• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGAWASAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) HOTEL DI KOTA MAKASSAR NURSAID. Nomor Stambuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGAWASAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) HOTEL DI KOTA MAKASSAR NURSAID. Nomor Stambuk :"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGAWASAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) HOTEL

DI KOTA MAKASSAR

NURSAID

Nomor Stambuk : 105610540315

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKSSAR 2020

(2)

i

STRATEGI PENGAWASAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) HOTEL

DI KOTA MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh NURSAID

Nomor Stambuk : 105610540315

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Nursaid

Nomor Stambuk : 105610540315

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 22 Desember 2019 Yang Menyatakan,

(6)

v

ABSTRAK

NURSAID, 2019. Strategi Pengawasan Pemerintah Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Hotel di Kota Makassar, (Pembimbing Fatmawati dan Haerana)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) Hotel di Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan tipe yang digunakan dalam penelitian adalah fenomonologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar mempunyai tugas pokok yaitu merumuskan, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan kebijakan di bidang lingkungan hidup meliputi analisis dampak lingkungan, pemulihan dampak lingkungan serta penaatan hukum lingkungan. Selain itu strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun hotel di Kota Makassar, Dinas Lingkungan Hidup belum maksimal dalam pengawasan pengelolaan limbah B3 dengan pertimbangan faktor determinan, antara lain minim dengan sarana dan prasarana yang belum memadai serta kurangnya pemahaman mengenai limbah B3 oleh pihak hotel. Strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 diperlukan adanya kesinambungan antara pemerintah, pengusaha hotel dan LSM dengan tercapainya tujuan pengawasan yang baik serta pengelolaan limbah B3 yang berkualitas.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kami panjatkan Nya. Kami bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam untuk pemimpin generasi pertama dan generasi belakangan untuk keluarganya dan semua orang yang mendapatkan petunjuk-Nya sampai akhir masa. Penyusunan skripsi ini dimasudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna menyelesaikan program sarjana (S1), pada program sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Muhammadiyah Makassar.

Adapun penulisan skripsi ini dengan judul “Strategi Pengawasan Pemerintah Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Hotel Di Kota Makassar”. Isi dan materi skripsi ini didasarkan pada penelitian keputusan serta perkembangan dan data-data sekunder yang terkait dengan judul skripsi ini.

Penulis sadar akan dengan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada faktor pendukung, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Maka penulis dengan kesempatan ini menyampaikan ucapan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vii

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si selaku pembimbing pertama dan Haerana, S.Sos, M.Pd selaku pembimbing kedua. Yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak/Ibu Dosen, serta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bantuan kepada penulis dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama perkuliahan. 6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Abu Bakar dengan Ibunda Salma beserta

seluruh keluarga terima kasih sebesar-besarnya yang luar biasa atas do’a, pengorbana, bantuan, dukungan dan motivasi yang tak dapat diukur telah dipersembahkan kepada saya selama menempuh pendidikan perkuliahan bahkan sampai detik ini.

7. Terima kasih banyak kepada sepupu-sepupuku dan teman-temanku atas segala bantuannya, masukan, saran dan motivasinya kepada penulis disaat saya mulai dari penulisan proposal sampai skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna. Dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan skripsi ini. Walaupun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat kepada pembaca dan penulis khususnya.

(9)

viii

Semoga Allah Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-nya kepada penulis dan semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Makassar, 22 Desember 2019

Penulis

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Halaman Persetujuan ... ... ii

Halaman Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... ... vi

Daftar Isi... ix

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... . 6

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Manajemen ... ... 8 B. Konsep Pengawasan ... ... 9 C. Teori Strategi ... ... 16 D. Pengelolaan Limbah B3 ... ... 20 E. Pengertian Hotel ... ... 30 F. Kerangka Pikir ... ... 33 G. Fokus Penelitian ... ... 34

H. Deskripsi Fokus Penelitian ... ... 35

BAB III: METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... ... 36

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... ... 36

C. Sumber Data ... ... 37

D. Informan Penelitian ... ... 38

E. Tehnik Pengumpulan Data ... ... 38

F. Tehnik Analisis Data ... ... 40

G. Keabsahan Data ... ... 41

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian ... .. 44

B. Strategi Pengawasan Pemerintah…….. ... 56

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... ... 76

(11)

x

B. Saran ... ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... ... 79

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Informan Penelitian ... ... 38

Tabel 4.2: Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis kelamin ... 54

Tabel 4.4: Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara merupakan suatu kesatuan masyarakat ataupun lainya yang terdapat bangunan-bangunan yang harus memiliki strategi pengawasan dari pemimpin, karena pengawasan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihilangkan dalam sebuah tatanan kenegaraan untuk mengendalikan struktur negara. Supaya apa yang hendak untuk diselenggarakan dapat sejalan sesuai dengan rencana. Dengan pengawasan sendiri bisa memberikan jaminan pada suatu negara untuk hasil yang telah direncanakan, diimplementasikan agar bisa berjalan sesuai ekspektasi yang diharuskan memberikan beberapa perubahan yang terjadi dalam suatu negara yang hendak dihadapi.

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki wilayah yang luas, serta pembangunan didalamnya begitu berkembang pesat tentunya membutuhkan perhatian khusus untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang terjadi disetiap daerah terlebih lagi seperti tempat penginapan (hotel). Maka pemerintah setempat dituntuk untuk memiliki strategi pengawasan yang baik terhadap setiap kegiatan-kegiatan hotel yang terjadi, demi mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas hotel itu sendiri. Dengan itu pengawasan sangat diperlukan terkhusus dilingkungan hidup serta harus memberikan keseriusan penuh dari pemerintah sehingga dilahirkan, UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan didalam undang-undang tersebut menyebutkan bahwa pemerintah daerah bupati/walikota sesuai

(14)

2

dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha atau kegiata terhadap izin lingkungan hidup, adapun wewenang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLHD) menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 pasal 74, pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal 71 ayat (3) berwenang, melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu, memotret, membuat rekaman audio visual, mengambil sampel, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi atau alat transportasi dan/atau menghentikan pelanggaran tertentu. Betapa besarnya pengaruh lingkungan hidup terhadap masyarakat sehingga sangat membutuhkan keseriusan tinggi dalam menjaga, mengawasi serta memelihara dari kegiatan pencemaran.

Kegiatan pengawasan maka memerlukan biaya serta akomodasi dan tim sebagai pelaksanaa yang akan meninjau langsung dilokasi untuk memastikan ukuran kinerja pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut sehingga kegiatan-kegiatan yang hendak direalisasikan tujuan itu tecapai bahkan sejalan. Namun apa telah terjadi dilapangan masih kurang terimplementasi nyatanya tidak terlihat tim yang turun langsung memberikan tindakan langsung terhadap pemilik usaha, itupun baru ada tindakan jika ada laporan dari masyarakat.

