• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN IMPLIKATUR DALAM DIALOG FILM KOREA EXTREME JOB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN IMPLIKATUR DALAM DIALOG FILM KOREA EXTREME JOB"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN IMPLIKATUR DALAM DIALOG FILM KOREA EXTREME JOB

Skripsi

Diajukan untuk untuk menyusun tugas akhir pada Program Studi Sastra Indonesia

Oleh : An Eun Chul

184114048

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

i

(3)

i

(4)

iv

PERNYAYAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 13 Januari 2022 Penulis

An Eunchul

(5)

v

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : An Eunchul Nim : 184114048

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Jenis-Jenis Tindak Tutur Dan Implikatur dalam Dialog Film Korea “Extreme Job”.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta a Pada tanggal 13 Januari 2022

Yang menyatakan, s

An Eunchul s

(6)

vi

ABSTRAK

Eunchul, An. 2022. “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Implikatur dalam Dialog Film Korea Extreme Job”. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra.

Universitas Sanata Dharma.

Budaya Korea Selatan akhir-akhir ini menjadi budaya yang cukup digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Produk-produk budaya seperti lagu-lagu dan film juga akhirnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Maka penelitian linguistik mengenai produk- produk budaya ini menjadi penting untuk dilakukan mengingat budaya masuk melalui bahasa. Dalam penelitian ini, fokusnya adalah pada bagaimana tindak tutur dan implikatur yang digunakan dalam film Extreme Job. Film ini dipilih karena sudah cukup populer di masyarakat Indonesia. Di sisi lain, film ini juga memiliki genre komedi yang mampu menunjukkan permainan makna di dalamnya.

Penelitian ini menggunakan metode simak untuk mengumpulkan data-data yang akan diteliti lebih lanjut. Lalu teori tindak tutur Searle dan teori Implikatur Yule (1996) akan digunakan untuk mengklasifikasikan beberapa sampel dari jenis tindak tutur dan implikatur yang digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima jenis tindak tutur yang terdapat dalam film Korea Extreme Job, seperti tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi. Tindak tutur yang paling sering muncul adalah tindak tutur perlokusi. Selain itu, pada film Korea Extreme Job terdapat tiga jenis implikatur, yaitu implikatur konvensional, implikatur non- konventsional, implikatur praangapan. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, implikatur yang paling sering muncul dalam film Korea Extreme Job adalah implikatur nonkonvensional.

Kata kunci : tindak tutur, implikatur, film Korea

(7)

vii

ABSTRACT

Eunchul, An. 2021. “Types of Speech Acts and Implicatures in Korean Film Dialogue Extreme Job”. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra.

Universitas Sanata Dharma.

South Korean culture has recently become a culture that is quite popular with the people of Indonesia. Cultural products such as songs and films are also eventually consumed by the people of Indonesia. So linguistic research on cultural products is important to do considering that culture enters through language. In this study, the focus is on how speech acts and implicatures are used in the film Extreme Job. This film was chosen because it is already quite popular in Indonesian society. On the other hand, this film also has a comedy genre that is able to show the play of meaning in it.

This study uses the observation method to collect data that will be studied further. Then Searle's speech act theory and Yule's (1996) implicature theory will be used to classify several samples of the types of speech acts and implicatures used.

The results showed that there were five types of speech acts contained in the Korean film Extreme Job, such as assertive speech acts, directive speech acts, expressive speech acts, commissive speech acts, and declaration speech acts. The most frequent speech act is the perlocutionary speech act. In addition, in the Korean film Extreme Job, there are three types of implicatures, namely conventional implicatures, non-conventional implicatures, and preconceived implicatures. Based on the results of this study, the implicatures that most often appear in the Korean film Extreme Job are non-conventional implicatures.

Keywords: speech acts, implicature, Korean movie

(8)

viii

Daftar isi

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...iii

PERNYAYAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 5

1.5 Tinjauan Pustaka ... 5

1.6 Landasan Teori ... 7

1.6.1 Pragmatik ... 7

1.6.2 Tindak Tutur ... 8

1.6.3 Implikatur ... 12

1.7 Metode Penelitian ... 15

1.8 Sistematika Penyajian... 17

BAB II JENIS-JENIS TIDAK TUTUR DALAM FILM “EXTREME JOB” ... 18

2.1 Pengantar ... 18

2.2 Tindak tutur ... 18

2.3 Tindak Tutur Asertif ... 19

2.3.1 Tindak tutur Asertif Mengeluh ... 19

2.3.2 Tindak tutur Asertif Menunjukkan ... 19

2.3.3 Tindak tutur Asertif Menolak ... 21

(9)

ix

2.3.4 Tindak tutur Asertif Menyatakan ... 22

2.4 Tindak Tutur Direktif ... 22

2.4.1 Tindak Tutur Direktif Menyuruh ... 22

2.4.2 Tindak Tutur Direktif Memaksa ... 27

2.5 Tindak Tutur Ekspresif ... 27

2.5.1 Tindak Tutur Ekspresif Menyindir ... 28

2.5.2 Tindak Tutur Ekspresif Memuji ... 29

2.5.3 Tindak Tutur Ekspresif Menyalahkan ... 29

2.5.4 Tindak Tutur Ekspresif Mengecewakan/Marah ... 30

2.5.5 Tindak Tutur Ekspresif Menakutkan ... 31

2.5.6 Tindak Tutur Ekspresif Menghibur... 32

2.6 Tindak Tutur Komisif ... 33

2.6.1 Tindak Tutur Komisif Janji ... 33

2.7 Tindak Tutur Deklarasi... 34

BAB III IMPLIKATUR DALAM TUTURAN PENUTUR KOREA YANG DITEMUKAN DALAM DIALOG FILM KOREA “EXTREME JOB” ... 35

3.1 Pengantar ... 35

3.2 Implikatur ... 35

3.3 Implikatur Konvensional ... 36

3.4 Implikatur nonkonvensinoal ... 38

3.5 Implikatur Praanggapan ... 49

BAB IV ... 51

PENUTUP ... 51

4.1 Simpulan ... 51

4.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah hal yang sangat penting bagi manusia untuk berkomunikasi. Bahasa dapat menghubungkan satu orang dengan orang lainnya. Bahasa dapat diungkapkan dengan berbagai cara, dapat ditulis dalam buku catatan, diucapkan, atau diungkapkan melalui gerak tubuh. Bahasa merupakan sesuatu yang selalu berkembang dan menghilang juga.

Dewasa ini, budaya memiliki peranan besar di dalam perkembangan masyarakat.

Bahkan budaya sendiri dapat menjadi sarana untuk menunjang bidang ekonomi, politik, dan bidang-bidang lainnya. Hal ini dapat dilihat secara nyata pada budaya Korea yang menjadi salah satu penyokong perkembangan ekonomi dari negara ginseng tersebut.

Berbicara tentang penyebaran budaya dari negara Korea Selatan ini, atau yang lebih dikenal dengan gelombang Korea atau Hallyu. Hallyu merupakan gelombang yang membawa budaya Korea Selatan ke luar negeri. Gelombang inilah yang memperkenalkan kepada masyarakat dunia tentang budaya-budaya yang khas dari Korea Selatan (Lee & Nornes, 2015) dan membentuk suatu budaya atau kosakata baru di kalangan anak muda. Dengan bergeraknya gelombang Korea ke penjuru dunia, kini orang-orang dapat mengenal tentang budaya Korea seperti pakaian adat, makanan

(11)

tradisional, tarian, dan masih banyak lagi. Bahkan, tak hanya budaya-budaya tradisional, tetapi budaya kontemporer seperti film, drama, dan musik pun begitu populer di seluruh dunia. Budaya populer Korea (K-Pop) inilah yang menyebabkan perekonomian Korea berkembang sangat pesat dan sangat signifikan.

Tidak hanya memiliki pengaruh di bidang ekonomi, dengan tersebarnya budaya Korea Selatan ke seluruh dunia, minat orang-orang yang hendak belajar bahasa Korea pun ikut meningkat. Hal ini ditandai dengan mulai menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan bahasa Korea dan mulai dibukanya jurusan Bahasa dan Sastra Korea di beberapa universitas termuka Indonesia, salah satunya Universitas Gadjah Mada (UGM). Maka dari itu penelitian mengenai Film Korea menjadi sesuatu yang cukup penting untuk dilakukan di Indonesia.

Tentu saja ini menimbulkan sebuah kebutuhan yang menjadi sebuah konsekuensi dari menjamurnya budaya Korea. Salah satu kebutuhan yang cukup mendesak adalah mengenai bagaimana bahasa Korea dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia melalui proses terjemahan yang tentunya juga mengikutsertakan implikatur di dalamnya.Kebutuhan ini merupakan kebutuhan pragmatik untuk menunjang kemajuan ilmu kebahasaan di Indonesia.

