ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM
DIALOG FILM
PEREMPUAN PUNYA CERITA
SKRIPSI
Oleh
REZA PAHLEVI GINTING
050701040
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak
benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya
peroleh.
Medan, Juni 2009
ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM DIALOG FILM
PEREMPUAN PUNYA CERITA
Oleh
Reza Pahlevi Ginting NIM 050701040
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra dan telah disetujui oleh:
Pembimbing I, PembimbingII
Dra. Dardanila, M. Hum Dra. Mascahaya, M. Hum NIP 131569304 NIP 131570491
Departemen Sastra Indonesia Ketua,
ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM DIALOG FILM
PEREMPUAN PUNYA CERITA
OLEH
REZA PAHLEVI GINTING
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan bentuk tindak tutur dalam dialog film Perempuan
Punya Cerita.dalam pengumpulan data, digunakan metode simak yang kemudian
dilanjutkan dengan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Sedangkan dalam pengkajian
data digunakan metode analisis deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori tindak tutur oleh J. L. Austin. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi banyak terdapat
dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Tindak lokusi adalah bentuk tindak tutur
yang paling banyak ditemukan dalam dialog tersebut. Selanjutnya, bentuk tindak tutur
yang lebih sedikit ditemukan dalam dialog film tersebut adalah tindak ilokusi dan
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, antara lain berupa kesempatan mengecap pendidikan
dan selesainya skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum., sebagai Ketua Departemen Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis
untuk mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.
3. Ibu Dra. Dardanila, M. Hum., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak
dan sabar memberikan bimbingan serta dukungan selama penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Mascahaya, M. Hum., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis
mengikuti perkuliahan.
6. Bapak Drs. Gustaf Sitepu, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
7. Kakanda Fitri dan Ade yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi di
8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda M. Yunus Ginting, dan ibunda Rosmala Dewi
yang dalam keadaan bagaimanapun senantiasa memberikan kepada penulis berupa
kasih sayang dan do’a.
9. Kakanda Mutia Suri Ginting dan Ansari Ginting atas pelajaran hidup dan semua
nasehatnya.
10.Teman-teman, senior, dan junior di Departemen Sastra Indonesia, khususnya
stambuk 2005, Sabrun, Wira, Lady, Lasmaina, Andre, Juliati, Mustika, Safta, dan
lain-lain yang tidak mungkin penulis cantumkan namanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan
pembaca dan menjadi cikal bakal karya tulis lainnya.
Medan. Juni 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
PRAKATA ... ii
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1
1.2 Masalah Penelitian ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur ... 7
2.2 Landasan Teori... 7
2.3 Tinjauan Pustaka ... 15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
3.2 Populasi dan Sampel ... 17
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 18
3.4 Teknik Pengkajian Data ... 19
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Menemukan Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi ... 21
4.4 Menganalisis Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi ... 44
5.2 Saran ... 69
ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM DIALOG FILM
PEREMPUAN PUNYA CERITA
OLEH
REZA PAHLEVI GINTING
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan bentuk tindak tutur dalam dialog film Perempuan
Punya Cerita.dalam pengumpulan data, digunakan metode simak yang kemudian
dilanjutkan dengan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Sedangkan dalam pengkajian
data digunakan metode analisis deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori tindak tutur oleh J. L. Austin. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi banyak terdapat
dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Tindak lokusi adalah bentuk tindak tutur
yang paling banyak ditemukan dalam dialog tersebut. Selanjutnya, bentuk tindak tutur
yang lebih sedikit ditemukan dalam dialog film tersebut adalah tindak ilokusi dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan
pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam
penerapannya, tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Seorang kritikus
sastra mempertimbangkan teori tindak tutur untuk menjelaskan teks yang halus (sulit)
atau untuk memahami alam genre (jenis) sastra, para antropolog akan berkepentingan
dengan teori tindak tutur ini dapat mempertimbangkan mantra magis dan ritual, para
filsuf melihat juga adanya aplikasi potensial diantara berbagai hal, misalnya status
pernyataan etis, sedangkan linguis (ahli bahasa) melihat gagasan teori tindak tutur
sebagai teori yang dapat diterapkan pada berbagai masalah di dalam kalimat
(sintaksis), semantik, pembelajar bahasa kedua, dan yang lainnya. Dalam linguistik,
pragmatik tindak tutur tetap merupakan praduga dengan implikatur khusus.
(Setiawan, 2005 : 16)
Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi
(fungsi emotif). Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang
dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi
juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini,
pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah atau gembira
(Chaer, 2004 : 15). Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu
berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini, bahasa itu
tidak hanya membuat pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai
menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan,
maupun rayuan (Chaer, 2004 : 15-16).
Jika dikaitkan antara penutur dan lawan bicara akan terbentuk suatu tindak
tutur dan peristiwa tutur. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari
sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan
tersebut merupakan isi pembicaraan.
Menurut J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9), secara analitis tindak
tutur dapat dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain: (1) Tindak lokusi
(lecutionary act), yaitu kaitan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu
ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan
penjelasan dalam sintaksis. (2) Tindak ilokusi (illecitionary act), yaitu pengucapan
suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan dan sebagainya. Tindak ilokusi yang
terjadi dalam film Perempuan Punya Cerita adalah suatu bentuk pemahaman lebih
lanjut dari para pemeran pada saat berkomunikasi sesuai dengan jalan cerita yang
akan dijalankan. (3) Tindak perlokusi (perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi
pengucapan kalimat itu. Tindak perlokusi yang terjadi dalam film Perempuan Punya
Cerita merupakan suatu bentuk tanggapan langsung terhadap setiap pernyataan yang
diujarkan oleh para pemeran. Anggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata
tetapi juga berbentuk tindakan atau perbuatan. Efek atau daya pengaruh ini dapat
secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.
Berkaitan dengan tindak tutur, pada penelitian ini akan dianalisis tindak tutur
pada dialog film. Judul pada penelitian ini adalah “Analisis Tindak Tutur pada dialog
dalam film ini banyak digunakan kata-kata yang syarat dengan makna konotasi yang
tidak hanya ditanggapi dengan kata-kata saja, melainkan juga dengan tindakan secara
khusus. Selain itu, peneliti ingin menggambarkan maksud atau makna pragmatik dari
setiap ujaran dan tuturan yang terdapat dalam dialog di film tersebut.
Film Perempuan Punya Cerita adalah sebuah film yang disutradarai oleh 4
perempuan dan terdiri dari 4 cerita. Diawali dengan ‘Cerita Pulau’. Sumantri (Rieke
Dyah Pitaloka), satu-satunya bidan yang tidak tergantikan di sebuah pulau di luar
tidak jauh dari Jakarta divonis kanker oleh dokter dan harus dirawat di Jakarta. Wulan
(Rachel Maryam), adalah korban perkosaan sehingga membuatnya menjadi hamil.
Sumantri yang protektif berniat mengaborsi kandungan Wulan, namun menghadapi
dilema karena masyarakat setempat menentang keras aborsi.
Kemudian ‘Cerita Yogya’. Safina (Kirana Larasati) dan kelompoknya adalah
pelajar SMA di Yogyakarta, yang dijuluki sebagai kota turis dan kota pelajar. Akses
luas internet membuat mereka bereksperimen dengan seks tanpa bekal pengetahuan
yang lengkap. Seorang jurnalis, Jay Anwar (Fauzi Badilah) tiba di Yogya. Safina
jatuh hati padanya dan ia yang naïf mempertaruhkan masa depannya untuk pria ini.
