• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengelola Penggunaan Internet

Dalam dokumen PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF MASA KINI (Halaman 126-132)

MENDIDIK ANAK DI ERA MAYA

D. Mengelola Penggunaan Internet

Kecanduan internet merupakan sebutan bagi mereka yang sudah mengalami kesulitan untuk terlepas dari internet. Dalam beberapa menit sekali, secara sadar ataupun tidak sadar mereka selalu mengakses internet. Sayangnya, candu terhadap internet ini memiliki dampak negatif. Kecanduan internet dapat disembuhkan, namun membutuhkan proses yang cukup lama.

Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatasi kecanduan internet:

1. Meningkatkan ilmu agama

Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Semua agama mengajarkan tentang kebaikan dan memanfaatkan waktu secara produktif. Menghabiskan waktu dengan bermain internet adalah sebuah pemborosan yang sia-sia. Dalam agama islam diajarkan untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Dengan menyadari hal tersebut, diharapkan anak-anak dan remaja dapat membatasi diri dalam menggunakan internet sehingga waktu yang kita miliki tidak terbuang percuma.

2. Niat dan membulatkan tekad

Seorang pecandu internet yang ingin kembali normal harus mempunyai tekad dan niat dari dalam diri sendiri untuk mengurangi penggunaan internet yang berlebihan. Niat dan tekad yang bulat untuk menjauhkan diri dari internet merupakan faktor penting keberhasilan seseorang untuk mengatasi kecanduannya dengan internet. Internet hanya akan dipakai untuk hal-hal yang perlu dan produktif.

3. Mengurangi durasi penggunaan internet

Sejauh mungkin mereka yang kencanduan internet berusaha mengurangi durasi penggunaan internet. Misalnya, yang biasanya membuka internet selama lima jam per hari, dikurangi satu jam, menjadi empat jam per hari. pengurangan waktu tersebut dilakukan secara bertahap. Lebih baik bila yang bersangkutan terus menyibukkan diri dengan aktivitas lain yang lebih produktif dan bermanfaat.

4. Melakukan kegiatan yang bermanfaat

Carilah kegiatan yang lebih seperti memperbanyak ibadah, olahraga, belajar, aktif organisasi, melakukan hobi, dan sebagainya. Untuk sementara tinggalkan perangkat internet, usahakan untuk melupakan dan jangan dikuatirkan apapun tentang internet tersebut. Cukup

banyak aktivitas sosial yang bisa dipilih untuk melepaskan diri dari kecanduan internet. Mengikuti komunitas-komunitas keagamaan lebih baik daripada komunitas yang bertujuan sekedar membunuh waktu. 5. Bersosialisasi

Bergaul dan bersosilisasi dengan masyarakat sekitar juga perlu dilakukan tanpa melibatkan internet. Berkumpulah bersama keluarga mengerjakan pekerjaan rumah tangga lebih bermanfaat daripada bermain sendiri di kamar dengan internet. Demikian juga bergaul dengan teman, tetangga, dan lain-lain. Ketika sedang berkumpul, lakukanlah interaksi sosial dengan baik.

Hal yang lain yang perlu diperkuat adalah landasan kerohanian, khususnya pendidikan agama. Landasan rohani yang kuat, yang terbentuk dari kebiasaan di rumah, seperti beribadah, akan menjadi tameng terkuat bagi seorang anak, dalam menghadapi gempuran serangan kemajuan teknologi terutama teknologi internet, yang bisa menjadi sangat berbahaya. Tanamkan juga pada anak-anak melalui teladan, bahwa sebaik apapun yang ditawarkan pergaulan di luar rumah, jika itu bertentangan dengan norma agama dan norma keluarga, maka hal itu tidaklah baik.

Setiap orang tua bertanggung jawab untuk membangun rumah yang bisa menjadi perlindungan teraman bagi anak-anak kita dari segala pengaruh luar. Jangan biarkan pergaulan di luar rumah, menjadi pengganti yang dituju oleh anak-anak, dikarenakan mereka tidak mendapat apa yang mereka butuhkan di dalam rumah, entah itu berupa kasih sayang, perhatian, keamanan, perasaan dimiliki dan sebagainya. Biarlah rumah menjadi tempat dimana nilai-nilai tentang kehidupan diajarkan, dengan kasih sayang, perasaan aman dikembangkan, perasaan dimiliki dan memiliki ditunjukkan, dan landasan yang kuat untuk masa depan dibangun.

BAB

VI

1. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Cakupan makna “pertama dan utama” tidak hanya dalam dimensi waktu atau kronologis proses terjadinya pendidikan namun juga dalam dimensi tanggung jawab. Betapapun proses pendidikan telah diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan formal maupun nonformal, secara sosio-historis kehadiran lembaga-lembaga pendidikan professional itu merupakan pengganti peran atas peran lembaga keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama tadi. 2. Lembaga pendidikan professional itu menerima mandate dari

lembaga keluarga untuk menyelenggarakan pendidikan bagi para anggota keluarga. Ada yang menyebut bahwa lembaga keluargalah yang sesungguhnya secara nyata merupakan lembaga pendidikan seumur hidup. Sejak dalam kandungan sampai menjelang masuk liang lahat, para orang tua dan anggota keluargalah yang bertanggungjawab membimbing menuju jalan yang lurus (normatif). 3. Pada era revolusi komunikasi dan informasi serta globalisasi,

lembaga keluarga tetap memiliki peran yang demikian besar dalam proses pendidikan generasi muda. Tugasnya adalah menjadi moderator dan fasilitator bagi pendidikan anak-anaknya agar mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Terciptanya lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang kondusif, sebagai ekologi pendidikan yang baik, membutuhkan kompetensi orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di dalam keluarga.

4. Berbagai program pendidikan nonformal dan informal perlu dikreasikan dengan sasaran calon orang tua dan orang tua agar tercipta keluarga dan lingkungan keluarga yang edukatif. Keluarga yang edukatif adalah keluarga yang memiliki kesadaran dan kemampuan menciptakan setiap interaksi di dalam keluarga dan di luar keluarga sebagai interaksi pendidikan. Lingkungan keluarga yang edukatif adalah lingkungan fisik dan psiko-sosial yang mampu berfungsi sebagai lingkungan ekologi pendidikan bagi anak-anak dan remaja.

5. Pada era globalisasi, yang ditandai dengan hadirnya teknologi komunikasi dan informasi yang merambah semua sector pendidikan, peran keluarga sebagai lembaga pendidikan, bahkan peran-peran keluarga yang lain, membutuhkan modifikasi dan pendekatan baru, yang lebih kreatif dan inovatif, antara lain perlunya peran sebagai moderator di dalam mengatursituasi internal dan eksternal keluarga,

sehingga keluarga mampu menjadi ekosistem pendidikan yang produktif bagi anak dan remaja demi terciptanya generasi emas yang diharapkan.

Dalam dokumen PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF MASA KINI (Halaman 126-132)