Dalam melakukan sebuah percakapan seorang penutur pasti memiliki maksud yang ingin disampaikan. Maksud yang ingin disampaikan ini seringkali harus diidentifikasi terlebih dahulu agar mendapatkan pesan yang tersimpan di balik kalimat yang dituturkan.

(12)

Ranah pragmatik memiliki beberapa kajian utama, salah satunya adalah implikatur percakapan yang menjadi fokus dari penelitian ini. Implikatur dalam percakapan merupakan sebuah bagian penyimpulan dan pemahaman pragmatis, yang implikatur tidak terikat dengan kata-kata dan frasa melainkan pada faktor konteks. Dalam tuturan, penutur seringkali harus memperhatikan lingkungan atau situasi dari penutur. Banyak hal eksternal yang memengaruhi makna dari sebuah tuturan. Di sinilah implikatur sering digunakan.

Penelitian ini akan membahas tindak tutur dan implikatur dalam percakapan yang terjadi dalam film “Extreme Job”. Film ini merupakan film yang sangat populer di Korea dan ditonton oleh banyak orang. Film ini juga akhirnya masuk ke dalam pasar Indonesia dan ditonton oleh cukup banyak orang di Indonesia. Saat film asing, dalam kasus ini adalah film Korea, masuk ke Indonesia maka akan terjadi proses penerjemahan dalam percakapannya. Penelitian ini hendak melihat tuturan yang dilakukan di dalamnya dengan mencari implikatur yang muncul di dalamnya. Dialog di dalamnya mengandung implikatur-implikatur dan tindak tutur dalam bahasa Korea yang mungkin sulit untuk diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan karena makna yang dimiliki dalam dan melebih makna harafiah dari kalimat tersebut, konteks merupakan hal yang penting dari penelitian ini. Contohnya, tuturan Sebentar lagi jam makan malam, Dasar kau sialan!, dll

(13)

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini mendiskusikan jenis-jesni tindak tutur dan implikatur dalam tuturan penutur Korea yang ditemukan dalam dialog film Korea “Extreme Job”.

1.2.1 Apa saja jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam dialog pada film Korea “Extreme Job”?

1.2.2 Apa saja jenis-jenis implikatur yang ada di dalam dialog film Korea

“Extreme Job”?

1.3 Tujuan Penelitian

Menilik rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitan dari kedua rumusan masalah tersebut sebagai berikut.

1.3.1 Memaparkan jenis-jenis tindak tutur Korea yang ditemukan dalam dialog film Korea “Extreme Job”

1.3.2 Menganalisis bagaimana jenis-jenis implikatur Korea yang ditemukan dalam Film “Extreme Job”

(14)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini memperkaya sudut pandang bagi penelitian yang memiliki fokus pada implikatur yang diekspresikan dalam film-film dari negara lain. Hal ini membuka celah untuk memahami budaya dari negara lain.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru terhadap bahasa Korea secara akademis. Ini penting mengingat karena beberapa istilah dalam Bahasa Korea sudah cukup familiar terdengar di masyarakat. Lebih lanjut lagi, penelitian ini membantu pembaca memahami implikatur yang digunakan dalam film dalam kehidupan nyata. Penelitian ini memberikan informasi bahwa linguistik dapat digunakan secara praktis, tidak hanya sebagai suatu disiplin ilmu.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai implikatur telah dilakukan oleh banyak peneliti.

Implikatur juga telah dipelajari di banyak bidang, termasuk komik, Instagram, film, percakapan sehari-hari, dan banyak lagi. Zaleha (2019), Sinungharjo (2019), dan Arinda (2018) sudah membuat penelitian untuk memberi posisionalitas mengenai dimana penelitian ini akan diletakkan.

Zaleha (2019) membahas implikatur percakapan dalam film “Rudy Habibie”

karya Hanung Bramantyo dalam penelitian berjudul “Implikatur Percakapan dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo”. Penelitian Zaleha mendeskripsikan

(15)

implikatur percakapan dalam film percakapan dalam film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik dengan implikatur.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis percapan.Dalam penelitian Zaleha, implikatur dibagi menjadi tiga kategori, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan khusus. Ada total 32 dialog dan dibagi menjadi 9 percakapan, 20 percakapan, 3 percakapan masing-masing.

Implikatur dalam komik pernah diteliti oleh Sinungharjo (2019) dalam artikelnya yang berjudul “Implikatur dalam Komik Instagram Karya Okky Andrian Lola: Wacana Humor Pornografis”. Artikel Sinungharjo mendeskripsikan jenis, fungsi, dan implikasi humor pornografis dalam komik Instagram karya Okky Andrian Lola.

Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode padan teknik hubung banding dan metode padan teknik pilah unsur penentu untuk data verbal. Teori yang digunakan dalam artikel ini adalah teori implikatur. Jenis penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah wujud penelitian. Implikatur yang muncul di Komik Instagram Karya Okky Andrian Lola diklasifikasikan sebagai implikatur konvensional, percakapan umum, percakapan khusus, dan implikatur konvensional dan percakapan yang digunakan bersama.

Implikatur dalam animasi juga pernah diteliti oleh Arinda (2018) dalam skripsi yang berjudul “Implikatur Sindiran pada Anime Tenisu no Oujisama”. Penelitian ini membahas implikatur sindiran dalam animasi Jepang. Metode yang digunakan dalam

(16)

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis implikatur berdasarkan teori dari Yule dan teori strategi off record milik Brown dan Levinson. Dalam penelitian Arinda, sebanyak 20 implikatur

dipelajari dengan 4 implikatur percakapan umum dan 16 implikatur percakapan khusus dengan teori implikatur dari Yule. Namun, hanya 9 jenis strategi off record yang muncul pada anime dengan teori strategi off the record.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang konteks linguistik dan maknanya dalam konteks tersebut. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2011:4). Pragmatik memeriksa ucapan-ucapan tertentu dalam situasi tertentu dan memperhatikan cara yang berbeda untuk membangun konteks sosial yang berbeda.

Pragmatik menarik karena melibatkan bagaimana orang memahami satu sama lain secara linguistik. tetapi, pragmatik sulit dipelajari karena membutuhkan pemahaman pikiran orang lain dan apa yang ada di pikiran mereka.

Kinerja bahasa dapat memengaruhi interpretasi. Pragmatik tidak hanya mengkaji efek hipersegmental fonem, dialek, dan transliterasi, tetapi juga memandang

(17)

kinerja ujaran pertama sebagai aktivitas sosial yang didominasi oleh berbagai konvensi sosial. Ahli teori pragmatis mengidentifikasi tiga jenis prinsip tindakan: retorika, prinsip dialog, dan premis. Dengan demikian, pragmatik adalah cabang bahasa yang dapat digunakan dalam situasi dunia nyata.

Levinson (dalam Rahardi 2009:20) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari hubungan antara konteks dan bahasa. Pragmatik mengevaluasi maksud suatu ujaran ketika berbicara unit linguistik tertentu dalam praktik bahasa. Pragmatik sebagai ilmu adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa dengan menggunakan aspek penggunaan bahasa, sedangkan pragmatik sebagai keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan komunikasi.

Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud dan tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara (Yule, 2006: 5)

1.6.2 Tindak Tutur

Setiap proses komunikasi akan memiliki peristiwa tutur dan tindak tutur dalam satu konteks tutur. Austin adalah orang pertama yang mengungkapkan gagasan bahwa bahasa dapat digunakan untuk melakukan tindakan melalui perbedaan antara kata-kata konstruktif dan performatif. Konteks atau situasi dialog memiliki pengaruh yang besar

(18)

terhadap perilaku dialog. Hal ini karena penutur dan lawan tutur berada pada topik yang sama, pada waktu, tempat, dan situasi tertentu, sehingga penutur dan mitra tutur dapat lebih memahami makna kata yang diinginkan keduanya. Chaer (dalam Rohmadi, 2010:

32) tindak tutur (speech act) adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kemampuan verbal seorang pembicara untuk menangani situasi di mana dia berbicara sangat memengaruhi makna atau makna dari apa yang dia katakan.

Menurut Austin (dalam Chaer, 2010: 27) tindak tutur dilakukan dalam bentuk kalimat pertunjukan dirumuskan sebagai tiga tindakan yang berbeda, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.

a. Tindak tutur lokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindakan mengatakan sesuatu.

Contoh : Aku lapar.

Kata ‘Aku’ dalam kalimat ini adalah orang pertama tunggal, dan kata ‘lapar’

ini artinya perutnya kosong, tidak dengan maksud minta makanan.

b. Tindak tutur ilokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindakan melakukan sesuatu.

Contoh : “Aku lapar”

(19)

Maksud kalimat ini bisa menjadi meminta makanan. Ini adalah tindak tutur ilokusi.

c. Tindak tutur perlokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sesuatu.

