• Tidak ada hasil yang ditemukan

mengajak serta keluarga

Dalam dokumen buku belajar ke luar negeri seri 2 final (Halaman 135-138)

Oleh: Idham Badruzaman Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga [courtesy by Keluarga Cemara]

Mengajak suami/istri dan anak-anak ke luar negeri mungkin tidak menjadi pilihan bagi semua pelajar Indonesia di Spanyol mengingat tidak semua beasiswa mengkover biaya hidup anggota keluarga jika ingin diikutsertakan ke Spanyol. Namun demikian, terlepas dari apakah beasiswa mengkover ataupun tidak, seseorang bisa saja memilih untuk memboyong keluarganya dengan konsekuensi yang sudah diperhitungkan.

Saya sendiri, dengan beasiswa DIKTI yang dalam hal ini tidak mengkover biaya hidup anggota keluarga, bertekad untuk mengajak serta istri selama 10 bulan ke depan, atau di satu semester terakhir. Beruntung karena institusi yang memberikan sponsor kepada saya, bersedia memberikan kebutuhan yang bersifat administratif atau legal formal, sehingga proses aplikasi visa nasional istri dapat berjalan dengan lancar. Sementara untuk biaya kami berdua nanti, akan kami cukupkan dari beasiswa DIKTI yang kami terima. Kalau sudah tekad, tentu semuanya akan bisa dilakukan. Semuanya tergantung bagaimana kita mengatur keuangannya. Uang banyak tidak menjamin kecukupan satu keluarga, tetapi uang sedikit bisa jadi menjadi cukup jika diatur sedemikian rupa. Bukankah pepatah lama selalu saja berlaku, “Dimana ada kemauan, disitu ada jalan”.

Jenis visa yang harus diperoleh untuk istri saya adalah visa nasional dengan tujuan family reunion for study. Sebab ada family reunion to reside, dimana visa ini diperuntukan bagi anggota keluarga yang mempunyai keluarga yang sudah berada di Spanyol dan memiliki permanent resident. Ada juga family reunion to work, dimana visa ini diperuntukkan bagi anggota keluarga yang keluarganya sudah berada di Spanyol dan bekerja. Lantas, apa saja persyaratan yang harus dikantongi istri saya untuk melamar visa nasional tersebut, berikut ini list-nya:

1. Surat kontrak tempat tinggal saya di Spanyol

2. Bukti Ketersediaan dana atau surat sponsor dari institusi yang mengirim saya di Indonesia. Dalam hal ini, saya meminta kampus dimana saya bekerja di Indonesia untuk mengeluarkan surat sponsor terhadap istri saya.

3. Fotokopi NIE (Resident Permit) saya

4. Fotokopi kartu pelajar (Student ID) di universitas Spanyol

5. Surat dari universitas tempat saya belajar yang menjelaskan dua hal: a. Saya adalah mahasiswa aktif di universitas tersebut

b. Universitas tidak keberatan dengan keikutsertaan istri saya di Spanyol

6. SKCK dari Mabes Polri di Jakarta. Prosedur mendapatkan SKCK dari Mabes Polri tentunya dimulai dari Polsek, Polres, Polda di daerahnya masing-masing, baru kemudian Mabes Polri di Jakarta.

mencantumkan kalimat berikut “Tidak menderita satupun penyakit yang dapat berdampak

dalam peraturan kesehatan Internasional tahun 2005″.

8. Formulir aplikasi visa rangkap 2 disertai foto ukuran 3×4 background putih (yang harus ditempel, tidak disteples). Formulir bisa diunduh di:

http://ppispanyol.com/wp-content/uploads/2013/03/Solicitud-de-visado-nacional-Ingl%C3%A9s.pdf

9. Pasfoto berwarna 3x4 = 2 lembar (wajah 80% dan background harus putih) 10. Paspor yang berlaku minimal 6 bulan.

11. Potokopi paspor halaman pertama dan terakhir 12. Potokopi KTP dan kartu keluarga.

13. Potokopi surat nikah yang dilegalisir di KUA yang mengeluarkan, kementerian agama di Jakarta, kemenkumham, kemenlu, dan kedubes Spanyol. Selain itu, buku nikah juga di terjemahkan ke dalam bahasa Spanyol.

14. Asuransi kesehatan yang berlaku selama tinggal di Spanyol, dan mengkover paling tidak 30.000 EUR. Daftar perusahaan asuransi yang diakui oleh kedubes Spanyol terdapat dalam link berikut:

http://www.vfsglobal.com/spain/indonesia/pdf/Listed_Insurance_Company_08.10.12.pdf

Keberangkatan istri saya ke Spanyol juga akan dibarengi oleh ibunya yang kebetulan ingin berkunjung ke Eropa. “Mumpung ada anak” begitu katanya. Maka kemudian, selain mempersiapkan persyaratan visa nasional, akupun juga harus mempersiapkan visa schengen untuk keberangkatan ibu mertua. Meskipun normalnya visa schengen ini diajukan di VFS global, sebuah agen resmi yang ditunjuk kedutaan besar Spanyol di Jakarta untuk melayani permohonan visa schengen, tetapi kita bisa mengajukannya di kedutaan besar Spanyol dengan mengatur janji terlebih dahulu melalui online. Karena Istri saya mengajukan visa nasional, dan itu harus langsung di kedutaan besar Spanyol di Jakarta, maka Ia pun juga akan mengatur janji pengajuan visa schengen untuk ibunya di Kedubes Spanyol. Dengan demikian, baik istri saya maupun ibu mertua, keduanya dapat bersama-sama mengajukan visa di kedubes Spanyol di Jl. KH. Agus Salim.

