, sistem akuntansi biaya konvensional tidak banyak menggunakan cost driver, dalam mengalokasikan biaya produksi tidak langsung sehingga memudahkan manajemen dalam melakukan perhitungan.

Kedua Mudah diaudit. Biaya produksi tidak langsung dialokasikan berdasarkan volume

based measured, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan proses audit. Kekurangan dari sistem akuntansi biaya tradisional ini adalah sebagai berikut.

Ketiga Dapat mendistorsi biaya produk. Beberapa penyebab distorsi biaya adalah sebagai berikut. (a) Biaya overhead tidak ditelusuri ke produk secara individual. (b) Total komponen biaya overhead dalam suatu biaya produksi senantiasa terus menigkat. Pada saat persentase biaya overhead semakin besar, maka distorsi biaya produk pun menjadi besar. (c) Banyak kegiatan yang termasuk dalam biaya administrasi dan penjualan yang sebenarnya dapat ditelusuri ke produk.

Keempat Berorientasi fungsional. Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, kemungkinan berdasarkan fungsi seperti perekayasaan dalam setiap item lini. Orientasi fungsi ini tidak cocok dengan realitas fungsional silang yang sering digunakan pada perusahaan manufaktur. Beberapa faktor yang mengakibatkan suatu sistem biaya menjadi usang adalah adanya otomatisasi, yaitu perkembangan teknologi pemanufakturan, kompetisi yang intensif, penyederahanaan proses manufaktur (product just in time). Activity based costing system adalah sistem yang terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan tahap kedua membebankannya ke berbagai produk. Penentuan harga pokok produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap pertama biaya-biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit organisasi misalnya perusahaan, atau departemen-departemen. Baik pada sistem konvensional maupun activity based costing, tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk. Perbedaan prinsip perhitungan dari kedua metode tersebut adalah jumlah

cost driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok dengan ABC menggunakan cost driver yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem konvensional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit.

Pengertian Biaya Overhead Perusahaan

Menurut Armanto (2006: 47) definisi biaya overhead perusahaan adalah semua biaya perusahaanasi selain dari bahan baku dan buruh langsung (biaya pemeliharaan, biaya penyusutan gedung, dsb).

(9)

produksi. Berbeda dengan bahan langsung dan upah (buruh) langsung, biaya overhead

perusahaan merupakan bagian yang tidak berwujud dari barang jadi. Ciri kedua menyangkut perubahan sebagian unsur biaya overhead karena adanya perubahan volume produksi, yaitu overhead bisa bersifat tetap, variabel atau semivariabel.

Biaya overhead perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan

karakteristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga kelompok tersebut adalah: (1) Biaya Overhead Variabel (Variabel Factory Overhead Cost). Total biaya overhead variabel berubah-ubah sebanding dengan unit yang diproduksi, yaitu semakin besar unit yang diproduksi, semakin tinggi total biaya variabelnya. Biaya variabel per unit konstan walaupun produksi berubah. (2) Biaya Overhead Tetap (Fixed Factory Overhead Cost). Total biaya overhead perusahaan tetap adalah konstan dalam tingkat hasil tertentu, tanpa dipengaruhi oleh adanya perubahan tingkat produksi sampai suatu tingkat hasil tertentu (relevan range). Contoh biaya overhead perusahaan tetap adalah sewa gedung perusahaan. (3) Biaya Overhead Semivariabel. Biaya overhead semivariabel adalah biaya yang sifatnya tidak semuanya tetap dan juga tidak semuanya variabel, tetapi mempunyai karakteristik

keduanya. Biaya overhead perusahaan semivariabel akhirnya harus dipisahkan ke komponen

biaya tetap atau biaya variabel untuk keperluan perencanaan dan pengendalian.

Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa

Departemen jasa menurut Garrison (2000: 206) adalah “Semua yang meliputi

departemen-departemen yang tidak langsung berkaitan dengan aktivitas operasi suatu

organisasi.” Departemen jasa berfungsi sebagai penyedia jasa atau membantu penyediaan

aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam operasi organisasi. Prinsip utama penerapan

activity based costing system baik untuk departemen jasa maupun untuk perusahaan jasa tidak berbeda. Kedua organisasi tersebut (departemen jasa dan perusahaan jasa) sama-sama menghasilkan produk yang sulit untuk diidentifikasikan.