Contoh : “Aku lapar”

Kalimat ini bisa mempengaruhi pendengar. Pendengar bisa memberi atau menawarkan makanan kepada penutur.

Contoh Sekilas:

A : Pembayaran SKS terakhir adalah besok. (Lokusi) B :Kapan kamu akan membayar?

B : Uangku tinggal satu juta rupiah. (Ilokusi) A: Oke. Kurangnya berapa? (perlokusi)

Lokusi = A menginformasikan bahwa pembayaran SKS terakhir adalah besok Ilokusi = B menyatakan bahwa uangnya tinggal satu juta rupiah jadi ia tidak sanggup membayar SKS sekarang

(20)

Perlokusi = A memahami dan memaklumi bahwa B tidak sanggup untuk membayar besok. Jadi A bertanya mengenai berapa kekurangan yang harus dibayarkan oleh B untuk melunasinya.

Tindak tutur langsung memiliki hubungan langsung antara struktur dan fungsi.

Namun tindak tutur tidak langsung memiliki hubungan tidak langsung antara struktur dan fungsi. Bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan disebut tindak tutur langsung, sedangkan bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu permohonan disebut tindak tutur tidak langsung (Yule, 2006: 95-96).

Tindak tutur digolongkan menjadi lima jenis oleh Searle (Rohmadi, 2004: 32;

Rustono, 1999: 39), yaitu tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.

Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya pada kebenaran apa yang penutur katakan. Misalnya, tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, dan lain-lain. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang penutur bermaksud untuk pendengar bertindak atau melarang sesuatu yang penutur dikatakan. Misalnya, meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, dan sebagainya. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang mengekspresikan keadaan emosional penutur. Misalnya, tuturan mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, dan lain-lain. Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang melaksanakan hal yang disebutkan dalam ujarannya. Misalnya, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan, dan sebagainya. Tindak tutur

(21)

deklarasi adalah tindak tutur yang menciptakan hal atau situasi yang baru. Misalnya, mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang, dan lain-lain.

1.6.3 Implikatur

Implikatur adalah bidang yang telah dipelajari oleh banyak orang. Implikatur merupakan salah satu aspek kajian yang penting atau mungkin yang paling penting dalam studi kebahasaan yang berbau pragmatik (Wijana dan Rohmadi, 2011:120).

Implikatur adalah sebuah ekspresi yang menyampaikan makna secara tidak langsung, bukan secara langsung.

Grice (1975) menyatakan bahwa dalam sebuah percakapan yang mengandung implikatur di dalamnya. Implikatur ini merupakan tuturan yang memiliki makna yang melampau makna sebenarnya dari tuturan tersebut. Grice juga membedakan tuturan menggunakan maksud yang ingin disampaikan penutur dalam melakukan tuturan. Di sini tak hanya ranah semantik yang bekerja, namun ranah pragmatik berperan besar.

Apakah makna yang dibawa dari setiap kata dalam urutan di dalam kalimat itu memang membawa makna sebenarnya atau memiliki makna yang melampaui makna harafiahnya. Konteks merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses mencari makna dalam implikatur.

Grice (1975) menyatakan bahwa dalam berkomunikasi kedua belah pihak, baik penutur dan pendengar, berusaha keras untuk memahami makna yang tergantung

(22)

dalam tuturan sehingga komunikasi mereka menjadi lancar. Dibutuhkan kontribusi dari tuturan yang muncul di dalam seting percakapan sehingga maksud dari tuturan dapat tersampaikan dan obrolan bisa berlangsung.

Menurut Yule (1996), istilah implisit digunakan untuk mengikat bersama apa yang sebenarnya dikatakan pembicara dan apa yang dimaksud, tersirat, atau dimaksudkan oleh pembicara lain. Pandangan seperti itu memiliki arti yang berbeda dari arti harfiah kata-kata.

Jenis-jenis implikatur dibagi dalam 3 jenis, yaitu 1) implikatur konvensional 2) implikatur nonkonvensional 3) Implikatur Percakapan. Masing-masing, yang diterima secara umum dalam masyarakat, yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dari kenyataan, dan apa yang tampak dalam percakapan.

a. Implikatur Konvensional

implikatur konvensional adalah makna suatu ujaran yang lazim atau diterima secara umum dalam masyarakat.

Contoh : Teman saya merekomendasikan warna hitam, tetapi saya membeli warna putih.

b. Implikatur Non-konvensional

Implikatur nonkonvensional adalah tuturan yang berkonotasi sesuatu yang berbeda dari kenyataan.

(23)

Contoh :

A : “Hp baru itu? Mengapa tidak membeli i-phone 13?”

B : “harganya terlalu mahal.”

c. Implikatur percakapan

Menurut Grice (Mudjiono, 1996:32-33) ada tiga jenis implikatur percakapan lagi yakni: implikatur konvensional, praanggapan, dan nonkonvensional. Implikatur konvensional mengacu makna konvensional, sebagaimana telah dijelaskan, akna suatu percakapan ditentukan oleh makna konvensional dari kata-kata yang digunakan.

Implikatur praanggapanImplikatur praanggapan mengacu pada hubungan pribadi seperti suatu pengetahuan bersama antara penutur dan mitra tutur. Implikatur nonkonvensional mendasarkan maknanya pada suatu konteks yang melingkupi suatu percakapan.

Contoh :

A: Kamu keluar untuk makan?

B: Orang tuaku akan mengunjungi aku.

(24)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat post-positivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiyono 2016: 88)

1.7.1 Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah implikatur dalam tuturan penutur korea yang ditemukan dalam dialog film Korea “Extreme Job”. Film aksi komedi ini mengisahkan divisi narkoba Kepolisian Korea Selatan yang dipimpin Kapten Go (Ryu) bersama empat anggotanya, yakni Jang (Lee Hanee), Young Ho (Lee), Ma (Jin), dan Jae Hoon (Gong). Divisi ini nyaris ditutup lantaran biaya operasionalnya tinggi namun jarang memecahkan kasus besar. Suatu hari, Kapten Go dan anak buahnya melacak jaringan narkoba yang melibatkan dua bandar besar: Lee Moo-Bae (Shin Ha-kyun) dan Ted Chang (Oh Jung Se). Untuk mengamati gerak-gerik bandar ini, Kapten Go membeli kedai yang persis berada di seberang ruko tempat anak buah Lee Moo-Bae beroperasi.

Kapten Go menjual ayam goreng saus iga. Sayangnya, toko berjalan dengan baik, mereka lebih memperhatikan bisnis ayam daripada pekerjaan polisi, yang merupakan pekerjaan utama mereka. Kemudian, ini menjadi masalah, dan berbagai insiden terjadi karena hal ini, mereka menyelesaikannya dan menangkap penjahatnya. Menurut

(25)

Mahsun (2005:242-243), metode simak digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk dialog yang akan dianalisa implikatur serta tindak tuturnya. Maka dari itu, dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode simak atau observasi, di mana data diambil dari hasil terjemahan subtitle film Korea “Extreme Job”. Data berupa kalimat yang mengandung implikatur. Kalimat tersebut digunakan bertujuan untuk melihat konteks yang menyertai implikatur tersebut. Metode simak yang digunakan di sini menggabungkan baik teknik mendengarkan dan membaca karena penelitian ini menggunakan dua jenis sumber yaitu sumber tertulis dari subtitle yang diunduh dari website subscene dan sumber audio-visual dari film asli.

Penelitian akan melakukan observasi dan mengumpulkan datanya dengan mencatatnya yang kemudian akan dipaparkan dalam kumpulan data berupa kalimat- kalimat yang mengandung implikatur. Setelah data terkumpul, Jenis-jenis implikatur akan ditunjukkan dan diklasifikan. Temuan yang didapat berupa analisis hubungan implikatur dan wacana humor tersebut .

1.7.2 Metode Analisis Data

Setelah peneliti mengumpulkan data, peneliti melakukan analisis data yang terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan awal adalah mengecek subtile bahasa indoensia dari situs web subscene dalam film "Extreme job" sudah terjemahan sesuai konteks dan benar. selanjutnya pada data tersebut peneliti akan melihat perbedaan dan

(26)

persamaan antara bahasa Korea dan bahasa Indonesia yang diterjemahkan. Setelah ini menentukan tuturan yang mengandung tindak tutur dan implikatur apa dan mengklasifikasikan sesuai dengan jenis tindak tutur dan implikatur berdasarkan teori dari Searle dan Yule. Terakhir peneliti akan membuat kesimpulan.

