• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menganalisis Tindak Lokusi, ilokusi, dan Perlokusi

PUNYA CERITA

4.2 Menganalisis Tindak Lokusi, ilokusi, dan Perlokusi

Setelah jenis-jenis tindak tutur ditemukan, kemudian akan dilanjutkan dengan analisis sebagai berikut:

Contoh 1. Data Percakapan 1

(2) Sumantri : Saya tidak sempat, Dok. Banyak pekerjaan.

(3) Dokter : Saya takut kankernya sudah menyebar. Hasil tes kamu baru bisa selesai hari Senin. Jadi, ibu harus kembali lagi minggu depan.

Kemudian Sumantri mengangguk dan terdiam setelah mendengar pernyataan dokter tersebut.

(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, ) Konteks:

Pada dialog di atas, dapat dilihat percakapan antara Dokter dengan Sumantri dilakukan di sebuah klinik kesehatan di Jakarta. Topik pembicaraan dalam percakapan di atas adalah mengenai perkembangan penyakit yang diidap oleh Sumantri.

Pada tuturan (1) menyatakan bahwa <Dokter> bertanya kepada Sumantri mengapa ia baru sekarang melakukan pemeriksaan kesehatan dan tuturan itu disampaikan secara sengaja oleh <dokter> yang disebut dengan tindak lokusi. Selain tindak lokusi, tuturan (1) juga mempunyai maksud yang ingin disampaikannya, yaitu <Dokter> ingin mencari tahu mengapa baru sekarang Sumantri melakukan pemeriksaan kesehatan, dan tindak ini disebut tindak ilokusi. Dari tuturan itu kemudian timbul efek oleh lawan tutur ketika mendengar perkataan dari lawan bicaranya tersebut yang disebut tindak perlokusi, yang dalam hal ini muncul pada tuturan (2) dengan memberikan jawaban oleh <Sumantri> atas pertanyaan tersebut.

Tindak lokusi pada tuturan (2) adalah <Dokter> bertanya mengapa baru sekarang <Sumantri> datang untuk memeriksa keadaan tubuhnya. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu <Dokter> bermaksud mencari tahu mengapa baru sekarang ini <Sumantri> melakukan pemeriksaan kesehatan. Tindak perlokusinya, yaitu muncul

pada tuturan (3) dengan memberikan keterangan tambahan oleh <Sumantri> mengenai kekhawatiran <Dokter> terhadap perkembangan penyakitnya.

Tindak lokusi pada tuturan (3), yaitu <Dokter> menyatakan ketakutannya bila kanker yang diderita <Sumantri> telah menyebar. Ia juga memberitahukan bahwa hasil tes kesehatan <Sumantri> akan selesai hari Senin sehingga <Sumantri> harus kembali ke klinik kesehatan tersebut minggu depan.Tindak ilokusi pada tuturan (3) adalah <Dokter> menyatakan kekhawatirannya akan penyebaran kanker yang diderita oleh <Sumantri> sehingga dapat membahayakan nyawanya. Ia juga menghimbau <Sumantri> agar datang kembali ke klinik untuk mengambil hasil tes kesehatannya. Sedangkan tindak perlokusi pada tuturan (3), yaitu setelah mendengar pernyataan <Dokter> tersebut <Sumantri> langsung terdiam dan hanya menanggapinya dengan anggukan kepala saja.

Contoh 2. Data Percakapan 2.

(1) Pria Pendatang : Ssst..cewek!

(2) Sumantri : Dia punya nama dan namanya bukan cewek. (3) Pria Pendatang : Weiss..jangan galak-galak donk buk!

Lalu Sumantri langsung pergi mendekati wanita yang sebelumnya dipanggil-panggil oleh pria-pria pendatang tersebut.

(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1) Konteks:

Pada dialog ini, pembicaraan dilakukan oleh tiga partisipan, yaitu dua orang pria pendatang dan juga Sumantri yang bertempat di sebuah dermaga di suatu pulau terpencil. Topik pembicaraan pada pembicaran ini adalah pria pendatang itu ingin

mengenal gadis cantik yang berada tidak jauh dari hadapannya tersebut (bukan Sumantri).