Penerapan activity based costing system pada perusahaan jasa disebabkan karena perusahaan jasa menghasilkan produk yang tidak berwujud (intangible) dan bervariasi sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan biaya aktivitas. dalam menghasilkan jasa tersebut. Menggunakan activity based costing system dalam organisasi jasa pada dasarnya merupakan tindakan untuk mengatur aktivitas yang berhubungan dengan jasa. Manajemen aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau usaha akan mengkonsumsi sumber daya sedangkan service costing ditentukn dengan cara menelusuri secara lebih spesifik terhadap support cost (biaya pendukung) yang secara tradisional dialokasikan ke semua produk jasa melalui direct basis, misalkan tenaga kerja langsung, pemakaian peralatan atau persediaan. Sedangkan dalam activity based costing system, diperlukan penelusuran-penelusuran aktivitas pembantu ke masing-masing produk jasa.

Cost Driver

Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat mengenai pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi

ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead

yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.

(10)

karena itu, keakurataan pengalokasian setiap biaya tergantung pada tingkat korelasi antara konsumsi aktivitas dan konsumsi cost driver. (2) Cost measurement. Perancangan sistem informasi memerlukan cost benefit trade offs. Jumlah activity cost pool yang terdapat dalam

suatu sistem ABC yang lebih banyak memerlukan cost driver, menyebabkan biaya

implementasi menjadi lebih besar. Namun demikian, korelasi yang tinggi antara cost driver

dan konsumsi sesungguhnya dari setiap aktivitas menyebabkan perhitungan harga pokok semakin akurat.

Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi yang bertugas untuk memberikan layanan jasa kesehatan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan salah satu institusi penting dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Rerangka Pemikiran

Industri yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industri jasa. Industri jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan. Obyek yang diteliti untuk industri jasa adalah tarif kamar rawat inap pada sebuah rumah sakit. Berdasarkan kajian teoritis, maka dapat diajukan kerangka berfikir tentang bagaimana penerapan sistem

Activity based costing (ABC) dalam penghitungan tarif rawat inap pada rumah sakit dan membandingkan perbedaan antara tarif rumah sakit yang dihitung menggunakan metode konvensional dengan tarif rumah sakit yang dihitung menggunakan metode ABC.

Proporsisi Penelitian

Menurut Sony Sumarsono (2004: 27) proporsisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang dapat diuji kebenarannya. Jika proporsisi sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara diterima untuk diuji kebenarannya proporsisi tersebut dinamakan hipotesa. Melalui proporsisi inilah dapat disusun suatu teori dan sekaligus dapat dilakukan formulasi hipotesa:

Berdasarkan permasalahan proporsisi yang diajukan adalah: (1) Membandingkan harga rawat inap dengan metode ABC dengan metode tradisional. (2) Penerapan ABC berfungsi sebagai ukuran layaknya harga tersebut di tentukan sebagai tarif yang tepat. (3) Pemilihan metode dan prosedur yang digunakan untuk kegiatan ABC dapat menghasilkan perencanaan dan untuk membantu masyarakat mendapatkan harga yang lebih akurat dan optimal untuk tarif rumah sakit

METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah jenis penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif, melalui studi kasus penelitian kualitatif dapat di

definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

(11)