1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian akan dilakukan dengan beberapa contoh. Beberapa contoh akan membantu membuat proses ini lebih mudah dipahami. Lebih berguna untuk belajar implikatur. Ini dapat dengan mudah diperiksa secara visual. Penyajian ini berguna untuk mengetahui implikatur yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1.8 Sistematika Penyajian

Tugas akhir ini terdiri atas empat bab. Pada bagian bab I diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, pendekatan, landasan teori, dan metode penelitian. Bab II berisi analisa jenis tindak tutur dalam Film “Extreme Job”. Lalu bab III berisi analisa jenis implikatur Film “Extreme Job”. Lalu akan ditutup dengan Bab IV yang akan berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

(27)

BAB II

JENIS-JENIS TIDAK TUTUR DALAM FILM “EXTREME JOB”

2.1 Pengantar

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa sampel tindak tutur yang telah dikumpulkan sebelumnya. Setelah dikumpulkan, data-data tindak tutur yang digunakan ini dianalisa satu per satu lalu di akhir bab akan diberi kesimpulan mengenai tindak tutur jenis apa yang banyak digunakan dalam film ‘Extreme Job’.

Peneliti akan mengambil 31 kalimat sebagai sampel dalam film 'Extreme job', lalu diperiksa terlebih dahulu mengenai (i) terjemahan bahasa Korea ke dalam bahasa Indonesia. Dan akhirnya peneliti (ii) mengklasifikasi jenis-jenis tindak tutur.

Penggunaan tanda kurung ‘[]’ dimaksudkan untuk membantu koreksi terjemahan sehingga menghindari kesalahpahaman karena arti yang diterjemahkan sedikit berbeda.

2.2 Tindak tutur

Tindak tutur dilakukan dalam bentuk kalimat pertunjukan dirumuskan sebagai lima tindakan yang berbeda, yaitu tindak tutur asertif, tindak tuturdirektif, dan tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, tindak tutur deklaratif (Rahardi, 2003: 72).

(28)

2.3 Tindak Tutur Asertif

Tindak tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu keadaan sebenarnya berdasarkan pengalaman penutur (Yule, 2006: 92). Tindak tutur asertif yang ditemukan antara lain (i) mengeluh (ii) menunjukkan (iii) menolak (iv) menyatakan

2.3.1 Tindak tutur Asertif Mengeluh

Tindak tutur asertif mengeluh adalah tindak tutur yang dilandasi kekecewaan atau ketidakpuasan terhadap sesuatu.

<16.38> 아줌마 나 진짜 그정도는 아니야 - Dengan segala hormat, aku bukan orang mesum.

[Penampilanku tidak cukup jelek untuk terlihat seperti orang mesum.]

Penduduk kota salah memahami polisi Ma. Penduduk kota melihat polisi Ma sebagai cabul dan mengira sebagai criminal karena penampilanya terlihat jelek.

Maksud dalam kalimat ini adalah 'Aku tidak seaneh dan sejelek seperti itu.'.Kalimat ini termasuk dalam tindak tutur asertif mengeluh karena penduduk kotanya bicarakan tentang ketidakpuasan menilai polisi Ma hanya berdasarkan penampilannya.

2.3.2 Tindak tutur Asertif Menunjukkan

Menurut KBBI, kata ‘menunjukkan’ berarti memperlihatkan; menyatakan;

menerangkan (dengan bukti dan sebagainya). Jadi tindak tutur menunjukkan artinya

(29)

tindak tutur yang memperlihatkan situasi. Tindak tutur ini ditemukan pada beberapa adegan.

<20.47> 손님들이라고는 자기들 밖에 없잖어, 일주일 내내 - Hanya kalian

pelangganku selama seminggu ini!

Pemilik toko (penutur) mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah satu- satunya pelanggan selama seminggu mereka. (pemilik tokonya tidak tahu mereka lagi mengintai untuk menangkap penjahat). Pemilik toko mengatakan kalimat ini karena dia akan menjual toko karena tidak ada pelanggan. Pemilik menyatakan alasan menjual tokonya, jadi kalimat ini adalah tindak tutur asertif menunjukkan.

<1.10.01> 밥 먹고 있다 안하나, 안보이나? - Tak lihat aku sedang makan? Kau buta?

Penutur adalah chef. Seorang teman staf yang melayani aula bertanya mengapa mereka tidak menggoreng ayam. Penutur marah pada temannya dengan mengatakan buta padanya. Chef secara kasar memberi tahu temannya yang mengawasinya makan sekarang bahwa dia tidak bisa menggoreng ayam karena dia sedang makan. Ini adalah tindak tutur asertif menunjukkan karena maksud penutur mengatakan bahwa tidak bisa melakukan tindakan memasak.

<1.27.12> 내가 너에 대한 믿음이 없잖냐 - Aku tidak percaya padamu

Si penjahat Lee Moo-Bae bicara bertanya mengapa penutur membawa begitu banyak bawahan ke tempat usahanya. Sih Ted chang berbicara secara tidak langsung

(30)

tentang mengapa dia membawa begitu banyak orang di tempatnya. Kalimat ini adalah tindak tutur asertif menunjukkan, karena Ted chang memberi alasan secara tidak langsung.

2.3.3 Tindak tutur Asertif Menolak

Tindak tutur asertif menolak adalah tindakan dialog yang digunakan untuk tidak menerima atau mengabulkan keinginan pembicara.

<1.25.13> 자기랑 같이 묶여 있었다고 자기 편인 줄 아네 - Kau pikir kita ada

dipihak yang sama hanya karena kita diikat bersama?

Polisi Ma melepaskan ikatan talinya yang diikaat sendiri dan setelah itu mengalahkan semua orang yang mengikatnya, Ma melihat pengkhianat yang mengacungkan jempol dalam sense of greatness. Namun Ma memperhatikan bahwa dia telah melakukannya dalam arti pengkhianat minta membebaskannya, dan mengucapkan kalimat ini dalam arti bahwa Ma tidak akan melepaskannya. Kalimat ini termasuk tindak tutur asertif menolak karena Ma tidak menerimah pada permintaan yang melepaskannya.

(31)

2.3.4 Tindak tutur Asertif Menyatakan

Tindak tutur asertif menyatakan adalah tuturan yang dijelaskan atau diungkapkan berdasarkan fakta yang sebenarnya atau yang ada.

<1.44.30> 이번엔 총이네요 - Kali ini, penembakan

Kapten Go biasanya banyak terluka saat menjebak penjahat. Penutur menyatakan "kali ini penembakan", tapi yang awalnya ingin Young-Ho katakan adalah kapten Go terluka parah dan sekarang nyampai dia bahkan tertembak. Itu termasuk tindak tutur asertif menyatakan karena Young-Ho menyatakan situasinya.

2.4 Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah suatu bentuk tuturan dengan maksud untuk mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan tertentu (Rahardi, 2003: 73).

Tindak tutur direktif yang ditemukan antara lain (i) menyuruh (ii) memaksa 2.4.1 Tindak Tutur Direktif Menyuruh

Tindak tutur direktif menyuruh adalah tuturan yang memerintah sesuatu atau membuat orang lain mengambil tindakan.

<2.34> 밥 시간 다 됐다 - Sebentar lagi jam makan malam.

Di Korea, frasa '밥(nasi) 먹다(makan)’ ini ada dua arti, yang pertama merujuk

pada kegitanan memakan nasi dan yang kedua adalah merujuk pada makan

(32)

siang/malam. Polisi Jang berada dalam situasi dimana dia ingin menangkap pelakunya dengan cepat, namun ini waktunya makan. Pada akhirnya, ia diminta untuk pergi bersama untuk mencari makan. Kalimat ini merupakan tindak tutur direktif menyuruh, karena secara tidak langsung artinya “ayo cepat pergi bersama.”

<7.30> 아주 죽이지 그랬냐 - Kenapa kau tidak membunuhnya saja?

Kepala polisi mengejek bawahan mereka karena mereka telah menyiksa penjahat begitu banyak. Pertanyaan ini mengatakan tentang pembunuhan, tetapi ini bukan tentang membunuh. Ini tentang mengkritik karena terlalu sering menyiksa penjahat. Ini kalimat perintah untuk tidak menyiksa penjahat saat menangkapnya. Jadi kalimat ini termasuk tindak tutur direktif menyuruh.

<8.15> 웃네. 웃어? - Kalian Tertawa?

Kepala Kapten Polisi (penutur) sedang memarahi bawahan mereka tetapi mereka tertawa tanpa memahami suasana. Kalimat ini memiliki arti bawahan polisi harus memahami suasana. Maksud Kepala kapten polisi adalah untuk mereka diam.

Jadi kalimat ini adalah kalimat.direktif menyuruh.

<8.23> 너 반장 소리 지겹지도 않냐 - Apa kau tidak lebih menjadi kapten?

[Apa kau tidak bosan mengarkan dipanggil kapten?]