Apa saja syarat yang harus dikantongi oleh ibu mertua? berikut ini list-nya: 1. Formulir aplikasi visa. Bisa diunduh disini:

http://www.exteriores.gob.es/subwebs/Documents/Solicitud%20de%20visado%20Schengen%20-%20Ingl%C3%A9s.pdf

2. Biaya visa 60 EUR atau IDR 757.000 plus logistic fee IDR 250.000 3. Paspor yang berlaku minimal 3 bulan sebelum habis masa berlakunya 4. Potokopi KTP

5. Potokopi kartu keluarga

6. Invitation letter yang saya minta di Comisaria de Policia

7. Fotokopi NIE (Resident Permit) pengundang (dalam hal ini saya sendiri)

8. Asuransi kesehatan yang berlaku di semua negara schengen dengan jumlah coverage 30.000 EUR

9. Booking tiket pulang-pergi

10. Bukti ketersediaan dana yang dibuktikan dengan potokopi rekening bank selama 3 bulan terakhir. Jumlah uang yang harus tersedia harus setara dengan 580,77 Euros setiap orang. Jika lebih dari 9 hari, maka ditambah 64,53 Euros per-harinya.

Sekolah Anak

Meskipun saya sendiri belum punya momongan, tetapi saya juga sempatkan bertanya kepada teman yang kebetulan mengajak serta anaknya ke Spanyol tentang bagaimana sekolahnya. Manzar, seorang teman dari Pakistan yang mempunya dua malaikat kecil yang berumur 9 dan 10 tahun, keduanya masuk ke sekolah negeri di Castellon, dan keduanya tidak dipungut biaya sama sekali. Artinya keduanya mempunyai hak yang sama seperti halnya anak-anak lokal warga Spanyol lainnya. Important links:

http://www.vfsglobal.com/spain/indonesia/allaboutyourvisas.html [info visa umum]

http://www.vfsglobal.com/spain/indonesia/tourist_visafees.html [persyaratan visa undangan keluarga]

http://www.vfsglobal.com/spain/indonesia/pdf/Listed_Insurance_Company_08.10.12.pdf [list perusahaan asuransi yang ditunjuk Kedubes Spanyol]

http://www.mpt.gob.es/es/ministerio/delegaciones_gobierno/delegaciones [mencari oficina de extranjeros]

http://www.maec.es/subwebs/Documents/Solicitud%20de%20visado%20Schengen%20-%20Ingl%C3%A9s.pdf [formulir visa schengen]

Operasi Penjemputan

Saya dan istri sempat memikirkan sesuatu yang amat penting tentang rencana perjalanannya dan Ibu mertua ke Eropa nanti. Ibu mertua yang kebetulan tidak bisa berbahasa Inggris, sempat khawatir dengan kepulangannya yang sendirian dari Spanyol jika harus transit di negara lain. Meskipun dulu Ia sempat menunaikan ibadah haji, akan tetapi perjalanan udara haji selalu berkelompok dan dipandu oleh ketua rombongan. Maka hal ini sempat membuat kita berpikir beberapa opsi untuk melancarkan kepulangan Ibunda dengan selamat ke Indonesia.

Sempat kita berpikir untuk menerbangkan Ibunda dari Amsterdam ke Jakarta dengan penerbangan nonstop dengan Garuda Indonesia, tetapi sepertinya terasa berat kita lakukan karena harga tiket garuda yang terlampau mahal sekali. Dengan jarak 5 bulan saja, harganya sudah 800-an EUR penerbangan sekali jalan dari Amsterdam ke Jakarta, apalagi nanti jika kita pesan tiketnya satu atau beberapa minggu sebelum keberangkatannya. Hal ini menjadikan opsi ini kecil kemungkinannya untuk diambil, meskipun mungkin saja kita ambil jika harganya kebetulan berubah pada saat kita ingin memesannya.