Kemudian, ‘Cerita Cibinong’. Esi (Shanty) seorang pembersih WC di klab
malam dangdut kerja keras untuk biaya hidup dan pendidikan putrinya, Maesaroh
(Ken Nala Amrytha). Ia nyaris putus asa saat mendapati kekasihnya, Narto
melecehkan Maesaroh. Beruntung, Cicih (Sarah Sechan), primadona klab
memberikan perlindungan dan tempat tinggal. Saat membangun kembali mimpinya,
Esi dihadapi kenyataan pahit bahwa Cicih dan Maesaroh terjerat sindikat perdagangan
Diakhiri dengan ‘Cerita Jakarta’. Laksmi (Susan Bachtiar), seorang janda
beranak satu, kehilangan suaminya yang mengidap HIV/AIDS. Keadaan semakin
parah saat dirinya tertular penyakit tersebut dan suaminya bersikeras mengambil alih
hak asuh putri mereka, Belinda (Ranti Maria). Naluri seorang Ibu membuatnya
bertahan untuk mengasuh Belinda, namun mengasuh anak dengan kondisi yang
semakin lemah dan tanpa penghasilan, membuat Laksmi mengambil keputusan besar
demi memberikan yang terbaik bagi Belinda dan dirinya.
Film Perempuan Punya Cerita merangkum kepahitan hidup mereka. Hal
inilah yang akan digambarkan oleh peneliti berdasarkan sisi pragmatik tuturan yang
ada dalam dialog film tersebut. Menurut Gillian Brown (dalam A. H. Hasan Lubis,
1993: 20), setiap pendekatan analisis dalam linguistik yang meliputi pertimbangan
konteks, termasuk ke dalam bidang studi bahasa yang disebut pragmatik.
Dalam analisis wacana yang berkenaan dengan analisis pragmatik, maka
peneliti berhubungan dengan apa yang dilakukan oleh si pemakai bahasa dan
menerangkan ciri-ciri linguistik yang ada di dalamnya. Berdasarkan keterangan
tersebut maka yang dimaksud dengan pragmatik, yaitu penganalisisan studi bahasa
dengan pertimbangan-pertimbangan konteks.
Dalam hal ini, pragmatik sangat erat sekali hubungannya dengan tindak tutur
atau Speech Act. George (dalam Tarigan, 1990: 32) menyatakan bahwa pragmatik
dapat menelaah keseluruhan prilaku dan, terutama sekali dalam hubungannya dengan
tanda-tanda dan lambang-lambang. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan
1.2Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka pokok permasalahan yang
terdapat dalam akan dibicarakan, yaitu:
a. Bagaimanakah bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat
dalam film Perempuan Punya Cerita berdasarkan teori tindak tutur yang
dijabarkan oleh J.L. Austin.
b. Bagaimanakah deskripsi makna pragmatis dari tindak tutur yang terjadi dalam
dialog film Perempuan Punya Cerita.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat
dalam dialog film Perempuan Punya Cerita.
b. Mendeskripsikan bentuk makna pragmatis dari tindak tutur yang diujarkan
oleh para tokoh dalam dialog film Perempuan Punya Cerita.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dikatakan berhasil apabila bermanfaat bagi peneliti, ilmu
pengetahuan, dan masyarakat. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini diharapkan akan
dapat bermanfaat:
a. Memperkaya referensi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu bahasa yang
berkenaan tentang bentuk tindak tutur dalam makna pragmatis dari suatu
b. Menambah wawasan pembaca dan peneliti tentang realitas sosial yang
digambarkan di dalam film Perempuan Punya Cerita.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca terutama sebagai acuan dalam
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tindak Tutur.
Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan
pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam
penerapannya tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Menurut Chaer
(2004 : 16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya.
Konsep adalah penyebaran teori. Teori tindak tutur lebih dijabarkan oleh para
lingusitik diantaranya J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9) menyatakan
bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat
diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur
lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi (Hartyanto, 2008).
2.2 Landasan Teori
Tarigan (1990:36) menyatakan bahwa berkaitan dengan tindak tutur maka
setiap ujaran atau ucapan tertentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula.
Dengan kata lain, kedua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur terlibat dalam
suatu tujuan kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Sesuai dengan
keterangan tersebut, maka instrumen pada penelitian ini mengacu pada teori tindak
tutur. Menurut J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9), secara analitis tindak
(1) Tindak lokusi (Lecutionary act), yaitu kaitan suatu topik dengan satu keterangan
dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau
‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis (Searly dalam Lubis).
Contoh: ‘Saya lapar’, seseorang mengartikan ‘Saya’ sebagai orang pertama
tunggal (si penutur), dan ‘lapar’ mengacu pada ‘perut kosong dan perlu diisi’,
tanpa bermaksud untuk meminta makanan.
(2) Tindak ilokusi (Illecitionary act), yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran,
janji pertanyaan dan sebagainya.
Contoh: Saya lapar’, maksudnya adalah meminta makanan, yang merupakan suatu
tindak ilokusi.
(3) Tindak perlokusi (Perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh
ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan
kalimat itu. Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga
berbentuk tindakan atau perbuatan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara
sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.
Contoh: ‘Saya lapar’, yang dituturkan oleh si penutur menimbulkan efek kepada
pendengar, yaitu dengan reaksi memberikan atau menawarkan makanan kepada
penutur.
Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech (dalam Setiawan, 2005 : 19)
memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur
menuturkan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna
dan acuan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, keraf (dalam Hartyanto, 2008) membagi
1. Naratif
Naratif dapat diartikan sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah
tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi
dalam suatu keadaan waktu. Naratif adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau mitra tutur suatu
peristiwa yang telah terjadi . Naratif hanya berusaha menjawab suatu pertanyaan “Apa
yang telah terjadi?” (Keraf dalam Hartyanto, 2008)
2. Deskriptif
Keraf ( dalam Hartyanto, 2008) mendefinisikan deskriptif sebagai suatu bentuk
wacana yang bertalian dengan usaha perincian dari obyek-obyeknya yang
direncanakan, penutur memudahkan pesan-pesannya, memindahkan hasil pengamatan
dan perasaan kepada mitra tutur, penutur menyampaian sifat dan semua perincian
wujud yang dapat ditemukan pada obyek tertentu.
3. Informatif
Keraf (dalam Hartyanto, 2008) mendefinisikan informatif sebagai bentuk
wacana yang mengandung makna yang sedemikian rupa sehingga pendengar atau
mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan.
Tindak informatif selalu berhubungan dengan makna referensi, yaitu makna
unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar angkasa (obyek
atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen (Kridalaksana dalam
Subyakto-Nababan (dalam Hartyanto, 2008: 1) menambahkan bahwa tindak
ilokusi adalah tindak bahasa yang diidentifikasikan dengan kalimat pelaku yang
eksplisif. Tindak ilokusi merupakan tekanan atau kekuatan kehendak orang lain yang
terungkap dengan kata-kata kerja : menyuruh, memaksa, mendikte kepada dan
sebaginya.
