• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENENGAH DI KABUPATEN TANAH DATAR

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 40-45)

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

MENENGAH DI KABUPATEN TANAH DATAR

Situasi Sebelum Inisiatif

Masalah Usaha Mikro tidak dapat terlepas dari permasalahan eksternal dan internal yang mengiringinya. a. Permasalahan internal usaha

mikro:

? Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia baik dilihat dari segi penguasaan teknologi maupun ketrampilan teknis pada bidang usaha terkait.

? Faktor manajemen usaha. ? Keterbatasan akses informasi

dan akses pasar.

b. Permasalahan Eksternal usaha mikro:

? Kendala sumber daya

permodalan.

? Aspek legalitas atau perijinan.

Usaha mikro seringkali menghadapi kesulitan dalam hal memenuhi persyaratan jaminan dalam pengajuan kredit perbankan.

Kedua permasalahan di atas akan berdampak pada rendahnya tingkat produktivitas usaha. Oleh karena itu, pada waktu Pemerintah memperkenalkan kembali kredit tanpa agunan seperti yang dilakukan pada tahun 1970-an, secara administratif terdapat kesulitan dan kerumitan dalam praktek di lapangan. Hal ini menyebabkan modal kerja sulit terpenuhi sehingga usaha mikro sulit berkembang. Padahal usaha mikro merupakan salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan dan penggangguran melalui wira usaha, yang banyak dijumpai di Indonesia termasuk pula di Tanah Datar. Kendala permodalan merupakan “momok” tersendiri bagi pengusaha. Kesulitan meng-akses kredit dari perbankan karena bank hanya melayani pengusaha menengah ke atas yang cenderung sudah mapan dan memiliki jaminan kredit.

Dari pihak perbankan, faktor dominan yang mempengaruhi minat bank dalam melayani pengusaha mikro adalah rendahnya laba dan tingginya risiko kredit macet karena lemahnya manajemen, kondisi usaha

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 38 Volume 5, Nomor 2, Agustus 2007

serta agunan yang digunakan tidak memadai.

Kesulitan mengakses bank itulah yang menjadi alasan para pengusaha mikro di Kabupaten Tanah Datar akhirnya meminjam modal kepada rentenir meskipun dengan bunga yang sangat tinggi, sanksi yang berat, jangka waktu yang pendek dan bersifat sangat mengikat. Para rentenir menerapkan azas kepercayaan, syarat yang mudah dan pola antar jemput, tanpa proses formalitas yang berbelit-belit. Namun para pengusaha tersebut tidak mampu mengembangkan usahanya dengan baik karena beban hutang dengan sistem “gali lubang tutup lubang”.

Situasi Setelah Inisiatif

Kondisi yang memprihatinkan dan menjadi trigger (pemicu) Pemerintah Kabupaten Tanah Datar untuk melahirkan program pemberantasan gerakan rentenir yang dikenal dengan nama “Program Perbaikan Usaha Mikro melalui Pemberian Kredit Tanpa Agunan” pada tahun 2006.

Lahirnya program tersebut berawal dari penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar yang berfokus pada program pengentasan kemiskinan melalui perbaikan usaha mikro. Selain itu Pemerintah melalui Bupati Tanah

Datar secara berkala melakukan diskusi dengan para pedagang pasar yang diwakili oleh para pengurus pedagang pasar.

Dari hasil penelitian dan diskusi berkala tersebut, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar menganggap Program Perbaikan Usaha Mikro melalui Pemberian Kredit Tanpa Agunan merupakan solusi yang tepat. Tujuan dari program ini adalah memberantas kemiskinan khususnya untuk usaha mikro yang belum memiliki legalitas usaha dan juga memberantas praktek rentenir yang dianggap meresahkan para pengusaha mikro. Selain itu program ini bertujuan untuk mengembangkan skala usaha mikro di Kabupaten Tanah Datar. Sasaran program ini adalah para pengusaha mikro yang termasuk kategori pedagang skala mikro yang telah mempunyai tempat permanen di pasar dan para pedagang kaki lima. Sedangkan kredit yang diberikan akan dipergunakan bagi keperluan investasi atau modal kerja usaha-usaha produktif lainnya. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan program ini, dalam proses awal Pemerintah Kabupaten Tanah Datar menjalin kerja sama dengan melibatkan instansi terkait seperti Badan Usaha Investasi Daerah (BUID), Dinas Koperasi Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 39 Volume 5, Nomor 2, Agustus 2007

(Koperindagtam), Kantor Pasar, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Sekretariat Daerah, Kantor Pasar, Bank Nagari dan Persatuan Pedagang Pasar Batusangkar.

