• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGAWASAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGEOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGAWASAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGEOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGAWASAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGEOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) DI KOTA MAKASSAR

Oleh:

YUSNIAH

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 1102616

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

PENGAWASAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN B3 DI KOTA MAKASSAR

Sebagai salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

DisusundanDiajukanOleh :

YUSNIAH

Nomor Induk Mahasiswa :10561 1102616

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

JudulSkripsi : Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Di Kota Makassar.

NamaMahasiswa : Yusniah

NomorIndukMahasiwa : 10561 1102616

Program Studi : IlmuAdministrasi Negara

Menyetujui: Pembimbing I Dr. Fatmawati, M.Si Pembimbing II Dr. Sudarmi, M.Si Mengetahui: Dekan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si NBM: 730727

Ketua Program Studi

NasrulHaq, S.Sos, MPA NBM: 1067463

(5)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Yusniah Nomor Induk Mahasiswa : 10561 1102616

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pemyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 21 April 2021 Yang Menyatakan,

(6)

ABSTRAK

Yusniah.(2021).Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Di Kota Makassar (dibimbing oleh Fatmawati dan Sudarmi,).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan preventif dalam Pengelolaan limbah B3 dan pengawasan represif dalam pengelolaan limbah B3 pada perusahaan di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskripsi Kualitatif. Adapun jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang ditetapkan secara teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan

Miles dan Huberman. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan preventif Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) di Kota Makassar. melalui dari tanggapan informan mengenai aturan yang di jalanakan dan menjadi pedoman pengawasan serta dalam melakukan sosialisasi sudah mengupayakan kelancaran pelaksanaan pengawasan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, dan Pengawasan preventif pengawasan Dinas Lingkungan Hidup di Kota Makassar meliputi perusahaan yang mendapatkan sanksi atau tidakan yang di berikan oleh pemerintah setempat sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) di Kota Makassar”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibunda Dr. Fatmawati, M.Si. selaku Pembimbing I dan Ibunda Dr. Sudarmi., M.Si. Selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. BapakProf. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Ibunda Dr.Hj.Ihyani Malik, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 5. Segenap Dosen dan seluruh Jajaran Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan pengetahuan dimulai dari semester awal hingga semester akhir ini.

6. Terimakasih Orang Tua tercinta, Ayahanda Yusuf dan Ibunda Haniah, berkat do’a yang tak pernah putus, pengorbanan, serta dukungan yang sangat besar untuk ananda. Tak cukup hanya sekedar “terimakasih” untuk membasuh keringat dan tetesan air mata yang mengalir selama membesarkan ananda. Namun percayalah dalam setiap hembusan nafas ini adalah doa memohon surga jadi balasan termanis bagi jasa pahlawanku Bapak dan Ibu tersayang.

(8)

7. Terimakasih buat suamiku tercinta Risal, S.Pd, M.Pd yang telah ihklas sepenuh hati mengantar saya kemanapun saya pergi dalam penelitian ini, sabar mendengarkan keluh kesah dengan penuh kesabaran, perhatian dan pengorbanan, menberikan semagat baik berbentuk riil maupun materiil, dan tak henti-hentikanya berdo’a untuk keberhasilan dan kebahagiaan penulis. semoga tetap dalam lingdungan Allah SWT.

8. Adik saya tercinta, Reski Amalia yang telah menguatkan, momotivasi penulis serta mendoakan penulis sampai akhirnya skripsi ini selesai.

9. Untuk Hajrah yang selalu menbantu selama ini dalam melakukan penelitian dan, memberikan semangat dan membantu peneliti sehingga semua proses penyusunan skripsi dapat berjalan lancar.

10. Saudara –saudara seperjuangan danteman-teman kelas ADN.A Fatimah, Tati, Fitri, Tillah, Nita, Kiki, Emhy, Asri, Sri, Diana, Vindy, Harni terimakasih banyak dan semangat untuk berjuang mencapai Toga.

11. Teman- teman Seangkatan Sospol yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terimakasih telah berbagi pengalaman canda dan tawa selama di bangku perkuliahan

12. Pihak Kantor Dinas Lingkungan Hidup yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian, para Staf Pegawai Kantor Dinas Lingkungan Hidup yang telah membantu memberikan informasi dan juga data-data dan juga waktu luang yang telah diberikan kepada penulis, penulis sangat terbantu atas bantuan dalam proses penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

Semoga segala kemurahan dan kebaikan hati kalian mendapat kanbalasan yang setimpal dari Allah SWT.Amin.Sebagai manusia yang penuh kekurangan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun penulisannya walaupun telah menerima bantuan dari berbagai pihak, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata saya ucapkan: Tiada gading yang tak retak, jika ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, November 2021

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTARAK ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... x BAB I. PENDAHULUAN………. 1 A. Latar Belakang……… .... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10 B. Konsep Pengawasan ... 12 C. Pengelolaan Limbah B3 ... 21 D. Peran Pemerintah ... 24 E. Kerangka Pikir ... 26 D. Fokus Penelitian ... 28 E. Definisi Fokus ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 31

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 32

D. Informan ... 32

E. TeknikPengumpulan Data ... 33

F. TeknikPengabsahan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 37

B. Pengawasan dinas lingkungan hidup dalam pengelolaan limnbah berbahaya beracun b3 di kota makassar ... 41

(11)

BAB V. ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 KerangkaPikir... 27 Gambar 4.2 Peta Kota Makassar ... 37

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kasus Pengaduan pencemaran lingkungan hidup ... 6

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan yang sudah memilki izin ... 51

Tabel 4.3 Daftar Perusahaan memenuhi kelayakan teknis... 53

Tabel 4.4 Daftar Perusahaan belum memiliki izin ... 57

Tabel 4.5 Daftar Daftar Perusahaan perpanjangan izin ... 70

Tabel 4.6 Daftar Perusahaan yang kena Sanksi ... 86

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan hak asasi manusia yang serta merta merupakan salah satu kesejahteraan yang mana harus diwujudkan. Manusia dan lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang saling menbutuhkan satu sama lain. Hanya saja, manusia memiliki keistimewaan oleh karena itulah komponen manusia ditempatkan berbeda dengan mahluk hidup lainnya, manusia yang ditempatkan pada dua posisi merupakan di satu sisi manusia adalah bagian dari lingkungan hidup itu sendiri, di sisi lain manusia merupakan sekaligus sebagai pengelola dari lingkungan hidup.

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi seperti industri yang mencemari atau rumah tangga yang menghasilkan berbagai limbah lingkungan dengan mengganggu kesehatan masyarakat. Jenis limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan merupakan limbah yang dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pencemaran limbah B3 dapat melalui tanah, air, maupun udara. Pencemaran tersebut menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Salah satu limbah B3 yang harus menjadi perhatian merupakan limbah-limbah yang mengandung logam berat adalah Timbal (Pb), Merkuri (Hg), dan Arsen (As). Limbah logam yang berat ini bersifat racun atau persisten, sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia atau lingkungan hidup. Salah satu dampak yang sangat signifikan bagi kesehatan manusia adalah penurunan

(15)

IQ terutama bagi anak –anak dan balita, merusak produksi haemoglobin darah, menyebabkan ketidaksuburan bagi wanita atau pria, keguguran, dan bayi meninggal dalam kandungan.