Pada tuturan (1), tindak lokusi yang terjadi, yaitu <pria pendatang> memanggil seorang wanita yang tepat berada tidak jauh dari tempat di mana mereka berada, yaitu di sekitar dermaga. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu para <pria pendatang> itu mencoba memberikan sinyal dengan memanggil <wanita> yang berada didekat mereka agar dapat menoleh ke arah mereka. Tindak perlokusi dalam tuturan (1), yaitu <wanita> tersebut tidak mendengar panggilan mereka, namun reaksi tersebut ditanggapi oleh <Sumantri> pada tuturan (2).

Tindak lokusi yang terjadi pada tuturan (2), yaitu <Sumantri> memberitahukan bahwa <wanita> yang dipanggil para <pria pendatang> tersebut memiliki sebuah nama. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu <Sumantri> menanggapi apa yang dilakukan oleh pria pendatang tersebut terhadap <wanita> yang ada di hadapan mereka. Tindak perlokusi pada tuturan (2), yaitu muncul pada tuturan (3) dengan menanggapi pernyataan dari <Sumantri> sebelumnya.

Tindak lokusi pada tuturan (3), yaitu <pria pendatang> tersebut memberitahukan <Sumantri> agar tidak bersikap galak kepada mereka. Tindak ilokusi pada tuturan (3), yaitu <pria pendatang> itu memperingatkan <Sumantri> agar tidak galak atau bersikap kasar kepada mereka. Tindak perlokusi pada tuturan (3), yaitu <Sumantri> hanya diam dan langsung menghampiri <wanita> tersebut.

Contoh 3. Data Percakapan 3.

(1) Polisi : Buk, kalau begini gimana bisa diproses?

(2) Sumantri : Saya ini bidan, Pak. Saya bisa jadi saksi. Jelas buktinya anak ini diperkosa.

(3) Polisi : Alah…ibu bidan, kasus aborsi ibu aja belum kelar. Lah kok mau jadi saksi? Siapa yang bakal percaya?

(4) Sumantri : Terserah orang mau bilang apa. Saya bidan, saya tahu kapan saya harus melakukan aborsi. Kalau waktu itu saya tidak lakukan, mungkin ibu itu sudah mati.

(5) Polisi : Tapi, aborsi itu dosa!

Sumantri hanya menanggapi pernyataan Polisi tersebut dengan tatapan menantang.

(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 08: 38) Konteks:

Pada dialog di atas, terdapat sebuah percakapan yang melibatkan dua pertisipan, yaitu antar Sumantri dan petugas kepolisian yang bertempat di markas Kepolisian. Topik dalam pembicaraan ini adalah mengenai laporan kasus pemerkosaan yang menimpa Ulan.

Tindak lokusi yang terdapat dalam tuturan (1), yaitu <Polisi> mempertanyakan bagaimana kasus tersebut dapat diproses bila keadaannya seperti itu. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu <Polisi> menyangsikan cara dalam memproses kasus tersebut dengan keadaan yang kacau seperti itu. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu muncul pada tuturan (2) dengan menanggapi sikap pesimis yang dimunculkan oleh <Polisi> dalam memproses kasus tersebut.

Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan (2) adalah <Sumantri> memberitahukan kepada <Polisi> bahwa ia adalah seorang bidan dan dapat menjadi saksi dari kasus tersebut. Ia juga menyatakan bahwa <wanita> tersebut sudah jelas diperkosa. Tindak ilokusi yang terjadi pada tuturan (2), yaitu menekankan kepada <Polisi> tersebut bahwa ia tahu apa yang telah terjadi dan peristiwa pemerkosaan itu

sudah jelas terbukti. Sedangkan tindak perlokusi yang terdapat pada tuturan (2), yaitu muncul pada tuturan (3) di mana <Polisi> menanggapi penekanan dari <Sumantri> tersebut.

