• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memanfaatkan Metode Multi Factor Evaluation Process dan Analytic Hierarchy Process

ERNA LOVITA

III. METODE KUANTITATIF PEMILIHAN ALTERNATIF SOFTWARE APLIKASI AKUNTANSI

III.2. METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

III.2.6. MENENTUKAN RASIO KONSISTENSI UNTUK KRITERIA RELIABILITY SOFTWARE AKUNTANSI

Penentuan rasio konsistensi diawali dengan menentukan Weighted Sum Vector. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengalikan nilai evaluasi kriteria reliability untuk software akuntansi alternatif pertama atau AccSoft 1 dengan kolom pertama dari matriks perbandingan berpasangan awal. Kemudian mengalikan nilai evaluasi kriteria software akuntansi alternative kedua atau AccSoft 2 dengan kolom kedua matriks perbandingan berpasangan awal, dan nilai evaluasi kriteria software akuntansi alternatif ketiga atau AccSoft 3 dengan kolom ketiga dari matriks perbandingan berpasangan awal. Kemudian kita menjumlahkan nilai-nilai atau angka–angka baris per baris.

Weighted Sum Vector Perhitungan

2.15 = (0.70*1.00)+(0.21*4.00)+(0.09*7.00) 0.64 = (0.70*0.25)+(0.21*1.00)+(0.09*3.00) 0.26 = (0.70*0.14)+(0.21*0.33)+(0.09*1.00)

Langkah selanjutnya adalah menentukan Consistency Vector. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membagi nilai weighted sum vector dengan nilai evaluasi kriteria yang telah didapatkan sebelumnya.

Consistency Vector Perhitungan

3.07 = 2.15/0.70

3.02 = 0.64/0.21

Setelah kita menemukan consistency vector-nya, selanjutnya kita menghitung nilai dua hal lainnya, yaitu lambda (λ) dan Consistency Index (CI), sebelum menghitung rasio konsistensi. Nilai lambda biasanya merupakan nilai rata–rata consistency vector.

Consistency Index = CI =

Dimana n merupakan jumlah alternatif item yang sedang diperbandingkan. Dalam kasus ini, n = 3, untuk tiga alternatif software akuntansi yang berbeda yang sedang diperbandingkan. Hasil kalkulasinya adalah sebagai berikut:

λ

= (3.07+3.02+3.01)/3 = 3.03 sehingga didapat

CI = = 0.016

Akhir dari perhitungan metode AHP adalah penghitungan Consistency Ratio. Consistency Ratio (CR) adalah sama dengan Consistency Index dibagi dengan Random

Index (RI), dimana RI ditentukan berdasarkan pada tabel RI. Random Index adalah sebuah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang sedang dipertimbangkan. Tabelnya disajikan dibawah ini dan diikuti dengan kalkulasi akhir consistency ratio.

Consistency Ratio = CR =

CR = = 0.028

Consistency ratio tersebut mengindikasikan tingkat konsistensi pengambil keputusan dalam melakukan perbandingan berpasangan yang pada akhirnya mengindikasikan kualitas keputusan atau pilihan kita. Nilai CR yang besar menunjukkan kurang konsistennya perbandingan kita, sementara nilai CR yang semakin rendah mengindikasikan semakin konsistennya perbandingan yang kita lakukan. Umumnya, jika CR nya adalah 0.10 atau kurang, maka perbandingan yang dilakukan pengambil keputusan termasuk nilai dari hasil perbandingan untuk dasar pengambilan keputusan secara relatif bisa dikatakan konsisten. Untuk nilai CR yang lebih besar dari 0.10, menunjukkan bahwa si pengambil keputusan harus secara serius mempertimbangkan untuk mengevaluasi ulang respon–responnya selama dilakukan perbandingan berpasangan yang dilaksanakan untuk mendapatkan matriks awal dari perbandingan berpasangan.

Berdasarkan pada perhitungan yang telah dilakukan dimana nilai CR untuk perbandingan kriteria reliability software akuntansi menunjukkan nilai yang lebih kecil dibanding 0.10 maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam hal ini pelaku UKM adalah konsisten sehingga hasil nilai evaluasi terhadap kriteria reliability software akuntansi untuk setiap alternatif software akuntansi dapat diterima.

Perhitungan yang sama dilakukan untuk menetapkan nilai evaluasi setiap alternatif software akuntansi untuk setiap kriteria yang menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan memilih software akuntansi yang terbaik untuk UKM.