Menjadi pantangan juga bagi pemerintah melakukan strategi pengawasan bila ada lagi tim yang terbentuk dalam pengawasan bawahan hanya melaporkan hal-hal positif saja. Dengan perkataan lain, para bawahan itu mempunyai

(15)

3

kecendrungan hanya melaporkan hal-hal, baik yang bersifat positif saja yang dilaporkan, pimpinan tidak akan mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Akibatnya ialah bahwa dia mungkin akan menganbil kesimpulan yang salah. Maka Perlunya suatu system pengawasan secara nasaional yang dikomando oleh suatu badan setingkat kementerian dan bertanggung jawab langsung kepada presiden dengan menyatukan seluruh pengawasan internal menjadi suatu system pengawasan nasional di bawah suatu badan.

Dalam hal ini perlunya strategi pemerintah untuk lebih luas pegawasannya misal, buatkan aplikasi untuk publik mengirimkan laporan yang terjadi dilapangan dengan itu juga pelapor identitasnya dirahasiakan dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengawasan pengelolaan limbah B3 terhadap lingkungan hidup. Maka pemilik usaha merasa lebih terawasi, perlunya komonikasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah serta menjamin pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup dalam melakukan strategi pengawasan lebih baik.

Pengawasan pemerintah dalam melakukan strategi perlunya menjalankan indikator-indikator tersebut. Pertama, pemeriksaan terhadap dokumen lingkungan hidup dan perizinan yang terkait. Kedua, Pemeriksaan penaatan pelaksanaan pengendalian pencemaran air. Ketiga, pemeriksaan penataan pelaksanaan pengendalian pencemaran udara. Keempat, pemeriksaan penaatan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (bahan kimia). Kelima, pemeriksaan penaatan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan beracun. keenam, pemeriksaan penaatan pengelolaan sampah domestik, dalam melaksanakan tugasnya.

(16)

4

Winardi (2000:224) bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Dari pendapat diatas dapat kita menganalisa bahwa dalam hal pemerintah melakukan strategi pengawasan yang baik ialah hendaknya ada tindakan serius dalam melaksanakan pengawasan, dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pengawai negeri sipil. Strategi pengawasan yang ideal mestinya wali kota/bupati wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkunganya ditertibkan oleh pemerintah daerah jika pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius maka hendaknya juga memberikan sanksi yang berat, demi tercapainya pengawasan yang ideal.

Pengawasan ialah semua dari pada aktivitas yang mempertimbangkan atau mengukur apa yang telah atau selesai dikerjakan dengan bentuk norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah disepakati jauh-jauh hari. Namum apa yang sudah dilakukan pemerintah sudah menjalankan seperti teori diatas tapi pemilik hotel yang masih tetap menghiraukan apa yang telah diperintahkan dari pemerintah juga tidak dijalankan oleh pemilik usaha.

Makassar merupakan salah kota metropolitan dan masuk kota besar kelima, tentunya harus memiliki pengawasan yang lebih baik khususnya pengawasan dibidang lingkungan hidup dimana kita ketahui bahwa lingkungan adalah bagian dari masyarakat, bagaimana suatu wilayah ingin berkembang jika pengawasan yang dilakukan pemerintah masih kurang optimal, maka dari itu

(17)

5

diperlukan pengawasan yang lebih ketat dan lebih baik dalam mengatasi limbah yang berbahaya dan beracun ini agar tidak mencemari lingkungan hidup. Dengan bukti keseriusan dalam pengawasan ini wali kota makassar megeluarkan PERDA Kota Makassar nomor 04 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah. Dari itu diharapkan terlialisasi dengan baik.

Tapi kenyataan dilapangan tidak sesuai dengan harapan, Dinas Limgkungan Hidup Kota Makassar masih lemah dalam pengawasan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti menemukan, bahwa tempat pembuangan akhir (TPA) sampah berlokasi di Antang masih ditemukan permasalahan dimana limbah B3 masih terlihat di tempat pembuangan akhir (TPA) tersebut, bayaknya ditemukan hotel tidak memiliki tempat pembuangan sampah sementara khusus limbah B3, sampah organik, dan non organik serta sampah bahan berbahaya dan beracun tidak ada pemilahan, dan juga kanal-kanal yang ada dalam kawasan Kota Makassar terlihat begitu berwarna hitam pekat, hal ini menandakan bahwa pengawasan lingkungan hidup masih lemah.

Aktivitas sehari-hari yang di lakukan khususnya di lingkungan perhotelan menghasilkan buangan atau biasa di sebut dengan limbah. Limbah hotel tidak hanya terbatas pada sampah bekas makanan saja, tetapi juga menghasilkan limbah yang termasuk kategori B3, yang tentunya memerlukan penanganan khusus. Jenis-jenis limbah B3 di hasilkan oleh hotel yang harus di kelola yaitu 1). Elektronik bekas, 2). Batu baterai bekas, 3). Aki bekas, 4). Neon dan bohlam bekas, 5). Kemasan cat, 6). Oli bekas, 7). Kosmetik bekas atau kadaluarsa, 8). Botol atau kemasan bekas mengandung B3 seperti botol obat anti serangga, botol

(18)

6

sabun, botol shampo, dan lain-lain. Dalam hal ini pihak perhotelan harus berhati-hati dalam pengelompokan sampah-sampah yang di hasilkan hotel tersebut agar kiranya tidak tercampur dengan limbah sampah lain sehinggan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan terhadap warga atau masyarakat setempat akibat tercemar limbah B3 yang tidak terkelolah dengan baik. Pihak perhotelan yang telah mengikuti sosialisasi dari pemerintah atau yang telah di datangi oleh pemerintah setempat telah membuat tempat penyimpanan limbah B3 yang terpisah-pisah sesuai jenis limbah yang di hasilkan.

Maka permasalahan-permasalahan tersebut dengan mengangkat suatu judul penelitian yaitu “Strategi Pengawasan Pemerintah Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Hotel di Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, maka berikut dirumuskan tentang permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana strategi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap limbah B3 hotel di Kota Makassar?

2. Apa faktor determinan dalam pengawasan Dinas Linkungan Hidup terhadap limbah B3 hotel di Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya harus jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

7

1. Untuk mengetahui strategi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap limbah B3 kegiatan hotel di Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor determinan dalam pengawasan Dinas Linkungan Hidup terhadap limbah B3 hotel di Kota Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis

Sebagai bahan masukan yang dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahan pustaka atau referensi bagi penulis yang memperdalam mengenai masalah strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 kegiatan hotel di kota Makassar.