Bach dan Harnish (dalam Hartyanto, 2008) menyatakan bahwa dalam
klasifikasi tindak ilokusi dapat dibagi menjadi 4 golongan besar yaitu :
1. Konstantif
Merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud
sehingga mitra tutur membentuk (memegang) kepercayaan yang serupa. Konstantif
dibagi menjadi beberapa tipe, yakni : (a) asertif (menyatakan), (b) prediktif
(meramalkan), (c) retroaktif (memperhatikan), (d) deskriptif (menilai), (e) askriptif
(mengajukan), (f) informative (melaporkan), (g) konfirmatif (membuktikan), (h)
konsesif (mengakui, menyetujui), (i) retraktif (membantah), (j) asentif (menerima),
(k) disentif (membedakan), (l) disputative (menolak), (m) responsive (menanggapi),
(n) sugestif (menerka), (o) supposif (mengasumsikan).
Contohnya :
A :”Mengapa Anda belum menyerahkan tugas?”
B :”Maaf pak, tugas itu memang belum selesai saya kerjakan.”
A :”Kapan akan Anda serahkan?”
Dalam pemenggalan percakapan di atas terdapat adanya tindak tutur meminta
maaf, sebagai salah satu contoh tindak ekpresif.
2. Direktif
Direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan
dilakukan terhadap mira tutur. Direktif dapat dibagi menjadi 6 tipe yaitu (a) requestif :
meminta, (b) question ; bertanya, (c) requitment : mengistruksikan, (d) probibitives :
melarang, (e) promissives : menyetujui, (f) advisories : menasehati.
Contohnya :
A : “saya haus sekali, tolong ambilkan minum!”
B : “Apa dikiranya saya ini pembantu?” (walaupun begitu B bergegas mengambil air
juga).
3. Komisif
Komisif merupakan tindak mewajibkan seseorang atau menolak mewajibkan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang dispesifikasikan dalam isi proposisinya,
yang bisa juga menspesifikasikan kondisi-kondisi tempat, isi itu dilakukan atau tidak
harus dilakukan.
Komisif dibagi menjadi 8 yaitu : (a) promises : menjanjikan, (b) contract :
membuat janji bersyarat, (c) bet : berjanji melakukan sesuatu, (d) swearthat : berjanji
bahwa yang dikatakannya adalah benar, (e) surrender : mengaku salah, (f) invite :
permohonan kehadiran dengan janji, (g) offer : menawarkan, (h) volunteer :
4. Acknowledgment
Acknowledgment mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur baik
yang berupa rutinitas atau yang murni. Acknowledgment dapat dibagi menjadi
beberapa tipe, yakni (a) apologize : permintaan maaf, (b) condole : ucapan ikut
berduka, (c) bid : harapan, (d) greet :mengucapkan, (f) accept : penerimaan, (g) reject
: menolak, (h) congratulate : mengucapkan selamat.
Subyakto-Nababan (dalam Hartyanto, 2008 : 1) memberikan definisi
mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilakukan sebagai akibat atau
efek dari suatu ucapan orang lain. Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat masuk dalam
kategori tindak perlokusi bila memiliki daya ilokusi yang kuat, yaitu mampu
menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur.
Verba tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi, diantaranya dapat
dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni :
1. Mendorong mitra tutur mempelajari bahwa : meyakinkan, menipu,
memperdayakan, membohongi, menganjurkan, membesarkan hati,
menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan, menakuti, memikat, menawan,
menggelikan hati.
2. Membuat mitra tutur melakukan, mengilhami, mempengaruhi, mencamkan,
mengalihkan, mengganggu, membingungkan.
3. Membuat mitra tutur memikirkan tentang: mengurangi ketegangan,
memalukan, mempersukar, menarik perhatian, menjemukan, dan
Selain itu, peneliti juga menggunakan aspek peristiwa tutur sebagai bahan
pendukung dalam memecahkan masalah penelitian tersebut. Peristiwa tutur (speech
event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk
ujaran atau lebih melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu
pokok tuturan tuturan di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer-Leonie,
2004: 47). Misalnya, interaksi yang yang berlangsung antara seorang pedagang dan
pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasinya, maka hal itu disebut peristiwa tutur.
Dell Hymes, 1972, (dalam Chaer, 1995: 62) seorang pakar sosiolinguistik
mengatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang
bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan
komponen itu adalah:
S = setting and Scene
P = participants
E = ends: purpose and goals
A = act sequence
K = key: tone or spirit of act
I = instrumentalities
N = norms of interactions and interpretation
Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi psikologis pembicaraan. Waktu,
tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan variasi bahasa yang
berbeda.berbicara di lapangan sepakbola pada waktu ada pertandingan sepakbola
dalam situasi ramai Anda bisa berbicara keras-keras, berbeda dengan pembicaraan di
ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca, Anda harus berbicara
seperlahan mungkin.
Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa
pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan.
Dua orang yang bercakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar,
tetapi dalam khotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai
pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan
ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam
atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orangtuanya atau gurunya, bila
dibandingkan kalau dia berbicara terhadap teman-temannya.
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi
di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara. Namun,
para partisipan dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin
membuktikan kesalahan terdakwa, pembela membuktikan bahwa terdakwa tidak
bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil.
Keys, mengacu pada nada, cara, dan semangat, di mana suatu pesan
disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong,
dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur
lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Bentuk ini juga mengacu pada kode
ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register.
Norm or interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan
dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya,
dan mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah,
doa, dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas, maka peneliti dapat melihat betapa
kompleksnya peristiwa tutur yang yang telah terlihat, atau dialami sendiri dalam
kehidupan kita sehari-hari.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai tindak tutur sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh
Hasibuan (2005). Dalam penelitiannya, Hasibuan mengkaji secara teoritis mengenai
perangkat tindak tutur yang terdapat dalam bahasa Mandailing. Ia juga
mengemukakan penggunaan tindak tutur, walaupun terbatas hanya dalam lima jenis
tindak tutur utama yang dikemukakan oleh Searly, yaitu tindak tutur representatif,
tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur
deklaratif. Selain itu, ia juga membahas jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung
dan mengaitkan tindak tutur dengan kesantunan bahasa.
Sedangkan penelitian tentang film yang menggunakan teori tindak tutur juga
pernah dilakukan oleh Hartyanto (2008). Dalam penelitian ini, Hartyanto
lokusi, ilokusi dan perlokusi terhadap dialog film Berbagi Suami karya Nia Dinata. Ia
juga menggunakan batasan lokusi yang dikemukakan oleh Keraf (dalam Hartyanto,
2008), antara lain: naratif, deskriptif, dan informatif, batasan mengenai ilokusi yang
dikemukakan oleh Bach dan Harnish (dalam Setiawan, 2005 : 22-25), yaitu:
konstantif, direktif, komisif, dan Acknowledgement.
Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti lebih mengutamakan sisi pengujaran
yang dituturkan oleh para pelakon yang bermain dalam film Perempuan Punya
Cerita. Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan diungkapkan dari film tersebut,
yaitu berupa makna tindak tutur dialog film Perempuan Punya Cerita. Untuk itu,
peneliti menggunakan teori J. L. Austin yang berkaitan dengan analisis tindak tutur
dalam memecahkan masalah penelitian tersebut.