Kapten Go tidak bisa promosi dari jabatannya karena performanya yang buruk sehingga ia tidak pernah naik jabatan. Kepala Kapten Polisi bertanya

(33)

kepadanya yang tidak bosan terus disebut kapten. Kepala Kapten Polisi merasa bahwa Kapten Go harus promosi dari kapten. Maksud Kepala Kapten Polisi itu menyuruhnya bekerja keras untuk mendapatkan promosi jadi ini tindak tutur direktif menyuruh.

<11.56> 이럴거면 육회를 시켜먹지 - Kenapa tidak kau makan saja saat mentah.

[Kalau kamu makan begini, kamu pesan yukhae saja.]

Di Korea, ada makanan daging sapi mentah yang disebut 'Yukhoe'. Dagingnya belum matang tetapi dagingnya sudah disajikan dan dimakan. Jika dia memakan makanan mentah yang sama, penutur mengatakan lebih baik memesan Yukhoe daripada memakannya mentah. Penutur mengucapkan ini dengan sinis. Penutur menyuruh secara tidak langsung kepada pendengar memakan daging jika dagingnya sudah matang jadi ini termasuk tindak tutur direktif menyuruh.

<12.01> 놔둬, 소고기맛 컵라면 먹던 애들이 오죽하겠냐 - Biarkan mereka.

Makanan paling mirip dengan daging sapi yang mereka bisa makan adalah ramen rasa daging sapi.

Di korea, daging sapi ini sangat mahal dan berbanding terbalik dengan harga ramen yang sangat murah. Penutur mengatakan pendengar tidak bisa membeli daging sapi karena miskin, dan hanya mampu mengkonsumsi ramen rasa sapi yang murah.

Kalimat ini merupakan tindak tutur direktif menyuruh. Penutur menyuruh rekan

(34)

penutur membiarkan pendengar memakan daging sapi karena mereka tidak ada kesempatan untuk makan daging.

<19.07> 왜 서비스를 마음대로 줘요? - Gratis? Kenapa?

Tim polisi terpaksa memakan ayam karena sebagai konsekuensi mereka yang sedang menyamar sebagai pelanggan restoran ayam selama seminggu. Dalam situasi itu, pemilik restoran memberi mereka porsi tambahan secara gratis. Polisi Ma mengatakan kalimat ini dalam situasi yang demikian. Kalimat ini masuk ke tindak tutur direktif menyuruh. Polisi Ma bertanya kepada pemilik toko mengapa dia memberi ayam gratis, namun yang ia maksudkan adalah untuk tidak memberikan ayam secara gratis.

<40.24> 우리가 지금 닭 장사하는 거야? - Apa kita di sini untuk menggoreng ayam?

Tim polisi mencoba menjual ayam sebagai bagian dari pekerjaan penyamaran mereka. Anggota yang lain bekerja lebih keras untuk menjual ayam daripada melakukan pekerjaan asli mereka. Lantas kapten Go menanyakan pertanyaan ini untuk mengingatkan mereka. Itu termasuk tindak tutur direktif menyuruh, yang berarti kapten Go meminta mereka untuk lebih fokus pada pekerjaan utama.

<42.58> 범인 잡으려고 치킨집 하는겁니까? 아님 치킨집하려고 범인 잡는

겁니까? - Apa kita menjual ayam goreng sebagai penyamaran untuk misi atau apa misi ini

menjadi alasan untuk menjual ayam goreng?

(35)

Pekerjaan utama mereka adalah polisi tetapi mereka justru lebih fokus untuk menjual ayam daripada melakukan pekerjaan mereka sebagai polisi. Young-Ho mengkritik rekan kerjanya karena mereka bekerja lebih keras untuk menjalankan restoran ayam daripada perkerjaan mereka yang asli. Kalimat ini merupakan tindak tutur direktif menyuruh karena Young-Ho mengkritik rekan kerjanya dan menyuruh mereka fokus ke pekerjaan asli yang polisi.

<48.29> 뭘 봐 인마? - Kau sedang lihat apa?

Kapten Go mengajukan pertanyaan ini kepada anggota yang melihatnya. Kapten Go sudah tahu apa yang dilihat oleh anggotanya, tetapi kapten Go bertanya ini. Maksud kapten Go adalah supaya mereka tidak melihat dia. Kalimat ini adalah tindak tutur direktif menyuruh karena menyuruh tidak melihat kaptin Go.

<1.08.11> 얘 싸움 존나 못해 - Dia berkelahi seperti Wanita [Dia tidak pandai berkelahi.]

Ini adalah situasi dimana yang anggotanya membantu Ted Chang bertarung.

Ted Chang mengatakan kalimat ini. Itu adalah ekspresi bahwa Ted chang tidak perlu dibantu karena Lee Mu-Bae tidak hebat bertarung. Kalimat ini adalah tindak tutur direktif menyuruh, karena Ted Chang membuat bawahan berhenti membantu.

<1.09.58> 5 번 테이블 닭 우얘됐노? - Bagaimana dengan pesanan meja lima?

[Bagaimana dengan ayam untuk meja lima?]

(36)

Ketika pelanggan di meja 5 mengeluh bahwa makanan yang dia pesan tidak keluar, pelayan bertanya bahwa kapan akan keluar makanan mereka kepada koki itu.

Penutur bertanya kenapa pesanan meja 5 tidak keluar, yang juga berarti meminta koki untuk memasak makanan lebih cepat. Maka dari itu, kalimat ini adalah kalimat tindak tutur direktif menyuruh.

2.4.2 Tindak Tutur Direktif Memaksa

Tindak tutur direktif memaksa adalah tindak tutur yang memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

<1.23.37> 니 뭐하니? - apa yang kau lakukan?

Ini adalah adegan yang penculik menemukan sandera mencoba melepaskan tali yant diikat. Ini secara tidak langsung memberitahunya untuk tetap diam dan tidak lakukan apa-apa. Kalimat ini merupakan tindak tutur direktif memaksa, karena pentur memerintahkan pendengar untuk tetap diam.

2.5 Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi mengungkapkan apa yang dirasakan atau dialami penutur (Yule, 2006: 93). Tindak tutur yang dapat diklasifikasikan sebagai tindak tutur ekspresif meliputi tindak tutur ekspresif menyindir, memuji, mengkritik atau mengeluh.

(37)

2.5.1 Tindak Tutur Ekspresif Menyindir

Tindak tutur ekspresif menyindir digunakan oleh pembicara untuk mengkritik sesuatu secara tidak langsung atau mengatakan unsur sindiran.

<3.15> 이건 또 왜 내려가고 있어? - Kau mau ke mana?

[Kenapa kamu turun ke bawah?]

Ini adalah penggalan kalimat saat tali mengendur jadi polisinya semakin turun ke bawah, penutur meremehkannya. Arti kalimat ini menanyakan kenapa kamu turun dan juga berarti penutur ingin mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan tugas polisi dengan baik. Kalimat ini merupakan kalimat tanya, tetapi termasuk tindak tutur ekspresif karena dimaksudkan untuk menyindir dan mengejek mereka.

<8.19> 니들은 좋겠다. 해맑아서 - Pasti enak rasanya bersikap optimis.

[Lebih baik tambah kata ‘kalian’ di depan kalimat]

Kepala Kapten Polisi berbicara tentang kesalahan bawahannya sebelumnya, tetapi pendengar justru saling memuji karena mereka salah memahami ini sebagai pujian.

Kalimat ini sangat satir. Setelah ini terjadi Kepala Kapten Polisi mengatakan kalimat ini. Dikatakan bahwa ini "pasti enak rasanya bersikap optimis", tetapi ini adalah teguran karena tidak memahami situasi dengan benar jadi kalimat ini termasuk tindak tutur ekspresif menyindir.

(38)

2.5.2 Tindak Tutur Ekspresif Memuji

Menurut KBBI, kata ‘memuji’ berarti melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu. Jadi, tindak tutur ekspresif memuji adalah tindak tutur yang memberi kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu.

<34.50> 이거 왜 맛있어. 누구야? - Kenapa yang ini enak? Punya siapa ini?

Makna kalimat secara langsung adalah menanyakan mengapa itu enak dan siapa yang memasaknya tetapi tuturan ini digunakan untuk menyatakan kekaguman. Kalimat ini termasuk tindak tutur ekspresif memuji karena dikatakan atas dasar kekaguman.

<35.03> 니가 미쳤구나? - Kau gila

Masakan ayam oleh polisi Ma yang terilihat tidak pandai memasak ternyata sangat enak. Jadi inilah yang dikatakan polisi Jang kepadanya dengan penuh kekaguman. Polisi Jang mengatakan kasar "gila", tapi tuturan ini justru merupakan pujian. Kalimat ini termasuk tindak tutur ekspresif memuji karena kalimat ini untuk memujinya.