Tindak lokusi pada tuturan (3), yaitu <Polisi> menyatakan bahwa kasus aborsi yang telah dilakukan oleh <Sumantri> belum tuntas, namun mengapa ia malah mau jadi saksi pada kasus pemerkosaan tersebut. Tindak ilokusi pada tuturan (3), yaitu <Polisi> menyangsikan kesaksian <Sumantri> karena ia juga masih terjerat kasus aborsi yang hingga saat ini belum rampung. Tindak perlokusi pada tuturan (3), yaitu muncul pada tuturan (4) dengan menanggapi semua pernyataan <Polisi> yang menyangsikan kesaksian <Sumantri> dalam kasus perkosaan itu.

Tindak lokusi pada tuturan (4), yaitu <Sumantri> memberitahukan bahwa ia tidak peduli dengan pernyataan orang lain terhadapnya. Karena ia seorang bidan, dan ia menyatakan dirinya tahu kapan ia harus melakukan aborsi. Ia juga memberitahukan bila dia tidak melakukan aborsi pada saat itu, maka mungkin ibu tersebut sudah meninggal saat ini. Tindak ilokusi pada tuturan (4) adalah <Sumantri> mengacuhkan tudingan orang lain terhadapnya dan menganggap bahwa dengan profesinya sebagai bidan, jadi ia tahu kapan ia harus melakukan aborsi. Tindak perlokusi pada tuturan (4), yaitu muncul pada tuturan (5) dengan menanggapi alasan yang dikemukakan oleh <Sumantri> terhadap kasus aborsi yang menjerat dirinya.

Tindak lokusi pada tuturan (5), yaitu <Polisi> memberitahukan bahwa perbuatan aborsi itu adalah dosa. Tindak ilokusi pada tuturan (5), yaitu <Polisi> menekankan kepada <Sumantri> bahwa aborsi itu adalah salah dan merupakan perbuatan dosa. Tindak perlokusi pada tuturan (5) adalah <Sumantri> menatap <Polisi> tersebut dengan tatapan menantang setelah mendengar pernyataannya.

Contoh 4. Data Percakapan 4

(1) Sumantri : Minum dulu, Mas.

(2) Suami Sumantri : Makasih,Tri. Tri, kenapa sih kamu terus-menerus mikirin si Ulan? Kini sudah waktunya kamu mikirin dirimu sendiri.

(3) Sumantri : Kamu gimana sih, Mas? Kamu kan tahu dia itu berbeda. Mak Tua enggak mungkin bisa mengurus dirinya!

Kemudian, Sumantri langsung pergi meninggalkan suaminya dengan wajah murung. (Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 11: 45)

Konteks:

Pada dialog di atas, terdapat percakapan yang melibatkan dua orang partisipan, yaitu Sumantri dan suami Sumantri yang bertempat di teras rumah mereka. Topik pembicarannya adalah mengenai permintaan suami Sumantri agar Sumantri dapat lebih memikirkan tentang keadaannya sendiri.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <Sumantri> memberikan <suaminya> minuman. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu <Sumantri> menawarkan agar <suaminya> dapat meminum minuman yang telah dibawa oleh <Sumantri>. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu <suaminya> mengambil gelas yang berisi minuman dari tangan <Sumantri> dan kemudian meminumnya serta mengatakan tuturan (2) kepada <Sumantri>.

Tindak lokusi pada tuturan (2), yaitu <suaminya> mengatakan terima kasih kepada <Sumantri>. Ia juga bertanya mengapa <Sumantri> selalu memikirkan Ulan dan ia juga memberitahukan kepada <Sumantri> bahwa sekarang sudah saatnya <Sumantri> memikirkan dirinya sendiri. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu <Suami Sumantri> menerima tawaran <Sumantri> dengan mengatakan terima kasih. Namun, ia khawatir karena <Sumantri> terus menerus memikirkan orang lain (Ulan),

padahal sudah saatnya bagi <Sumantri> untuk memikirkan keadaannya sendiri. Tindak perlokusi pada tuturan (2), yaitu muncul pada tuturan (3) dengan menanggapi pertanyaan serta pernyataan yang dikatakan oleh suaminya kepadanya.

