• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Strategi Pengawasan Pemerintah Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Hotel Di Kota Makassar Berbahaya Dan Beracun (B3) Hotel Di Kota Makassar

1. Menetapkan standar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa

Strategi Pengawasan Pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup) dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Hotel di Kota Makassar dalam pengelolaan limbah B3 Hotel masih belum maksimal karena dalam proses pelaksanannya masih mendapatkan hambatan dan kendala. Seperti yang disampaikan oleh ketua bidang persampahan, limbah B3 dan peningkatan kapasitas Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar bahwa.

Berikut hasil kutipan wawancara terhadap informan pegawai Dinas Lingkungan Hidup sebagai ketua bidang persampahan, limbah B3 dan peningkatan kapsitas mengenai faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah berbahaya dan beracun di hotel dengan ungkapan bahwa:

Yang menjadi hambatan dalam pengelolaan limbah B3 tersebut diantaranya masih kurangnya sumber daya manusia yang disiplin ilmunya mengetahui betul tentang limbah B3 serta juga minimnya sarana dan prasarana seperti transportasi (kendaraan operasional). (Wawancara, AT, Selasa, 02 Juli 2019).

Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa terdapat hambatan diantaranya masih kurangnya sumber daya manusia yang disiplin ilmunya

59

mengetahui betul limbah B3, diakibatkan terdapatnya limbah B3 yang tidak terkelolah dengan baik, maka disini pemerintah mempunyai peran serta dalam pembinaan dan pelatihan agar para pengawai pengawas/DLH ataupun pihak hotel agar mengetahui betul tentang limbah B3 hotel, Kota Makassar hal ini pemerintah Kota Makassar harus bekerja keras dan harus giat melakukan sosialisasi terhadap masyarakat Kota Makassar khususnya kepada pihak perhotelan yang ada di Kota Makassar, dengan adanya sosialisas tersebu akan menciptakan sumber daya manusia yang mengerti betapa bahayanya limbah B3 tersebut. Membangun disiplin ilmu pengetahuan tentan bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan adanya kegiatan tersebut akan mempermudah pemerintah dalam menangani pengelolaan limbah dengan baik selain itu faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan pemerintah Kota Makassar terhadap limbah B3 hotel adalah sarana dan prasarana, seharusnya ini merupakan komponen yang paling diutamakan mendukung dalam kelancaran proses pengawasan namun nyatanya tidak sesuai apa diharapkan, karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas pengawasan dan pengelolaan limbah B3.

Diantara hasil dari kutipan wawancara dari seperti yang disebutkan kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar mengenai perihal yang harus dimiliki ada beberapa yang mestinya sudah dipenuhi lebih dahulu oleh pihak hotel baru bisa dikategorikan dalam bersyarat untuk bisa melakukan pengelolaan limbah B3 hotel di Kota Makassar seperti halnya:

Harus memiliki dokumen lingkungan, kelengkapan izin yang telah dimiliki baru bisa bersyarat dalam artian baru bisa melakukan pengelolaan limbah bahan berbahya dan beracun tersebut agar terkelolah dengan benar

60

dan bekerja sama dengan pihak swasta untuk pengangkutan selanjutnya. (Wawancara, RM, Selasa, 02 Juli 2019).

Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwa ada beberapa yang hendaknya terpenuhi baru bisa dan dianngap bersyarat dalam melakukan pengelolaan limbah B3 hotel seperti mengantongi dokumen lingkungan serta kelengkapan izin pengelolaan limbah sehingga dengan baik dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup diharapkan untuk melakukan cek kelengkapan berkas seperti, identifikasi pencatatan dan pendataan tempat lokasi, pelaporan, status perizinan, pemenuhan ketentuan izin, struktur dan tanggung jawab, open dumping open burning (pemulihan lahan terkontaminasi), jumlah limbah yang dikelola, pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3, dumping dan pengelolaan limbah B3 cara tertentu.