Menurut J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis,1991:9), secara analitis tindak
tutur dapat dibagi atas 3 macam bentuk, yaitu: (1) Tindak lokusi (lecutionary act),
yaitu kaitan suatu topik dan penjelasan dalam sintaksis. (2) Tindak ilokusi
(illecutionary act), yaitu pengucapan suatu pertanyaan, tawaran, janji, pertanyaan, dan
sebagainya. (3) Tindak perlokusi (perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian
tersebut. Dalam penelitian ini peneliti yang juga sebagai instrumen penelitian,
melakukan penelitian berlokasi di ruangan pribadi. Hal ini dikarenakan objek yang
diteliti adalah film, maka peneliti lebih mengutamakan pemakaian ruangan pribadinya
dalam melakukan penelitian. Selain itu, peneliti melakukan penelitian tersebut di
ruangan pribadi juga karena didukung sarana perlengkapan yang sesuai untuk
mendukung proses penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dalam waktu seminggu,
yaitu mulai dari 9 April s.d 16 April 2009. hal ini dikarenakan sebelumnya peneliti
sudah melakukan penelitian secara bertahap untuk kemudian melakukan penelitian
secara intensif terhadap objek penelitian tersebut.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan semua hal yang ingin diketahui dalam penelitian
(Malo, 1985:149). Sample adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi
data yang ada (Malo, 1985: 152). Populasi data yang pada penelitian ini adalah berupa
dialog secara keseluruhan yang terdapat dalam film Perempuan Punya Cerita. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan sampel data berupa beberapa dialog yang
berkenaan dengan tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang diujarkan oleh para
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berdasarkan dialog yang
terdapat pada film, yaitu:
Judul : Perempuan Punya Cerita.
Sutradara : Fatimah Tobing, Lasja Fauzia, Nia Dinata, dan Upi
Skenario : Melissa Karim dan Vivian Idris
Produser : Nia Dinata
Pemeran : Rachel Maryam, Shanty, Rieke Diah Pitaloka, Sarah Sechan,
Susan Bachtiar, Kirana Larasati, Winky Wiryawan, Fauzi
Badilah.
Tanggal Rilis : 17 Januari 2008
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode simak
(Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak yaitu suatu metode dengan cara menyimak
suatu bahasa. Adapun teknik yang digunakan dalam metode ini, yaitu teknik Simak
Bebas Libat Cakap. Dalam teknik ini, peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi,
atau imbalan wicara. Jadi, peneliti tidak ikut serta dalam proses pembicaraan
orang-orang yang sedang berbicara dalam film tersebut.
Setelah itu, peneliti juga menggunaan teknik Catat. Dalam teknik ini, peneliti
mencatat seluruh data yang ditemukan pada kartu data serta menggunakan media
komputer sebagai tempat menyimpan data yang kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan metode deskriptif, yaitu metode di mana peneliti memaparkan bentuk
tindak tutur yang terdapat dalam film Perempuan Punya Cerita.
3.4 Teknik Pengkajian Data
Analisis data dilakukan berdasarkan per cerita. Jadi, analisis data dikerjakan
secara utuh dan menyeluruh. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Peneliti membaca data yang telah dikumpulkan untuk memahaminya
secara keseluruhan.
b. Peneliti akan mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan seluruh data
berdasarkan butir masalah yang ada dalam setiap bagian cerita.
c. Peneliti menyimpulkan hasil analisis data sehingga masalah yang diajukan
dapat dipaparkan secara jelas.
Teknik pengkajiannya dengan menggunakan kode-kode pada kartu data untuk
mempermudah pengklasifikasian data. Data yang telah terkumpul kemudian
diinterpretasikan sehingga terjalin antarstruktur yang saling berkaitan. Penelitian ini
jugan menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah data-data
yang telah diperoleh akan dianalisis, kemudian hasil analisis tersebut akan
dideskripsikan. Untuk mempermudah deskripsi, penulis menyantumkan asal data pada
penganalisisan data.
Contoh. Data Percakapan Cerita Pulau dari Film Perempuan Punya Cerita
1. Pak Haji: “ Oiya, ini DP-nya, Pak. Silahkan dihitung kembali.” (Disc 1, 13: 41).
2. Suami Sumantri: “ Oya, saya hitung ya.” (Disc 1, 13:46).
Kemudian suami Sumantri langsung membuka amplop yang berisi uang yang
Contoh data percakapan tersebut dianalisis dengan menggunakan teori tindak
tutur yang dijadikan landasan teori pada penelitian ini. Teori tindak tutur dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi.
Kemudian data tersebut akan dianalisis sebagai berikut:
Data 1. Pak Haji: “Oiya, ini DP-nya, Pak. Silahkan dihitung kembali.”
Tindak tutur yang terdapat dalam data 1, yaitu:
Tindak lokusi: Pak Haji menyerahkan amplop berisi uang DP kepada suami Sumantri.
Tindak ilokusi: Pak Haji bermaksud untuk memberi uang kepada suami Sumantri dan
menyuruhnya untuk menghitung kembali uang tersebut
Tindak perlokusi: Efek yang ditimbulkan oleh data 1 terhadap data 2 dengan
menyatakan tindakan yang akan dilakukannya terhadap uang tersebut.
Data 2. Suami Sumantri: “Oya, saya hitung ya.”
Tindak lokusi: Suami Sumantri menyatakan kesediaannya untuk menghitung kembali
uang DP yang ada di dalam amplop tersebut.
Tindak ilokusi: Suami Sumantri menyatakan dengan maksud memperjelas tindakan
yang akan ia lakukan terhadap uang tersebut.
Tindak perlokusi: Efek yang ditimbulkan oleh data 2 adalah suami Sumantri dengan
segera melakukan apa yang sebelumnya ia katakan, yaitu menghitung
BAB IV
TINDAK TUTUR PERCAKAPAN DALAM DIALOG FILM PEREMPUAN
PUNYA CERITA
4.1 Menemukan Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi
Setelah data terkumpul, maka akan ditemukan jenis-jenis tindak tutur dalam
dialog film Perempuan Punya Cerita sebagai berikut:
a. Jenis-jenis Kalimat Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya
Cerita bagian Cerita Pulau
Dalam bagian Cerita Pulau, peneliti mengambil beberapa dialog yang secara
langsung dilakukan oleh pemeran utama khususnya dalam cerita tersebut. Pada bagian
ini, pemeran utamanya, yaitu Sumantri (Rieke Diah Pitaloka) dan suami Sumantri
(Arswendy Nasution). Jenis-jenis kalimat tindak tutur yang terdapat dalam dialog film
Perempuan Punya Cerita bagian Cerita Pulau, antara lain:
Contoh 1. Data Percakapan 1
(1) Dokter : Kenapa ibu baru datang sekarang untuk dicek?
(2) Sumantri : Saya tidak sempat, Dok. Banyak pekerjaan.
(3) Dokter : Saya takut kankernya sudah menyebar. Hasil tes kamu baru bisa
selesai hari Senin. Jadi, ibu harus kembali lagi minggu depan.
Kemudian Sumantri mengangguk dan terdiam setelah mendengar pernyataan dokter
tersebut.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 03: 21)
Table 1. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat dalam data Percakapan 1
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
baru sekarang Sumantri
datang untuk memeriksa
keadaan tubuhnya.
tahu mengapa baru
sekarang ini Sumantri
melakukan
pemeriksaan kesehatan.
dengan memberikan
keterangan jawaban.
