• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram

BAB II BIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTAN

H. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram

Kedatangan Syeikh Imam Nawawi al-Bantani ke Hijaz tidak serta mertanya langsung bisa mengajar di Masjidil Haram. Akan tetapi, untuk menuju itu semua harus melalui sebuah seleksi yang ketat dan mendapatkan legalitas dari penguasa Hijaz yang di waktu itu dijabat oleh Syarief Aunur Rofiq. Sebelum mengajar di Masjidil Haram, Syeikh Imam Nawawi al-

Sayyiduna Syeikh Muhammad Murad Ra Sayyiduna Syeikh Abdul Fattah Ra Sayyiduna Syeikh Syamsuddin Ra Sayyiduna Syeikh Ahmad Khatib Syambasi bin Abdil

Ghaffar Ra

Syeikhul kabir wa Alimul Hijaz Abu Abdil Mu‟thi Muhammad Nawawi al-Bantani Ra.

32

Bantani sudah aktif mengajar, terlebih di kediaman, Syeikh Syi‟if Ali atau perkampungan al-Jawi. Waktu melakukan penelitian Snock Hurgronje atas Ulama-ulama Nusantara yang ada di Hijaz, ia sempat bertemu dengan Syeikh Imam Nawawi al-Bantani. Untuk misinya ini, Snock pura-pura masuk Islam dan mengubah namanya Abdul Ghaffar.(Amirul Ulum, 2015: 46).

Snock keheranan menyaksikan sendiri bagaimana cara penguasaan materi dan penyampaian tidak kalah hebat dengan para Syeikh yang mengajar

di Masjidil Haram. Snock bertanya kepada Syeikh Imam Nawawi “mengapa

anda tidak mengajar di Masjidil Haram, tapi malah diperkampungan Jawa?‟‟

“pakaianku yang jelek dan keperibadianku tidak cocok dan tidak pantas, tidak

layak bila disejajarkan dengan keilmuan seorang Syeikh yang berbangsa

arab,” “bukankah di Masjidil Haram banyak orang yang tidak sepandai anda,

akan tetapi mereka tetap dipersilahkan untuk mengajar? “jikalau mereka

diizinkan untuk mengajar di Masjidil Haram, tentunya mereka adalah orang- orang alim pilihan, jawab Imam Nawawi.(Amirul Ulum, 2015: 47).

Dalam mengajar Syeikh Imam Nawawi al-Bantani dikenal dengan sebutan Imam al-Manthuq wa al-Mafhum. Yaitu orang yang paling menguasai dalam hal pemahaman ilmu dan cara menyampaiknnya. Sehingga para Ulama Mesir menyebutnya dengan Syyidu al-Ulama al-Hijaz (penghulu para ulama di Negeri Hijaz). Ketika keilmuan Imam Nawawi terkenal di dataran Hijaz, akhirnya diambil menjadi bagian dari Syeikh yang ikut serta dalam mengajar di Masjidil Haram dan menjadi Imam di dalamnya. Dengan tampilnya Syeikh Imam Nawawi al-Bantani sebagai pengajar di Masjidil

33

Haram, maka sosoknya dapat menyedot para thalabah untuk menghadiri pengajiannya sebab cara pemikiran dan penyampaiannya yang mempunyai

nilai lebih bila dibandingkan dengan ulama‟ yang lain. Tercatat 200 pelajar

yang setia untuk menghadiri majelis ilmunya di Masjidil Haram.(Amirul Ulum, 2015: 48).

Lantaran ketajaman otak Syeikh Imam Nawawi al-Bantani, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas uzur sebagai Imam Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu, ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi.(Ghofur, 2008:191).

Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan mereka

memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh ulama‟ hijaz

(jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam meraih ilmu agama dan kedudukan yang mulia dalam berilmu. Beliau merupakan seorang syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut hatinya, dan pecinta para fakir miskin. Semoga Allah merahmati beliau dan memberi ampunan (Al-Qof, 2008:104). Itulah sebabnya ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, Mesir negara yang pertama-tama mendukung atas kemerdekaan Indonesia (http://id.wikipedia.org).