Belakangan ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Memang, limbah merupakan hal yang wajar dalam kehidupan manusia. Akan tetapi diluar kewajaran itu, ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut yang akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi lingkungan masyarakat sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.

Dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun B3 mempunyai intansi yang berperan dalam pelaksanaan pengawasan lingkungan hidup. Pengawasan lingkungan sebagai alat pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan pembangunan

(16)

dan eksploitasi sumber daya alam untuk berbeda diselaraskan dengan kebutuhan untuk melestarikan lingkungan hidup. Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar yang sebagai salah satu instrument pemerintah Kota Makassar dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai penengakan hukum lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai penegakan hukum lingkungan dalam rangka menbantu Daerah Kota Makassar yang memiliki wewenang dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan pencemaran limbah berbahaya dan beracun (B3) akibat aktivitas industri.

Adapun Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 merupakasan salah satu tugas Pemerintah sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Pasal 493 Ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa:

1. Mentri berwenang melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggun jawab usaha atau kegiatan

2. Pengawasan sebagaimana yang dimaksud padsa ayat (1) meliputi pengawasan perizinan berusaha terkait persetujuan lingkungan yang diterbitkan oleh pemerintah, persetujuan pemerintah terkait persetujuan lingkungan yang diterbitkan oleh pemerintah

3. Dalam hal ini penyelenggaraan pengawasan telah diatur dalam undang-undang, maka perlu diadakannya sosialisasi antara Dinas Lingkungan Hidup Dengan Perusahaan Penghasil Limbah B3 demi menjaga Lingkungan agar tidak tercemar oleh Limbah B3. Dua tahun

(17)

ini masih banyak Perusahaan yang melakukan pelanggaran yang diamana perusahaan kurang bertanggum jawab dalam Pengelolaan Limbah B3.

Saat ini dasar dan payung hukum pelaksanaan Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup berdasarkan pada peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mengatur mengenai rangkaian kegiatan pengawasan pelasanaan pengelolaan limbah B3 yang meliputi

1. Penghentian sementara kegiatan produksi 2. Pemindahan sarana produksi

3. Penutupan saluran pembuangan emisi 4. Pembonkaran

5. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran

6. Penhentian sementara sebagian atau seluruh usaha dan/atu kegiatan 7. Kewajiban menyusun DELH atau DPLH dan/atau pelanggaran dan

tindakan memulikan lingkunga hidup

Dalam rangka meningkatkan fungsi pengawasan terhadap perusahaan pengelolaan limbah B3, dinas lingkungan hidup melakukan pemantauan di perusahaan. Setiap melakukan pengawasan dinas lingkungan hidup menugaskan personil untuk mengawasi langsung aktifitas pengelolaan limbah B3 di perusahaan. Untuk selalu meningkatkan seninergitas pengawasan karna banyaknya permasalahan pengelolan limbah

(18)

B3 dilapangan dan kompleksnya regulasi yang ada. Serta tidak segan-segan menindak dan melakukan uapaya hukum atas pengelolaan limbah b3 yang tidak memiliki izin dari pemerintah.

Dinas lingkungan hidup mampu meningkatkan wewenang yang dimiliki sehinggah perusahaan tidak lagi menbuat perusahaan dan mengikuti peraturan perundang-undangan dengan cara dinas lingkungan hidup menberikan tindakan yang jelas, dengan tujuan menberikan efek jera bagi perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap pengelolaan limbah B3, pemerintah perlu meningkatkan sosialiasi sehinggah perusahaan tidak melakukan pelanggaran sesuai peraturan pemerintah Seksi Pengembangan Sistem Persampahan dan Limbah B3 mengatankan, sanksi Administratif diberikan dalam bentuk teguran tertulis, pecabutan izin, dan pembekuan izin usaha. Dalam hal ini pengawasan telah dilakukan sedemikan rupa dan dinas lingkungan hidup telah melakukan sosialisasi terhadap perusahaan pengelolaan limbah B3, jika terbukti perusahaan melakukan pelanggaran yang memiliki izin itu mendapakan sanksi dari pemerintah sanksi yang diberikan berjenjang dari teguran sampai cabutan izin.

Adapun bentuk pengawasan preventif telah dilakukan oleh dinas lingkukan hidup untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau pelanggaran didalam pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan. Wujud pengawasan preventif tersebut berupa peraturan sesuai ketentuan

(19)

Peratuturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mensosialisaskian seacara formal dan mengawasi kebenaran perisinan yang beroperasi untuk melakukan pengelolaan limbah B3.

Sedangkan mengenai pengawasan represif telah dilakukan oleh dinas lingkungan hidup untuk menagani terjadinya penyimpangan atau pelanggaran yang didalam pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan. Wujud pengawasan represif yaitu melakukan teguran tertulis kepada perusahaan yang melanggar perusahaan yang ada, pemberian sanksi kepada perusahan yang melakukan pelanggaran berupa denda dan pelanggaran izin berusaha serta penindakan kepada perusahaaan yang bermasalah dengan pencabutan izin usaha.

Tabel 1.1 Kasus pengaduan pencemaran lingkungan hidup di Kota Makassar

No Identitas Pengadu Dan Jenis Pengaduan Lingkungan Pokok

Aduan Waktu Dan Hasil Verivikasi

Bentuk Teguran 1. pengaduan terhadap usaha dan/atau kegiatan Perhotelan Limbah bahan berbahaya dan beracun

pihak penanggum jawab hotel belum dapat menperlihatkan izin dan/atau dokumen lingkungan yang dimiliki B3

Pencabutan Izin

2.

Pembuangan limbah ready mix concrete Limbah bahan berbahaya dan beracun 1. terdapat endapan sedimen disekitar lokasi kegiatan

Pencabutan Izin

(20)

2. pihak penanggum jawab perusahaan belum dapat menperlihatkan izin dan/atau dokumen lingkungan yang dimiliki B3

3. Pihak perusahaan tidak dapat tidak dapat membayar denda administratif

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar 2021

Berdasarkan wawancara dengan seksi limbah (B3) tujuan diadakanya pengawasan ialah untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketaatan pelaku usaha terhadap peraturan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh sebab itu Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar sebagai pihak yang mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan harus selalu sigap dalam mengawasi kegiatan usaha yang menyebabkan penurunan keseimbangan alam baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Hasil data yang telah diobsevasi dikantor Dinas Llingkungan Hidup Kota Makassar mengenai jumlah perusahaan yang memiliki izin resmi dari pemerintah khususnya yang ada di Kota Makassar sebayak 50 perusahaan. Kantor dinas lingkungan hidup mendata 60 perusahaan yang belum memiliki izin TPS limbah B3 yang beroperasi dari Makassar, diantara perusahaan pengelola limbah di Kota Makassar yang diduga telah melakukan pelanggaran terkait pengelolaan limbah B3, dimana hasil keputusan dari pemerintah bahwa terdapat 2 perusahaan yang telah dicabut izin TPS limabah B3 dan telah terdaftar melakukan penlanggaran.