Dan berdasarkan pada perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan pelaksana UKM dalam memilih software akuntansi didapat hasil akhir seperti yang terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Akhir Analisa Hirarki Proses Memilih Software Akuntansi Untuk UKM

Kriteria Nilai Bobot

AccSoft 1 AccSoft 2 AccSoft 3

Nilai Nilai Evaluasi Nilai Nilai Evaluasi Nilai Nilai Evaluasi (1) (2) (3) = (1)X(2) (4) (5) = (1)X(4) (6) (7) = (1)X(6) Reliability 0.38 0.70 0.26 0.21 0.08 0.09 0.03 Usability 0.19 0.64 0.12 0.28 0.05 0.07 0.01 Efficiency 0.19 0.63 0.12 0.29 0.05 0.08 0.02 Flexibility 0.07 0.74 0.05 0.18 0.01 0.09 0.01 Testability 0.07 0.70 0.05 0.21 0.02 0.09 0.01 Safety 0.10 0.70 0.07 0.21 0.02 0.09 0.01

Total Nilai Evaluasi 0.68 0.24 0.08

Dimana total nilai evaluasi dikali bobot menunjukkan nilai 0.68 untuk software akuntansi AccSoft 1, nilai 0.24 untuk AccSoft 2, dan 0.08 untuk AccSoft 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa software akuntansi AccSoft 1 yang dinyatakan sebagai software akuntansi pilihan untuk digunakan UKM berdasarkan kriteria realibility, usability, efficiency, flexibility, testability, dan safety.

IV. KESIMPULAN

Dengan diterapkannya software aplikasi akuntansi yang sederhana dan sesuai kebutuhan sebuah UKM, maka diharapkan sebuah UKM dapat mencapai transparansi dan akurat dalam laporan keuangannya. Sehingga hal ini akan menjadi pemicu mulai meningkatnya pertumbuhan UKM di Indonesia. Walaupun tentunya harus disadari bahwa akuntansi bukanlah satu-satunya factor penentu keberhasilan pertumbuhan UKM.

AHP sebagai sebuah alat untuk menetapkan pilihan dapat dijadikan dasar dalam memilih secara lebih rasional, terutama dalam upaya memilih atau melakukan seleksi software aplikasi akuntansi.

Namun demikian AHP tetap saja memiliki kelemahan-kelemahan dan juga syarat agar hasil analisanya ataupun proses analisanya dapat dipertanggungjawabkan. Syarat-syarat mutlak yang harus di penuhi adalah bahwa dalam AHP si pengambil keputusan haruslah yang melakukan perhitungan ataupun perbandingannya sendiri dan si pengambil keputusan harus benar-benar mendapatkan kecukupan informasi berkaitan dengan deskripsi permasalahan dan faktor-faktor berpangaruhnya dengan baik. Begitu pula kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh analisa AHP adalah bahwa bagaimanapun subjektifitas pengambil keputusan dalam melakukan perbandingan berpasangan patut di pertanyakan, meskipun nantinya CR yang akan melakukan klarifikasi tingkat konsistensinya.

DAFTAR PUSTAKA

Barry Render & Ralph M. Stair, Jr., 2000. Quantitative Analysis For Management, 7th Edition, Prentice Hall, p. 520 – 521.

Dharma T, Ediraras, 2010, Akuntansi dan Kinerja UKM, Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2, Volume 15, Agustus 2010.

"Decision making with the analytic hierarchy process", 1995, International Journal of Information Technology, Vol.1, No. 1, pp. 33–52.

, Kualitas Software Akuntansi, hal 17

Gatot Prabantoro, 2008, Modul Pelatihan Terapan - Pengambilan Keputusan Bisnis Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), MATOH Technologies, Jakarta

Halim Alamsyah, 2013, Kesiapan UMKM DKI Jakarta Dalam Menghadapi MEA 2015, Seminar Nasional ISEI, Jakarta, 27 Juni 2013.

Juniati . 2010. Tantangan Pertumbuhan UMKM. hal 43.

Kementerian Koperasi dan UKM, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) tahun 2011-2-12.

Project Management Body of Knowledge Guide, 2000 Edition, 2000, Project Management Institute, p. 155

Richardus Eko Indrajit, 2011, Kriteria Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak,

dosen.narotama.ac.id/.../KRITERIA-PENJAMINAN-KUALITAS-PERA

Taylor III, Bernard, 2004, Introduction to Management Science, 8th Edition, , Prentice Hall, New Jersey, p. 322-324.

Multiple Large Shareholders dan Asosiasinya dengan Kualitas Laba