2. Secara praktis

Bagi peneliti dapat mengetahui bagaimana strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 kegiatan hotel di Kota Makassar

(20)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen

Secara umum pengertian manajemen merupakan suatu ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk menggapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Manajemen memiliki tugas memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan, dan mengembangkan.

Menurut Ernie dkk (2005:317) pengertian dan fungsi-fungsi manajemen, manajemen bisa dimaksudkan sebagai seni. Manajemen ialah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui kerja sama dengan orang lain. Seni manajemen terdiri dari kemampuan untuk melihat keseluruhan di bagian-bagian yang terpisah dari suatu kesatuan konsep tentang visi. Seni manajemen meliputi kemampuan komunikasi visi tersebut. Aspek-aspek perencanaan kepemimpinan, komunikasi dan pengambilan keputusan mengenai unsur manusia tentang cara menggunakan pendekatan manajemen seni.

Fungsi-fungsi manajemen menurut ialah sekumpulan aktivitas yang dilakukan dalam manajemen berdasarkan pada fungsinya masing-masing dan menjalankan suatu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya.

1. Perencanaan atau planning, sebuah proses yang mengenai upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi keinginan dimasa yang akan datang dan penentuan strategi dan cara yang tepat untuk menggapai target dan tujuan lembaga/organisasi.

(21)

9

2. Pengorganisasian atau organizing, suatu kegiatan menyangkut bagaimana strategi dan cara yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur perusahaan/organisasi yang tepat dan kuat, system dan lingkungan organisasi yang aman, dan dapat dipastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien dengan guna pencapaian organisasi.

3. Pengimplementasian atau directing, yaitu proses imlementasi program agar bisa dijalankanoleh seluruh pihak organisasi serta proses memotivasi atau memberikan dorongan positif agar semua pihak tersebut dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas/kemampuan menghansilkan sesuatu yang tinggi.

4. Pengendalian dan pengawasan atau controlling, ialah proses yang dilakukan untuk memastikan semua rangkaian proses yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diaktualisasikan mampu berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun bermacam-macam perubahan terjadi dalam lingkungan bisnis yang dihadapi.

B. Konsep Pengawasan

Secara umum pengertian pengawasan/controlling ialah proses untuk menjamin semua aktivitas yang dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan. Lebih jelasnya Kadarman (2001:159) pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, serta

(22)

10

untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi.

a. Proses Pengawasan

Menurut Griffin (2004:167) Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental dalam setiap prosesnya.

1. Menetapkan Standar.

Control Standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk kinerja dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Strategi pengawasan harus konsisten dengan tujuan organisasi. Dalam penentuan standar, diperlukan pengidentifikasian indikator-indikator kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung dengan objek yang diawasi. Standar bagi hasil kerja karyawan pada umumnya terdapat pada rencana keseluruhan maupun rencanarencana bagian. Agar standar itu diketahui secara benar oleh karyawan, maka standar tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan kepada karyawan sehingga karyawan akan memahami tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.

2. Mengukur Kinerja

Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian besar organisasi. Agar pengawasan berlangsung efektif, ukuran-ukuran kinerja harus valid. Kinerja karyawan biasanya diukur berbasis kuantitas dan kualitas output, tetapi bagi banyak pekerjaan, pengukuran kinerja harus lebih mendetail.

(23)

11

3. Membandingkan Kinerja dengan Standar

Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan karyawan (actual result) dengan standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan karyawan dapat diketahui melalui laporan tertulis yang disusun karyawan, baik laporan rutin maupun laporan khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi karyawan untuk menanyakan langsung hasil pekerjaan atau karyawan dipanggil untuk menyampaikan laporannya secara lisan. Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan, perbandingan dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar penjualan produk mereka berada pada urutan pertama di pasar. Standar ini jelas dan relatif mudah dihitung untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum. Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan dengan lebih detail. Jika kinerja lebih rendah dibandingkan standar, maka seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum tindakan korektif dilakukan.

4. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif

Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat bergantung pada keahlian-keahlian analitis dan diagnotis manajer. Setelah membandingkan kinerja dengan standar, manajer dapat memilih salah satu tindakan : mempertahankan status quo (tidak melakukan apa-apa), mengoreksi penyimpangan, atau mengubah standar. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan

(24)

12

perbaikan, maka harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada beberapa sebab yang mungkin menimbulkan penyimpangan, yaitu :

1. Tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources dan resources lainnya dalam lingkungan organisasi

2. Sikap-sikap pegawai yang apatis dan sebagainya

Oleh karena itu, dalam proses pengawasan diperlukannya laporan yang dapat menyesuaikan bentuk bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut S.P Siagian (2014:115) sifat-sifat pengawasan dan teknik-teknik pengawasan antara lain:

a. Sifat-sifat pengawasan

1) Pengawasan harus bersifat fatct finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi.

2) Pengawasan harus bersifat preventif bahwa proses pengawasan itu dijalankan untuk mencengah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan penyelewengan-penyewelengan dari rencana yang telah ditentukan.

3) Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang bahwa pengawasan hanya dapat ditujukan terhadap kegiata-kegiata yang kini sedang dilaksanakan. 4) Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatakan efesiensi.

5) Karena pengawasan sekedar alat administrasi dan manajemen maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermuda tercapai nya tujuan. 6) Proses pelaksanaan pengawasan harus efesien.

(25)

13

7) Pengawasn tidak dimaksudkan untuk siapa yang salah jika ada ketidak beresan, akan tetapi akan menemukan apa yang tidak betul.

8) Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkankan kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan bagainya.

b. Teknik-Teknik Pengawasan

1. Pengawasan langsung adalah apabila suatu pimpinan organisasi melakukan sendiri pengawasan terhadap aktivitas yang sedang dilaksanakan para bawahan/karyawan. Pengawasn langsung dapat berbentuk:

a. inspeksi langsung

b. on-the-spot obvervation, dan c. on-the-spot report

Yang sekaligus pengambilan keputusan on the spot pula jika diperlukan. Akan tetapi, karena banyaknya atau kompleksnya tugas-tugas seorang pimpinan terutamadalam organisasi yang besar seorang pimpinan tidak melakukan selalu pengawasan langsung atau dapat selalu menjalankan pengawasan langsung itu. Karena itu sering pula ia harus melakukan pengawsan yang bersifat tidak langsung.

2. Pengawasan tidak langsung yang dimaksud ialah pengawasan jarak jauh. Pengawasn ini dilaksanakan dengan bentuk melalui laporan yang disampaikan oleh bawahan. Laporan itu dapat berbentuk:

(26)

14

a. Tertulis, dan b. Lisan.