2 Sumantri menyatakan
tidak sempat datang ke
klinik karena banyak
pekerjaan.
beralasan bahwa
keterlambatannya
dalam melakukan
pemeriksaan karena ia
sedang sibuk dengan
pekerjaannya.
muncul pada tuturan (3)
dengan memberikan
3 Dokter menyatakan
ketakutannya bila kanker
yang diderita Sumantri
telah menyebar. Ia juga
memberitahukan bahwa
hasil tes kesehatan
Sumantri akan selesai
hari Senin sehingga
Sumantri harus kembali
ke klinik kesehatan
tersebut minggu depan.
menyatakan
kekhawatirannya akan
penyebaran kanker
yang diderita oleh
Sumantri sehingga
dapat membahayakan
nyawanya. Ia juga
menghimbau Sumantri
agar datang kembali ke
klinik untuk mengambil
hasil tes kesehatannya.
mendengar pernyataan
dokter tersebut Sumantri
langsung terdiam dan
hanya menanggapinya
dengan anggukan kepala
saja.
Contoh 2. Data Percakapan 2.
(1) Pria Pendatang : Ssst..cewek!
(2) Sumantri : Dia punya nama dan namanya bukan cewek.
Lalu Sumantri langsung pergi mendekati wanita yang sebelumnya dipanggil-panggil
oleh pria-pria pendatang tersebut.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 04: 43)
Tabel 2. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada percakapan 2.
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Pria pendatang memanggil
seorang wanita yang tepat
berada tidak jauh dari
tempat di mana mereka
berada, yaitu di sekitar
dermaga.
mencoba
memberikan sinyal
dengan memanggil
wanita yang berada
didekat mereka agar
dapat menoleh ke
arah mereka.
Wanita tersebut tidak
mendengar panggilan
mereka, namun
reaksi tersebut
ditanggapi oleh
Sumantri pada
tuturan (2) berikut.
2 Sumantri memberitahukan
bahwa wanita yang
dipanggil para pria
pendatang tersebut
memiliki sebuah nama.
menanggapi apa
yang dilakukan oleh
pria pendatang
tersebut terhadap
wanita yang ada di
hadapan mereka.
muncul pada tuturan
(3) dengan
menanggapi
pernyataan dari
Sumantri
sebelumnya.
3 Pria pendatang tersebut
memberitahukan Sumantri
agar tidak galak kepada
mereka.
memperingatkan
Sumantri agar tidak
galak atau bersikap
kasar kepada mereka.
Sumantri hanya diam
dan langsung
menghampiri wanita
tersebut.
Contoh 3. Data Percakapan 3.
(2) Sumantri : Saya ini bidan, Pak. Saya bisa jadi saksi. Jelas buktinya anak ini
diperkosa.
(3) Polisi : Alah…ibu bidan, kasus aborsi ibu aja belum kelar. Lah kok mau jadi
saksi? Siapa yang bakal percaya?
(4) Sumantri : Terserah orang mau bilang apa. Saya bidan, saya tahu kapan saya
harus melakukan aborsi. Kalau waktu itu saya tidak lakukan, mungkin
ibu itu sudah mati.
(5) Polisi : Tapi, aborsi itu dosa!
Sumantri hanya menanggapi pernyataan Polisi tersebut dengan tatapan menantang.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 08: 38)
Tabel 3. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 3
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Polisi mempertanyakan
bagaimana kasus
tersebut dapat diproses
bila keadaannya seperti
itu.
menyangsikan cara dalam
memproses kasus
tersebut dengan keadaan
yang kacau seperti itu.
muncul pada tuturan
(2) dengan
kepada Polisi bahwa ia
adalah seorang bidan
dan dapat menjadi saksi
menanggapi pernyataan
polisi tersebut
sebelumnya dengan
menekankan bahwa ia
tahu apa yang telah
muncul pada tuturan
(3) dengan
menanggapi
penekanan dari
dari kasus tersebut. Ia
juga menyatakan
bahwa wanita tersebut
sudah jelas diperkosa.
terjadi dan peristiwa
pemerkosaan itu sudah
jelas terbukti.
3 Polisi menyatakan
bahwa kasus aborsi
yang telah dilakukan
oleh Sumantri belum
tuntas, namun mengapa
ia malah mau jadi saksi
pada kasus
pemerkosaan tersebut.
menyangsikan kesaksian
Sumantri karena ia juga
masih terjerat kasus
aborsi yang hingga saat
ini belum rampung.
Muncul pada tuturan
(4) dengan
ia tidak peduli dengan
pernyataan orang lain
terhadapnya. Karena ia
seorang bidan, dan ia
menyatakan dirinya
tahu kapan ia harus
melakukan aborsi. Ia
juga memberitahukan
bila dia tidak
melakukan aborsi pada
saat itu, maka mungkin
ibu tersebut sudah
meninggal saat ini.
mengacuhkan tudingan
orang lain terhadapnya
dan menganggap bahwa
dengan profesinya
sebagai bidan, jadi ia
tahu kapan ia harus
melakukan aborsi.
muncul pada tuturan
(5) dengan
menanggapi alasan
yang dikemukakan
oleh Sumantri
terhadap kasus aborsi
yang menjerat
5 Polisi memberitahukan
bahwa perbuatan aborsi
itu adalah dosa.
menekankan kepada
Sumantri bahwa aborsi
itu adalah salah dan
merupakan perbuatan
dosa.
Sumantri menatap
Polisi tersebut
dengan tatapan
menantang setelah
mendengar
pernyataannya.
Contoh 4. Data Percakapan 4
(1) Sumantri : Minum dulu, Mas.
(2) Suami Sumantri : Makasih,Tri. Tri, kenapa sih kamu terus-menerus mikirin si
Ulan? Kini sudah waktunya kamu mikirin dirimu sendiri.
(3) Sumantri : Kamu gimana sih, Mas? Kamu kan tahu dia itu berbeda. Mak
Tua enggak mungkin bisa mengurus dirinya!
Kemudian, Sumantri langsung pergi meninggalkan suaminya dengan wajah murung.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 11: 45)
Tabel 4. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 4
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Sumantri memberikan
suaminya minuman.
menawarkan agar
suaminya dapat
meminum minuman
yang telah dibawa olah
Sumantri.
Suaminya mengambil
gelas yang berisi
minuman dari tangan
Sumantri dan kemudian
meminumnya serta
mengatakan tuturan (2)
kepada Sumantri.
terima kasih kepada
Sumantri. Ia juga
bertanya mengapa
Sumantri selalu
memikirkan Ulan dan ia
juga memberitahukan
kepada Sumantri bahwa
sekarang sudah saatnya
Sumantri memikirkan
dirinya sendiri.
Sumantri dengan
mengatakan terima
kasih. Namun, ia
khawatir karena
Sumantri terus
menerus memikirkan
orang lain (Ulan)
padahal sudah saatnya
bagi Sumantri untuk
memikirkan keadaanya
sendiri.
dengan menanggapi
pertanyaan serta
pernyataan yang
dikatakan oleh suaminya
kepadanya.
3 Sumantri mengatakan
bahwa suaminya sudah
tau bahwa Ulan adalah
wanita yang berbeda,
sedangkan Mak Tua
tidak mungkin bisa
mengurusnya, namun
mengapa Suaminya
bertanya seperti itu.
Sumantri merasa
terganggu dengan
pernyataan suaminya
tersebut dan ia
memberikan alasan
bahwa Ulan itu
berbeda dan Mak Tua
tidak mungkin dapat
mengurusnya.