Melihat opsi pertama kurang meyakinkan, akhirnya kita berpikir dan menghasilkan opsi kedua. Opsi dimana kita akan menerbangkan Ibunda dari Amsterdam dengan penerbangan non-stop ke Malaysia dengan Malaysian Airlines. Harganya yang masih masuk akal, mungkin akan besar kemungkinannya kita ambil opsi ini. Malaysia menjadi tempat transit yang tidak begitu menakutkan buat Ibunda karena bahasa yang masih mirip-mirip bahasa Indonesia, dan letaknya yang tidak begitu jauh dengan Indonesia. Jika sampai Ibunda terlambat mendapatkan pesawat lanjutannya ke Indonesia, bisa saja beliau kami belikan dengan tiket pesawat yang baru karena harganya yang tidak begitu mahal. Apalagi banyak pilihan penerbangan dari Kualalumpur ke Indonesia, mungkin ini juga yang menyebabkan harga tiket Kualalumpur ke Indonesia tidak begitu mahal. Selain itu, kami juga berpikir, jika Ibunda terlalu khawatir dengan transitnya nanti di Kualalumpur, maka kita berinisitif untuk menugaskan saudara laki-laki saya untuk berangkat ke Kualalumpur dengan sebuah misi yang kami sebut, “Operasi Penjemputan”.

Oleh: Sesilia Wanget

Ke luar negeri? Eropa? Semua orang di Indonesia kalau ditanya, pasti ingin ke luar negeri, apalagi ke Eropa. Tidak ada yang akan berkata tidak mau.

Keinginan ke luar negeri bagi saya sudah tertanam sejak kecil. Waktu masih duduk di bangku sekolah dasar, membaca buku pelajaran tentang suasana di luar negeri, juga buku cerita anak-anak karya H.C. Andersen di tahun 70-an yang selalu mengambil background suasana di luar negeri serta buku cerita Lima Sekawan karya Enid Bliton di tahun 80-an, merupakan inspirasiku untuk pergi ke luar negeri.

Ingin merasakan bagaimana suasana di tempat bersalju, makan makanan dan minum minuman yang aneh-aneh namanya, hihihi ..

Hal utama dan pertama yang saya lakukan untuk memenuhi keinginan saya adalah 'BERDOA'.

Dalam berdoa, kita dapat menyebutkan hal yang menjadi keinginan kita. Dengan keinginan akan muncul niat, selanjutnya niat akan menimbulkan usaha, dan setiap usaha pasti ada hasilnya. Kita semua tahu, Tuhan tidak akan menutup mata terhadap doa kita yang disertai dengan usaha.

Ketika lulus dari sekolah SMA Negeri 1 Manado tahun 1991, beberapa teman ikut tes untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Dalam benakku, saya harus sedikit bersabar karena hal itu rasanya tidak mungkin. Kedua orang tua adalah PNS di Universitas Sam Ratulangi Manado dan harus membiayai kami anak-anak (saya, beserta kakak dan adik saya). Kakakku saat itu sedang kuliah di fakultas kedokteran yang pastinya membutuhkan biaya cukup besar. Saat itu informasi beasiswa ke luar negeri bagi lulusan SMA juga masih amat sangat minim, sementara itu, biaya studi di luar negeri sangat mahal. Saya kemudian memutuskan untuk kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Sejak semester satu, nilai-nilai dari mata kuliah yang diperoleh memungkinkan saya untuk mendapatkan beasiswa dan IPK saya terus naik sampai lulus program sarjana dengan hasil yang sangat memuaskan, IPK terakhir 3,52. Sewaktu kuliah, saya tidak semata hanya kuliah , namun saya ikut kegiatan ekstrakurikuler paduan suara mahasiswa (PSM UNSRAT). Dimasa kuliah, setiap tahun ada kegiatan ke luar daerah untuk ikut lomba Padua Suara Tingkat Nasional –oleh orang tua, saya diijinkan dengan syarat sederhana, yaitu kegiatan tersebut tidak mengganggu waktu studi dan saya harus bisa selesai studi tepat waktu– dan lewat ekskul kita bisa punya banyak teman dari berbagai fakultas. Pokoknya asyik deh kalau ikut ekskul. Lulus sarjana dengan hasil memuaskan membuat saya direkomendasikan untuk mendaftarkan diri sebagai tenaga pengajar (dosen).Setelah lulus sarjana pada tahun 1996, pada tahun 1997 saya diterima sebagai CPNS di Universitas Sam Ratulangi Manado. Setahun kemudian, tahun 1998 saya memutuskan untuk lanjut studi ke program magister, namun belum ke luar negeri, tapi ke luar daerah, yaitu ke Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat. Tahun 2002, gelar magister pertanian bisa saya raih dengan hasil sangat memuaskan, dan hal ini memungkinkan untuk lanjut studi ke program doktor.

Selesai studi program magister, sebagai tenaga pengajar yang ditugaskan oleh institusi (meskipun untuk tempat belajar kita sendiri yang memilih), saya diwajibkan untuk kembali ke daerah untuk mengabdi (mengajar dan meneliti).

Setiap kali mencoba daftar untuk short course ke Belanda, saya selalu terkendala dengan lambatnya proses surat dan dokumen baik dari kantor instasi pendidikan maupun kedutaan besari Belanda di Jakarta.

Dalam dokumen buku belajar ke luar negeri seri 2 final (Halaman 135-138)