Diharapkan agar pemerintah terkait memberikan kemudahan dalam pengurusan perizinan dan tidak berbelit-belit kalau memang sudah baik dari segala prosedur yang sudah tetapkan oleh pemerintah terkait dan juga jagan itu hukum semenanya bisa ditukar dengan beberapa nominal angka sehinngga tidak mendapat lagi perhatian ataupun pengawsan serta dimudahkan dalam memiliki izin pengelolaan meskipun tidak memenuhi standar, juga tidak hanya mendapat laporan dari luar bahwa perusahan tersebut baik dalam hal pengelolaan limbah B3 sehingga tidak tersentuh pemantauan atupun misal hotel tersebut sangat kenal atau berbintang lima, bisa juga sebaliknya karna hanya sekelas wisma sehingga mendapat perbedaan dalam pengawasan. Untuk mencapai pengelolaan limbah B3 hotel khususnya Kota Makassar maka dibutuhkan sinergi bersama antara pihak

61

pemerintah dan swasta (pengelola hotel) agar tercapainya pengelolaan limbah B3 yang baik dan layak dalam melakukan proses pengelolaan.

Seperti yang dikemukakan juga kepala seksi pengembangan dan pengendalian sistem persampahan dan limbah B3 bahwa:

Layak dalam hal melakukan pengelolaan Limbah B3 dalam hal penyimpanan ketika telah memilikin TPS LB3 yang dilengkapi dengan izin TPS LB3 serta melakukan kerja sama dengan pihak transporter (pengangkut Limbah B3) atau sudah melakukan kesepakatan terhadap pihak swasta/pihak ketiga sebagai pengangkut limbah itu tadi. (Wawancara, KA, Selasa, 02 Juli 2019)

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang menyatakan bahwa melakukan pengelolaan limbah B3 harus sudah memiliki TPS LB3 yang memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup) disertai dengan kelengkapan izin TPS LB3, dan melakukan memorandum of understanding (MOU) dengan pihak swasta dalam hal pengelolaan limbah selanjutnya untuk melakukan pengankutan limbah B3 untuk dilakukan pengelolaan dengan adanya pihak ketiga untuk proses penghancuran karna harus dikirim keluar daerah karna di Sulawesi khususnya Makassar belum ada pabrik penghancur (pabrik pengelolaan limbah B3), belum ada pabrik pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun sehingga diperlukan transporter yang melakukan pengangkutan untuk proses selanjutnya (penghacuran).

Sebagaimana juga telah disebutka dalam wewenang PPLH-PPLDH yang menjadi indikator pengawasan DLH, pemeriksaan terhadap dokumen lingkungan hidup dan perizinan yang terkait, pemeriksaan penaatan pelaksanaan pengendalian pencemaran air, pemeriksaan penaatan pelaksanaan pencemaran udara,

62

pemeriksaan penaatan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (bahan kimia), pemeriksaan penaatan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, pemeriksaan penaatan pengelolaan sampah domestik, semua itu agar dapat dipenuhi oleh pihak pengelola hotel untuk dapat terlaksana pengelolaan limbah B3 yang baik. Dengan apa yang telah diungkapkan oleh pihak yang berwenang yaitu kepala seksi pengembangan dan pengendalian sistem persampahan dan limbah B3 bahwa:

Disini dek kami memberikan atau sampaikan kepada pihak hotel dalam hal standar-standar yang mestinya dilakukan oleh pihak hotel setelah kami sampaikan perihal tersebut setelah itu, lalu kami lakukan survei secara tiba-tiba tanpa peyampaian. Kembali lagi saya katakan pertama dari segi TPS apakah sudah bersyarat atau belum dan bagaimana model bangunan karna model bagunan sangat berpegaruh, bukan sekedar menumpukkan dan menyimpan saja limbah B3 itu tapi juga sangat diperhatikan struktur bangunan TPSnya juga. (Wawancara, KA, Rabu, 03 Juli 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dari pengawai DLH Kota Makassar mengatakan bahwa dalam hal standar yang semestinya yang utama dari segi TPS apakah sudah sesuai dengan yang distandarkan apakah sudah dalam kategori bisa layak dipergunakan atau belum (bersyarat), serta bagaimana struktur bangunannya sagatlah penting sebab berkaitan dengan kualitas pengelolaan yang akan dilakukan dengan jangka waktu yang lama karna itu sangatlah berpengaruh terhadap kualitas pengolaan pasalnya, limbah B3 yang tersimpan dalam TPS per tiga bulan sekali akan dilakukan penjemputan, maka itu diperlukan tata cara penumpukan yang baik sehinnga limbah B3 yang tersimpan akan terjaga sehingga tidak mengakibatkan efek dampak bahaya dikarena mencampur baurkan limbah kimia berbahaya lainnya, namun apa mestinya diharapkan oleh pihak DLHD tidak