Hanya saja pengawasan tidak langsung tersebut memiliki kelemahan dari pengawasan tidak langsung itu ialah sering para bawahan hanya melaporkan hal-hal positif saja. Dengan perkataan lain, para bawahan itu mempunyai kebiasaan lebih kepada hanya melaporkan hal-hal, baik yang bersifat positif saja yang dilaporkan, pimpinan tidak akan mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Akibatnya ialah bahwa dia mungkin akan menganbil kesimpulan yan salah. Pengawasan ialah proses pengamatan pelaksanaan semua aktivitas lembaga/organisasi untuk menjamin agar seluruh kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Kartono (2002:81). Pengawasan adalah untuk menjamin agar semua pekerjaan yang telah diberikan oleh pimpinan kepada bawahannya dapat berjalan sesuai menurut rencana, maka seorang pimpinan tersebut harus memiliki kemampuan untuk memandu, menuntut, membimbing, memotivasi, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, sumber pengawasan yang baik, serta membawa pengikutnya kepada sasaran yang hendak dituju sesuai ketentuan, waktu dan perencanaan.

Menurut Schermerhorn (2002:12) pengawasan sebuah proses atau aktivitas dalam menentukan standar kinerja dan pengambilan langkah tegas yang dapat mendukung pencapaian hasil yang di harapkan sejalan dengan kinerja yang sudah

(27)

15

ditentukan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired result

Pendapat S.P Siagian (2004:126) pengawasan sebuah langkah untuk memastikan apa yang telah dilaksanakan, sesuai yang telah ditetapakan sebelumnya, artinya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, dengan menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Garis besarnya ialah bahwa pengawasan tidak akan dapat berjalan dengan ekspektasi apabila hanya bergantung kepada laporan saja. Karena itu pengawasan tidak langsung saja tidak cukup. Adalah bijaksana apabila pimpina organisasi menggabungkan teknik pengawasan lansung dan tidak langsung dalam melakukan fungsi pengawasan itu.

b. Tujuan Pengawasan

Menurut Hasibuan (2005:242) tujuan pengawasan ialah :

1. Supaya proses peleksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana.

2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan. Ialah mengusahakan supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana.

Tujuan pengawasan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat serius megimplementasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada tingkat pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sejalan dengan saran yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta rintangan-rintangan atau kelemahan” yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana

(28)

16

berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat kita mengambil tindakan untuk memperbaikiya, baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang.

Situmorang dan Juhir (2001:22) juga mengemukakan tentang maksud pengawasan adalah yaitu :

1. Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak

2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.

3. Mengetahui apakah penggunaan bergerak yang telah ditetapkan dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentuka dalam planning atau tidak. 5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan

dalam planning, yaitu standard. C. Teori Strategi

Menurut Tjiptono (2006:3) istilah strategi berasal dari bahasa yunani ialah strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang leader/jendral. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu taktik untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerah-daerah tertentu untuk menggapai tujuan tertentu.

Menurut David (2009:37) strategi adalah tindakan potensial yang memerlukan keputusan manajemen puncak dan sumber daya lembaga/perusahaan dalam nominal yang besar. Selain itu, strategi memengaruhi perkembangan jangka

(29)

17

panjang perusahaan, bisanya untuk lima tahun ke depan, dan karenanya berorientasi kemasa yang akan datang. Strategi mempunyai kunsekuensi multifungsional atau multidivional serta perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan.

Menurut Effendy (2007:32) istilah strategi sudah menjadi istilah yang sering digunakan oleh masyarakat untuk menggambarkan berbagai makna seperti suatu rencana, taktik atau cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.

Menurut David (2011:18-19) strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak di capai. Strategi bisnis ekspansi georafis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture. Strategi merupakan tindakan positif potensial yang membutuhkan keputusan oleh top manajemen dan sumber daya perusahaan dalam skala besar. Maka strategi merupakan sebuah tindakan aksi atau aktivitas yang dilaksanakan oleh seseorang atau organisasi/perusahaan untuk mencapai target atau ekspektasi yang telah ditetapkan.

Menurut Pearce dan Robinson (2008:2-3) manfaat dan tujuan manajemen strategi ialah:

(30)

18

a. Manfaat manajemen strategi antara lain:

1. Memberikan arah/tujuan jangka panjang yang akan dituju.

2. Membantu perusahaan/organisasi menyusuaikan pada perbedaan-perbedaan yang terjadi.

3. Membantu suatu perusahaan menjadi lebih efektif.

4. Mengidentifikasi atau mencari dan menentukan keunggulan komparatif, berkenaanatau berdasarkan perbandinga suatu perusahaan/organisasi dalam lingkungan yang semakin berisiko.

5. Kegiatan perbuatan strategi akan mempertinggi power suatu perusahaan untuk menghidari terdapatnya masalah dimasa akan datang.

6. Keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan strategiakan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.

7. Aktivitas yang tumpah tindih akan kurang. b. Tujuan manajemen strategi sebagai berikut:

1. Untuk mengimplementasikan dan melakukan evaluasi strategi yang telah dipilih secara efektif dan efisien.

2. Bertujuan untuk mengavaluasi kinerja, meninjau, menkaji ulang, melakukan koreksi dan penyusuaian jika ditemukan penyimpangan dalam implementasi strategi.

3. Untuk membuat strategi baru yang dirumuskan agar sesuai dangan perkembangan lingkungan eksternal.

4. Bermaksud untuk melihat kembali kekuatan dan kelemahan perusahaan/organisasi, melihat kesempatan dan ancaman dalam bisnis.

(31)

19

5. Agar perusahaan dapat menciptakan ide terhadap produk atau layanan sehinnga selalu bisa diterima oleh konsumen.

6. Strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan.

Dengan teori-teori yang sudah dibahas diatas teori pengawasan dan teori Strategi maka penulis dapat menyimpulkan tentang strategi pengawasan ialah: Strategi pengawasan hendaknya merumuskan misi dan tujuan jangka panjang dalam melakukan strategi pengawasan, memiliki banyak kordinasi dari pihak pengawai negeri sipil, swasta atau LSM (lembaga swadaya masyrakat). menentukan sasaran apa yang hendak diawasi serta berapa anggota dibutuhkan dalam melakukan strategi pengawasan, salin memotivasi diantara atasan dan bawahan dalam melakukan pengawasan.

Strategi pengawasan perlunya diadakan sosialisasi-sosialisasi di lapangan dengan kita dapat mendapatkan masukan atau tanggapan-tanggapan dari bebagai kelompok pemilik usaha ataupun lainnya dengan itu pada saat terjadinya pengawasan akan diharapkan memiliki peluang besar dalamtercapainya efektivitas pengawasan yang hendak dilakukan oleh pemerintah.