Suaminya terdiam
melihat Sumantri
menanggapi semua
pernyataannya dengan
wajah murung dan
kemudian pergi
meninggalkan
percakapan mereka.
Contoh 5. Data Percakapan 5
(1) Pak Haji: Oiya, ini DP-nya, Pak. Silahkan dihitung kembali. (Disc 1, 13: 41).
(2) Suami Sumantri: Oya, saya hitung ya.
Kemudian suami Sumantri langsung membuka amplop yang berisi uang
yang baru saja diberikan oleh pak Haji.
Tabel 5. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 5
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Pak Haji menyerahkan
amplop berisi uang DP
kepada suami Sumantri.
bermaksud untuk
memberi uang kepada
suami Sumantri dan
menyuruhnya untuk
menghitung kembali
uang tersebut
Muncul pada tuturan (2)
yang menanggapi
pemberian dari pak Haji
tersebut.
dalam amplop tersebut.
menyatakan dengan
maksud memperjelas
tindakan yang akan ia
lakukan terhadap uang
tersebut.
suami Sumantri dengan
segera melakukan apa
yang sebelumnya ia
katakan, yaitu
menghitung jumlah uang
yang ada di dalam
amplop pemberian dari
pak Haji.
b. Jenis-jenis Kalimat Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya
Cerita bagian Cerita Yogya
Dalam bagian Cerita Yogya, peneliti mengambil beberapa dialog yang secara
langsung dilakukan oleh pemeran utama khususnya dalam cerita tersebut. Pada bagian
ini, pemeran utamanya, yaitu Safina (Kirana Larasati) dan Jay Anwar (Fauzi Badilah).
Jenis-jenis kalimat tindak tutur yang terdapat dalam dialog film Perempuan Punya
Contoh 6. Data Percakapan 6.
(1) Safina : Dimas, sini koe!
(2) Dimas : Duh, Safina, ganggu aja! Ini lagi enak, jadi buyar nih!
(3) Safina : Heh, lihat ini, Rahma nangis. Siapa yang ngebuntingi? Ngaku!
(4) Dimas : Wong digilir kok! (sambil tertawa)
(5) Safina : Eh, jangan main-main ya, koe harus tanggung jawab!
Kemudian Safina, Rahma dan teman-temannya pergi dari tempat itu, sedangkan
Dimas dan teman-temannya hanya tertawa geli mendengar perkataan Safina tersebut.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 26: 50)
Tabel 6. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 6
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Safina memanggil
Dimas agar mendekat
ke arah Safina.
menekankan kepada
Dimas agar mendekat
ke arah Safina.
Dimas mengalihkan
perhatiannya dari layar
komputer menjadi ke
arah Safina dan
mengatakan tuturan (2)
menanggapi panggilan
Safina tersebut.
2 Dimas memberitahukan
kepada Safina bahwa ia
merasa terganggu
karena konsentrasinya
menjadi buyar.
merasa terganggu
karena kegiatan yang
dilakukan Dimas yang
menimbulkan rasa
nikmat di dirinya
menjadi buyar karena
panggilan Safina
muncul pada tuturan (3)
yang menanggapi
pernyataan Dimas
tersebut.
3 Safina memberitahukan
Dimas agar melihat
Rahma sambil bertanya
prihal siapa yang telah
menghamili Rahma.
menyuruh Dimas untuk
melihat keadaan Rahma
yang sedang hamil dan
mencari tahu siapa
yang telah
menghamilinya.
muncul pada tuturan (4)
dengan menanggapi
penekanan dan
pertanyaan Safina.
4 Dimas hanya berkata
digilir.
bermaksud tindakan
seks yang dilakukan
terhadap Rahma
sebelumnya dilakukan
secara bergilir antara
Dimas dan
teman-temannya.
Safina memberikan
wajah kesal kepada
Dimas sambil
mengujarkan tuturan (5).
5 Safina berkata agar
Dimas tidak main-main
dan harus bertanggung
jawab.
kesal dan menyuruh
dimas agar tidak
main-main serta memintanya
agar bertanggung jawab
atas kehamilan Rahma.
Dimas dan
teman-temannya hanya tertawa
gelid an menyoraki
Safina yang kemudian
pergi meninggalkan
Warnet (warung internet)
tersebut.
Contoh 7. Data Percakapan 7.
(1) Safina : Lagian kamu kok mau-maunya sih digilir? Enggak romantis
amat. Emangnya pacarmu, si Bagas itu di mana?
(2) Temen Safina : Ma, apa toh rasanya digilir? (sambil tertawa geli)
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 28: 30)
Tabel 7. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 7
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Safina bertanya kepada
Rahma, mengapa ia
mau digilir dan
mempertanyakan di
mana pacarnya, Bagas
itu.
bermaksud memarahi
Rahma karena ia mau
digilir oleh Dimas dan
teman-temannya.
Rahma hanya terdiam
sambil bersedih ketika
mendengar perkataan
Safina.
2 Teman Safina bertanya
kepada Rahma, apa
rasanya digilir.
bermaksud canda sambil
mempertanyakan
bagaimana rasanya
digilir.
Rahma hanya terdiam
menanggapi pertanyaan
itu.
3 Safina bertanya apakah
Rahma tidak memakai
kondom.
bermaksud menekankan
apakah Rahma tidak
memakai pengaman
ketika melakukan seks
tersebut.
Rahma tetap
menanggapinya dengan
diam dan wajah penuh
rasa malu.
Contoh 8. Data Percakapan 8.
(1) Jay : Halo, Sapina. Eh, kenalin, saya Jay dari Jakarta. (sambil menjabat
tangan Safina)
(2) Safina : Mas yang kemarin di Warnet ya? Namaku Safina. Mereka aja yang
bodoh manggilnya Sapina.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc1, 30:44)
Tabel 8. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 8
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Jay menyapa Safina
sambil berkenalan
dengannya.
bermaksud ingin
berkenalan dengan Safina
sambil menjabat
tangannya.
Safina menanggapi
sapaan Jay dengan
menyambut uluran
tangan darinya sambil
mengujarkan tuturan (2).
2 Safina bertanya apakah
Jay orang yang juga
berada di Warnet
kemarin. Ia
menyebutkan namanya
dan berkata bahwa
temannya bodoh karena
menyebut namanya
menjadi Sapina.
bermaksud memperjelas
keberadaan Jay yang
sepertinya pernah dilihat
Safina di Warnet
sebelumnya. Safina juga
menyebutkan namanya
yang sebenarnya.
Jay hanya tersenyum
manis mendengar
perkataan Safina sambil
menatap wajah Safina.
Contoh 9. Data Percakapan 9
(1) Jay : Teman-teman kamu kalau lagi having sex, check in di mana? Di
hotel?
(2) Safina : Hmm..check in? emangnya anak Jakarta.
Mereka langsung tersenyum dan kemudian terdiam.
Tabel 9. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 9
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Jay bertanya kepada
Safina, biasanya bila
teman-temannya
melakukan seks
bertempat di mana.
bermaksud mencari
tahu tempat di mana
seks dilakukan oleh
teman-temannya
Safina.
muncul pada tuturan (2)
yang menanggapi
pertanyaan dari Jay.
2 Safina mengucapkan
kembali kata check in
dan berkata emangnya
seperti anak Jakarta.
bermaksud
memperjelas bahwa
remaja Yogya tidak
mengenal kata check in
yang biasanya
digunakan oleh anak
Jakarta.