63

sesuai apa yang sebenarnya dilapangan dengan obvserasi yamg sudah dilakukan peneliti TPS mestinya dikhuskan untuk limbah bahan berbahaya dan beracun dalam di tempat penyimpangan sementara tersebut ternyata masih ditemukan tumpukan balok, papan bekas pemakaian bukan saja juga luas TPS yang terbilang sempit mungkin karena faktor lahan yang kurang untuk bisa dijadikan tempat penyimpanan sementra limbah B3 mau tidak mau maka seperti itu yang terjadi dilapangan .

Maka dari itu pentingnya sebuah sosialisasi, pelatihan, pembinaan agar mengetahui betul dampak yang ditimbulkan limbah B3 tersebut sangatlah berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup lainnya dengan itu maka terbangun kesadaran peribadi betapa penting sangat menjaga kelestarian lingkungan hidup yang ada disekitar kita juga kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta pemerintah harus memberikan pengawasan yang serius terhadap pihak pengelola pihak hotel dan/atau pihak pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun, dan itu senada apa yang ungkapkan oleh pihak hotel sebagaimana dikatakan bahwa:

Itu memang harus dibuatkan tempat sampah sesuai dengan peraturan pemerintah dibuatkan satu seperti bili dia harus beratap tidak bisa kena air ada kemiringan jadi seumpamanya ada air yang tergenang itu tidak bisa digunakan harus ada jalur tali air namanya dan kemiringannya berapa derajat agar air yang ada didalam itu seumpanya ada air tergenang terus kepembuangan atau got, seumpanya ada tebias air dari luar tidak tersimpan didalam, kalau oli harus disediakan tangki. (Wawancara, RO, Rabu, 03 Juli 2019).

Dari hasil wawancara diatas bahwa semestinya sudah ada sebelumnya disiapkan lokasi, serta dibuatkan bangunan TPS penyimpangan limbah B3 yang

64

berstandar dengan berbagai macam pertimbangan model yang akan diperhatikan seperti misalnya bebas dari genangan air hujan dan dengan tata letak bangunan yang sesuai dan strategis, bagaimana pemerintah terkait menyakinkan betul sesuai pernyataan tersebut agar terlaksana sesuai prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya, bahwa peneliti meganalisa bahwa mereka sudah paham apa yang seharusnya dilakukan tinggal butuh aktualisasi dari pihak pengelola hotel, namun lagi-lagi disini dari pernyataan dari pihak hotel mestinya seperti apa sudah disampaikan oleh Dinas Lingkungan Hidup, namun karna terbatas atau tehambat luas lokasi dimana lokasi TPS yang buat sesuaikan dengan luas lokasi, dan agar pemerintah memperhatikan dan memberikan penilain itu semua yaitu dari pegawai Dinas Lingkungan Hidup.