(21)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis dengan amat tertarik untuk meneliti mengenai Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

Beracun B3 Di Kota Makassar .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan sandaran permasalahan yang dikemas dalam latar belakang diatas sebagaimana konsep dasar utamanya, maka kiranya dapat menarik sebuah rumusan permasalahan sebagaimana yang tertera dibawah ini:

1. Bagaimana pengawasan preventif yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Di Kota Makassar ?

2. Bagaimana pengawasan represif yang dilakukan Dinas Lingkungan Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Di Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang sudah digambarkan sebelumnya, untuk itu peneliti mengankat manfaat tujuan penelitian ini sesuai dengan masalah yang di bahas, berikut tertera dibawah ini:

1. Untuk mengetahui pengawasan preventif yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar .

(22)

2. Untuk mengetahui pengawasan represif yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar .

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian digunakan menjadi dua yaitu secara akademis dan secara praktis

1. Kegunaan akademis

Secara akademis kegiatan penelitian ini dapat menambahkan khasana ilmu pengetahuan khususnya, mengenai ilmu pengetahuan tentang sistem Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 di Kota Makassar .

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan tentang pentingnya Pengawasan Dinas Lngkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 di Kota Makassar .

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

4. Penelitian Kusumadewi (2011)

Penelitian ini berjudul “Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Baragayar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batu Bara Bagi Industri”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar adalah institusi yang berwenang dalam hal yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, termasuk salah satunya adalah pengawasan. Bentuk pengawasan yang dilakukan yaitu pemberlakuan prosedur perizinan bagi pelaku atau usaha dengan dilengkapi Tim pengarah, Tim Pengkaji, atau Peneliti penerbitan Izin; pembentukan Tim Pengawas pelaksanaan kebijakan Lingkungan Hidup; melakukan pengawasan ke perusahaan-perusahaan dengan intensitas 1 kali dalam seminggu. Dalam rangka menangani masalah-masalah lingkungan hidup melalui kegiatan pengawasan yang dijumpai hambatan-hambatan, seperti: dari internal yaitu keterbatasan Sumber Daya Manusia yang professional atau terbatasnya sarana operasional lapangan untuk melakukan pengawasan. Faktor eksternalnya yaitu kurangnya kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, mahalnya biaya operasional untuk penanganan limbah, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan hidup.

(24)

5. Penelitian Damanhuri (2012)

Penelitian ini berjudul “Studi pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Laboratorium laboratorium di ITB”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Limbah asam yang dihasilkan dari berjumlah 34,85 kg/minggu, basa 43,91 kg/minggu, solvent 83,91 kg/minggu, infectious waste 0,152 kg/minggu, logam berat 27,47 kg/minggu, atau campuran bahan kimia 267,23 kg/minggu. Melihat jumlah dan jenis-jenis limbah Bahan Bahan Beracun (B3) yang dihasilkan upaya pengelolaan pun berbeda untuk mengetahui setiap jenis limbahnya. Meskipun telah ada yang berupaya untuk meminimulasi dari setiap laboratorium, upaya tersebut masih sangat terbatas atau tidak dapat berkelanjutan. Oleh karena itu penelitian ini dibuat untuk membuat usulan pengelolaan yang baru, terpadu, atau cocok dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh laboratorium-laboratorium tersebut dan untuk membantu mewujudkan program ITB Eco-Campus yang berkelanjutan.

6. Penelitian Ibrahim (2013)

Penelitian ini berjudul “Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Oleh karna itu Pemerintah Di Kota Denpasar Dalam Perspektif Peraturan Walikota Denpasar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana pelaksanaan pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3 oleh Pemerintah di Kota Denpasar dan Apakah kendala yang akan dihadapi Pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya

(25)

beracun (B3) di Kota Denpasar. Metode penulisan yang digunakan yaitu metode penulisan yuridis empiris dimana melihat kesenjangan antara norma yang seharusnya dengan prilaku di masyarakat. Hasil penelitian yaitu pengawasan dilakukan oleh Tim Pengawas secara langsung dengan monitoring sebanyak 57 usaha/kegiatan penghasil limbah B3. Sedangkan kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Denpasar dipengaruhi oleh faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana serta faktor masyarakat. B. Konsep pengawasan

1. Pengertian pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting, yang terdiri dari penentuan apa yang dilaksanakan, menilai dan apabila perlu menerapkan tindakan perbaikan dan pada pokoknya dilakukan untuk mengusahakan agar apa yang telah dilaksanakan dengan baik dan benar.

Menurut Irham Fahmi (2014) pengawasan adalah suatu bentuk pengamatan yang umumnya dilakukan secara menyeluruh, dengan jalan mengadakan pertimbangan antara yang dikonstatir dan ang seharusnya dilaksanakan.

Sementara Sondang P. Siagian (2003) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan penting untuk dilaksanakan, mengingat pengawsan tersebut dapat menpengaruhi suatu organisasi atau birokrasidan untuk

(26)

melihat apakah pelaksanaan pekerjaan telah sesuai dengan rencana penting, tujuan, dan kebijaksanaan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimana dengan pengawasan merupakan proses untuk menjaga agar kegiatan terarah menuju pencapaian tujuan seperti yang direnacanakan dan bila ditemukan penyimpangan-penyimpangan diambil tindakan koreksi yang dikemukakan Manullang (2009) bahwa untuk melaksanakan pengawasan dalam upaya merealisasikan tujuan haruslah melalui suatu proses langkah-langkah yaitu terdiri dari tiga fase, hal ini diantaranya, yaitu: a. Menetapkan alat ukur standar, yaitu:

1. Adanya pemberian tugas secara jelas 2. Adanya waktu pencapaian tujuan 3. Adanya biaya untuk pencapaian tujuan

b. Melakukan tindakan penilaian atau evaluasi, dapat dilakukan dengan cara seperti:

1. Laporan tertulis maupun tidak tertulis dari pegawai 2. Melakukan kunjungan langsung

3. Mengamati hasil kerja

c. Melakukan tindakan perbaikan yaitu yang diambil untuk menyesuaikan pekerjaan yang senyata menyimpang agar sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, adapun tindakan perbaikan yang dilakukan adalah:

1. Memberi teguran 2. Memberikan peringatan

(27)

3. Melakukan perbaikan atas terjadinya penyimpangan atau kesalahan dalam mencari jalan keluar.

Dengan demikian dapat dikatan bahwa tanpa pelaksanaan pengawasan tidak mungkin diwujudkan tujuan yang baik, karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasan tersebut dan sebaliknya perencanaan tanpa pengawasan berarti timbulnya penyimpangan-penyimpangan yang seiring tanpa ada alat untuk mencegahnya. Pengawasan merupakan proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjan sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Pengawasan juga bias diartikan sebagai segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan.