Tindak lokusi pada tuturan (3), yaitu <Sumantri> menyatakan bahwa suaminya sudah tau bahwa <Ulan> adalah wanita yang berbeda, sedangkan Mak Tua tidak mungkin bisa mengurusnya, namun mengapa <suaminya> bertanya seperti itu. Tindak ilokusi pada tuturan (3), yaitu <Sumantri> merasa terganggu dengan pernyataan <suaminya> tersebut dan ia memberikan alasan bahwa Ulan itu berbeda dan Mak Tua tidak mungkin dapat mengurusnya. Tindak perlokusi pada tuturan (3), yaitu Suaminya terdiam melihat Sumantri menanggapi semua pernyataannya dengan wajah murung dan kemudian pergi meninggalkan percakapan mereka.

Contoh 5. Data Percakapan 5

(3) Pak Haji: Oiya, ini DP-nya, Pak. Silahkan dihitung kembali. (Disc 1, 13: 41). (4) Suami Sumantri: Oya, saya hitung ya.

Kemudian suami Sumantri langsung membuka amplop yang berisi uang yang baru saja diberikan oleh pak Haji.

(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 13: 41) Konteks:

Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua orang partisipan, yaitu Pak Haji dan Suami Sumantri dan bertempat di ruang tamu di dalam rumah Sumantri. Topik pembicaraan pada dialog tersebut adalah transaksi penjualan rumah Sumantri yang dilakukan oleh suami Sumantri.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <pak Haji> menyerahkan amplop berisi uang DP kepada <suami Sumantri>. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu <pak Haji>

bermaksud untuk memberi uang kepada <suami Sumantri> dan menyuruhnya untuk menghitung kembali uang tersebut. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu muncul pada tuturan (2) yang menanggapi pemberian dari <pak Haji> tersebut.

Tindak lokusi pada tuturan (2), yaitu <suami Sumantri> menyatakan kesediaannya untuk menghitung kembali uang DP yang ada di dalam amplop tersebut. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu <suami Sumantri> menyatakan dengan maksud memperjelas tindakan yang akan ia lakukan terhadap uang tersebut. Tindak perlokusi pada tuturan (2), yaitu <suami Sumantri> dengan segera melakukan apa yang sebelumnya ia katakan, yaitu menghitung jumlah uang yang ada di dalam amplop pemberian dari <pak Haji>.

Contoh 6. Data Percakapan 6.

(1) Safina : Dimas, sini koe!

(2) Dimas : Duh, Safina, ganggu aja! Ini lagi enak, jadi buyar nih!

(3) Safina : Heh, lihat ini, Rahma nangis. Siapa yang ngebuntingi? Ngaku! (4) Dimas : Wong digilir kok! (sambil tertawa)

(5) Safina : Eh, jangan main-main ya, koe harus tanggung jawab!

Kemudian Safina, Rahma dan teman-temannya pergi dari tempat itu, sedangkan Dimas dan teman-temannya hanya tertawa geli mendengar perkataan Safina tersebut.

(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1) Konteks:

Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua orang, yaitu Safina dan Dimas yang bertempat di dalam sebuah Warnet. Topik pembicaraan dalam percakapan ini adalah permintaan pertanggungjawaban atas hamilnya Rahma.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <Safina> memanggil <Dimas> agar mendekat ke arah Safina. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu menekankan kepada <Dimas> agar mendekat ke arah <Safina>. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu <Dimas> mengalihkan perhatiannya dari layar komputer menjadi ke arah Safina dan mengatakan tuturan (2) menanggapi panggilan Safina tersebut.

Tindak lokusi pada tuturan (2), yaitu <Dimas> memberitahukan kepada <Safina> bahwa ia merasa terganggu karena konsentrasinya menjadi buyar. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu <Dimas> merasa terganggu karena kegiatan yang dilakukannya sehingga menimbulkan rasa nikmat di dirinya menjadi buyar karena panggilan <Safina> tersebut. Tindak perlokusi pada tuturan (2), yaitu muncul pada tuturan (3) yang menanggapi pernyataan <Dimas> tersebut.

Tindak lokusi pada tuturan (3), yaitu <Safina> memberitahukan <Dimas> agar melihat Rahma sambil bertanya prihal siapa yang telah menghamili Rahma. Tindak ilokusi pada tuturan (3), yaitu <Safina> menyuruh <Dimas> untuk melihat keadaan Rahma yang sedang hamil dan mencari tahu siapa yang telah menghamilinya. Tindak perlokusi pada tuturan (3), yaitu muncul pada tuturan (4) dengan menanggapi penekanan dan pertanyaan <Safina>.