Pernyataan juga diatas mengatakan bahwa jika terjadi hujan, air tidak masuk didalam bangunan memang sesuai dengan prosedur sudah semestinya yang ditetapkan oleh peraturan undang-undang mengenai penyimpangan sementara limbah B3 karena itu semua memang diperlukan pertimbangan secara matang untuk tidak ada tebias air hujan masuk sehingga tidak memberikan genangan air dalam ruang penyimpanan limbah B3 dalam pembangunan tempat penyimpangan sementara limbah bahan berbahya dan beracun yang ada di hotel. Serta dilanjutkan wawancara oleh pegawai bagian engeneering yang menyatakan bahwa:

Khusus disini amaris sendiri dari chemical-chemical sisa pemakaian operasional juga lampu harus dipisah dari sampah organik lainnya dan itu harus dibuatkan tempat sampah sementara (TPS) harus memenuhi yang standar dari Dinas Lingkungan Hidup mulai dari atap TPS itu sendiri harus

65

miring agar tidak masuk air hujan dan mempunyai fentilasi udara. (Wawancara, MG, Rabu, 03 Juli 2019)

Dengan pernyataan salah seorang pengawai hotel bahwa sudah melakukan apa telah ditetapkan oleh pemerintah dimana pihak hotel sendiri dari kegitan yang menghasilkan limbah B3 mereka memisahkan antara chemikal-chemikal seperti halnya dari sisa pemakaian operasional juga seperti lampu bekas yang sudah rusak tidak terpakai lagi juga akan dilkukan pemisahan dari sampah jenis lainnya, agar tidak terjadinya kontaminasi limbah B3 terhadap limbah organik yang mestinya sampah organik tersebut tidak dilakukan pengelolaan karna mampu terurai dengan tanah dan tidak merusak lingkungan hidup dan makhluk hidup lainnya malah berubah sifat menjadi sampah berbahaya meskipun terurai dengan tanah namun sifat beracunnya masih ada malah berpengaruh dengan jangka panjang karena wujudnya tidak padat lagi memang betul seperti yang dikemukakan salah seorang pengawai engeneering hotel seperti itu disampaikan kepada klining servis harus ada pemisahan antara sampah organik namun terkadang masih ada klining servis kurang disiplin tidak mereka pisahkan, pihak engeneering juga tidak selamanya bisa mengawasi satu persatu karyawan klining servis maka dengan itu masih didapatkan sampah B3 yang tercampur sampah an organik lainnya.

Tentunya sudah terdapat TPS yang siap digunakan dan sudah dipastikan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup misalnya terdapat papan nama berlogo limbah B3, atap dari TPS itu harus memiliki sekian derajat agar air hujan mudah tersimpah keluar juga tidak harus tertutup sekali maka perlukan dibuatkan fentilasi udara, baru dikatakan layak untuk dijadikan tempat penyimpangan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun tetapi apa

66

yang terlihat dilapangan hanya ada beberapa sudah terpenuhi dari sekian syarat yang seharusnya seperti diatas tadi telah disebutkan, dan memiliki batas waktu penyimpangan dari pernyataan salah seorang pengawai hotel dimana mereka menyatakan bahwa:

Kami disini diberikan batas penyimpanan 3 (tiga) bulan minimal masa penyimpangan dalam TPS tersebut, namun dari pihak penjemputan itu sendiri khusus disini setiap satu bulan sekali melakukan penjemputan limbah B3 tersebut. (Wawancara, RO, Rabu 03 Juli 2019).

Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwa adanya ketentuan dari Pemerintah Dinas Lingkungan Hidup berupa batas penyimpangan 3 bulan masa penyimpanan, juga pada Peraturan Pemerintah Nomor: 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun: melakukan penyimpanan limbah B3 paling lama, 90 (Sembilan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan, memang harus memiliki kerja sama antara pihak ketiga atau ada MoU terhadap transporter yang akan melakukan penjemputan limbah B3.

Limbah bahan berbahaya dan beracun yang disingkat dengan limbah B3 ini adalah limbah yang jika diperhatikan secara sifatnya, konsentrasinya, termasuk jumlahnya memiliki kecenderungan mencemari lingkungan sekitar, membahayakan lingkungan disekitar hingga menghambat/merusak keberlangsungan hidup, maka dari itu untuk tidak melakukan penyimpan melewati apa telah ditetapkan, yang karena sifat dan atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak langsung dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan maupun manusia. Dengan itu sesegera mungkin melakukan pengangkutan agar ramah lingkungan hidup.

67

Dokumen terkait