Kemudian Snouck Hourgronje menggelarinya sebagai “Doktor Ketuhanan”, karena memiliki ilmu yang dalam, rendah hati, tidak congkak,

34

bersedia berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Di kalangan intelektual masa itu juga menggelarinya sebagai al-Imam wa al-Mudaqqiq

(Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam). Sementara

para ulama‟ Indonesia mengelarinya sebagai “Bapak Kitab Kuning

Indonesia” (http://id.wikipedia.org).

I. Murid-Murid Imam Nawawi al-Bantani

Untuk kedua kalinya Imam Nawawi tinggal di Makkah. Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Bahkan, lantaran ketajaman otaknya, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas udzur sebagai Imam Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu, ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).

Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan mereka

memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh ulama‟ hijaz

(jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam keilmuaanya sehingga imam Nawawi al-Bantani mempunya beberapa murid yang belajar kepada beliau, diantara murid-murid imam Nawawi baik yang menjadi pengajar di Masjidil Haram maupun yang kembali ke daerahnya adalah:

1. Syaikh Zainudi bin Badawi al-Sumbawa. (1230 H/1814 M–1312 H/1897 M)

35 3. Syeikh Asy‟ari al-Baweani.

4. Syeikh Abdul Karim al-Bantani. (1840 M- 1875 M) 5. Syeikh Jum‟an bin Makmun al-Tengerangi.

6. Syeikh Kyai Hasyim Asy‟ari. (1287 H/1871 M-1366 H/1947 M) 7. Syeikh Kyai Ahmad Dahlan. (1868 M-1923 M)

8. Syeikh Abdul Hamid al-Qudsi. (1277 H/1860 M- 1334 H/ 1915 M) 9. Kyai Wasith al-Bantani.

10.Kyai Arsyad Thawil al-Bantani. (1263 H/1847 M- 1328 H/1910 M). 11.Kyai Saleh Darat Semarang. (1820 M- 1903 M)

12.Syaikhona Khalil Bangkalan. (1235 H/1820 M- 1343 H/1925 M) 13.Kyai Umar bin Harun Rembang. (1270 H/1855 M- 1328 H/1910 M) Adapun untuk murid Imam Nawawi al-Bantani yang berasal dari luar Nusantara yang menjadi pengajar di Masjidil Haram, di antaranya adalah: 1. Sayyid Ali bin Ali al-Habsyi. (1270H - 1333 H)

2. Syeikh Abdul Satar al-Dahlawi.

3. Syeikh Abdul satar bin Abdul Wahab dll. (Amirul Ulum, 2015: 49-50). Dengan banyaknya pelajar yang mendatangi halaqah Syeikh Imam Nawawi al-Bantani, baik di kampung al-Jawi maupun Masjidil Haram, maka hal ini menjadi bukti kuat bahwa imam Nawawi al-Bantani adalah ulama‟ yang mumpuni dalam sebuah kajian keilmuan. Sehingga beliau terkenal dan banyak orang yang ingin menjadi muridnya untuk belajar.

Imam Nawawi al-Bantani termasuk juga ulama‟ yang mempunyai identik dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, begitu juga

36

beliau Imam Nawawi al-Bantani. Penulis akan memberikan salah satu dari begitu banyak karomah beliau. Pernah pada suatu waktu beliau mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk beliau sebagai lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yakni rumah- rumahan di punggung unta, yang beliau diami, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya.Syaikh Nawawi kemudian berdoa memohon

kepada Allah Ta‟ala agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu menerangi jari kanannya untuk menulis. Kitab yangkemudian lahir dengan nama Marâqi Al- Ubudiyyah syarah Matan Bidâyah al-Hidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu membawa bekas yang tidak hilang. (http://basaudan .worspress.com/2011/03/01/syeikh-nawawi)

Dokumen terkait