Jaringan tema merupakan pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi (Trianto, 2010:148). Jaringan tema ini diharapkan membantu peserta didik dalam memahami suatu materi ajar secara interdisipliner, dan sekaligus melatih peserta didik untuk berpikir holistik integratif.
Jaringan tema ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pengembangan pembelajaran tematik integratif. Jaringan tema dapat disebut sebagai basis dan muara dalam pembelajaran tematik; disebut sebagai basis karena dalam pengembangan pembelajaran tematik integratif harus didasarkan pada jaringan tema yang sudah ada; sedangkan sebagai muara karena melalui pembelajaran tematik integratif ini diharapkan peserta didik mampu berpikir integratif dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
2. Teknik membuat jaringan tema
Dalam menentukan jaringan tema ada beberapa langkah kerja yang harus dilakukan, yaitu menentukan tema, menginventarisasi materi yang masuk dalam tema, mengelompokkan materi ke dalam rumpun mata pelajaran, menghubungkan materi dengan tema (Trianto, 2010:150) a. Menentukan tema
Dalam menentukan tema ada dua cara, yaitu :
1) Cara induktif, yaitu dengan cara mempelajari kompetensi yang ada pada masing-masing mata pelajaran kemudian menentukan tema yang sesuai dengan tuntutan kompetensi tersebut.
2) Cara deduktif, menentukan tema terlebih dahulu sebagai pengikat keterpaduan, kemudian dilanjutkan dengan menghubungkan dengan materi pelajaran yang ada. Dalam menentukan tema ini guru dapat melakukannya bersama peserta didik, sehingga sesuai kebutuhan dan kesenangan mereka.
Dalam menentukan tema ini, ada beberapa prinsip yang harus dipegangi guru, yaitu: a) memperhatikan keadaan lingkungan terdekat peserta didik; b) tema disusun dengan memperhatikan squance materi ajar, yaitu dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang konkrit menuju ke yang abstrak; c) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir peserta didik; d) ruang lingkup tema yang dipilih harus disesuaikan dengan minat, kebutuhan, dan tingkat berpikir peserta didik.
a. Menginventarisasi materi yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan.
b. Mengelompokkan materi-materi yang sudah diinventarisir ke dalam rumpun mata pelajarannya masing-masing. Hal demikian dimaksudkan untuk mempermudah keterkaitan antar tema masing- masing mata pelajaran.
c. Menghubungkan materi-materi yang telah dikelompokkan dalam rumpun mata pelajaran dengan tema.
Tema dalam pembelajaran tematik dapat diambil dari beberapa sumber, yaitu isu-isu aktual yang sedang terjadi di lingkungan peserta didik, masalah-masalah yang dirasakan peserta didik, event-event
khusus, dari keinginan peserta didik, dari literatur yang dipilih. Tema dalam pembelajaran tematik dikembangkan kriteria berikut.
a. Minat peserta didik pada kegiatan yang menarik dapat dijadikan kriteria tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat menyenangkan bagi peserta didik misalnya bermemain bola, pergi ke sawah, berkebun, dan sebagainya.
b. Minat guru yang berhubungan dengan kegiatan sekolah, peserta didik atau proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman peseta didik. misalnya tentang tema koperasi sekolah. c. Kebutuhan siswa-siswi, yaitu sesuatu yang dibutuhkan peserta didik
yang berupa penjelasan, nasehat. Misalnya sekarang sering terjadi perkelahian antar pelajar; maka para peserta didik membutuhkan
penjelasan, nasehat yang dapat menjauhkan mereka dari perkelahian antar pelajar, mereka perlu pemecahan atau jalan keluar, mereka diajak berdiskusi dalam mencari pemecahan soal perkelahian antar pelajar. Dengan demikian, perkelahian pelajar dapat dijadikan sebagai tema pembelajaran (Ahmad Nursobah, 2012:2).
3. Kriteria jaringan tema
Untuk membuat jaringan tema yang baik, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu simpel, sinkron, logis, mudah dipahami, dan terpadu (Trianto, 2010:151)
a. Simpel
Pembuatan jaringan tema adalah tahap awal yang nantinya akan digunakan untuk penyusunan silabus dan perencanaan pembelajaran. Oleh karenanya jaringan tema harus dibuat yang simpel, tidak berbelit- belit, menggunakan kata-kata atau kalimat lugas, dan sederhana yang mampu menggambarkan keterkaitan antara materi yang terjaring dengan tema tersebut.
b. Sinkron
Jaringan tema meliputi mencakup dua hal pokok, yaitu tema pengikat dan materi terkait yang dianggap tercakup di dalamnya. Jaringan tema yang baik menuntut adanya sinkronisasi antara tema dan materi-materi ajar yang terkait.
c. Logis
Selanjutnya, setelah terjadi sinkronisasi antara tema dan materi- materi yang terkait tentunya jaringan tersebut logis. Maksudnya bahwa materi-materi ajar yang terjaring dalam tema tersebut memang benar- benar memiliki keterkaitan erat sehingga materi tersebut tidak masuk ke tema lain.
d. Mudah dipahami
Jaringan tema yang baik harus mudah dipahami oleh semua orang karena jaringan tema tersebut akan ditindaklanjuti guru dan dipresentasikan kepada peserta didik yang keadaannya sangat heterogen
dalam berbagai hal. Jaringan tema jangan hanya dapat dipahami oleh penyusun, sementara orang lain merasa kesulitan untuk memahaminya. Oleh karena itu jaringan tema sebaiknya disusun dengan menggunakan tingkat logika dan struktur bahasa yang sederhana agar mudah dipahami berbagai pihak.
e. Terpadu
Jaringan tema yang dibuat menggambarkan keterpaduan antar materi-materi yang ada dengan tema yang dipilih. Keterpaduan ini dapat dilihat dari kesamaan substansi antar materi yang satu dengan materi yang lain.
BAB VI
PENDEKATAN SAINTIFIK (scientific approach)
A. Pengertian
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mampu mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui lima tahap kegiatan pokok, yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), melakukan/ mencoba (experimenting), menghubungkan/ mengasosiasi
(asociating), dan mengkomunikasikan (communicating). Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian dari kegiatan ilmiah yang harus dilakukan dalam upaya mencari jawaban atas masalah atau menemukan kebenaran. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut peserta didik akan dilatih untuk mengidentifikasi untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik akan menuntun pemahaman peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran harus diciptakan yang mampu mendorong peserta didik dalam mencari tahu tentang suatu informasi (materi ajar) dari berbagai sumber belajar melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, guru harus mampu menuntun dan mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan rasa keingintahuannya terhadap sesuatu. diperlukan. Dalam kondisi demikian, guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi peserta didik dalam menemukan jawaban atas berbagai keingintahuannya tersebut.