Teknik Pengumpulan Data

Studi lapangan dapat dilakukan dengan: (a) Survey pendahuluan Menurut Amin Widjaja Tunggal (2000:16) survey pendahuluan harus dilakukan peneliti, selama fase ini peneliti melakukan penilaian pendahuluan atas aktivitas yang akan diuji, pada fase ini juga pertanyaan yang relevan dapat diajukan kepada manajemen operasi dan operasi aktual yang diamati. Informasi yang harus diperoleh adalah rencana, anggaran, dan pengukuran lain serta sistem yang dipercayai oleh manajemen untuk memonitor kinerja.(1) Studi lapangan Penelitian ini melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan cara melakukan tinjauan secara langsung pada objek penelitian pengumpulan data-data tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: (2) Wawancara Yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung staf rumah sakit yang bekerja pada bagian akuntansi, yaitu Apri Sukmawati, SE. Pertanyaan yang disampaikan antara lain terkait dengan: (a) Gambaran umum rumah sakit; (b) Jumlah pasien pengguna rumah sakit, jumlah hari pasien, dan fasilitas yang digunakan; (c) Jenis-jenis layanan yang ada di rumah sakit; (d) Prosedur pelayanan rumah sakit, khususnya untuk layanan rawat inap; (e) Aktivitas yang dilakukan rumah sakit untuk memberikan layanan kepada pasien; (f) Fasilitas yang ada untuk setiap layanan rumah sakit; (g) Biaya yang dibebankan untuk setiap layanan yang ada di rumah sakit (3) Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan cara melihat data-data rumah sakit seperti sejarah penelitian, profil yang akan diteliti, lokasi penelitian visi dan misi rumah sakit, tujuan didirikan rumah sakit, struktur organisasi, aktivitas rumah sakit. (4) Observasi Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian dapat membantu responden untuk menjawab pertanyaan yang dirasakan tidak atau kurang mampu menjawabnya. Disini peneliti mengamati secara langsung aktivitas rawat inap sampai dengan penggunaan fasilitas juga mengambil data yang akan diteliti adapun data-data berikut : (a) Data pendukung jumlah pasien tahun 2012; (b) Data pendukung lama hari pasien selama tahun 2012; (c) Data tarif rawat inap kelas 1,2, 3, VIP, dan VVIP selama tahun 2012.

Satuan Kajian

Activity based costing adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Tarif pelayanan adalah jumlah biaya pelayanan yang akan dibayar oleh pasien setelah selesai menjalani perawatan rawat inap dimana besarnya tarif pelayanan yang berbeda-beda tergantung dari jenis kamar yang digunakan. Jasa pelayanan adalah pelayanan rumah sakit termasuk sektor jasa pelayanan publik yang dimiliki tujuan utamanya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari hasil penelitian didapatkan data tarif dari rumah sakit adalah sbb : (1) Penentuan tarif jasa rawat inap RS. Wiyung Sejahtera. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh keterangan bahwa RS. Wiyung Sejahtera menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar unit cost. Perhitungan

(12)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapatkan data internal fasilitas rawat inap dari rumah sakit wiyung sejahtera seperti tabel 1 dibawah ini :

(13)

Sumber: Data Internal RSWS, 2013

Menjelaskan tentang fasilitas untuk masing-masing kelas yang ada di Rumah Sakit Wiyung Surabaya. Setiap kelas terdiri dari beberapa kamar dengan fasilitas yang terkadang berbeda antara kamar yang satu dengan kamar yang lain. Perbedaan fasilitas ini mengakibatkan perbedaan tarif untuk masing-masing kamar.

Adapun besarnya tarif tiap kelas jasa yang ditetapkan untuk masing-masing kelas dan kamar pada Rumah Sakit Wiyung Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2

Tarif Jasa Rawat Inap RS. Wiyung Sejahtera Surabaya Tahun 2012-2013

Kelas Kamar Tarif

VVIP A-15 Kamar (Rp500.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp175.000,-/visit)

VIP

A-9, B-6 Kamar (Rp400.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp125.000,-/visit)

A-10 Kamar (Rp375.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp125.000,-/visit)

Kelas I

A-8, A-11 Kamar (Rp250.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit)

A-3 Kamar (Rp200.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit)

B-5 Kamar (Rp250.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit)

Kelas II A-7, A-12, A-4 Kamar (Rp125.000,-/hari)

3 bed/ kamar

Kelas III

B3

3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi

AC, lemari 2 bed/ kamar

B-4, B7

3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi

AC, lemari 3 bed/ kamar

A-5

3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi

Kipas Angin, lemari 2 bed/ kamar

A-6

3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi

AC, lemari 5 bed/ kamar

A-4

3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi

(14)

Kelas Kamar Tarif

Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit)

A-1, A-2 Kamar (Rp110.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit)

B-1, B-2 Kamar (Rp125.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit)

Kelas III

B3 Kamar (Rp75.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)

B-4, B7 Kamar (Rp65.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)

A-5 Kamar (Rp65.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)

A-6 Kamar (Rp75.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)

A-4 Kamar (Rp75.000,-/hari)

Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)

Sumber: RS. Wiyung Sejahtera

Tabel 2 adalah tabel tarif ruangan ruangan rawat inap untuk berbagai jenis kelas ruangan yang ada di Rumah Sakit Wiyung Surabaya. Terdapat lima jenis ruangan di RSWS, yaitu VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Tarif untuk kamar terkadang mengalami perbedaan meskipun masih masuk dalam kategori satu kelas.

