• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut UU No. 32 Tahun 2009, pasal 1, Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy, dan komponen lain yang Karen sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpangan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbungan.

Regulasi Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 Regulasi merupakan peraturan yang diundangkan oleh pemerintah yang mempengaruhi kegiatan badan-badan lain. Pengelolaan limbah B3 dalam UndangUndang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada pasal 58 bahwa kewajiban melakukan pengelolaan limbah B3 merupakan upaya mengurangi risiko pencemaran dan kerusakan lingkungan menekan potensi dampak negatif. Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan pada ayat (1) bahwa orang peseorangan atau badan usaha (berbadan hukum atau tidak) yang menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) berkewajiban melakukan rangkaian kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, dan/atau pengolahan dan penimbunan, ayat (2) limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) daluarsa perlu dilakukan pengolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), ayat (3) dalam hal ini setiap orang tidak mampu melakukan sendiri

21

pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

Pihak lain yang dimaksud ialah badan usaha yang melakukan pengelolaan limbah B3 dan berizin, ayat (4) pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) wajib mendapat izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, ayat (5) kewajiban mencantumkan persyaratan lingkungan hidup (kelestarian fungsi lingkungan dan pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan) dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam perizinan pengelolaan limbah B3 oleh menteri atau pemda (jenis pengelolaan limbah B3, karakteristik, kewajiban, persyaratan, sistem pengawasan, pelaporan yang dalam ketentuan pelaksanaannya. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 pasal menjelaskan bahwa setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah dan/atau bahan ke media lingkungan tanpa izin. Untuk itu diperlukanya peran pemerintah dalam hal mengawasi setiap kegiatan pelaku usaha (perusahaan) yang usanya dapat berpotensi mencemari lingkungan.

Tugas dan wewenang pemerintah Daerah sangat penting dalam perlindungan dan pengelolaan lingungan hidup. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 63 huruf (i) menjelaskan bahwa tugas dan wewenang pemerintah daerah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu sebagai pembina dan pengawas terhadap pelaku usaha dengan ketentuan perizinan dan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Kemudian dalam tugas dan wewenang pejabat pengawas, terdapat pada Undang-Undang No 32 tahun 2009 pasal 74 ayat 1 menjelaskan

22

wewenang pejabar pengawas lingkungan hidup yaitu, melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu, memotret, membuat rekaman audio visual, mengambil sampel, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi, menghentikan pelanggaran tertentu.

Maka dalam setiap kebijakan peraturan yang dibuat tentu adanya sebuah sanksi yang ditetapkan, untuk itu dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana pejabat pengawas berhak membuat sanksi bagi para pelaku usaha (perusahaan) yang melanggar dari aturan perundang-undangan. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 76 ayat 1 bahwa Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Undnag-Undang No 32 Tahun 2009 pasal 76 ayat 2 bahwa, sanksi administratif tersebut terdiri atas teguran tertulis, peksanaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, dan pencabutan izin lingkungan.

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 69 menjelaskan larangan dalam memasukan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) ke dalam wilayah NKRI dan membuangnya ke media lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Sanksi pidana yang di jelaskan dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 pasal 102 bahwa setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun

23

B3 tanpa izin, dipidana dengan penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan denda paling sedikit 1 (satu) Miliyar dan yang paling sedikir 3 (tiga) Miliyar. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 103 menjelaskan setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan, dipidana dengan penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan denda paling sedikit 1 (satu) Miliyar dan yang paling sedikir 3 (tiga) Miliyar.

Menurut PP No. 101 Tahun 2014, pasal 1, Limbah bahan berbahaya dan beracun yang biasa disebut limbah (B3) adalah bekas suatu usaha dalam perusahaan atau aktivitas yang mengandung (B3). Pengelolaan limbah B3 adalah sebuah aktivitas yang meliputih pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan pengelolahan, dan penimbunan/peleburan. Pengolahan limbah (B3) adalah pengelolaaan untuk mengurangi atau menghilangkan sifat bahan atau sifat racun.