2.5.3 Tindak Tutur Ekspresif Menyalahkan

Tindak tutur ekspresif menyalahkan adalah tindak tutur yang berisi yang menyalahkan.

(39)

<34.39> 뭐야 이거. 이거 일부로 이랬냐? - Apa ini? Apa kau sengaja?

Ini adalah salah satu dialog saat kapten Go melihat ayam goreng, tetapi ayam itu terlalu gosong sehingga dia mengatakan itu denga sarkas. Ini menunjukkan bahwa kapten Go tidak akan memakan ayam itu. Ini termasuk tindak tutur ekspresif menyalahkan, kapten Go mengkritiknya karena polisi Jae-Hun memasak terlalu jelek.

<42.42> 누가 일하고 누가 놀았는데? - Apa kalian menganggapku pemalas?

Young-Ho dan rekannya adalah polisi, tetapi alih-alih bekerja sebagai polisi, mereka malah lebih fokus menjadi penjual ayam yang awalnya merupakan penyamaran mereka untuk menangkap penjahat. Ketika rekan kerjanya marah karena Young-Ho tidak membantu menggoreng ayam, Young-Ho menjadi kesal. Young-Ho mengatakan bahwa apa yang mereka harus lakukan adalah lebih fokus dengan pekerjaan sebagai polisi. Kalimat ini masuk ke tindak tutur ekspresif menyalahkan karena mengungkapkan tidak adilan Young-Ho.

2.5.4 Tindak Tutur Ekspresif Mengecewakan/Marah

Tindak tutur ekspresif mengecewakan/marah adalah tindak tutur yang mengekspresikan kekecewaan atau kemarahan pada sesuatu.

<1.10.51>마약 치킨이라매 - Kupikir ayam di sini enak (dope/heroin) [Aku dengar ayam di sini enak seperti dope]

(40)

Arti dope dalam bahasa Korea memiliki dua arti dalam sehari-hari, yaitu narkoba dan adiktifnya seperti narkoba. Dalam kalimat ini, dope berarti cukup menarik dan membuat ketagihan dengan makan. Kalimat ini merupakan ungkapan kekecewaan karena dia mendengar bahwa ayam di tokohnya cukup enak untuk membuat ketagihante tetapi rasanya tidak eank. Kisah nyata yang awalnya ingin diceritakan penutur adalah "Aku dengar ayam ini enak, tetapi nyatanya tidak demikian." Kalimat ini termasuk tindak tutur ekspresif.

<1.45.51> 잠깐만 나 총 잠깐만. 나 한발만 써야 될 것 같아. - Aku pinjam pistol.

Aku hanya perlu memakai satu peluru.

Young-Ho benar-benar benci melihat rekan kerjanya berciuman, jadi Young- Ho mencoba meminjam pistol dari rekan lain di sekitarnya untuk menembak yang sedang berciuman untuk membuat mereka berhenti berciuman. Kalimat ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif marah karena ini mengekspresikan perasaan yang sangat membenci dan menjijikkan sehingga membuat ingin menembak pistol.

2.5.5 Tindak Tutur Ekspresif Menakutkan

Menurut KBBI, kata ‘takut’ berarti merasa khawatir atau membangkitkan perasaan takut. Jadi, Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang merasa khawatir atau membangkitkan perasaan takut.

<22.29> 닭이네. - Ini ayam.

(41)

Setelah pulang dari mengawasi kriminal di restoran ayam, kapten Go harus melihat ayam lagi sebagai sajian makan malam di rumah. Ungkapan ini menunjukkan si penutur yang tidak mau makan ayam karena sudah terlalu banyak memakan ayam saat sedang bertugas. Kalimat ini adalah tindak tutur ekspresif menakutkan, karena dia berbicara seperti takut makan ayam lagi.

<39.22> 그게 무슨 말이야. 씻다니? - Apa maksudmu? Kenapa kau mendadak mau

mandi?

Ini adalah situasi yang istri mengatakan bahwa dia puas dengan apa yang dibawa suaminya dan istrinya pergi untuk mencuci. Kapten Go, si penutur, paham maksudnya, namun mengungkapkan apa yang tidak ingin dipercayainya dalam bentuk kalimat tanya. Kalimat ini termasuk tindak tutur ekspresif menakutkan, karena kaptin Go mengungkapkan keengganannya dengan sebuah pertanyaan.

2.5.6 Tindak Tutur Ekspresif Menghibur

Tindak tutur ekspresif menghibur adalah tindak tutur yang menyejukkan hati yang susah kepada sendiri atau orang lain.

<22.33> 닭이니까 괜찮아 - Tidak apa-apa. Aku bisa makan.

Kapten Go makan ayam selama beberapa hari sambil bekerja menyamar. Saat di rumah, kapten Go menemukan ayam untuk makan malam yang sudah disiapkan istrinya. Dia melihat wajah istrinya yang agak kesal dan tidak bisa mengatakan tidak akan makan. Sehingga dia mengatakan tidak apa-apa, aku akan makan ayam. Ini

(42)

termasuk tindak tutur ekspresif, karena penutur mengatakan pada diri sendiri bahwa itu baik-baik saja, seolah-olah menghiburnya.

2.6 Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif adalah bentuk tuturan yang dipahami penutur untuk mengikatkan dirinya pada tingkah laku yang akan datang (Yule, 2006: 94). Tindak tutur ini memungkinkan pembicara berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tindak tutur yang dapat adalah tindak tutur komisif janji.

2.6.1 Tindak Tutur Komisif Janji

Tindak tutur komisif menjanjikan adalah tindak tutur yang menyatakan melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

<1.44.46> 오늘부터 아버지라고 부르겠습니다. 아버지 - Mulai sekarang, kau ayahku!

[mulai sekarang aku panggil Anda Ayahku!]

Di Korea, orang yang memberi bantuan sangat besar kadang-kadang disebut sebagai ayah. Jae-Hoon mengatakan kalimat ini karena Jae-Hoon merasa sangat bersyukur dengan kapten Go sudah menyelamatkan nyawanya. Ini adalah tindak tutur komisif janji karena Jae-Hoon janji bahwa dia akan memanggil kapten Go ayah di masa depan.

(43)

2.7 Tindak Tutur Deklarasi

Tindak tutur deklarasi adalah metode komunikasi yang menghubungkan isi tindak tutur dengan fakta atau kenyataan (Rahardi, 2003: 93). Tindak tutur ini tidak ditemukan di dalam film ini.

(44)

BAB III

IMPLIKATUR DALAM TUTURAN PENUTUR KOREA YANG DITEMUKAN DALAM DIALOG FILM KOREA “EXTREME JOB”

3.1 Pengantar

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa sampel implikatur yang telah dikumpulkan sebelumnya. Setelah dikumpulkan, lalu data dianalisa satu per satu lalu. Peneliti akan mengambil 33 kalimat dalam film 'Extreme job', lalu akan dilihat dengan (i) kalimat-kalimat diklasifikasi dengan 3 jenis implikatur (ii) menjelaskan mengapa kalimatnya termasik bagian itu.

3.2 Implikatur

Menurut Yule (Mudjiono, 1996:32-33), implikatur percakapan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu implikatur konvensional, praanggapan, dan implikatur nonkonvensional. Implikatur konvensional mengacu pada sesuatu yang telah menjadi kebiasaan secara adat, implikatur nonkonvensional mengacu pada sesuatu yang digunakan dalam makna selain makna yang digunakan secara konvensional dalam konteksnya, dan praanggapan mengacu pada hal yang hanya diketahui oleh dua orang saat berbicara.

(45)

3.3 Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional lebih menjelaskan pada apa yang dimaksud. Jadi, peserta tutur umumnya sudah mengetahui tentang maksud atau pengertian sesuatu hal tertentu. Kalimat berikut ini adalah implikatur konvensional yang diambil dari film Extreme Job.

<12.23> 어깨 좀 폅시다 - Angkat dagumu.

[Angkat bahumu.]

Di Korea, angkat bahu berarti jangan patah semangat dan percaya diri. Inilah yang dikatakan junior kepada senior karena junior dipromosikan terlebih dahulu dan senior kecewa. Di Korea, frasa ini umum digunakan. Jadi itu termasuk dalam implikatur konvensional. Makna sebenarnya adalah "jangan patah semangat dan percaya diri".

<18.10> 너 나 좋아하냐? – Apa kau menyukaiku?

Ada persepsi di Korea bahwa murid laki-laki sekolah dasar menggertak perempuan ketika mereka menyukai perempuan karena mereka malu untuk mengungkapkan bahwa mereka menyukainya. Kadang-kandang, perempuan menggertak laki-laki. Demikian polisi Ma menanyakan hal ini. karena polisi Jang menggertaknya. Karena pertanyaan ini cukup umum digunakan di Korea, kalimat ini termasuk dalam implikatur konvensional.