Data mengenai jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari pasien rawat inap disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3

Data Jumlah Pasien Rawat Inap Tahun 2012

Bulan Kelas

Kelas I Kelas II Kelas III VIP VVIP Total

Januari 38 56 54 14 2 164

Februari 33 47 72 9 3 164

Maret 36 63 70 4 2 175

April 32 60 97 13 4 206

Mei 30 65 69 9 3 176

Juni 18 58 52 20 4 152

Juli 16 58 60 19 4 157

Agustus 18 48 59 11 5 141

September 21 41 61 13 2 138

Oktober 17 54 53 13 3 140

November 20 33 42 28 4 127

Desember 14 50 59 14 5 142

Total 293 633 748 167 41 1882

(15)

Tabel 3 menunjukkan data pengunjung rumah sakit selama tahun 2012. Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa jumlah pasien setiap bulannya berada di atas 100 orang pasing. Jumlah terkecil pada bulan November 2012 dengan jumlah pasien sebesar 127 orang, sementara itu jumlah terbanyak pada bulan April 2012 dengan jumlah pasien sebesar 206 orang.

Tabel 4

Data Jumlah Hari Menginap Pasien Tahun 2012

Bulan Kelas

Kelas I Kelas II Kelas III VIP VVIP Total

Januari 114 224 165 53 9 565

Februari 99 187 358 37 14 695

Maret 108 189 253 14 9 573

April 96 178 486 56 18 834

Mei 90 196 274 37 13 610

Juni 108 175 207 84 19 593

Juli 64 198 215 78 17 572

Agustus 72 186 236 47 21 562

September 28 163 185 52 9 437

Oktober 68 215 158 52 13 506

November 80 130 169 113 18 510

Desember 56 251 236 59 21 623

Total 983 2292 2942 682 181 7080

Jumlah bed 8 21 19 3 1 52

Hari/tahun 365 365 365 365 365 365

Bedxhari 2920 7665 6935 1095 365 18980

BOR 33,66% 29,90% 42,42% 62,28% 49,59% 37,30%

Sumber: RS. Wiyung sejahtera

Tabel 4 menunjukkan jumlah hari pasien menginap di rumah sakit. Jumlah hari pasien menginap di rumah sakit paling sedikit adalah pada bulan September 2012 dengan jumlah 437, sementara itu jumlah hari meninap pasien paling banyak adalah pada bulan April 2012 dengan jumlah 834 hari perawatan. Rata-rata BOR (Bed Occupancy Rate) untuk tahun 2012 adalah sebesar 37,30%. Nilai masih rendah karena nilai BOR yang ideal adalah antara 60%-80%.

Perhitungan Tarif Rawat Inap Dengan Activity Based Costing

Tahapan dalam melakukan perhitungan tarif tersebut adalah sebagai berikut: Pertama

(16)

kamar rawat inap, mencatat perkembangan kesehatan pasien, melakukan tensi, dan memberikan pertolongan pada pasien jika pasien membutuhkan bantuan. (c) Aktivitas

Visite Dokter ini adalah aktivitas kunjungan dokter setiap hari untuk mengontrol kesehatan pasien rawat inap. (d) Aktivitas penginapan pasien adalah aktivitas pasien menggunakan fasilitas yang ada pada kamar rawat inap. (e) Aktivitas Pelayanan Pencucian atau Laundry

adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien berupa pencucian seprei, selimut, dan sarung bantal (f) Aktivitas Pelayanan Pembersihan Kamar atau Cleaning service

Aktivitas pelayanan adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien dengan membersihkan kamar pasien, menyapu, dan mengepel lantai. (g) Aktivitas pelayanan pemberian makan pasien adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien dengan menyediakan makanan sebanyak 3 kali dalam sehari. (h) Aktivitas pemeliharaan bangunan adalah aktivitas berupa pengecetan dan renovasi yang dilakukan tiap tahun secara rutin oleh rumah sakit. Aktivitas pemeliharaan bangunan merupakan pengganti biaya penyusutan karena rumah sakit tidak melakukan penyusutan pada bangunannya.