Menurut Siagian (2003) yang Menjelaskan tentang pengertian pengawasan ialah “proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang berlangsun dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.” Dari definisi ini jelas terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan.malahan sedemikian erat hubungan kedua fungsi organik administrasi dan manajemen itu sehingga Harorld Kontz dan Cyill O’Donnel dalam buku mereka principles of

management mengatakan bahwa planning and controlling are the two sidesof the same coin. Artinya bahwah perencanaan dan pengawasan

(28)

pengawasan tidak mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasan. Dan sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan berarti kemungkinan timbulnya penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan-penyelewenyan yang serius tanpa ada alat untuk mencegahnya.

2. Pentingnya Pengawasan

Kata pengawasan sering menpunyai konotasi yang tidak menyenangkan, karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. Sehinggah tujuan pemimpin adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari pengawasan yang tepat.

Menurut (Handoko, 1999) pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi yang mematikan kreatifitas, dan sebagainya yang akhirnya merugikan organisasi itu sendiri. Sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumberdaya dan menbuat sulit pencapaian tujuan.

Pengawasan menyatakan ukuran dan merupakan suatu sebaran perilaku. Jika manajer tidak dapat mengukur, berarti manajer tidak dapat mengawasi dan mengendalikan. Dalam sebuah organisasi terutama dalam menhadapi peralatan yang berpotensi menpengaruhi kehidupan seseorang perlu disadari bahwa kebutuhan untuk menbatasi sebaran perilaku.

(29)

Pengawsan juga dapat dicermati berdasarkan kegunaaan dari tujuan pengawasan menurut (Murhaini 2014) yaitu:

a. Pengawasan Preventif merupakan pengawasan yang dilakukan sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan. Pengawasan demikian misalnya dilaksanakan terhadap berbagai pesiapan rencana nantinya segera dilaksanaka.

b. Pengawasan Represif merupakan pengawasan yang dilakukan ketika alur aktivitas sudah selesai. Secara teknis dilakukan melalui kinerja audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksana pekerjaan. Dari kinerja auditor sebagai pelaksana pengawasan represif diketahui adanya ketidak sesuaian dalam pelaksana aktivitas.berikutnya dicarikan solusi atas permasalahan tersebut.

Berbagai macam pendapat tentang jenis-jenis pengawasan, terjadinya perbedaan-perbedaan pendapat tersebut, terutama karena perbed aan sudut pandangan atau dasar perbedaan jenis-jenis pengawasan itu. Ada empat macam dasar pertolongan jenis pengawasan menurut Manullang (2006) yaitu:

a. Waktu Pengawasan

Berdasarkan bila pengawasan dilakukan, maka macam-macam pengawasan itu dibedakan atas, pengawasan preventif dan pengawasan refresif. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelumnya terajdinya penyelewengan-penyelewengan,

(30)

kesalahan-kesalaha. Jadi diadakannya tindakan pencengahan agar jangan terjadi kesalahan-kesalahan dikemudian hari. Sedangkan pengawasan respresif adalah pengawasan yang dilakukan pengawasan setelah rencana dijalankan, dengan kata lain pengawasan ini dilaksanakan dengan mengukur hasil-hasil yang dicapai dengan alat pengukur standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.

b. Objek Pengawasan

Berdasarkan objek pengawasan di bidang-bidang produksi, keuangan, waktu, dan manusia dengan kegiatan-kegiatannya. Dalam bidang produksi, maka pengawasan itu dapat diwujudkan terhadap kuantitas hasil produksi ataupun terhdap kualitas ataupun terhadap likuiditas perusahaan. Pengawasan dibidang waktu bermaksud untuk menentukan hasil produksi sesuai dengan waktu akhir yang direncanakan atau tidak. Akhirnya pengawasan dibidang manusia dengan kegiatan-kegiatannya bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan tersebut dijalankan sesuai dengan instruksi, atau rencana tata kerja.

c. Subjek Pengawasan

Pengawasan dibedakan atas dasar penggolokan siapa yang mengadakan pengawasan, maka dalam hal ini pengawasan dibedakan atas pengawasan ekstren. Pengawasasan intern dimaksud pengawasan yang dilakukan oleh atasan dari petugas yang bersangkutan, dimana pengawasan intern yang di maksud pengawasan vertikal atau formal

(31)

karena yang melakukan pengawasan itu adalah orang-orang yang berwenang. Sedangkan pengawasan ektern merupakan pengawasan yang dimana orang-orang yang melakukan pengawasan itu adalah orang-orang yang berbeda diluar organisasi bersangkutan.

d. Cara Mengumpulkan fakta-fakta

Guna pengawasan yang terdiri atas, personal observation (peninjauan pribadi), pengawasan dengan peninjauan secara pribadi dilakukan dengan cara meninjau secara pribadi sehinggah dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan. Laporan lisan, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui lisan yang diberikan bawahan. Wawancara yang diberikan ditunjukan kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu yang dapat memberikan gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui tentang hasil yang sesungguhnya yang dicapai oleh bawahannya. Laporan tertulis, meruapakan suatu pertanggung jawaban kepada atasan mengenai pekerjaan yang dilaksanakan, sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya. Pengawasan berdasarkan pengucalian, sistem pengawasan yang dimana pengawasan itu ditunjukkan kepada soal-soal pengecualian. Maka pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.

3. Macam-macam Pengawasan

(32)

a. Pengawasan melekat meupakan pengawasan interen. Interen dalam kaitan pengawasasan dimaksudkan bahwa, yang melakukan pengawasan adalah dari unsur dalam organisasi sendiri. Artinya dilaksankan oleh aparatur dalam organisasi itu sendiri.

b. Pengawasan luar atau dikenal dengan pengawasan eksternal adalah pengawasan di lakukan oleh aparat dari luar. Maksudnya dari luar organisasi yang secara professional memang berkinerja melakukan pengawasan. Dalam kinerja pengawasan bersifat professional dalam arti merupakan organisasi sendiri yang terlepas dari organisasi yang diawasi.

4. Manfaat hasil pengawasan

Menurut Siagian (2012) manfaat pengawsan adalah sebagai berikut: a. Tersedianya bahan imformasi bagi manajemen tentang situasi nyata

dalam organisasi berada.

b. Dikenalinya faktor-faktor pendunkung terjadinya operasionalisasi rencana efisien dan efektif.

c. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam penyelenggara berbagai kegiatan operasional.

d. Langkah-langkah apa yang segera diambil untuk menghargai kinerja yang memuaskan.

e. Tindakang preventif apa yang segera dapat dilakukan agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut.

(33)

Berdasarkan penjelasan Siagian diatas maka manfaat pengawasan adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi kelemahan dan kelebihan dari kegiatan operasional tersebut serta pengambilan tindakan prevetif agar kegiatan operasional tidak terlambat.

5. Hambatan dalam Pengawasan Pengelolaan Limbah

a. Sumber Daya Manusia

Dalam pengawasan limbah sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penghambat Pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah. Pengawasan dapat terwujud dengan optimal apabila ketersediaan sumber daya manusia memadai dan kemampuan pemahaman yang baik dalam tugas dan fungsinya masing-masing. Sumber daya manusia yang betugas dalam pengawasan limbah masih kurang memadai yang menyebabkan kurang efektifnya pengawasan yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar . b. Partisipasi Masyarakat

Selain sumber daya manusia, partisipasi masyarakat juga sangat penting dalam pengawasan lingkungan sekitarnya sehingga lingkungan dapat terjaga dengan baik. Sedangkan masyarakat dan pengunjung masih belum mengetahui bagaimana tata cara pengaduan jika terjadi pencemaran lingkungan di sekitarnya dikarenakan tidak pernah diberikan sosialisasi tentang hal tersebut dan kurangnya pengetahuan tentang tugas aparatur pemerintah dalam pengawasan

(34)

limbah medis. Hal tersebut berdampak pada kurangnya pasrtisipasi masyarakat dalam pengawasan lingkungan sekitarnya.

C. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)

Pengelolaan merupakan tindakan pengusahaan pengorganisasian sumber yang ada dalam organisasi dengan tujuan agar sumber-sumber tersebut dapat bermanfaat untuk kepentingan organisasi. Dengan demikian pengelolaan merupakan hubungan dengan seluruh elemen yang terdapat didalam suatu organisasi, seperti pengelolaan terkait dengan personal, administrasi, ketatausahaan, peralatan ataupun prasarana yang ada didalam organisasi. Berdsarkan peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan bernahaya dan beracun limbah didefenisikan sebagai zat, energi, dan/atau komponen lain karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau menbahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang dapak berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik.

Kegiatan industri-industri tentunya juga menhasilkan beberapa jenis limbah yang memerlukan perhatian khusus. Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan mencemari lingkungan hidup, dan/atau dapat menbahaykan kesehatan

(35)

manusia. Dengan kodisi limbah tersebut, diperlukan pengelolaan secara khusus sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat dicegah ataupun diminimalkan.pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian yang mencakup pengumpulan, penyimpanan, pengankutan, pengelolaan limbah, serta penimbunan hasil pengelolaan tersebut, agar dalam prosesnya tidak terjadi dampak yang tidak yang diinginkan. Limbah yang termasuk limbah B3 , yaitu limbah yang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik yang seperti, mudah meledak, mudah terbakar, besifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif,dan limbah lain apabila diuji dengan metode toksilogi dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah B3. Limbah B3 dibedakan dalam 3 jenis, yaitu:

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, limbah ini tidak berasal dari proses utamnya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencuci, inhibitor korosi, peralutan karet, pengemasan dan lain-lain.

2. Limbah B3 dari sumber spesifik, limbah ini merupakan sisa proses suatu industry atau kegiatan tertentu.

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Jenis limbah ini tidak termasuk salah satu spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali.

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam peraturan pemerintah No 101 Tahun 2014 dilakukan dengan kegiatan penyimpanan, penguran, pengumpulan, pengankutan pemanfaatan,

(36)

pengolahan dan penimbungan. Penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan kegiatan menyimpan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dilakukanoleh penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan maksud menyimpan sementara limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang dihasilkannya. Proses pengankutan dalam hal ini badan usaha melakukan kegiatan pengankutan limbah B3. Pengumpulan limbah B3 merupakan kegaiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 sebelum diserahkan kepada pemanfaatan limbah B3, pengelolah limbah B3 dan/atau penimbunan limbah B3. Setelah kegiatan menguwmpulkan limbah B3 maka dilakukan kegiatan pengunaan kembali. Limbah B3 yang telah melalui tahapan proses dapat dimanfaatkan kemabali yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi produk yang dapat digunakan sebagai subsitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Sedangkan bagi limbah yang sangat menbahayakan dan tidak dapat digunakan ataupun dimanfaatkan, limbah B3 dalam hal ini dilakukan penimbunan dimana penimbunan limbah B3 merupakan kegiatan menetapkan limbah B3 pada fasilitas penimbunan dengan maksud tidak menbahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

D. Peran Pemerintah Dalam Pengawasan Pengelolaan Limbah B3

Pemerintah sebagai lembaga tertinggi dalam suatu Negara yang berwenang untuk mengatur atau pun mengendalikan apasaja yang berkaitan

(37)

dengan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Menrut Soerjono Soekanto (2002) peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimikiki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi. Tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan atau perankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawahan mempunyai pesan yang sama. Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi didalam suatu sosial.

Adapun syarat-syarat peran dalam soerjono soekanto (2002) mencakup tiga hal penting, yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

(38)

Miftha thoha (2005) peranan sebagai suatu rangkaian perilaku yang timbul karena suatu jabatan. Jadi, peran adalah suatu rangkaian kegiatan yang teratul ditimbulkan karena suatu jabatan. Manusia sebagai mahluk social memiliki kecendurungan untuk hidup berkelompok. Selama kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lainnya. Timbunya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dengan adanya saling ketergantungan tersebutlah maka suatu peran tersebut akan terbentuk.

Untuk melindungi kesehatan dan untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan sebagai akibat negatif karena adanya limbah B3, pemerintah melarang setiap orang atau badan usaha membuang limbah B3 secara langsung kedalam air, tanah atau udara dan mengharuskan penghasil limbah B3. Dengan demikian pengawasan merupakan wewenang yang diberikan kepada pemerintah daerah. Dalam penngawasan dapat didelegasikan kepada pejabat atau instansi teknis yang bertangung jawab dibidang lingkungan hidup. Dari sisi hukum administrasi, pengawasan merupakan tugas utama yang berwenang. Pejabat yang berwenang memberi izin bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap izin diberikan.

E. Kerangka berfikir

Pemerintah dalam hal ini sebagai pengambil kebijakan tertinggi, mesti menberikan perhatian besar dar segi pengawasan pengelolaan limbah B3 untuk menjaga dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

(39)

di Kota Makassar , guna pengawasan dari pemerintah terhadap pengawasan limbah B3 yang dilakukan untuk meminalisir dampak limbah B3 bagi masyarakat dan pemerintah pada khususnya di Kota Makassar .

Kegunaan pengawasan pemerintah ada dua yaitu pengawasan preventif dan pengawasan represif. Pengawasan preventif ialah pengawasan yang dilakukan sebelum aktifitas mulai yang dilakukan, bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan. Sedangkan pengawasan represif yaitu pengawasan yang dilakukan setelah aktifitas telah selesai, ini dilakukan sebagai pemeriksa pelaksanaan pekerjaan untuk mengetahui ketidak beresan dalam pelaksanaan pekerjaan. Kegunaan dari tujuan dapat menimbulkan beberapa kendala pengelolaan limbah B3, setelah berjalannya kegunaan dari tujuan itu dapat meningkatkan efektivitas pengawasan pengelolaan limbah di Kota Makassar .

Adapun pengawasannya mungkin tak semudah yang difikirkan maka dari itu perlu dilakukan penelitian tentang pengawasan perusahaan pengelola limbah B3 di Kota Makassar .

Gambar 2.1. Kerangka berfikir

Pengawasan dinas lingkungan hidup dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun

B3

(40)

F. Fokus Penelitan

Fokus penelitian ini adalah bagaimana pengawasan preventif dan

pengawasan represif yang dilakukan pemerintah terhadap pengawasan

pengelolaan limbah B3 dapat dikendalikan dan menjamin kenyamanan

setiap masyarakat di Kota Makassar sehinggah pemerintah berkewajiban

menberikan yang terbaik terhadap masyarakat.