Strategi Yang Diterapkan

Dalam rangka mengoptimalkan pemberian kredit kepada para pengusaha mikro, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar menjalin kerjasama melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bank Nagari Cabang Batusangkar sebagai pelaksana penyalur pinjaman.

Pada awal peluncuran program, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar menerapkan sistem pilot project kepada para pedagang yang berada di Pasar Batusangkar. Sebagai tahap awal Pemerintah menganggarkan dana pada APBD tahun 2006 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang disetorkan kepada Bank Nagari Cabang Batusangkar (Bank Nagari).

Strategi yang diterapkan oleh Pemerintah pada daerah pilot project adalah dengan menerapkan bunga pinjaman yang cukup rendah yaitu 10% per tahun dan tanpa jaminan apapun kecuali menjadi anggota Persatuan Pedagang Pasar Batusangkar (PPPB).

Dalam hal ini PPPB akan memberikan rekomendasi kredit

kepada anggota pedagang pasar yang mengajukan kredit. Selain itu pengembalian pinjaman dapat dilakukan dengan sistem “jemput bola”, sedangkan plafon kredit yang diberikan antara Rp.500.000,00 s/d Rp.5.000.000,00 dengan jangka waktu pengembalian maksimal 5 (lima) tahun. Bank Nagari sebagai pelaksana Program penguatan usaha mikro ini mengkategorikan menjadi Dana Penguatan Modal dan merekrut serta menempatkan petugas khusus di Kantor Pasar Batusangkar dengan persetujuan Bupati.

Dalam pencairan pinjaman kepada para pengusaha mikro Pemerintah Kabupaten Batusangkar dan Bank Nagari menetapkan prosedur sebagai berikut:

1. Calon peminjam mengajukan permohonan kredit melalui petugas dengan mengisi formulir yang telah disediakan dan dilengkapi dengan foto copy bukti diri Pemohon (Kartu Tanda Penduduk/KTP dan Kartu Keluarga /KK) serta rekomendasi dari Pengurus Pedagang Pasar Batusangkar.

2. Petugas khusus melakukan kunjungan ke alamat dan lokasi usaha calon peminjam untuk wawancara, mengumpulkan data dan informasi serta melakukan penilaian terhadap

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 40 Volume 5, Nomor 2, Agustus 2007

diri, usaha dan sumber pengembalian kredit oleh calon peminjam. Penilaian yang dilakukan melalui tahap ini adalah berkaitan dengan:

a. kejelasan alamat usaha dan tempat tinggal nasabah sesuai KTP dan KK.

b. Karakter calon nasabah berdasarkan informasi dari para tetangga dan rekanan usaha tentang tingkah laku dan hubungannya dengan masyarakat terutama dalam hal keuangan.

3. Petugas khusus merumuskan hasil penilaian dan menyusun rekomendasi dengan menggunakan formulir yang telah disediakan dan selanjutnya mengajukan kepada pejabat yang berwenang untuk diberi persetujuan atau ditolak.

Setelah melalui tahapan tersebut, pinjaman yang diajukan dapat diterima dalam jangka waktu 1-2 hari. Selain prosedur peminjaman tersebut, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dan Bank Nagari menetapkan Prosedur Pembayaran dan Pelunasan Kredit, yaitu:

1. Petugas Khusus secara rutin mengamati jadwal angsuran dari seluruh peminjam.

2. Petugas Khusus mendatangi seluruh peminjam yang berada di

Pasar Batusangkar, sesuai dengan jadwal angsuran baik harian, mingguan ataupun bulanan.