Strategi pengawasan adalah mampu memeberikan trobosan-trobosan dalam melakukan pengawasan atau cara-cara yang digunakan hendaknya dapat disesuaikan situasi di lapangan ataupun memilih langkah-langkah yang paling bagus dalam pengwasan untuk mnjamin apa yang direncanakan yang ditetapkan sesuai.

(32)

20

D. Pengelolaan Limbah B3

Menurut UU No. 32 Tahun 2009, pasal 1, Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy, dan komponen lain yang Karen sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpangan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbungan.

Regulasi Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 Regulasi merupakan peraturan yang diundangkan oleh pemerintah yang mempengaruhi kegiatan badan-badan lain. Pengelolaan limbah B3 dalam UndangUndang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada pasal 58 bahwa kewajiban melakukan pengelolaan limbah B3 merupakan upaya mengurangi risiko pencemaran dan kerusakan lingkungan menekan potensi dampak negatif. Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan pada ayat (1) bahwa orang peseorangan atau badan usaha (berbadan hukum atau tidak) yang menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) berkewajiban melakukan rangkaian kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, dan/atau pengolahan dan penimbunan, ayat (2) limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) daluarsa perlu dilakukan pengolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), ayat (3) dalam hal ini setiap orang tidak mampu melakukan sendiri

(33)

21

pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

Pihak lain yang dimaksud ialah badan usaha yang melakukan pengelolaan limbah B3 dan berizin, ayat (4) pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) wajib mendapat izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, ayat (5) kewajiban mencantumkan persyaratan lingkungan hidup (kelestarian fungsi lingkungan dan pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan) dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam perizinan pengelolaan limbah B3 oleh menteri atau pemda (jenis pengelolaan limbah B3, karakteristik, kewajiban, persyaratan, sistem pengawasan, pelaporan yang dalam ketentuan pelaksanaannya. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 pasal menjelaskan bahwa setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah dan/atau bahan ke media lingkungan tanpa izin. Untuk itu diperlukanya peran pemerintah dalam hal mengawasi setiap kegiatan pelaku usaha (perusahaan) yang usanya dapat berpotensi mencemari lingkungan.

Tugas dan wewenang pemerintah Daerah sangat penting dalam perlindungan dan pengelolaan lingungan hidup. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 63 huruf (i) menjelaskan bahwa tugas dan wewenang pemerintah daerah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu sebagai pembina dan pengawas terhadap pelaku usaha dengan ketentuan perizinan dan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Kemudian dalam tugas dan wewenang pejabat pengawas, terdapat pada Undang-Undang No 32 tahun 2009 pasal 74 ayat 1 menjelaskan

(34)

22

wewenang pejabar pengawas lingkungan hidup yaitu, melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu, memotret, membuat rekaman audio visual, mengambil sampel, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi, menghentikan pelanggaran tertentu.

Maka dalam setiap kebijakan peraturan yang dibuat tentu adanya sebuah sanksi yang ditetapkan, untuk itu dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana pejabat pengawas berhak membuat sanksi bagi para pelaku usaha (perusahaan) yang melanggar dari aturan perundang-undangan. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 76 ayat 1 bahwa Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Undnag-Undang No 32 Tahun 2009 pasal 76 ayat 2 bahwa, sanksi administratif tersebut terdiri atas teguran tertulis, peksanaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, dan pencabutan izin lingkungan.

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 69 menjelaskan larangan dalam memasukan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) ke dalam wilayah NKRI dan membuangnya ke media lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Sanksi pidana yang di jelaskan dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 pasal 102 bahwa setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun

(35)

23

B3 tanpa izin, dipidana dengan penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan denda paling sedikit 1 (satu) Miliyar dan yang paling sedikir 3 (tiga) Miliyar. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 103 menjelaskan setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan, dipidana dengan penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan denda paling sedikit 1 (satu) Miliyar dan yang paling sedikir 3 (tiga) Miliyar.

Menurut PP No. 101 Tahun 2014, pasal 1, Limbah bahan berbahaya dan beracun yang biasa disebut limbah (B3) adalah bekas suatu usaha dalam perusahaan atau aktivitas yang mengandung (B3). Pengelolaan limbah B3 adalah sebuah aktivitas yang meliputih pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan pengelolahan, dan penimbunan/peleburan. Pengolahan limbah (B3) adalah pengelolaaan untuk mengurangi atau menghilangkan sifat bahan atau sifat racun.

1. Kewenangan pengelolaan limbah B3

Secara umum, kewenangan pengelolaan lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu; (1) kewenangan pusat, (2) kewenangan propinsi, (3) kewenangan Kabupaten/Kota.

a. Kewenangan Pusat terdiri dari kebijakan tentang. Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan seperti menetapkan dan alokasi khusus untuk mengelola lingkungan hidup, sistem administrasi negara seperti menetapkan sistem informasi dan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup, lembaga

(36)

24

perekonomian Negara seperti menetapkan kebijakan usaha di bidang lingkungan hidup, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, teknologi tinggi strategi seperti menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan teknologi strategi tinggi yang menimbulkan dampak, konservasi seperti menetapkan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup kawasan konservasi antar Provinsi dan antar Negara, standarisasi nasional, pelaksanaan kewenangan tertentu seperti pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam lintas batas propinsi dan negara, rekomendasi laboratorium lingkungan dsb.

b. Kewenangan Provinsi terdiri dari; Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota, kewenangan dalam bidang tertentu seperti perencanaan pengendalian pembangunan regional secara makro, penentuan baku mutu lingkungan provinsi, yang harus sama atau lebih ketat dari baku mutu lingkungan nasional, menetapkan pedoman teknis untuk menjamin keseimbangan lingkungan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang propinsi dan sebagainya. Kewenangan dekonsentrasi seperti pembinaan AMDAL untuk usaha atau dan kegiatan di luar kewenangan pusat.

c. Kewenangan Kabupaten/Kota terdiri dari; Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup, pengendalian pengelolaan lingkungan hidup, pemantauan dan evaluasi kualitas lingkungan, konservasi seperti pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung dan konservasi, rehabilitasi lahan dsb. Penegakan hukum lingkungan hidup, pengembangan SDM pengelolaan lingkungan hidup.

(37)

25

2. Strategi Pengelolaan Limbah B3

1. Mempromosikan dan mengembangkan teknik minimisasi limbah melalui teknologi bersih, penggunaan kembali, perolehan kembali, dan daur ulang. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat.

3. Meningkatkan kerjasama antar instansi, baik di pusat, daerah maupun internasional, dalam pengelolaan limbah B3.

4. Melaksanakan dan mengembangkan peraturan perundang-undangan yang ada.

5. Membangun pusat-pusat Pengolahan Limbah Industri B3 (PPLI-B3) di wilayah yang padat industri.

Pengelolaan limbah B3 dimasudkan agar limbah B3 yang di hasilkan masing-masing unit produksi sedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, dengan mengupayakan reduksi pada dengan pengolahan bahan, subtitusi bahan, peraturan operasi kegiatan, dan di gunakan teknologi bersih. Jika masih dihasilkan limbah B3 maka diupayakan pemanfatan limbah B3.

3. Program Pengelolaan Limbah B3 1. Pantaatan dan Penegakan Hukum.

2. Inventarisasi dan Pemantauan Limbah B3 3. Clean Up Program” lokasi tercemar. 4. Minimisasi Limbah.

5. Sistem Tanggap Darurat (sistem informasi, sistem tanggap darurat, dan peraturan perundang-undangannya).

(38)

26

7. Mengadakan Pelatihan-pelatihan.

Pemanfaatan limbah B3 yang mencakup kegiatan penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan peroleh kembali (recovery) merupakan suatu mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3. Penggunaan kembali (Reuse) limbah B3 untuk fungsi yang sama ataupun berbeda dilakukan tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisik, biologi dan atau secara termal. Daur ulang (recycle) limbah B3 merupakan kegiatan mendaur ulang yang bermanfaat melalui proses secara kimia, fisik,biologi, dan atau secara termal yang menghasilkan produk yang sama, produk yang berbeda, atau material yang bermanfaat. Sedangkan perolehan ulang (recovery) sebuah aktivitas/kegiatan untuk memperoleh kembali komponen bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologi dan atau secara termal.

4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Limbah B3

1. pollution prevention principle (Upaya meminimasi timbulan limbah). 2. polluter pays principle (Pencemaran harus membayar semua biaya yang

diakibatkannya).

3. cradle to grave principle (Pengawasan mulai dari dihasilkan sampai dibuang/ditimbunnya limbah B3)

4. pengolahan dan penimbunan limbah B3 diusahakan dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya.

5. non descriminatory principle (Semua limbah B3 harus diberlakukan sama di dalam pengolahan dan penanganannya.

(39)

27

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan sebuah rangkaian pengelolaan kegiatan yang mencakup pengurangan B3, penyimpanan limbah B3, pengumpulan limbah B3, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah B3 termasuk penimbunan atau penghancuran limbah B3 hasil aktivitas pengelolaan tersebut. Dalam rangkaian proses pengelolaan limbah B3 terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan sebuah mata rantai, yaitu : penghasil limbah B3, pengumpulan limbah B3, pengangkut limbah B3, pemanfaatan limbah B3, pengelolaan limbah B3, penimbunan limbah B3.

a. Jenis-jenis limbah

Berdasarkan sumbernya limbah B3 dibedakan menjadi 3 yaitu:

1) Limbah (B3) dari sumber yang tidak khusus, limbah tersebut tidak berasal dari proses utama, melainkan dari aktivitas pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pencucian, pengemasan dan lain-lain.

2) Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini merupakan berasal dari suatu proses industri (kegiatan utama).

3) Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini merupakan dari sumber yang tidak diduga, contoh prodak kadaluarsa, bekas kemasan, tumpahan, dan buangan produk yang tidak termasuk spesifikasi.

b. Sifat dan klasifikasi limbah B3

Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) jika ialah mempunyai kriteria-kriteria tertentu, diantaranya mudah meledak, mudah terosidasi, mudah menyalah, mengandung racun, bersifat korosif menyebabkan

(40)

28

iritasi, atau menimbulkan gelaja-gejala kesehatan seperti karsinogenik, mutagenic, dan lain sebagainya.

1) Mudah meledak (eksplosive)

Limbah rentang meledak adalah suatu limbah yang pada suhu dan

terhadap tekanan standar dapat meledak karena dapat memperoleh gas dengan suhu dan tekanan tinggi melampaui reaksi fisika atau kimia sedan. Limbah ini sangat berbahaya baik saat penanganannya, pengangkutan, hingga pembuangannya karena limbah menyebabkan ledakan besartanpa diduga-duga. Adapun misalnya limbah B3 dengan bentuk pengoksidasi ialah limbah bahan eksplosif dan limbah laboratorium seperti asam perikat,

2) Pengoksidasi (oxidizing)

Limbah pengoksidasi merupakan limbah yang bisa melepaskan panas karena teroksidasi maka mudah menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan yang lainnya, limbah ini jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kebakaran besar pada ekosistem. Misalnya limbah B3 dengan sifat pengoksidasi contoh kaporit.

3) Mudah menyalah (flammable)

Limbah yang mempunyai karakter/sifat rentang sekali menyalah adalah limbah yang bisa terbakar karena kontak dengan udara yang nyata api, air , atau alat/bahan lainnya meski dalam cuaca dan tekanan sedan. Contoh limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang gampang menyalah misalnya pelarut benzene, pelarut toluene atau pelarut aseton yang

(41)

29

bersumber dari industry cat, tinta pembersihan logam dan laboratorium kimia.

4) Beracun (moderately toxic)

Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau memiliki zat yang bersifat racun terhadap manusia atau hewan, sehingga dapat menyebabkan keracunan, sakit, bahkan kematian baik melalui kontak pernafasan, kulit, ataupun mulut. Contoh limbah B3 ini adalah limbah pertanian seperti limbah buangan pestisida.

5) Berbahaya (harmful)

Limbah berbahaya ialah limbah yang baik dalam pase padat, cair maupun gas yang bisa menyebabkan ancaman/bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu melalui kontak inhalasi ataupun oral.

6) Korosif (corrosive)

Limbah yang memiliki kandungan korosif adalah limbah yang memiliki ciri bisa menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan pengkaratan terhadap bajak, memiliki pH > 2 ( bila bersifat asam) dan pH > 12,5 (bila bersifat basa). Contoh limbah B3 dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulvat yang digunakan dalam industry bajak, limbah asam dari baterai dan accu, serta limbah pembersih sodium hidroksida pada industry logam. 7) Bersifat iritasi (irritant)

Limbah yang bisa menyebabkan iritasi ialah limbah yang menimbulkan sensitasi terhadap kulit peradangan, maupun menyebabkan iritasi

(42)

30

pernapasan, pusing, dan mengantuk bila tercium/terhirup. Contoh limbah ini ialah asam formiat yang dihasilkan dari industri karet.

8) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

Limbah dengan bentuk ini adalah limbah yang bisa menyebabkan permasalahan ataupun kerusakan pada lingkungan dan ekosistem, misalnya limbah CFC atau chlorofluorocarbon yang dihasilkan dari suatau mesin pendingin.