Beberapa indikator pengawasan sebagai berikut:

1. Pengawasan preventif terdiri dari peraturan sosialisasi dan perizinan. 2. Pengawasan represif terdiri dari pemberian teguran, sanksi dan

penindakan.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman tentang fokus penelitian, maka

masing-masing diuraikan sehinggah nampak lebih jelas maksud yang

dikehendaki dalam penelitian ini. Deskripsi fokus penelitian adalah:

1. Pengawasan preventif adalah pengawasan berupa pencegahan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun B3 di Kota Makassar . untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan preventif, maka peneliti mengacu pada 3 aspek :

(41)

a. Pengaturan yaitu adanya keputusan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh pihak yang melakukan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3

b. Sosialisasi yaitu proses penyampaian imformasi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup mengenai Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar .

c. Perizinan yaitu pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menentukan kelayakan perusahaan yang bergerak pada perusahaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar .

2. Pengawasan repsesif yaitu pengawasan yang dilakukan dengan tindakan akan menyimpang yang terjadi dalam Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun Di Kota Makassar . untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan represif maka peneliti mengacu pada 3 aspek: a. Teguran yaitu peringatan yang diberikan kepada Perusahaan Pengelola atas pelanggaran yang dilakukan selama melakukan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar .

b. Sanksi yaitu suatu bentuk sanksi yang diberikan kepada pihak Perusahaan yang melanggar pelaksanaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar , akibat dari perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

(42)

Dalam hal ini, ada 2 aspek bentuk sanksi yang diberikan yaitu: 1. Teguran tertulis

2. Penhentian sementara usaha/kegiatan dan pembekuan izin 3. Pemberian Denda

c. Penindakan yaitu menberikan hukuman pencabutan izin operasional terhadap penyelenggara Perusahaan pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun b3 di Kota Makassar .

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) bulan, penelitian ini

dilaksanakan dikantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar . lokasi ini

dipilih dengan pertimbangan bahwa, dikarenakan Pengawasan Dinas

Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun

B3 masih kurang maksimal.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan jenis

deskriftif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang menggambarkan dan

mengunkapkan fenomena-fenomena tentang Pengawasan Dinas

Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun

Di Kota Makassar berdasarkan berbagai fakta yang ada dilokasi penelitian.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian yang bersifat fenomenologis yang merupakan salah satu jenis deskriptif kualitatif, dimana penulis

(44)

berusaha untuk mengunkapkan suatu fakta atau fenomena pengalaman infforman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi di Kota Makassar .

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian

(Sugiono : 2012), yaitu:

1. Data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dan dibutuhkan dalam penelitian yang bersumber dari responden dan imforman serta merupakan data utama melalui obeservasi dan penelitian ke lokasi Dinas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Limbah dan melalui wawancara langsung pihak yang bersangkutan.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan bahan hukum yang berupa

literatur, karya ilmiah, makalah, oponi, surat kabar, jurnal serta dokumen

lainnya yang berkaitan langsung permasalahan penulis yang disusun atau

dikaji secara relevan untuk dijadikan sebagai bahan rujukan penulis dalam

penulisan.

D. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah parah staf pelaksana

(45)

Berbahaya Beracun B3 Dikota Makassar. Sejumlah 4 orang yang ditetapkan

secara furfosif sebagaimana yang tercamcutung pada table berikut 3.1

berikut:

Tabel 3. 1 Informan Penelitian

No. NAMA INISIAL JABATAN

1. Kahfiani KF

Kepala seksi bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3

2. Saiful S

Kepala seksi pembinaan dan pengawasan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

3. Muh. Nurul Ma’ruf MN Staf Pengawasan Limbab B3 Dinas Lingkungan Hidup

4. Aprilia Elsadari AE Staf Bidang 3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar

Sumber:Dinas Lingkungan Hidup2021 E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menperoleh data yang autentik dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Teknik Wawancara

Peneliti melakukan wawancara langsung dengan imforman untuk mengetahui permasalahan secara mendalam tentang bagaimana

(46)

pengawasan pemerintah terhadap perusahaan pengelolah limbah B3 di Kota Makassar

2. Teknik Obsevasi (Pengamatan)

Peneliti akan melakukan pengamatan langsung dilapangan dengan cara mengumpulkan data pengawasan pemerintah terhadap Perusahaan Pengelolaan Limbah B3 di Kota Makassar .

3. Teknik Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan dokumentasi untuk meperoleh data melalui dokumen yang berhubungan dengan pengawasan pengawasan pemerintah terhadap perusahaan pengelolaan limbah B3 teknik ini dilakukan untuk menpertegas data yang telah kumpulkan melalui teknik wawancara.

F. Teknik Pengabsahan Data

Dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pengabsahan data menurut (Sugiono:2012)

1. Triagulasi sumber

Trigulasi sumber digunakan untuk menguji suatu kreadbilitas data dapat dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber

(47)

Triagulasi teknik dapat digunakan untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sekunder yang sama dengan teknik yang berbeda pula.

3. Triagulasi waktu

Triagulasi waktu ini dapat dilakukan dengan teknik wawancara diwaktu yang berbeda pada saat suasana masih segera tau belum ditemukan masalah sama sekali, sehinggah imforman akan menberikan data yang valid sehinggah lebih kredibel. Untuk itu dalam pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan ulang data yang diperoleh sebelumnya dengan melakukan wawancara ulang, observasi atau teknik lainnya yang dapat menperkuat data dengan waktu dan situasi yang berbeda pula.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data model Miles dan Huberman (Sugiono:2012).

1. Reduksi data

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian penyerdehanaan, transformasi data yang terlihat yang muncul hasil observasi. Langkah ini bertujuan untuk memilih imformasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah-masalah yang diteliti

(48)

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan kumpulan imformasi yang terusan yang memang kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang disajikan penulis adalah data sebelumnya sudah dianalisis, tetapi analisis yang digunakan masih dalam catatan untuk keepntingan sebelum disusun dalam bentuk laporan

3. Penarikan kesimpulan

Pada tahap penarikan kesimpulan ini harus didasarkan temuan dan melakukan verivikasi data. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti yang sangat mendukung tahap pengumpulan data ialah yang disebut sebagai verivikasi data. Pada langkah ini penulis menyusun secara sistematik data yang sudah dicatat atau dianalisis kemudian menarik kesimpulan berdasarkan data yang sesuai fokus penelitian atau sesuai masalah yang penulis temuan dilapangan.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi lokasi penelitian

1. Gambaran umum Kota Makassar

Kondisi geografis Kota Makassar sangat menpengaruhi oleh kondisi wilayahnya. Secara administrasi Kota Makassar memiliki luas wilayah kurang lebih 175,77 km2 terdiri atas 15 kecamatan dan 153 kelurahan. Berdasarkan letak geografis wilayah Kota Makassar berada pada posisi 508’6” lintang selatan bujur timur dengan batas administrasi wilayah Kota Makassar sebagi berikut:

Gambar. 4.1 Peta Kota Makassar

Sumber:https://petatematikindo.wordpress.com/2013/01/10/administrasi -kota-makassar/

• Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten maros • Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten gowa • Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten maros • Sebelah barat berbatasan dengan selat Makassar

(50)

Kota Makassar pada tanggal 1 september 1971 berubah namanya menjadi kota ujung pandang setelah diadakan perluasan kota dari 21 km2 menjadi 175,77 km2. namun kemudian, pada tanggal 13 oktober 1999

berubah kembali namya menjadi Kota Makassar . Kota Makassar merupakan kota internasional serta terbesar dikawasan Indonesia timur dan pada masa lalu perna menjadi ibu kota negara Indonesia timur provensi Sulawesi. Secara administrasi Kota Makassar terdiri dari 15 kecematan dan 153 kelurahan.