1. Kewenangan pengelolaan limbah B3

Secara umum, kewenangan pengelolaan lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu; (1) kewenangan pusat, (2) kewenangan propinsi, (3) kewenangan Kabupaten/Kota.

a. Kewenangan Pusat terdiri dari kebijakan tentang. Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan seperti menetapkan dan alokasi khusus untuk mengelola lingkungan hidup, sistem administrasi negara seperti menetapkan sistem informasi dan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup, lembaga

24

perekonomian Negara seperti menetapkan kebijakan usaha di bidang lingkungan hidup, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, teknologi tinggi strategi seperti menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan teknologi strategi tinggi yang menimbulkan dampak, konservasi seperti menetapkan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup kawasan konservasi antar Provinsi dan antar Negara, standarisasi nasional, pelaksanaan kewenangan tertentu seperti pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam lintas batas propinsi dan negara, rekomendasi laboratorium lingkungan dsb.

b. Kewenangan Provinsi terdiri dari; Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota, kewenangan dalam bidang tertentu seperti perencanaan pengendalian pembangunan regional secara makro, penentuan baku mutu lingkungan provinsi, yang harus sama atau lebih ketat dari baku mutu lingkungan nasional, menetapkan pedoman teknis untuk menjamin keseimbangan lingkungan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang propinsi dan sebagainya. Kewenangan dekonsentrasi seperti pembinaan AMDAL untuk usaha atau dan kegiatan di luar kewenangan pusat.

c. Kewenangan Kabupaten/Kota terdiri dari; Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup, pengendalian pengelolaan lingkungan hidup, pemantauan dan evaluasi kualitas lingkungan, konservasi seperti pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung dan konservasi, rehabilitasi lahan dsb. Penegakan hukum lingkungan hidup, pengembangan SDM pengelolaan lingkungan hidup.

25

2. Strategi Pengelolaan Limbah B3

1. Mempromosikan dan mengembangkan teknik minimisasi limbah melalui teknologi bersih, penggunaan kembali, perolehan kembali, dan daur ulang. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat.

3. Meningkatkan kerjasama antar instansi, baik di pusat, daerah maupun internasional, dalam pengelolaan limbah B3.

4. Melaksanakan dan mengembangkan peraturan perundang-undangan yang ada.

5. Membangun pusat-pusat Pengolahan Limbah Industri B3 (PPLI-B3) di wilayah yang padat industri.

Pengelolaan limbah B3 dimasudkan agar limbah B3 yang di hasilkan masing-masing unit produksi sedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, dengan mengupayakan reduksi pada dengan pengolahan bahan, subtitusi bahan, peraturan operasi kegiatan, dan di gunakan teknologi bersih. Jika masih dihasilkan limbah B3 maka diupayakan pemanfatan limbah B3.

3. Program Pengelolaan Limbah B3 1. Pantaatan dan Penegakan Hukum.

2. Inventarisasi dan Pemantauan Limbah B3 3. Clean Up Program” lokasi tercemar. 4. Minimisasi Limbah.

5. Sistem Tanggap Darurat (sistem informasi, sistem tanggap darurat, dan peraturan perundang-undangannya).

26

7. Mengadakan Pelatihan-pelatihan.

Pemanfaatan limbah B3 yang mencakup kegiatan penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan peroleh kembali (recovery) merupakan suatu mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3. Penggunaan kembali (Reuse) limbah B3 untuk fungsi yang sama ataupun berbeda dilakukan tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisik, biologi dan atau secara termal. Daur ulang (recycle) limbah B3 merupakan kegiatan mendaur ulang yang bermanfaat melalui proses secara kimia, fisik,biologi, dan atau secara termal yang menghasilkan produk yang sama, produk yang berbeda, atau material yang bermanfaat. Sedangkan perolehan ulang (recovery) sebuah aktivitas/kegiatan untuk memperoleh kembali komponen bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologi dan atau secara termal.

4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Limbah B3

1. pollution prevention principle (Upaya meminimasi timbulan limbah). 2. polluter pays principle (Pencemaran harus membayar semua biaya yang

diakibatkannya).

3. cradle to grave principle (Pengawasan mulai dari dihasilkan sampai dibuang/ditimbunnya limbah B3)

4. pengolahan dan penimbunan limbah B3 diusahakan dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya.

5. non descriminatory principle (Semua limbah B3 harus diberlakukan sama di dalam pengolahan dan penanganannya.

27

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan sebuah rangkaian pengelolaan kegiatan yang mencakup pengurangan B3, penyimpanan limbah B3, pengumpulan limbah B3, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah B3 termasuk penimbunan atau penghancuran limbah B3 hasil aktivitas pengelolaan tersebut. Dalam rangkaian proses pengelolaan limbah B3 terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan sebuah mata rantai, yaitu : penghasil limbah B3, pengumpulan limbah B3, pengangkut limbah B3, pemanfaatan limbah B3, pengelolaan limbah B3, penimbunan limbah B3.

a. Jenis-jenis limbah

Berdasarkan sumbernya limbah B3 dibedakan menjadi 3 yaitu:

1) Limbah (B3) dari sumber yang tidak khusus, limbah tersebut tidak berasal dari proses utama, melainkan dari aktivitas pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pencucian, pengemasan dan lain-lain.

2) Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini merupakan berasal dari suatu proses industri (kegiatan utama).

3) Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini merupakan dari sumber yang tidak diduga, contoh prodak kadaluarsa, bekas kemasan, tumpahan, dan buangan produk yang tidak termasuk spesifikasi.

b. Sifat dan klasifikasi limbah B3

Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) jika ialah mempunyai kriteria-kriteria tertentu, diantaranya mudah meledak, mudah terosidasi, mudah menyalah, mengandung racun, bersifat korosif menyebabkan

28

iritasi, atau menimbulkan gelaja-gejala kesehatan seperti karsinogenik, mutagenic, dan lain sebagainya.

1) Mudah meledak (eksplosive)

Limbah rentang meledak adalah suatu limbah yang pada suhu dan

terhadap tekanan standar dapat meledak karena dapat memperoleh gas dengan suhu dan tekanan tinggi melampaui reaksi fisika atau kimia sedan. Limbah ini sangat berbahaya baik saat penanganannya, pengangkutan, hingga pembuangannya karena limbah menyebabkan ledakan besartanpa diduga-duga. Adapun misalnya limbah B3 dengan bentuk pengoksidasi ialah limbah bahan eksplosif dan limbah laboratorium seperti asam perikat,

2) Pengoksidasi (oxidizing)

Limbah pengoksidasi merupakan limbah yang bisa melepaskan panas karena teroksidasi maka mudah menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan yang lainnya, limbah ini jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kebakaran besar pada ekosistem. Misalnya limbah B3 dengan sifat pengoksidasi contoh kaporit.

3) Mudah menyalah (flammable)

Limbah yang mempunyai karakter/sifat rentang sekali menyalah adalah limbah yang bisa terbakar karena kontak dengan udara yang nyata api, air , atau alat/bahan lainnya meski dalam cuaca dan tekanan sedan. Contoh limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang gampang menyalah misalnya pelarut benzene, pelarut toluene atau pelarut aseton yang

29

bersumber dari industry cat, tinta pembersihan logam dan laboratorium kimia.

4) Beracun (moderately toxic)

Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau memiliki zat yang bersifat racun terhadap manusia atau hewan, sehingga dapat menyebabkan keracunan, sakit, bahkan kematian baik melalui kontak pernafasan, kulit, ataupun mulut. Contoh limbah B3 ini adalah limbah pertanian seperti limbah buangan pestisida.

5) Berbahaya (harmful)

Limbah berbahaya ialah limbah yang baik dalam pase padat, cair maupun gas yang bisa menyebabkan ancaman/bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu melalui kontak inhalasi ataupun oral.

6) Korosif (corrosive)

Limbah yang memiliki kandungan korosif adalah limbah yang memiliki ciri bisa menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan pengkaratan terhadap bajak, memiliki pH > 2 ( bila bersifat asam) dan pH > 12,5 (bila bersifat basa). Contoh limbah B3 dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulvat yang digunakan dalam industry bajak, limbah asam dari baterai dan accu, serta limbah pembersih sodium hidroksida pada industry logam. 7) Bersifat iritasi (irritant)

Limbah yang bisa menyebabkan iritasi ialah limbah yang menimbulkan sensitasi terhadap kulit peradangan, maupun menyebabkan iritasi

30

pernapasan, pusing, dan mengantuk bila tercium/terhirup. Contoh limbah ini ialah asam formiat yang dihasilkan dari industri karet.

8) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

Limbah dengan bentuk ini adalah limbah yang bisa menyebabkan permasalahan ataupun kerusakan pada lingkungan dan ekosistem, misalnya limbah CFC atau chlorofluorocarbon yang dihasilkan dari suatau mesin pendingin.

9) Karsinogenik (carcinogenic), teratogenik (teratogenic), mutagenik (mutagenic)

Limbah karsinogenik adalah limbah B3 yang bisa meneyebabkan muncunlnya sel kanker. Teratogenik adalah limbah yang dapat memengaruhi pembentukan embrio. Sedangkan limbah mutagenic ialah limbah yang bisa menyebabkan perubahan kromosom.

Dokumen terkait