Jay hanya menanggapinya
dengan senyum dan
menatap bingung ke arah
Safina.
Contoh 10. Data Percakapan 10
(1) Rahma : Fin, pie iki? Aku wes tiga hari loh, tapi enggak luntur-luntur juga.
(2) Safina : Ya pie? (sambil memegang perut Rahma dan menatap wajahnya
dengan tatapan kosong)
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 1, 37: 20)
Tabel 10. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 10
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Rahma berkata kepada
Safina, bagaimana
mengkhawatirkan apa
yang harus
muncul pada tuturan (2)
sekarang, padahal sudah
tiga hari tapi
kandungannya masih
belum gugur juga.
dilakukannya lagi,
padahal sudah tiga
hari namun
kandungannya masih
belum gugur juga.
pernyataan Rahma.
2 Safina berkata mau
bagaimana lagi.
pasrah tidak tahu
harus bagaimana lagi
mengatasinya.
Rahma terdiam lesu
sambil melihat perutnya
yang semakin hari
tambah besar.
c. Jenis-jenis Kalimat Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya
Cerita bagian Cerita Cibinong
Dalam bagian Cerita Cibinong, peneliti mengambil beberapa dialog yang
secara langsung dilakukan oleh pemeran utama khususnya dalam cerita tersebut. Pada
bagian ini, pemeran utamanya, yaitu Esi (Shanty). Jenis-jenis kalimat tindak tutur
yang terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita bagian Cerita Cibinong,
antara lain:
Contoh 11. Data Percakapan 11
(1) Saroh : Mak, kenapa pulangnya
telat terus sih?
(2) Esi : Aduh Saroh, kan emak
udah ninggalin uang jajan, ada apa lagi sih?
(3) Saroh : Iya udah. Tapi Saroh enggak nyaman kalau enggak ada emak di
rumah.
Setelah itu, Saroh langsung menyium tangan emaknya sambil berpamitan
untuk pergi ke sekolah.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 00:55)
Tabel 11. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 11
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Saroh bertanya kepada
ibunya mengapa ia
sering terlambat pulang
ke rumah.
mencari tahu
mengapa ibunya
selalu pulang
terlambat.
muncul pada tuturan
(2) yang menanggapi
pertanyaan Saroh.
2 Esi berkata kepada
Saroh bahwa ia sudah
meninggalkan uang
uang jajan sudah
ditinggalkannya
untuk Saroh.
muncul pada tuturan
(3) yang menanggapi
jawaban Esi.
3 Saroh berkata bahwa
memang ibunya sudah
meninggalkan uang
jajan untuknya. Tetapi
ia merasa tidak nyaman
kalau ibunya tidak
berada di rumah.
bermaksud mengeluh
karena walaupun
sudah diberi uang
jajan, ia masih
merasa tidak nyaman
karena ibunya tidak
berada di rumah
bersamanya.
muncul pada tuturan
(4) yang menanggapi
pernyataan Saroh
4 Esi bertanya kepada
Saroh, tidak nyaman
bagaimana dan ia juga
memberitahukan bahwa
nanti sekolahnya bisa
terlambat.
mencari tahu maksud
perkataan dari Saroh
dan kemudian
mengalihkannya
dengan menyuruhnya
pergi sekolah karena
nanti bisa terlambat
Saroh hanya diam dan
kemudian menyium
tangan Esi sambil
berpamitan
Contoh 12. Data Percakapan 12
(1) Esi : Astaghfirullahal ‘azim…Narto, lu apain anak gue? Gue bunuh lu!
(2) Narto : Diam…kalau enggak diam, gue patahin kaki lu!
Kemudian Esi memukul kepala Narto dengan pot bunga sehingga ia terjatuh
pingsan di teras rumah Esi.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 05:00)
Tabel 12. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 12
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Esi mengucap istighfar
dan bertanya apa yang
telah dilakukan Narto
kepada anaknya sambil
berkata akan
membunuh Narto.
terkejut dan bermaksud
memarahi Narto atas apa
yang dilakukannya
terhadap Saroh.
terkejut dan langsung
bangun dari tempat tidur
sambil menahan pukulan
yang dilakukan oleh Esi
terhadapnya dan
kemudian mengucapkan
tuturan (2).
untuk diam dan kalau
tidak, ia akan
mematahkan kaki Esi.
diam dan menghentikan
serangan yang dilakukan
Esi terhadap dirinya.
dengan emosi dan
memukul kepala Narto
dengan pot bunga
sehingga Narto jatuh
pingsan.
Contoh 13. Data Percakapan 13
(1) Saroh : Mak, emak marah ya dengan Saroh?
(2) Esi : Enggak kok, nak!
Kemudian Esi memeluk Saroh dengan sangat erat sambil menangis.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 06: 18)
Tabel 13. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 13
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Saroh bertanya kepada
ibunya, apakah ibunya
marah kepadanya?
bermaksud mencari tahu
bagaimana suasana hati
ibunya saat ini.
Esi langsung
mengatakan bahwa ia
tidak marah.
Saroh menyambut
peluka hangat Esi
terhadapnya
Contoh 14. Data Percakapan 14
(2) Esi : Enggak apa-apa!
Kemudian Cicih langsung membawakan barang-barang Esi dan
memasukkannya ke dalam mobilnya.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 07:17)
Tabel 14. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 14
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Cicih bertanya
mengapa Esi bisa tidur
di tempat tersebut.
bermaksud mencari
tahu apa yang terjadi
terhadap Esi.
Esi hanya menunduk
terdiam dan kemudian
mengujarkan tuturan (2).
2 Esi mengatakan bahwa
tidak ada apa-apa.
bermaksud menutupi
masalah yang terjadi
terhadapnya dengan
berkata tidak ada
apa-apa.
tanpa banyak kata, Cicih
langsung membawakan tas
Esi ke menuju ke
mobilnya.
Contoh 15. Data Percakapan 15
(1) Cicih : Ini kenapa lagi?
(2) Esi : Cih, Jangan ke rumah gue ya!
(3) Cicih : Udah, diem aja deh. Masuk ke mobil!
Kemudian Esi dan Saroh masuk ke dalam mobil Cicih.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 07: 29)
Tabel 15. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 15
Tuturan Tindak
1 Cicih bertanya apa
lagi yang terjadi
terhadap Esi.
mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi
terhadap Esi.
muncul pada tuturan (2)
yang menanggapi
pernyataan Cicih.
2 Esi meminta Cicih
untuk tidak ke
rumahnya.
bermaksud agar ia tidak
dihantarkan kembali ke
rumahnya.
muncul pada tuturan (3)
yang menanggapi
permintaan Esi
3 Cicih menyuruh Esi
untuk diam dan
masuk ke dalam
mobil.
bermaksud agar Esi tidak
perlu khawatir dan
menyuruhnya untuk
masuk ke dalam mobil.
Esi menuruti perintah Cicih
untuk segera masuk ke
dalam mobilnya.
d. Jenis-jenis Kalimat Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya
Cerita bagian Cerita Jakarta
Dalam bagian Cerita Jakarta, peneliti mengambil beberapa dialog yang secara
langsung dilakukan oleh pemeran utama khususnya dalam cerita tersebut. Pada bagian
ini, pemeran utamanya, yaitu Laksmi (Susan Bachtiar). Jenis-jenis kalimat tindak
tutur yang terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita bagian Cerita Jakarta,
antara lain:
Contoh 16. Data Percakapan 16
(1) Belinda : Mama kenapa? Menangisi papa ya mami?