Kedua melakukan analisis tarif rawat inap rumah sakit dan mengidentifikasi aktivitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tarif per unit = Total Biaya Aktivitas / Cost driver”; (b) Menghitung biaya overhead yang dibebankan pada masing-masing kelas dengan cara: “BOP yang dibebankan = tarif cost driver per unit x driver yang digunakan oleh masing-masing kelas rawat inap”; (c) Menjumlahkan seluruh biaya aktivitas yang telah dikelompokkan. (d) Membaginya total biaya aktivitas masing-masing kelas rawat inap dengan jumlah hari rawat inap di masing-masing kelas.

Dari rumus diatas maka dapat diperoleh hasil dari setiap kamar yang dihitung untuk setiap kelas total biaya kelas Vvip, Vip, III, II, I seperti pada tabel 5-9 :

Tabel 5

Total Biaya Aktivitas Kelas VVIP

Aktivitas

Tarif Per Unit

(cost driver) Driver Jumlah (Rp)

Aktivitas pelayanan

Administrasi umum 72.428,7 41 Orang 2.969.576,7

Aktivitas pelayanan

perawatan pasien 197.533,0 181 Hari 35.753.473,0

Aktivitas visit Dokter 37.781,0 181 Hari 6.838.361,0

Aktivitas penginapan

Pasien 7.432.637,10

Aktivitas pelayanan

pencucian/ laundry 36.270,0 41 Orang 1.487.070,0

Aktivitas pelayanan pembersihan/ Cleaning

service 196.619,74 16 m2 3.145.915,8

Aktivitas pelayanan

pemberian makan 24.580,89 724 Hari 17.796.564,4

Aktivitas pemeliharan

Bangunan 70.970,39 16 m2 1.135.526,2

Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas VVIP 76.559.124,2

Jumlah hari pakai 181

Tarif rawat inap per kamar 422.978,6

(17)

Tabel 6

Total Biaya Aktivitas Kelas VIP

Aktivitas

Tarif Per Unit

(cost driver) Driver Jumlah (Rp)

Aktivitas pelayanan

Administrasi umum 72.428,7 167 Orang 12.095.592,9

Aktivitas pelayanan

perawatan pasien 197.533,0 682 Hari 134.717.506,0

Aktivitas visit Dokter 37.781,0 682 Hari 25.766.642,0

Aktivitas penginapan

Pasien 25.233.203

Aktivitas pelayanan

pencucian/ laundry 36.270,0 167 Orang 6.057.090,0

Aktivitas pelayanan pembersihan/ Cleaning

service 196.619,74 36 m2 7.078.310,6

Aktivitas pelayanan

pemberian makan 24.580,89 2.728 Hari 67.056.667,9

Aktivitas pemeliharan

Bangunan 70.970,39 36 m2 2.554.934,0

Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas VIP 280.559.946,5

Jumlah hari pakai 682

Tarif rawat inap per kamar 411.378,2

Sumber: Olahan peneliti, 2013

Tabel 7

Total Biaya Aktivitas Kelas I

Aktivitas

Tarif Per Unit

(cost driver) Driver Jumlah (Rp)

Aktivitas pelayanan

Administrasi umum 72.428,7 293 Orang 21.221.609,1

Aktivitas pelayanan

perawatan pasien 197.533 983 Hari 194.174.939

Aktivitas visit Dokter 37.781 983 Hari 37.138.723

Aktivitas penginapan Pasien 20.028.922

Aktivitas pelayanan

pencucian/ laundry 36.270 293 Orang 10.627.110

Aktivitas pelayanan

pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 48 m2 9.437.747,5

Aktivitas pelayanan

pemberian makan 24.580,89 983 Hari 24.163.014,9

Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 48 m2 3.406.578,7

Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas I 320.198.644,2

Jumlah hari pakai 983

Tarif rawat inap per kamar 325.736,2

(18)

Tabel 8

Total Biaya Aktivitas Kelas II

Aktivitas Tarif Per Unit

(cost driver) Driver Jumlah (Rp)