9) Karsinogenik (carcinogenic), teratogenik (teratogenic), mutagenik (mutagenic)

Limbah karsinogenik adalah limbah B3 yang bisa meneyebabkan muncunlnya sel kanker. Teratogenik adalah limbah yang dapat memengaruhi pembentukan embrio. Sedangkan limbah mutagenic ialah limbah yang bisa menyebabkan perubahan kromosom.

E. Pengertian Hotel

Dalam pengembangan industri parawisata, Hotel merupakan salah satu sarana pokok dalam penyediaan penginapan, hotel memiliki pengertian yang berbeda bagi setiap orang. Sedangkan dari pandangan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa hotel adalah suatu bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat menginap dan tempat makan orang yang sedan melakukan perjalanan

Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian/seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan,

(43)

31

makan dan minum yang dikelolah secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan pemerintah. (Bataafi, 2005:4).

Menurut Sulastiyono (2006:5-6) defenisi hotel dapat disimpulkan bahwa didalamnya terdapat beberapa unsur pokok yang terkandung dalam pengertian hotel sebagai akomodasi komersial yaitu:

1. Hotel merupakan suatu bangunan, lembaga, perusahaan, atau badan usaha akomodasi.

2. Hotel menyiapkan fasilitas pelayanan jasa dalam hal berupa penginapan, pelayanan makanan, dan minuman serta jasa-jasa yang lainnya.

3. Hotel merupakan fasilitas pelayanan jasa yang merupakan terbuka untuk semua orang atau umum bagi yang akan melakukan nginap sementara ataupun jangka pendek dalam melakukan perjalanan.

4. Sebuah usaha yang dikelola secara komersial.

Hotel dapat dibagi dan dikelompokkan menjadi beberapa jenis menurut ukuran dan kriteria tertentu:

1. Menurut ukuran (zize hotel)

a. Small Hotel, merupakan hotel yang mempunyai 150 kamar hunian.

b. Medium average Hotel, yaitu hotel yang mempunyai kapasitas kamar berkisar pada 150-300 kamar hunian.

c. Large Hotel, suatu hotel yang berkapasitas 600 kamar hunian. 2. Berdasarkan lamanya tamu menginap

a. Transit Hotel, tamu yang hendak menginap dalam tempo singkat, berkisar hanya satu malam.

(44)

32

b. Semi-Residential Hotel, tamu hendak menginap diatas satu malam, tetapi jangka waktu menginap terbilang singkat, kira-kira berkisar antara dua pekan hingga satu bulan.

c. Residental Hotel, tamu yang menginap dalam tempo agak lama, kira-kira paling sedikit 29 hari.

3. Menurut lokasi hotel, dikemukakan Bataafi (2005:10) yaitu :

a. City Hotel, merupakan hotel yang lokasinya terletak dikawasan perkotaan. b. Residential Hotel, hotel yang terletak dipinggir atau berdekatan dengan

kota besar.

c. Motel, yaitu hotel yang berlokasi dipinggir atau disepanjang jalan raya yang berhubungan antara antar kota besar dan memiliki penyediaan pasilitas parker terpisah.

d. Beack Hotel, hotel yang terletak dikawasan tepi pantai.

Untuk dapat memberikan berupa info terhadap para wisatawan/tamu yang hendak menginap di hotel mengenai standar fasilitas yang dimiliki oleh pos dan telekomunikasi (sekarang departemen kebudayanaan dan parawisata) melalui derektorat jedral parawisata mengeluarkan suatu peraturan mengenai usaha dan klafikasi hotel yang berdasarkan pada:

Klasifikasi hotel menurut Sulastiyono (20011:4) ialah :

a. Besar/kecilnya hotel atau banyak/kurangnya jumlah kamar tamu. b. Lokasi tempat penginapan/hotel dan fasilitas-fasilitas yang tersedia. c. Peralatan yang dimiliki.

(45)

33

Dengan peraturan tersebut maka terdapat klasifikasi hotel berbintang (hotel bintang satu sampai bintang lima) dan hotel tidak berbintang (di sebut hotel melati).

F. Kerangka fikir

Kajian tinjauan pustaka di atas bahwa strategi pengawasan dalam

Kajian tinjauan pustaka di atas bahwa strategi pengawasan dalam pengelolaan limbah B3 kegiatan hotel, Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengawasan limbah B3 kegiatan hotel ada dua yaitu pemerintah, dan swasta.

pemerintah, pemerintah dalam hal ini yaitu Dinas Lingkunga Hidup lebih beriorientasi pada proses pengawasan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dalam hal pengawasan ini masih dinilai lemah. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengawasan secara mutlak sudah menjadi wewenang kepala daerah setempat, sedangkan Dinas Lingungan Hidup memfasilitasi dalam hal pengawasan pengelolaan Limbah B3.

Swasta, swasta dimaksud ialah para pengelola hotel sebagai penghasil limbah B3 diharapkan juga dapat mengelola hasil limbah bahan berbahaya beracun yang dihasilkan dengan baik dibawah pembinaan pemerintah.

(46)

34

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam mengumpulkan data sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap data yang diambil. Untuk menyusuaikan pemahaman dan cara pandang terhadap suatu karya ilmiah ini, maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan fokus penelitian terhadap penulisan karya ilmiah ini. Fokus penelitian merupakan penjelasan dari kerangka dan konsep. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 di kota Makassar. Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan tujuan (goal approach) dalam mengukur keberhasilan pengelolaan limbah B3 kegiatan hotel di kota Makassar.

Strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 di hotel di Kota Makassar

Mengukur kinerja Menentukan kebutuhan akan tindakan koreksi Menetapkan standar Membandingkan kinerja dengan standar Mengubah standar Mengoreksi penyimpangan Mempertahankan status quo

Tercapainya pengelolaan limbah B3 hotel yang baik di Kota Makassar

(47)

35

Bagaimana strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di hotel di Kota Makassar.

H. Deskripsi Fokus Penelitian 1. Menetapkan Standar.

Control Standard adalah sebuah standar yang ditetapkan Dinas Lingkungan Hidup di Kota Makassar dalam srategi pengawasan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Misalnya, segi tempat TPS dan prosedur-prosedur lainnya.

2. Mengukur Kinerja

Pengukuran kinerja adalah aktivitas yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar serta memberikan penilaian konstan dan kontinu dari pihak pengelola limba B3 dengan kuantitas dan kualitas dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

3. Membandingkan Kinerja dengan Standar

Tahap ini Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar melakukan observasi untuk membandingkan hasil pengelolaan limbah B3 dengan standar yang telah ditentukan.

4. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif

Berbagai keputusan yang dapat dilakukan Dinas Lingkungan hidup Kota Makassar menyangkut tindakan korektif setelah membandingkan kinerja dengan standar, dapat memilih salah satu tindakan: mempertahankan status quo (tidak melakukan apa-apa), mengoreksi penyimpangan, atau mengubah standar.

(48)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kota Makassar dengan pertimbangan bahwa pengelolaan limbah B3 kegiatn hotel perlu mendapat perhatian dari semua pemilik usaha/hotel yang terkait, khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar. Alasan lain dipilih sebagai tempat penelitian karena meningkatnya pembagunan hotel di Kota Makassar sehingga meningkatnya juga kegiatan hotel dan semakin meningkat juga limbah B3 yang dihasilkan dan belum terkelolah dengan baik, di samping Kota Makassar tersebut juga strategis bagi peneliti. Penelitian ini dilakukan di Dinas Lingkungana Hidup serta di Hotel Amaris, dan Hotel Claro, yang akan dilaksanakan dari tanggal 28 Juni s/d 29 Agustus 2019, setelah pelaksanaan seminar proposal.

B. Jenis dan Tipe Penelitian a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode/bentuk penelitian kualitatif yang berupaya bisa menjelaskan sedetail mungkin objek atau keadaan lapangan dan masalah penelitian berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3) bahwa metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkann data deskriptif berupa fakta-fakta tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(49)

37

b. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi yaitu peneliti akan mendeskripsikan pengalaman yang dilakukan dan dialami oleh informan berkaitan dengan strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 kegiatan hotel di Kota Makassar.

C. Sumber Data

Sumber data ialah seluruh sesuatu yang dapat memberikan informasi tentang data. Bedasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua (2) yaitu data utama/primer dan data sekunder

1. Data Primer/utama merupakan data yang diolah oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang hendak ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.

2. Data Sekuder adalah data yang diperoleh untuk mendukung data primer yang sumbernya dari data-data yang sudah diperoleh sebelumnya menjadi seperangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan-laporan, dan informasi tertulis lainnya yang berkaitan dengan peneliti. Pada penelitian data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data-data yang diperoleh melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b) Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dilokasi serta sumber-sumber yang relevan dengan objek penelitian.

(50)

38

D. Informan penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berhubungan langsung dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar. Dimana yang dimaksud disini adalah informan yang diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun informan dari peneliti ini bedasarkan judul diatas yakni Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Untuk lebih jelasnya, karakteristik informan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Informan Penelitian

No Informan

1. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar 2. Pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar 3. Karyawan Hotel di Kota Makassar

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014:137) teknik pengumpulan data adalah dapat dikerjakan dalam berbagai setting atau tersusun dan terencana, berbagai sumber, dan berbagai metode. Jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan dokumentasi.

a) Observation (observasi), yaitu proses penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar dan lokasi lainnya yang menjadi objek atau yang berkaitan penelitian selanjutnya, yaitu pengumpulan data dengan melakukan peninjauan

(51)

39

dibeberapa tempat sekitar lokasi, serta melihat secara langsung, pengumpulan data pencatatan yang di lakukan peneliti terhadap objek dilakukan di tempat berlangsungnya peristiwa sehingga peneliti berada bersama objek yang sedang diteliti atau diamati.

b) Interview (wawancara), Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara bebas terpimpin, artinya peneliti mengadakan pertemuan langsung dan wawancara bebas artinya peneliti bebas mengajukan pertanyaan kepada informan sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dimana peneliti telah menetapkan terlebih dahulu masalah dan pertanyaan yang akan di ajukan kepada pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini. Tujuan diadakannya wawancara yaitu untuk melengkapi dan mengecek ulang data hasil dari observasi di Dinas Lingkungan Hidup serta lokasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut, wawancara dalam penelitia ini dilakukan dengan mendatangi langsung informan penelitian dan ditanyakan terhadap mereka macam-macam hal yang mempunyai hubungan dengan inti permasalahan. Wawancara dilaksanakan secara lebih dalam untuk mendapatkan data langsung dengan cara serangkaian tanya jawab terhadap pihak-pihak yang terlibat dengan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 kegiatan hotel di Kota Makassar dengan cara mencatat dan merekam hal yang dianggap penting untuk melengkapi data.

c) Dokumentasi, teknik ini bertujuan melengkapi teknik observasi dan teknik wawancara mendalam. yaitu pemanfaatan informal melalui dokumen-dokumen tertentu yang dianggap pendukung yang bersumber dari

(52)

laporan-40

laporan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 Hotel di Kota Makassar, metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dangan masalah yang hendak diteliti sehingga segera memperoleh data yang komplik, sah dan bukan karangan, dengan cara peneliti mengambil atau mendapatkan data yang sudah ada dan tersedia didalam catatan dokumen. Dokumentasi ini diambil untuk memperoleh data-data, foto, serta catatan lapangan yang berkaitan dengan Strategi Pengawasan Pemerintah dalam Pengelolaan Limbah B3 Hotel di Kota Makassar.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Hubermen dalam Sugiyono (2014:243) analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengolah data dari hasil penelitian menjadi data, dimana data diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif (interactive model of analysis). Dalam model ini terdapat tiga komponen pokok. 1. Reduksi data

Reduksi data merupakan komponen pertama analisis data yang menjadikan lebih tegas/mempertegas, mempersingkat/memperpendek, menjadi fokus, menghilangkan suatu yang tidak penting dan menata data sedemikian sebaik mungkin simpulan penelitian dapat dilakukan.

(53)

41

2. Penyajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam awal pengumpulan data penelitian suduh harus mulai mengerti akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan:

Gambar 3.1 Model Teknik Data

Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014) G. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2014:253) triangulasi maksudkan suatu cara pengumpulan data yang berbentu menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada. Dengan itu maka triagulasi sumber/pusat bahasa, triangulasi teknik mengumpulkan data dan triagulasi waktu.

Pengumpulan data

Penarikan kesimpulan

penyajian

(54)

42

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakuakan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpualan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan,wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian penelitian membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara,lalu dicek dengan observasi dan dokumen.Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lenih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam tujuan pengujian kredibilitas atau kekuatan untuk menimbulkan kekuatan data bisa dilakukan dengan metode melakukan meninjau kembali dengan wawancara, obsevasi atau cara berbeda dalam tempo atau situasi

(55)

43

yang tidak sama. Jika hasil ujian menghasilkan data yang berbeda atau tidak sesuai maka dikerjakan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpalan data.

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Pikir
Gambar 3.1  Model Teknik Data

Referensi

Dokumen terkait

1) Simbol dipasang pada setiap pintu tempat penyimpanan limbah B3 dan bagian luar dinding yang tidak terhalang. 2) Simbol yang dipasang harus sesuai dengan