(2) Laksmi : Enggak apa-apa.
Laksmi berusaha menahan air matanya dan kemudian memeluk Belinda dengan
sangat erat.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 32: 38)
Tabel 16. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 16
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Belinda bertanya
mengapa ibunya
menangis.
bermaksud mencari tahu
apa yang membuat
ibunya menangis.
muncul pada tuturan (2)
dengan menanggapi
pertanyaan Belinda.
2 Laksmi hanya berkata
tidak ada apa-apa
kepada Belinda.
bermaksud menahan rasa
sedihnya dengan
mengatakan tidak ada
apa-apa kepada anaknya
sambil memeluknya.
Belinda menyambut
pelukan hangat ibunya
tersebut.
Contoh 17. Data Percakapan 17
(1) Belinda : Mi, kenapa sih kita berangkatnya pagi banget?
(2) Laksmi : Kita udah enggak punya mobil lagi, Bey. Ntar macet lagi di jalan.
Udah deh…yuk!
Kemudian Belinda langsung menghabiskan minumannya dengan segera agar
dapat langsung pergi ke sekolah.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 33:10)
Tabel 17. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 17
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Belinda bertanya kepada
ibunya mengapa ia pergi
ke sekolah pagi sekali.
bermaksud mencari tahu
mengapa harus berangkat
kesekolah pagi sekali.
muncul pada tuturan
(2) yang menanggapi
pertanyaan Belinda
tersebut.
2 Laksmi mengatakan
bahwa ia sudah tidak
bermaksud menjelaskan
apa yang terjadi dan
Belinda menanggapi
punya mobil lagi., nanti
macet di jalan dan
langsung mengajak
segera dan berbenah
agar secepatnya
berangkat ke sekolah.
Contoh 18. Data Percakapan 18
(1) Pembantu : kenapa jadi begini ya, buk?
(2) Laksmi : Enggak apa-apa, Ra. Bebey juga senang kok jalan-jalan sama Mami.
(3) Pembantu : Oiya buk, saya Cuma bisa bawa barang ibu seadanya. Soalnya buk,
sebelum saya ke sini, saya diperiksa sama Nyonya besar. Jadi, saya
Cuma bisa bawa baju Bebey, baju ibu, sama obat-obatannya ibu. Nih
buk!
(4) Laksmi : Enggak apa-apa, Ra. Ini aja aku udah terima kasih banget!
Kemudian Laksmi mengambil barang-barangnya yang dibawakan oleh
pembantunya tersebut.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 40: 25)
Tabel 18. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 18
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Pembantunya bertanya
kepada Laksmi mengapa
bisa jadi seperti ini.
bermaksud merenung
mengapa hal ini bisa
terjadi di keluarga
majikannya tersebut.
muncul pada tuturan (2)
yang menanggapi
pertanyaan pembantunya
tersebut.
2 Laksmi berkata tidak
apa-apa dan Belinda juga
bermaksud
menenangkan suasana
muncul pada tuturan (3)
senang karena jalan-jalan
bersama ibunya.
dan merasa Belinda
juga senang bila selalu
berada di dekatnya.
pernyataan majikannya
tersebut.
3 Pembantunya
mengatakan bahwa ia
hanya bisa membawa
barang-barang seadanya
karena di rumah tadi ia
diperiksa oleh Nyonya
besar sebelum pergi ke
luar. Ia hanya membawa
baju Belinda, baju
Laksmi, dan
obat-obatannya Laksmi.
bermaksud membantu
dengan membawakan
barang seadanya
meskipun tadi di rumah
ia diperiksa oleh
Nyonya besar sebelum
ia pergi ke luar.
muncul pada tuturan (4)
di mana Laksmi
menanggapi perbuatan
yang dilakukan
pembantunya tersebut
4 Laksmi mengucapkan
terima kasih atas semua
pertolongan dari
pembantunya tersebut.
bermaksud
berterimakasih kepada
pembantunya tersebut
atas pertolongan yang
telah diberikannya
kepada Laksmi dan
Belinda.
Pembantunya hanya
menanggapinya dengan
senyuman.
Contoh 19. Data Percakapan 19
(1) Laksmi : Bebey mau? (sambil menunjuk ke arah toko yang menjual es krim)
(2) Belinda : Emmm...emangnya mami punya uang? (sambil menatap ibunya
dengan tatapan ragu. Kita sepiring berdua aja ya, mi?
Kemudian mereka masuk ke dalam toko es krim tersebut dan membeli es
krimnya.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 42: 05)
Tabel 19. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 19
Tuturan Tindak
Lokusi Ilousi Perlokusi
1 Laksmi menawarkan es
krim kepada Belinda.
bermaksud mengajak
Belinda makan es krim
yang dijual di toko
yang berada tepat di
depan mereka.
muncul pada tuturan (2)
yang menanggapi
tawaran dari Laksmi.
2 Belinda bertanya
apakah ibunya punya
uang dan menganjurkan
untuk memakan es
krimnya sepiring
berdua saja.
merasa ragu dan
bermaksud mencari
tahu apakah ibunya
punya uang serta
menganjurkan makan
sepiring berdua saja.
muncul pada tuturan (3)
yang menanggapi
pertanyaan dan
pernyataan yang
diujarkan oleh Belinda.
3 Laksmi setuju. bermaksud menyetujui
apa yang dinyatakan
oleh Belinda
sebelumnya.
Belinda tersenyum dan
memegang tangan
ibunya (Laksmi)
Contoh 20. Data Percakapan 20
(1) Belinda : Aduh...mami, matiin kecoaknya. (sambil berteriak berulang kali). Tuh
(2) Laksmi : Udah deh, Bebey. Cuma kecoak aja. Jangan manja! Cepat tidur!
Mendengar teriakan ibunya, Bebey pun terdiam dan kemudian duduk di atas
kasur kamar.
(Sumber: film Perempuan Punya Cerita, disc 2, 42: 28)
Tabel 20. Jenis-jenis Tindak Tutur yang terdapat pada Percakapan 20
Tuturan Tindak
Lokusi Ilokusi Perlokusi
1 Belinda
memberitahukan
ibunya sambil berteriak
agar ia dapat
membunuh kecoak
yang berada di bawah
kasur tempat tidur.
bermaksud merasa
ketakutan sehingga
meminta ibunya utuk
membunuh kecoak
tersebut.
muncul pada tuturan
(2) yang diujarkan
Laksmi untuk
menanggapi teriakan
Belinda.
2 Laksmi mengatakan
kepada Belinda bahwa
itu hanya seekor kecoak
dan menyuruhnya
untuk tidak bersikap
manja.
bermaksud menenangkan
Belinda dengan
mengatakan bahwa itu
hanya seekor kecoak dan
agar ia tidak bersikap
manja.
mendengar pernyataan
dari ibunya tersebut, ia
langsung duduk dan
terdiam.
4.2 Menganalisis Tindak Lokusi, ilokusi, dan Perlokusi
Setelah jenis-jenis tindak tutur ditemukan, kemudian akan dilanjutkan dengan
analisis sebagai berikut:
Contoh 1. Data Percakapan 1