Aktivitas pelayanan

Administrasi umum 72.428,7 633 Orang 45.847.367,1

Aktivitas pelayanan

perawatan pasien 197.533,0 2.292 Hari 452.745.636,0

Aktivitas visit Dokter 37.781,0 2.292 Hari 86.594.052,0

Aktivitas penginapan Pasien 30.547.732

Aktivitas pelayanan

pencucian/ laundry 36.270,0 633 Orang 22.958.910,0

Aktivitas pelayanan

pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 126 m2 24.774.087,2

Aktivitas pelayanan

pemberian makan 24.580,89 2.292 Hari 56.339.399,9

Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 126 m2 8.942.269,1

Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas II 728.749.453,4

Jumlah hari pakai 2.292,0

Tarif rawat inap per kamar 317.953,5

Sumber: Olahan peneliti, 2013

Tabel 9

Total Biaya Aktivitas Kelas III

Aktivitas Tarif Per Unit

(cost driver) Driver Jumlah (Rp)

Aktivitas pelayanan

Administrasi umum 72.428,7 748 Orang 54.176.667,6

Aktivitas pelayanan

perawatan pasien 197.533,0 2.942 Hari 581.142.086,0

Aktivitas visit Dokter 37.781,0 2.942 Hari 111.151.702,0

Aktivitas penginapan Pasien 34.541.486

Aktivitas pelayanan

pencucian/ laundry 36.270,0 748 Orang 27.129.960,0

Aktivitas pelayanan

pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 58 m2 11.403.944,9

Aktivitas pelayanan

pemberian makan 24.580,89 2.942 Hari 72.316.978,4

Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 58 m2 4.116.282,6

Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas III 895.979.107,5

Jumlah hari pakai 2.942,0

Tarif rawat inap per kamar 304.547,6

(19)

Berdasarkan hasil perhitungan biaya pokok rawat inap yang telah dilakukan, dapat ditentukan tarif biaya rawat inap untuk masing-masing kelas. Persentase margin untuk setiap kelas ruangan dibuat berbeda disebabkan karena fasilitas dalam masing-masing kamar juga berbeda, Dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Tarif Biaya Ruangan Rawat Inap

No Ruangan Biaya Pokok % Keuntungan Tarif Pembulatan

Tarif

1 VVIP 422.978,6 25,0% 528.723,2 550.000

2 VIP 411.378,2 20,0% 493.653,9 500.000

3 Kelas I 325.736,2 15,0% 374.596,6 400.000

4 Kelas II 317.953,5 10,0% 349.748,9 350.000

5 Kelas III 304.547,6 5,0% 319.775,0 325.000

Sumber: Olahan peneliti, 2013

Hasil perhitungan yang ada menunjukkan bahwa selisih biaya untuk Kelas I, Kelas II, dan Kelas III tidak jauh berbeda. Kondisi ini disebabkan karena nilai BOR (Bed Occupancy) Rate untuk Kelas I, Kelas II, dan Kelas III relatif masih rendah. Daftar BOR untuk kelima ruangan yang ada di Rumah Sakit.

Daftar BOR untuk kelima ruangan yang ada di Rumah Sakit dapat dilihat pada

Tabel l1.

Tabel 11

BOR Rumah Sakit Wiyung Surabaya

No Ruangan BOR BOR Ideal

1 Kelas I 33,66%

60% - 80%

2 Kelas II 29,90%

3 Kelas III 42,42%

4 VIP 62,28%

5 VVIP 49,58%

BOR Total 37,30%

Sumber: Olahan peneliti, 2013

Rendahnya nilai BOR untuk ketiga kelas tersbut menjadikan biaya perhari yang harus ditanggung oleh pasien untuk ketiga kelas tersebut masih tinggi.

(20)

Tabel 12

Perbandingan Tarif Konvensional dengan ABC

Sumber: Olahan peneliti, 2013

Menunjukkan perbandingan antara tarif rawat inap rumah sakit yang selama ini telah diterapkan yang dihitung dengan menggunakan tarif konvensional dengan tarif yang dihasilkan dengan perhitungan dengan menggunakan ABC. Tarif VVIP lebih rendah pada perhitungan dengan menggunakan ABC dengan metode konvensional. Pada kelas VIP, tarif yang dihasilkan hampir sama, sementara itu pada kelas I, Kelas II, dan Kelas III, tarif yang dihasilkan dengan perhitungan ABC lebih tinggi dibandingkan dengan tarif Berlaku Rumah Sakit.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC diketahui besarnya tarif untuk Kelas VVIP Rp550.000,-, Kelas VIP Rp 500.000, Kelas I Rp 400.000, Kelas II Rp 350.000 dan Kelas III Rp325.000.

Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, apabila dibandingkan dengan tarif rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit saat ini terlihat bahwa untuk Tarif VVIP lebih rendah pada perhitungan dengan menggunakan ABC dengan metode konvensional. Pada kelas VIP, tarif yang dihasilkan hampir sama, sementara itu pada kelas I, Kelas II, dan Kelas III, tarif yang dihasilkan dengan perhitungan ABC lebih tinggi dibandingkan dengan tarif konvensional. Perbedaan tarif yang terjadi

disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Activity based

costing system telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat

Kelas Kamar Tarif Berlaku

(Kamar + Dokter)

Tarif ABC

(Kamar + Dokter)

VVIP A-15 675.000 550.000

VIP A-9, B-6 525.000 500.000

A-10 400.000

Kelas I

A-8, A-11 325.000

400.000

A-3 300.000

B-5 325.000

Kelas II

A-7, A-12, A-4 205.000

350.000

A-1, A-2 190.000

B-1, B-2 205.000

Kelas III

B3 145.000

325.000

B-4, B7 135.000

A-5 135.000

A-6 145.000

(21)

berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Tarif untuk Kelas I, Kelas II, dan Kelas III mempunyai nilai tinggi karena BED (Bed Occupancy Rate) nya rendah sehingga faktor pembaginya menjadi lebih kecil yang mengakibatkan biaya rawat inap yang harus ditanggung per harinya lebih besar.

Keterbatasan Penelitian

Pertama pemilihan rumah sakit yang kurang tepat karena nilai BED RSWS masih sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan yang ada, yaitu antara 60% - 80%. Kedua perhitunngan tarif rawat inap menggunakan data yang diberikan oleh bagian keuangan RSWS, bukan data yang diambil atau diamati langsung dari laporan keuangan rumah sakit.

Saran

RSWS sebaiknya mulai mempertimbangkan tarif rawat inap dengan menggunakan

activity based costing system karena dengan activity based costing system akan diperoleh informasi biaya rawat inap yang lebih akurat. Akan tetapi tidak mutlak harus dipertimbangkan aspek sosialnya

DAFTAR PUSTAKA

Armanto, W. 2006. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu

Blocher, E.J., et.al. 2005. Manajemen Biaya: Penekanan Strategis, Edisi 3. Buku 1. Jakarta: Salemba

Garrison, R.H., Noreen, E.W. 2000. Akuntansi Manajerial. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat Hansen, D.R., Mowen, M.M. 2004. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketujuh Buku 1. Jakarta:

Salemba Empat

Krismiaji., Aryani, A. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Yogyakarta: YKPN

Marzuki. 2000. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Mulyadi. 2007. Activity Based Costing System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN ---. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5, Cetakan 10. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Rangkuti, F. 2007. Riset Pemasaran. Edisi 4.Jakarta: Gramedia Pustama Utama

---. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Sumarsono, S. 2004. Metodologi Riset. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Supriyono, R.A. 2001. Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Tarif Jasa Rawat Inap RS. Wiyung Sejahtera Surabaya Tahun 2012-2013
Tabel 3 Data Jumlah Pasien Rawat Inap Tahun 2012
Tabel 4 Data Jumlah Hari Menginap Pasien Tahun 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghindari suatu pembahasan yang tidak sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan, maka di dalam penelitian ini ruang lingkup hanya mencakup tentang

Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Nurhaeni (2009) tentang pengaruh pemilihan umum legislatif Indonesia terhadap return saham, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan

Penelitian berikutnya sebaiknya memilih salah satu hari libur atau kelompok hari libur seperti hanya meneliti hari libur nasional, hari libur natal, atau hari libur Idul Fitri dan

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah usaha peneliti dalam memberikan layanan informasi media portofolio karier untuk meningkatkan kematangan karier pada siswa kelas

Kearifan lokal yang diterapkan dimasyarakat Baduy memberikan banyak pelajaran berharga untuk masyarakat kita yang sudah banyak sekali termakan oleh modernitas, oleh

Berdasarkan penelitian yang telah selesai dilakukan, simpulan yang dapat ditarik sebagai berikut, yang pertama, adanya pengaruh positive dan signifikana antara

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemapuan pikiran, imajinasi, kecekatan,

Dari tabel 3 didapatkan nilai nilai T hitung < T tabel yaitu sebesar 0,665, nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara analisis