• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menetapkan Keputusan

Dalam dokumen Improvement Personality Training Buku pa (Halaman 42-50)

Bagian yang paling sulit bukanlah: bagaimana memikirkan, tetapi bagaimana mengatakan

Menetapkan keputusan adalah bagian dari fungsi berpikir. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. tanda-tanda yang bersifat umum bisa dilihat dari: 1. Keputusan merupakan hasil berpikir, atau

hasil usaha intelektual.

2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif.

3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata walaupun pada pelaksanaannya bisa (boleh) ditangguhkan atau dilupakan.

Faktor yang menyumbang dalam proses penetapan keputusan antara lain kognisi, motif, dan sikap. Secara sederhana kognisi dapat diartikan sebagai proses-proses di mana seseorang menggunakan pikiran dan pengetahuannya untuk

Assessment HR

- 43 -

merespon segala sesuatu (stimulus) yang berada di sekitar kita.

Motif dapat diartikan sebagai sifat kepribadian yang relatif stabil yang memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan dan atau untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan individu untuk merespon (baik positif maupun negatif) terhadap lingkungan sekitarnya termasuk orang-orang, situasi ataupun benda-benda tertentu.

Meme cahkan persoalan adalah suatu proses mencari dan menemu kan atas berbagai per tanyaan yang harus di jawab. Memecahkan masalah ditentukan banyak hal, salah satunya adalah kognisi, juga dipengaruhi oleh sikap, pandangan, kepercayaan, juga motif, baik yang disadari maupun tidak serta faktor lain seperti budaya dan adat.

Kemampuan dan keberhasilan memecahkan persoalan juga bisa dipengaruhi oleh pengalaman. Artinya, semakin sering individu atau seseorang berhasil memecahkan

Assessment HR

- 44 -

masalah, maka secara tidak langsung akan memiliki referensi atau rujukan dalam usaha penyelesaian masalah, dan selanjutnya untuk menghadapi masalah lain yang lebih sulit, individu tersebut relatif tidak akan kesulitan.

Seseorang yang bekerja di bengkel mobil akan relatif lebih mudah mengerjakan dan memperbaiki kerusakan mesin daripada pekerja lain, misalnya pekerja kantor, karena pekerja bengkel tersebut telah memiliki pengalaman dan referensi tentang permesinan.

Faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah, antara lain:

1. Motivasi.

Seseorang yang memiliki motivasi tinggi dalam memecahkan masalah relatif akan lebih mudah untuk menyelesaikan masalah dibanding dengan seseorang yang tidak atau sedikit memiliki motivasi. Motivasi bisa menggerakkan kita untuk mencari berbagai alternatif solusi, karena masalah biasanya membutuhkan berbagai pendekatan dan teknik penyelesaian. Motivasi bukanlah solusi dari permasalahan, tetapi motivasi mampu menggerakkan kita untuk mencari solusi.

Assessment HR

- 45 -

Banyak orang yang ternyata tidak biasa menghadapi masalah akan menjadi stres

dan moodnya turun akhirnya menjadi

seseorang yang pasif dan apatis terhadap masalah yang dihadapinya. Selanjutnya orang yang bermasalah itu cenderung menunggu daripada berbuat dan menyelesaikan masalah.

2. Kepercayaan dan sikap

Banyak orang yang mengeluh jika menghadapi suatu masalah, apalagi jika masalah itu tidak segera kunjung selesai. Orang-orang seperti ini cenderung menyalahkan lingkungan atau orang-orang yang berada di sekitarnya. Padahal jika mau berpikir positif, seharusnya masalah itu adalah salah satu media kita untuk lebih mengenal diri sendiri, kekuatan dan potensi diri.

Orang-orang yang berpikir positif akan mengubah “permasalahan” yang dihadapi dari “hambatan” menjadi tantangan yang harus ditaklukkan. Dengan segala daya dan kreativitas serta informasi yang dimiliki, orang yang berpikir positif akan bergerak dan berusaha keluar dari masalah.

Assessment HR

- 46 -

Dalam konteks agama (khususnya agama Islam), masalah adalah salah satu metode Tuhan untuk mencoba menaksir kadar keimanan seseorang karena biasanya setelah mendapat masalah akan segera disusul dengan segala sesuatu yang menggembirakan. Masalah juga dianggap sebagai suatu ujian untuk masuk ke jenjang derajat yang lebih tinggi di mata Tuhan. 3. Kebiasaan

Tidak semua orang memiliki ketahanan yang sama terhadap stres. Artinya masalah yang kadar kesulitannya sama, relatif akan direspon berbeda oleh orang yang berbeda. Jika masalah datang, maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut dan bukannya lari untuk menghindar.