Tindak lokusi pada tuturan (4), yaitu <Dimas> hanya berkata digilir. Tindak ilokusi pada tuturan (4), yaitu ia bermaksud tindakan seks yang dilakukan terhadap Rahma sebelumnya dilakukan secara bergilir antara <Dimas> dan teman-temannya. Tindak perlokusi pada tuturan (4), yaitu <Safina> memberikan wajah kesal kepada <Dimas> sambil mengujarkan tuturan (5).

Tindak lokusi pada tuturan (5), yaitu <Safina> berkata agar <Dimas> tidak main-main dan harus bertanggung jawab. Tindak ilokusi pada tuturan (5), yaitu <Safina> kesal dan menyuruh <Dimas> agar tidak main-main serta memintanya agar

bertanggung jawab atas kehamilan Rahma. Tindak perlokusi pada tuturan (5), yaitu <Dimas> dan teman-temannya hanya tertawa geli dan kemudian menyoraki <Safina> yang kemudian pergi meninggalkan Warnet (warung internet) bersama teman-temannya tersebut.

Contoh 7. Data Percakapan 7.

(1) Safina : Lagian kamu kok mau-maunya sih digilir? Enggak romantis amat. Emangnya pacarmu, si Bagas itu di mana?

(2) Temen Safina : Ma, apa toh rasanya digilir? (sambil tertawa geli) (3) Safina : Eh, lagian emangnya enggak pakai kondom? (Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1)

Konteks:

Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan tiga orang partisipan, yaitu, Safina, teman Safina, dan Rahma yang bertempat di dalam rumah Rahma. Topik pembicaraan pada percakapan tersebut adalah mencari tahu kebenaran bahwa Rahma melakukan seks secara bergilir dengan Dimas dan teman-temannya.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <Safina> bertanya kepada <Rahma>, mengapa ia mau digilir dan mempertanyakan di mana pacarnya, Bagas itu. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu <Safina> bermaksud memarahi <Rahma> karena ia mau digilir oleh Dimas dan teman-temannya. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu <Rahma> hanya terdiam sambil bersedih ketika mendengar perkataan <Safina>.

Tindak lokusi pada tuturan (2), yaitu <teman Safina> bertanya kepada <Rahma>, apa rasanya digilir. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu <teman Safina> bermaksud canda sambil mempertanyakan bagaimana rasanya digilir. Tindak perlokusi pada tuturan (2), yaitu <Rahma> hanya terdiam menanggapi pertanyaan itu.

Tindak lokusi pada tuturan (3), yaitu <Safina> bertanya apakah <Rahma> tidak memakai kondom. Tindak ilokusi pada tuturan (3), yaitu bermaksud menekankan apakah <Rahma> tidak memakai pengaman ketika melakukan seks tersebut. Tindak perlokusi pada tuturan (3), yaitu <Rahma> tetap menanggapinya dengan diam dan wajah penuh rasa malu.

Contoh 8. Data Percakapan 8.

(1) Jay : Halo, Sapina. Eh, kenalin, saya Jay dari Jakarta. (sambil menjabat tangan Safina)

(2) Safina : Mas yang kemarin di Warnet ya? Namaku Safina. Mereka aja yang bodoh manggilnya Sapina.

Setelah itu mereka berdua hanya tersenyum manis sambil bersalaman. (Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc1, 30:44)

Konteks:

Pada dialog tersebut terdapat percakapan yang melibatkan dua orang partisipan, yaitu Safina dan Jay yang bertempat di sebuah kedai makanan. Topik pembicaraannya adalah perkenalan antara Jay dan juga Safina.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <Jay> menyapa <Safina> sambil berkenalan dengannya. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu <Jay> bermaksud ingin berkenalan dengan <Safina> sambil menjabat tangannya. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu <Safina> menanggapi sapaan <Jay> dengan menyambut uluran tangan darinya sambil mengujarkan tuturan (2).