(46)

<1.07.08>지금요? 그럼 애들 준비할까요? – Sekarang? Harus kukumpulkan

pasukan?

Saat Ted Chang mengatakan secara tiba-tiba untuk menyerang persembunyian musuh, bawahan, si penutur, memberikan pertanyaan di atas ini. Dalam teks ini, 'kukumpulkan pasukan' memiliki makna yang cukup umum sebab secara adat, arti

‘mengumpulkan pasukan’ biasanya dimaksudkan untuk berperang. Maka dari itu, kalimat ini dapat dilihat sebagai implikatur konvensional.

<1.17.53>나 화교 출신 - Keluargaku dari China

Saat polisi Ma memahami bahasa Mandarin, salah satu orang bertanya bahwa bagaimana dia tahu cara berbicara atau paham bahasa Mandarin. Ma menjawab secara tidak langsung tentang kemampuannya berbicara bahasa Mandarin. Kalimat ini termasuk dalam implikatur konvensional, karena fakta bahwa keluarganya adalah orang cina menjadikan ia mampu berbicara dalam bahasa Mandarin.

<1.40.50> 쥐새끼야 – Hey situ, yang lari seperti tikus! (a mean rat)

Di Korea, ada idiom tentang tikus. Menangkap tikus itu susah karena tikusnya sangat cepat. Jadi hal ini juga berlaku bagi orang yang pandai berlari dan sulit ditangkap. Lee Mu-Bae itu lari dengan baik jadi kaptin Go memanggilnya sebagai tikus kepadanya. Kaptin Go berteriak ke Lee Mu-Bae. Maksud kaptin Go

(47)

memanggilnya tikus dan teriak adalah menyuruhnya berhenti lari. Di Korea, adalah umum bahwa kalau memanggil tikus kepada orang, itu berarti menyuruhnya jangan lari dan bergerak. Oleh karena itu, kalimat ini termasuk dalam implikatur konvensional.

3.4 Implikatur nonkonvensinoal

Implikasi nonkonvensional adalah tujuan penggunaan bahasa yang dapat dimengerti, meskipun tidak diungkapkan, karena baik penutur maupun penutur memiliki latar belakang yang sama.

<1.50>야 도박하는 애들이 폐가 망신으로 뒤지는 게 아니라 폐 질환으로

뒤지는 거야 - Berjudi tidak membunuh penjudi. Kanker paru-paru yang membunuh.

Saat ini penutur dan lainnya berjudi. Penutur itu merasa asap rokok di dalamnya terlalu banyak di dalam. Tampaknya penutur menyampaikan pendapatnya, yang sebenarnya juga dapat diartikan sebagai perintah untuk membuka beberapa jendela.

Apa yang penutur ingin benar-benar katakan adalah "Buka jendela karena terlalu banyak asap rokok di dalam" atau "Berhenti merokok! Terlalu banyak asap rokok di sini." Kalimat ini merupakan implikatur nonkonvensional karena dapat digunakan pada ruangan yang semua lubangnya tertutup, tidak bisa asap rokoknya keluar dari ruangan dan dapat digunakan untuk maksud membuka jendela.

<1.55> 저거 기능이 뭐야? 선풍기냐? – Lihat kipas angin itu? Pernah berpikir untuk memakainya?

(48)

[Apa fungsi kipas ventilasi itu? apakah itu kipas angin?]

Udara di dalam kamar kurang bagus, walaupun ada kipas ventilasi, mereka tidak dipakai. Penutur tersebut mengeluhkan bawha mereka kenapa tidak menyalakan kipas ventilasi. Maksud kalimat pertanyaan ini bukan soal fungsi kipas ventilasi.

Maksud penutur secara dalam adalah "Kenapa tidak kamu nyalakan kipas angin itu, udaranya tidak bagus di sini?". Kalimat ini adalah implikatur nonkonvensional, seperti meminta suatu fungsi dan menanyakan mengapa tidak menggunakannya hanya mungkin dalam keadaan khusus.

<2.14> 청소도구가 없네? - Tidak bawa alat bersih-bersih?

Penutur mengatakannya sambil melihat polisi Jang yang tergantung di depan jendela. Penutur melihat dengan sepele. Ini pertanyaan tentang tidak membawa alat pembersih, tapi sebenarnya kalimat ini berarti ejekan. Penutur menghina polisi Jang dengan membandingkannya dengan pembersih jendela ketika dia melihat polisi Jang tergantung di depan jendela. Ini merupakan kasus khusus bagi penutur untuk mengejeknya dengan mengacu dengan menyebutkan alat pembersih dalam situasi di mana seseorang tergantung di depan jendela. Jadi kalimat ini termasuk implikatur nonkonvensional.

(49)

<2.44>아 그럼 뭐 진짜 밥 먹게? 나 1 일 1 식 하잖아 – aku tidak mau makan

malam. Kau tahu aku sedang diet. Aku sudah makan.

Dalam situasi ini, polisi Jang mengajak penutur makan di luar, tetapi penuturnya sudah tahu maksud polisi Jang yang mengatakan agar jangan kabur dan jalan bersama. Jadi penutur mengatakan bahwa ia hanya makan sekali sehari dan berkata dia tidak akan pergi bersamanya karena dia sudah makan. Penutur tersebut mengutarakan pendapatnya bahwa dia ingin menghindari dari ajakan makan bersama.

Menerjemahkan ini ke dalam kalimat secara langsung berarti "Aku akan melarikan diri." Ini adalah ungkapan yang digunakan ketika mereka adalah penjahat dan polisi Jang, jadi kalimat ini termasuk dalam implikatur nonkonvensional.

<5.20> 이 새끼 미친놈이 - Dasar bedebah!

Penjahat mencoba mengambil mobil wanita itu, dan wanita itu memaki penjahat sambil mengambil mobil dan membalikkan situasi. Maksud penutur cepat- cepat keluar dari mobil. Dia bersumpah, tetapi kalimat yang sebenarnya ingin dia katakan adalah, "Keluar dari mobil dengan cepat dan kembalikan mobilku.", jadi kalimat ini termasuk dalam implikatur nonkonvensional.

<9.47> 야 그만해라. 식구끼리 - Cukup. Kita ini keluarga

Dalam situasi di mana rekan kerja menggunakan kekerasan, kapten Go yang berdiri di sebelahnya menyuruh mereka berhenti. Karena keluarga dalam kalimat ini

(50)

tidak berarti keluarga yang sebenarnya, tetapi kolega yang sangat dekat sehingga kalimat tersebut dapat dikatakan implikatur nonkonvensional.

<17.41> 닭이 범인이었으면 좋겠다. 우리 진짜 많이 잡았잖아요 일주일째. -

Seandainya pelakunya adalah ayam ini. Kami punya banyak ayam seperti ini.

Jae-Hoon dan rekan polisi sedang menikmati hidangan ayam sembari mengintai kriminal selama seminggu untuk menangkap pelakunya. Sudah seminggu ia hanya melihat ayam, maka dari itu ia berimajinasi seandainya ayam tersebut adalah kriminal yang ia intai, mereka sudah mampu menangkapnya. Ungkapan 'Seandainya pelakunya adalah ayam ini' dapat dipahami sebagai keinginan untuk menangkap penjahat. Jadi kalimat ini adalah implikatur nonkonvensional. Arti sebenarnya dari ini adalah "Saya ingin berhenti menyamar dan menangkap pelakunya".

<20.37> 근데 어쩌지 나 가게 내놨어. - Tapi sayangnya, Aku menjual restoran ini.

Polisi meminta ketika pesanan masuk dari gedung tertentu, agar mereka dapat mengirimkannya. Pemilik toko, penutur, memberitahu mereka bahwa dia tidak bisa mengabulkan permintaan karena dia telah memutuskan untuk menjual tokonya.

Makna kalimat ini secara dalam 'Aku menjual restoran ini' ini adalah 'Saya tidak bisa melakukan permintaan kalian'. Ini adalah implikatur nonkonvensional karena situasi tertentu menentukan maknanya.

(51)

<23.57> 무엇보다 돈이 조금 있어야 해 - Terlebih lagi, butuh uang

Dia mengatakan ke ayahnya dia adalah ketua kelas, dia membutuhkan uang untuk menjajakan Tteokbokki kepada teman sekelas. Kalimat ini secara tidak langsung penutur menyuruh Ayah untuk memberinya uang saku. Butuh uang adalah arti adat meminta uang. Namun dalam adegan ini, mereka implikatur

nonkonvensional karena hubungan mereka adalah ayah dan anak, sehingga dapat diartikan sebagai meminta uang saku.

<24.20> 김영란 법이라는게 있어 공무원들은 3 만원 이상 거래가 안돼, 혼나 - Kau

pernah dengar hukum anti korupsi? Petugas polisi tidak boleh menerima lebih dari 30 dolar. [Kau pernah dengar hukum anti korupsi? Petugas polisi tidak boleh menerima dan memberi lebih dari 30 dolar.]