Kebiasaan untuk berani menghadapi masalah (dan berhasil menyelesaikannya) akan membuat kita semakin percaya diri dan merasa lebih mampu dari pada sebelumnya. Tetapi orang yang memiliki kebiasaan “lari” dari masalah, akan memiliki konsep diri yang rendah dan cenderung tumbuh sebagai pribadi penakut, licik dan tidak dewasa.

Assessment HR

- 47 - 4. Emosi

Masalah, sebagaimana tugas kantor atau tugas pekerjaan rumah, membutuhkan dan menghabiskan banyak energi. Emosi adalah salah satu hal yang harus kita jaga agar masalah yang datang tidak

menggerogoti semangat kita.

Menyelesaikan masalah perlu menggunakan emosi, tetapi emosi yang bersifat konstruktif, misalnya emosi untuk segera menyelesaikan masalah tersebut dan bukan emosi yang bersifat destruktif misalnya diselesaikan dengan kekerasan atau malah lari dari masalah dengan mabuk-mabukan atau kebut-kebutan di jalanan.

Menetapkan keputusan, dalam rangka keluar dari permasalahan yang kita hadapi memang gampang-gampang susah. Bisa dikatakan gampang, karena kita tinggal beberapa tahap saja untuk mengambil keputusan dan kita segera keluar dari masalah yang kita hadapi. Susahnya (sulitnya) adalah ketidaksiapan kita menghadapi resiko lanjutan dari keputusan yang kita ambil.

Assessment HR - 48 - Setiap tingkahlaku, kegiatan atau keputusan manusia pasti menimbulkan dampak. Dalam hal pengambilan keputusan, sebisa mungkin harus

kita kurangi dampak lanjutan, tetapi jika harus muncul dampak lanjutan, kitapun harus siap. Bukankah kita sudah memiliki referensi dan kepercayaan diri tentang kemampuan memecahkan masalah pada beberapa hal sebelumnya?

Menetapkan keputusan adalah konsep yang berkaitan dengan seni dalam manajemen konflik, artinya kita bisa melihat dan mengambil keputusan karena beberapa sebab. Ini adalah seni memecahkan masalah. Kita pun bisa berpikir kontekstual, yaitu berpikir tidak harus “lurus” mengikuti alur masalah. Kita harus dan boleh “berpikir“ keluar. Dengan membandingkan masalah satu dengan masalah lain, maka kita akan

Assessment HR

- 49 -

menambah referensi tentang teknik menyiasati permasalahan dan teknik mengambil keputusan.

Dengan mengetahui seni menyelesaikan masalah maka akan membantu kita tetap “kuat dan mampu” menghadapi setiap permasalahan.

Seseorang menunjukkan kepada saya sebuah telor asin dan mengatakan, “Bisakah anda membuat telor ini berdiri di atas meja?, Jangan menggunakan alat apapun, yang ada hanya telor dan meja.” Saya pun berpikir keras, dan saya berungkali mencoba meletakkan telor asin tersebut dengan berbagai cara, tetapi selalu gagal. Telor itu selalu tidak bisa diletakkan berdiri. Mungkin Anda bisa membantu saya?

Jika anda bersikeras memaksa telor itu bisa berdiri maka anda tidak akan pernah bisa membuat telor tersebut berdiri. Dengan cara apapun, telor itu tidak akan pernah bisa berdiri.

Penjelasan

SENI MEMECAHKAN MASALAH Disamping ini ada sembilan titik yang disusun dalam bentuk segi empat. Hubungkan titik-titik tersebut dengan menarik empat garis lurus tanpa terputus dan tanpa mengangkat pensil atau pena anda. Jangan ada satupun titik yang terlewat!

Assessment HR

- 50 -

Telor tersebut berbentuk oval, maka jika diletakkan secara sembarang, telor tersebut pasti langsung ambruk. (ingat Anda dilarang untuk menggunakan alat bantu)

Satu-satunya cara agar telor tersebut bisa berdiri adalah dengan memecahkan salah satu sisinya. Setelah pecah, sekarang cobalah untuk meletakkan lagi. Sekarang anda pasti berhasil membuat telor tersebut berdiri.

Satu pelajaran yang bisa diambil dari soal di atas bahwa, ketika saya mengatakan “pecahkan salah satu bagiannya”, maka saya yakin anda akan mengatakan,”Oh, begitu ya caranya?”.

Beberapa orang mungkin menganggap sepele tentang ide “memecahkan” salah satu bagian telor tersebut karena mereka menganggap bahwa “kalau gitu aku juga bisa”.

Dalam dokumen Improvement Personality Training Buku pa (Halaman 42-50)

Dokumen terkait