2. Deskripsi Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar

Dinas lingkungan hidup merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang lingkungan hidup yang dipimpin oleh Kepala Dinas. Dinas Lingkungan hi dup berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada wali kota melalui sekretaris daerah. Dinas lingkungan hidup Kota Makassar terbentuk dari peningkatan status dinas pengelolaan lingkungan hidup, energy dan sumber daya mineral Kota Makassar .

Dalam pasal 1 butir 9 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan KehutananRepublik Indonesia Nomor P.74/Menihk/Setjen/Kum.1/8/2016 ditegaskan bahwa Dinas Lingkungan Hidup adalah perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten /Kota di bidang Lingkungan Hidup berdasarkan Pasal 7 ayat (2) terbagi atas beberapa tipe, yaitu:

a. Tipe A yang mewadahi kerja yang besar ; dan terdiri atas 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang.

(51)

b. Tipe B yang mewadahi pekerjaan sedang ; dan terdiri atas 1 sekretariat dan paling banyak 3 bidang.

c. Tipe C yang mewadahi pekerjaan kecil ; dan terdiri atas 1 sekretariat dan paling banyak 2 bidang.

Dalam Peraturan Daerah Kota Makassar No 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan perangkat daerah pasal 5 bahwa Dinas Lingkungan Hidup masuk dalam tipe A.

3. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar

a. Visi :

Mewujudkan Makassar Kota dunia yang nyaman dan berwawasan lingkungan.

b. Misi:

1. Meningkatkan kualitas teknis aparatur DLH yang didukung oleh pengingkatan kualitas intelektual, mental spiritual, keterampilan serta sarana dan prasarana

2. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat untuk mendapatkan lingkungan hidup yang nyaman

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

(52)

4. Tugas pokok dan fungsi Dinas dinas lingkungan hidup Kota

Makassar

a. Tugas pokok dan fungsi

Berdasarkan peraturan Wali Kota Makassar Provensi Sulawesi Selatan Nomor 93 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja dinas lingkungan hidup.

Kepala Dinas

1. Dinas lingkungan hidup menpunyai tugas menbantu walikota melaksanakan urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup yang menjadi kewenganan daerah dan tugas pembantuan yang dituagaskan kepada daerah.

2. Dinas lingkungan hidup dalam melaksanakan tugas bagaimana dimaksud pada ayat (1), menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kkebijakan peyelenggaraan urusan pemerintah bidang lingkungan hidup

b. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerinahan bidang lingkungan hidup

d. Pelaksanaan administrasi dinas urusan pemerintahann bidang lingkungan hidup

e. Pembinaan, pengoorganisasian, pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan program dan kegiatan bidang lingkungan hidup

(53)

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan tugas dan fungsinya.

B. Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolan Limbah

Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar

Dalam pengawasan limbah bahan berbahaya beracun B3 mempunya instansi yang berperan dalam pelaksanaan pengawasan, pengawasan ini ada dua jenis yaitu pengawasan Prepentif dan pengawasan Repreris, Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar sebagai salah satu instrument pemerintah Kota Makassar dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai penegakan hukum lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka membantu Daerah Kota Makassar yang memiliki wewenang dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) aktivitas industri.

Adapun pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah B3 merupakan salah satu tugas dari pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tenang penyelenggaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Dalam melakukan pengawasan ada dua jenis pengawasan yaitu Preventif dan pengawasan Revrefsif.

Pengawasan Preventif yang di jalankan oleh Dinas Lingkunga Hidup Kota Makassar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 yang terdiri dari Peraturan dan Perizinan, Soialisasi, sedangkan pengawasan Represif terdi dari Teguran, sanksi dan tindakan.

(54)

1. Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif merupakan pengawasan yang dilakukan sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan. Tujuannya adalah menjaga agar tidak terjadi penyimpangan. Pengawasan demikian misalnya dilaksanakan terhadap berbagai persiapan rencana nantinya segera dilaksanakan. Pengawasan preventif merupakan pengawasan berupa pencegahan yang dilakukan oleh kementrian untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 Di Kota Makassar . untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan preventif mengacu pada 3 aspek yaitu pengaturan, sosialisasi dan perizinan.

a. Pengaturan dan perizinan

Pengaturan yaitu keputusan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh pihak yang melakukan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3. Pengawasan dan pengendalian merupakan salah satu tugas Dinas Lingkungan Hidup sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 pasal 101 ayat (1), dan (2) disebutkan bahwa (1) Wali Kota melaksanakan pengawasan (2) menetapkan pejabat pengawas lingkungan yang merupakan pejabat fungsional. Untuk memahami lebih jelas bentuk pengaturan pengawasan Limbah di Kota Makassar dapat dilihat dari uraian berikut:

(55)

Berdasarkan peraturan No. 101. Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 pada pasal 101 ayat 1 dan ayat 2 wajib melaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar . Berikut peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui wujud pengawasan preventif berupa pengaturan dengan melakukan wawancara bersama informan Seksi Pengembangan dan pengendalian Sistem Persampahan dan Limbah B3. Bagaimana cara mengawasi pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3).

Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Seksi Pengembangan dan Pengendalian Sistem Persampahan dan Limbah B3 terkait keberadaan aturan pengelolaan limbah B3 beliau mengatakan bahwa:

“setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin sebagaimana di maksud dalam pasal 59 ayat 4 di pidana dengan penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda administratif (Wawancara dengan KF, Rabu, 17 Februari 2021)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa, dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun B3, sudah ada regulasi yang mengatur dan itu sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah menegani Pengawasan pengelolaan limbah B3 serta kegiatan terhadap pelaporan pengelolaan limbah B3 terhadap ketentuan peraturan perundang-undang. Rencana pengawasan limbah adalah pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun B3, yang dilaksanakan Dinas Lingkungan Hidup dan/atau pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun B3.

(56)

Peneliti melakukan wawancara dengan Staf pengawasan Limbah B3 terkait keberadaan aturan pengelolaan limbah B3 beliau mengatakan bahwa

“setia perusahaan yang menghasilkan limbah B3 dan melakukan pengelolaan limbah B3 wajib menjalankan aturan pemerintah PP Nomor 22 Tahun 2021 dan ini sudah dijalankan sampai saat ini” (wawancara MN, Senin 1 Maret 2021)

Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan. yang akan dilakukan terhadap perusahaan wajib memiliki surat izin sesuai perturan yang berlaku. Terkait dengan aturan pengelolaan limbah B3 di Kota Makassar sudah ada yang mengatur yaitu PP Nomor 22 Tahun 2021 dan itu menjadi pedoman bagi dinas lingkungan hidup untuk malakukan pengawasan perusahaan pengelola limbah B3.