Tindak lokusi pada tuturan (2), yaitu <Safina> bertanya apakah <Jay> orang yang juga berada di Warnet kemarin. Ia menyebutkan namanya dan berkata bahwa temannya bodoh karena menyebut namanya menjadi Sapina. Tindak ilokusi pada

tuturan (2), yaitu bermaksud memperjelas keberadaan <Jay> yang sepertinya pernah dilihat Safina di Warnet sebelumnya. Safina juga menyebutkan namanya yang sebenarnya. Tindak perlokusi pada tuturan (2), yaitu <Jay> hanya tersenyum manis mendengar perkataan <Safina> sambil menatap wajah Safina.

Contoh 9. Data Percakapan 9

(1) Jay : Teman-teman kamu kalau lagi having sex, check in di mana? Di hotel?

(2) Safina : Hmm..check in? emangnya anak Jakarta. Mereka langsung tersenyum dan kemudian terdiam. (Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1)

Konteks:

Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua orang partisipan, yaitu Safina dan Jay yang bertempat di rumah Safina. Topik pembicaraannya adalah jay mencari tahu tempat biasa remaja Yogya melakukan seks.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <Jay> bertanya kepada <Safina>, biasanya bila teman-temannya melakukan seks bertempat di mana. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu bermaksud mencari tahu tempat di mana seks dilakukan oleh teman-temannya <Safina>. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu muncul pada tuturan (2) yang menanggapi pertanyaan dari <Jay>.

Tindak lokusi pada tuturan (2), yaitu <Safina> mengucapkan kembali kata

check in dan berkata emangnya seperti anak Jakarta. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu bermaksud memperjelas bahwa remaja Yogya tidak mengenal kata check in

yang biasanya digunakan oleh anak Jakarta. Tindak perlokusi pada tuturan (2), <Jay> hanya menanggapinya dengan senyum dan menatap bingung ke arah Safina.

Contoh 10. Data Percakapan 10

(1) Rahma : Fin, pie iki? Aku wes tiga hari loh, tapi enggak luntur-luntur juga. (2) Safina : Ya pie? (sambil memegang perut Rahma dan menatap wajahnya

dengan tatapan kosong)

(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1) Konteks:

Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua orang partisipan, yaitu Safia dan Rahma yang bertempat di dalam rumah Rahma. Topik pembicaraannya adalah mengenai kondisi kandungan Rahma yang tidak keguguran.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <Rahma> berkata kepada <Safina>, bagaimana sekarang, padahal sudah tiga hari tapi kandungannya masih belum gugur juga. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu ia khawatir apa yang harus dilakukannya lagi, padahal sudah tiga hari, namun kandungannya masih belum gugur juga. Tindak perlokusi pada tuturan (1), yaitu muncul pada tuturan (2) yang menanggapi pernyataan <Rahma>.

Tindak lokusi pada tuturan (2), yaitu <Safina> berkata mau bagaimana lagi. Tindak ilokusi pada tuturan (2), yaitu ia pasrah tidak tahu harus bagaimana lagi mengatasinya. Tindak perlokusi pada tuturan (2), yaitu <Rahma> terdiam lesu sambil melihat perutnya yang semakin hari semakin besar.

Contoh 11. Data Percakapan 11

(1) Saroh : Mak, kenapa pulangnya telat terus sih?

(3) Saroh : Iya udah. Tapi Saroh enggak nyaman kalau enggak ada emak di rumah.

(4) Esi : Ah…enggak nyaman gimana? Udahlah sekolah, nanti terlambat. Setelah itu, Saroh langsung menyium tangan emaknya sambil berpamitan untuk pergi ke sekolah.

(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 00:55) Konteks:

Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua orang partisipan, yaitu Saroh dan Esi yang bertempat di rel lintas kereta api. Topik pembicaraannya adalah Saroh ingin yahu apa yang dikerjakan oleh ibunya setiap harinya.

Tindak lokusi pada tuturan (1), yaitu <Saroh> bertanya kepada ibunya mengapa ia sering terlambat pulang ke rumah. Tindak ilokusi pada tuturan (1), yaitu <Saroh> mencari tahu mengapa ibunya selalu pulang terlambat. Tindak perlokusi

Dokumen terkait