3. Petugas Khusus mencatat dalam pembukuan dan menyetorkannya ke Bank Nagari. Dalam pencatatan arus kas masuk dan keluar, Bank Nagari menerapkan pembukuan off balance sheet atau di luar pembukuan Bank Nagari. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan catatan pembukuan nasabah Bank Nagari dan nasabah Program Dana Penguatan Modal.

Keuntungan dari bunga yang diperoleh akan dibagi antara Pemerintah sebesar 40% dan Bank Nagari sebesar 60% setelah dipotong 10% untuk biaya operasional termasuk honor petugas khusus. Pendapatan dari keuntungan program ini merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tanah Datar.

Hasil Yang Dicapai

Dalam kurun waktu satu tahun pelaksanaan program ini, para pengusaha mikro di pasar Batusangkar benar-benar merasakan manfaatnya. Permodalan dan pengembangan usaha mereka terpenuhi dengan baik, berdasarkan tabel jumlah pengusaha mikro yang telah mendapatkan kredit berikut.

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 41 Volume 5, Nomor 2, Agustus 2007 NO Klasifikasi Pedagang Jumlah (orang)

1 Sayuran 179 2 Buah-buahan 73 3 Beras/Jagung 39 4 Ikan (basah,kering), belut 99 5 Bumbu Masak 84 6 Makanan,minuman,kue 189 7 P & D 48 8 Sepatu/kain 64 9 Mainan anak-anak 8 10 Telur 19 11 Lain-lain 134 TOTAL 936

Sebagai salah satu debitur, seorang pedagang ayam di Pasar Batusangkar yaitu Ermiwati, menyatakan bahwa kredit yang diberikan sangat bermanfaat bagi pengembangan usahanya, sehingga ekonomi keluarga dan pendapatannya juga bertambah karena bunga yang diterapkan jauh lebih rendah dari bunga Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Namun menurutnya skim yang diberikan

semestinya bisa bertambah sehingga dapat lebih mendukung pengembangan usahanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Nazir Kasim, seorang pedagang kelontong di Pasar Batusangkar. Menurutnya kredit semacam ini sangat membantu pedagang bermodal kecil karena bunga yang diterapkan jauh lebih rendah dari bunga BPR sehingga debitur dapat mengatur modal belanjanya dengan leluasa. Menurut Nazir, seandainya Pemerintah Kabupaten meningkatkan skim kredit mikro ini, selain dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar juga terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja.

Menurut Bupati Tanah Datar, M.Shadiq Pasadigoe2 jumlah dana yang telah disalurkan hingga Januari 2007 adalah Rp. 2.490.300.000,00 (dua milyar empat ratus sembilan puluh juta tiga ratus ribu rupiah) dari dana awal Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), dengan jumlah kredit macet sebesar 0%.

Menurut Bupati program ini sangat membantu PKL dalam mengatasi permasalahan modalnya yang selama ini tidak diminati oleh bank dan banyak terjerat rentenir. Tidak hanya di Batusangkar, Bupati juga berencana membuat program untuk

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 42 Volume 5, Nomor 2, Agustus 2007

memperluas cakupan kredit PKL ini ke seluruh wilayah di Kabupaten Tanah Datar dengan bekerja sama dengan BPR.

Menurut praktisi perbankan di Batusangkar, Antonius3, sejak diluncurkannya program ini jumlah peminjam setiap bulan mengalami peningkatan. Selama bulan Agustus 2006 hingga Juli 2007 jumlah peminjam yang telah memanfaatkan program ini sebanyak 936 pengusaha Mikro.

Model seperti ini merupakan yang pertama kali diterapkan di Indonesia. Bank Nagari Sumatera Barat akan menjadikan model program ini bagi daerah lain di Sumatera Barat, dengan jumlah dana yang disediakan Bank Nagari yang cukup besar yaitu sejumlah Rp. 20 milyar. III. PELAJARAN BERHARGA

YANG DAPAT DIAMBIL

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 40-45)

Dokumen terkait