Putri kapten Go terpilih untuk menjadi ketua kelas. Ia telah diberi uang saku oleh Kapten Go tetapi meminta lebih banyak uang. Di Korea, ada hukum yang pejabat publik tidak bisa mendapat uang lebih dari 30.000 won dengan pribadi. Putrinya meminta lebih banyak uang, tetapi kapten Go menjelaskan tentang undang-undang tersebut. Pembicaraan tersebut seolah-olah menggambarkan undang-undang ini, namun artinya “Aku tidak akan memberi uang lagi”. Jadi kalimat ini termasuk implikatur nonkonvensional.

(52)

<29.15> 니가 아주 이뻐지고 싶구나. 아가리 찢어달라고 떼쓰는거 보니까 - Apa kau ingin wajahmu tersenyum? Kau ingin kubuatkan senyuman?

[Apa kau ingin menjadi cantik? Kenapa kamu minta bahwa aku mencabik mulutmu?]

Inilah adegan yang penutur bertengkar dengan lawan. Di Korea, orang yang mempunyai mulut bentuk senyum berarti cantik. Arti mencabik mulutmu dalam kalimat ini adalah membuat mulut tersenyum dengan melakukan mencabik. Dan arti sebenarnya dari 'Kenapa kamu minta bahwa aku mencabik mulutmu' adalah 'diam'.

<33.50> 저는 미행 전문입니다. - Aku spesialis pengawasan.

Menanggapi usulan ini, Young-Ho mengatakan bahwa dirinya adalah spesialis pengawasan. Ini adalah bahwa Young-Ho membuat alasan untuk tidak bisa memasak karena dia spesialis pengawasan. Kalimat ini memiliki makna sebenarnya 'Saya tidak akan masak!'.

<35.10> 마형사 당첨 – selamat, Ma!

Kapten Go dan bawahan polisi harus memilih seseorang untuk memasak untuk mengintai, jadi mereka memasaknya sendiri. Kapten Go mengatakan bahwa polisi Ma telah menang sebagai koki ketika mereka mencicipi setiap hidangan dan menemukan bahwa itu dimasak dengan baik. Maksudnya secara dalam dari kapten Go "Ma. kamu memasak aja sebagai koki sambil kita mengintai di sini!" Kalimat ini merupakan implikatur nokonvensional, karena kata 'selamat' dalam konteks memilih koki berlaku dalam keadaan khusus.

(53)

<44.26> 왜 최선을 다하는데? 왜 자꾸 장사가 잘 되는데? - Kenapa kalian bekerja

sangat keras? Kenapa bisnis ini malah berkembang?

Ini adalah adegan yang Young-Ho dan rekannya menjalankan warung yang menjual ayam goreng untuk menangkap penjahat, tetapi saat rekan kerjanya bekerja dengan sangat baik sebagai penjual ayam bukannya malah menangkap penjahat, Young-Ho marah dan meminta rekan kerjanya untuk kembali fokus pada pekerjaan polisinya. Kalimat ini implikatur nonkonvensional karena ketika hanya mendengar Young-Ho mengajukan pertanyaan, sepertinya yang dia mengatakan dan pekerjaan uatama mereka tidak ada hubungannya.

<48.07> 아무리 답답해도 그게 경찰 입에서 나올 소리야? - Sebagai detektif berpengalaman, kenapa kalian bisa berpikir gitu?

[Betapapun frustasinya, bisakah polisi mengatakan itu?]

Bawahan berbicara tentang menambahkan obat tidur ke makanan untuk menangkap penjahat dengan mudah. Waktu itu, Kaptin Go mencegah bawahannya memasukan meminum obat tidur pada minuman kriminal. Kaptin Go memarahi bawahannya, ketika bawahannya hendak masuk obat tidur di makanan untuk menangkap penjahat. Dia merasa bahwa hal itu tidak patut dikatakan oleh seorang polisi yang merupakan panutan masyarakat. Maksud kalimat secara dalam ini adalah

"Jangan masukkan obat ke dalam minumannya!"

(54)

<57.26> 큰 절 받아라 이 개새끼야 - Ya tentu saja (sambil sujud)

Di Korea, sujud memiliki arti rasa hormat yang besar atau ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Untuk alasan ini, setelah memberi banyak bantuan, mengatakan 'harus sujud ke aku' kepada orang yang bahkan tidak berterima kasih pun.

Rekan kerjanya membantu, tapi di balik layar siapkan berkhianat, jadi kaptin Gonya tidak berterima kasih. Tapi, seperti yang dia katakan sebelumnya rekan kerjanya minta berterima kasih kepadanya, dia mengatakan "kamu harus sujud ke aku", jadi dia mengatakan "tentu saja" dalam arti sarkastik dan sujud ke dia. Ini termasuk implikatur nonkonvensional karena sujud harus dilakukan dalam situasi syukur, tetapi dalam situasi saat ini, bukan sujud yang dilakukan dengan rasa syukur.

<1.07.17> 두분이서? 그 험한데를? - Hanya berdua? Itu namanya bunuh diri [Hanya berdua? Di tempat berbahaya itu?]

Situasi ini adalah tempat persembunyian Lawan, yaitu hanya seorang pria dan seorang wanita yang pergi ke tempat yang berbahaya. Penutur terkejut ketika dia mengatakan bahwa hanya mereka berdua yang akan pergi ke musuh diperkirakan akan berlimpah. Maksud kalimat secara dalam adalah ‘Apakah tidak apa-apa jika kalian pergi ke tempat berbahaya hanya berdua?’

(55)

<1.08.11> 얘 싸움 존나 못해 - Dia berkelahi seperti Wanita [Dia tidak pandai berkelahi.]

Bawahan Ted Chang berusaha membantu Ted Chang dalam pertarungan sambil menghadapi musuh, si Lee Mu-Bae, yang telah memasuki tempat persembunyiannya.

Ted Chang mengatakan kalimat ini untuk mengingat bahwa tidak perlu bantuan ketika hanya mendengar kalimat 'Dia tidak pandai berkelahi'. Oleh karena itu, kalimat ini termasuk dalam implikatur nokonvensional. Arti sebenarnya dari kalimat ini adalah

"Kamu tidak perlu membantuku bertarung."

<1.08.16> 둘이 온거야 기집애랑? 뭐 슈벌 청첩장 주러 왔냐 - Hanya berdua?

Dengan wanita? Apa ini undangan pernikahan?

Penggalan kalimat yang hanya ada dua musuh di tempat persembunyian Ted Chang dan salah satunya adalah adegan perempuan. Hanya dua orang yang datang ke tempat persembunyian Ted Chang untuk berkelahi, dan Ted Chang berbicaranya seperti ejekan. Maksud kalimat ini secara dalam adalah 'Kalian kenapa datang sini hanya berdua? Mereka berdua tak bisa melawan kami yang begitu banyak ini.’.

<1.09.01>유언이 길다야 – Itu wasiat terkahir yang panjang.

Lee Mu-Bae membobol tempat persembunyian Ted Chang dan terus berbicara dengannya. Ted Chang tentu saja kesal dengan gangguan Lee Mu-Bae. Jadi Ted Chang tidak mau berbicara berlama-lama dengan Lee Mu-Bae. Makna kalimat secara dalam

Referensi

Dokumen terkait

a) Asertif adalah tindak tutur asertif untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu pokok pembicaraan. Semua yang terlibat dalam tindak tutur asertif dapat dinilai pada

Teknik catat dilakukan untuk mencatat data yang berupa tuturan dalam dialog film 5 CM karya Rizal Mantovani yang mengandung tindak tutur lokusi dan perlokusi. Sumber

yang terdapat dalam dialog film Punk In Love karya Ody Chandra Harahap. Mendeskripsikan komponen peristiwa tutur pada bentuk tindak tutur komisif. yang terdapat dalam dialog film

Penelitian ini menitikberatkan pada masalah tindak tutur ilokusi dan maksud-maksud penutur dalam dialog film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo2. Penelitian ini

Hasil penelitian dari tindak tutur direktif dalam dialog film MRMSD Produksi MD Pictures menunjukan bahwa bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang paling sering

a) Asertif adalah tindak tutur asertif untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu pokok pembicaraan. Semua yang terlibat dalam tindak tutur asertif dapat dinilai pada

Terdapat delapan bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam dialog film Rentang Kisah Karya Danial Rifki dengan jumlah total adalah 304 data penelitian yang terdiri dari bentuk

1 Tindak Tutur Ilokusi Komisif Dalam Dialog Film “Sophie Scholl - Die Letzten Tage” Karya Marc Rothemund Dini Ayu Darusfanti Mahasiswa Program Studi Sastra Jerman Bahasa dan Seni