Hasil wawancara dengan seksi pengemnbangan dan pengendalian sistem persampahan dan limbah B3 di Kota Makassar di perkuat pun dengan Staf Pengembangan dan Pengendalian sistem persampahan dan limbah B3 di Kota Makassar beliau mengatakan bahwa

“keberadaan aturan yang mengatur pengelolaan limbah B3 sangatlah jelas dan kami sudah menjalankan aturan tersebut dengan cara melakukan pengawasan secara berkala terhadap perusahaan pengelola limbah B3 dan itu sudah di atur dalam aturan PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (wawancara AE, Senin, 1 Maret 2021).

Adapun tambahan wawancara dengan Staf pembinaan dan pengawasan limbah B3 beliau mengatakan bahwa

“sretiap perusahaan yang menghasilkan limbah B3 dan melakukan pengelolaan lmbah B3 tanpa izin sebagaimana di

(57)

maksud dalam pasal 59 ayat 4 di pidana sesuai dengan aturan pemerintah PP Nomor 22 Tahun 2021” (wawancara dengan S, 26 Maret 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan terkait apa pentingnya aturan tentang pengelolaan limbah B3, maka aturan sangat penting untuk menjadi acuan dan dasar untuk melakukan pengawasan kepada penggelolah limbah B3 agar perusahaan pengelolah limbah B3 tidak melakukan pelanggaran yang bisah merusak lingkungan di Kota Mkaassar.

Dari hasil wawancara di atas maka Peneliti menyimpulkan bahwa sejauh ini Dinas Lingkungan Hidup sudah menjalankan aturan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 dengan cara turun langsung ke lapangan melakukan pengawasan secara berkala terhadap perusahaan penghasil atau pengelola limbah B3 di Kota Makassar dan sejauh ini sudah ada perusahaan yang mendapatkan sanksi karena tidak mematuhi aturan yang di tetapkan oleh pemerintah.

Selanjutnya berdasarkan dari uraian sebelumnya terkait pelaporan kegiatan pengelolaan limbah dapat kita lihat dari proses pengumpulan, pengangkutan, penampungan dan wajib melaporkan perusahaan yang memiliki izin kepada pihak yang terkait agar penerapan aturan dapat sesuai dan menjadi acuan dalam pelaporan limbah B3 terhadap pihak yang mengatur, hal ini diperkuat dengan hasil pernyataan yang di sampaikan oleh informan berikutnya terkait apa pentinya aturan tersebut bersama dengan deksi pengembangan dan pengendalian sistem persampahan dan limbah B3 beliau mengatakan bahwa

(58)

“aturan sangat penting terkait pengelolaan limbah B3 dan itu menjadi acuan atau aturan agar perusahaan tidak melakukan pelanggaran” (wawancara dengan KF, Rabu, 17 Februari 2021).

Dari hasil wawancara di atas di perkuat dengan hasil wawancara dengan Staf pengawasan limbah B3 di Kota Makassar terkait pentinya aturan itu beliau menyampaikan bahwa

“aturan sangat penting dalam pengelolaan limbah B3 agar perusahaan tidak melakukan pelanggaran seperti mencemari lingkungan hidup di Kota Makassar ” (wawancara dengan MN, Senin 1 Maret 2021).

Dari hasil wawancara di atas bisah di katakana bahwa aturan itu sangat penting dan menjadi acuan bagi dinas lingkungan hidup dan perusahan penghasil limbah agar tidak melakukan pelanggaran yang di tuangkan dalam Peratutan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.

Peneliti melakukan wawancara dengan Staf pengembangan dan pengendalian sistem persampahan dan limbah B3 terkait pentingya aturan tersebut dan beliau mengatakan bahwa

“aturan sangat penting untuk di jalankan sebagai acuan bagi kami dinas limgkungan hidup dan pelaku usaha agar tidak melakukan pelanggaran terkait pengelolaan limbah B3” (wawancara dengan AE, Senin 1 Maret 2021).

Lanjut wawancara dengan Staf pembinaan dan pengawasan limbah B3 mengenai aturan adalah sebagai berikut:

“aturan sangat penting terkait pengelolaan limbah B3 agar perusahaan tidak melakukan pelanggaran terkait pengelolaan limbah B3 di Kota Makassar (Wawancara dengan S, Jumat, 26 Maret 2021)

(59)

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa tindakan preventif yang dilakukan oleh dinas lingkungan hidup untuk meminimalkkan adanya kegiatan yang tidak sesuai yang diinginkan dan terbitlah PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3. Regulasi ini telah menjadi pegangan seluruh Dinas Lingkungan Hidup dan menjadi rujukan pada seluruh Dinas Lingkungan Hidup.

Dari hasil wawancara di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa aturan sangat penting tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang mengatur terkait pengelolaan limbah B3 dan aturan tersebut menjadi pengangan untuk menjalankan agar perusahaan tidak melakukan pelanggaran seperti mencemari lingkungan hidup di Kota Makassar .

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas bersama dengan informan peneliti ingin mengetahui terkait pengawasan preventif dalam hal ini bagaimana respon perusahaan pengelolah limbah B3 terkait adanya aturan yang mengatur penegelolaan limbah B3 di Kota Makassar . Peneliti melakukan wawancara dengan Seksi pengembangan dan penegendalian sistem persampahan dan limbah B3 beliau mengatakan bahwa :

“bagi perusahaan yang kami awasi dalam pengelolaan limbah B3 sangat perespon adanya aturan PP Nomor 22 Tahun 2021 yang mengatur terkait pengelolaan limbah B3 di Kota Makassar . (wawancara dengan KF, Rabu 17 Februari 2021)

Gambar

Gambar 2.1 KerangkaPikir.......................................................................
Tabel 1.1 Kasus pengaduan pencemaran lingkungan hidup di Kota Makassar
Gambar 2.1. Kerangka berfikir
Tabel 3. 1 Informan Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, karena atas berkah dan rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum/skripsi ini dengan judul: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

Dalam hasil Implementasi Kebijakan Pengelolaan Limbah Padat Non B-3 Melalui Re-Use Atau Re-Cycling Untuk Kelestarian Lingkungan Hidup peneliti telah menyebarkan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan

Pada tahun 2020 penyusunan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah mendapatkan dukungan data pemantauan dari KLHK, sama halnya dengan tahun 2021 ini

d. Kurangnya kesadaran masyarakat terkait bahaya pencemaran lingkungan akibat limbah yang ditimbulkan. Upaya pemulihan lahan yang terkena dampak adanya limbah bahan

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL No PP 06 Tahun 2021 Kondisi Eksisting Keterangan Skor Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Kemasan 2 1 Kemasan disesuaikan dengan

Oleh karena Terdakwa dijatuhi hukuman maka berdasarkan Pasal 222 ayat 1 KUHAP kepadanya dibebani membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding