• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Sistem penginderaan jauh bekerja dalam dua domain, yaitu domain elektromagnetik dan domain ruang. Pada prinsipnya setiap benda memantulkan dan atau memancarkan gelombang elektromagnetik. Apabila pada suatu luasan tertentu terdapat beberapa jenis karang, maka masing -masing jenis karang akan memberikan pantulan dan atau pancaran elektromagnetik yang dapat diterima oleh suatu sensor. Dengan demikian, keberadaan karang dapat dideteksi berdasarkan pantulan elektromagnetiknya. Terumb u karang merupakan lingkungan yang kompleks baik dari segi optik, spasial maupun temporal. Penampakan warna yang indah dan cantik merupakan gabungan sifat-sifat optik dari pigmen -pigmen tumbuhan dan hewan termasuk di dalamnya simbiose zooxanthellae pada karang, karakteristik substrat serta lapisan kolom air (Dustan, 2000).

Setiap benda pada dasarnya mempunyai struktur partikel yang berbeda. Perbedaan struktur ini mempengaruhi pola respon elektromagnetiknya sehingga pengenalan atas perbedaan respon elektromagnetik tersebut dapat dijadikan landasan untuk membedakan karang.

Oleh karena itu, diperlukan analisis kuantitatif yang dapat mengungkapkan sifat optik karang melalui klasifikasi reflektansi spektral beberapa jenis karang. Untuk tujuan ini, dilakuka n pengukuran reflektansi

spektral secara in situ untuk melihat apakah ada perbedaan yang spesifik pada

karang berdasarkan reflektansi spektral dengan memanfaatkan wahana penginderaan jauh.

Dalam bagian ini akan dikaji pola karakteristik spektral melalui pengembangan algoritma pada 16 spesies karang. Diharapkan hasil studi ini akan menjadi informasi penting dalam mengungkapkan sifat optik karang melalui metode analisis yang menghubungkan antara sinyal elektronik yang diterima oleh sensor dengan sinyal op tik dari komunitas bentik terumbu karang sebagai hasil dari proses biologi pada ekosistem terumbu karang sehingga penginderaan jauh

30

menjadi alternatif yang akurat dalam menentukan perubahan lingkungan pada ekosistem terumbu karang.

Pengumpulan data dilakukan selama tujuh hari dan dijadikan database

karakteristik reflektansi spektral pada terumbu karang melalui observasi in situ.

Database ini berguna sebagai dasar dalam mempelajari sifat optik lingkungan terumbu karang dan ini merupakan langkah awal yang berguna untuk identifikasi karakteristik spektral terumbu karang.

Metode

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pulau Barrang Lompo Kepulauan Spermonde, Selat Makassar. Secara geografis, Pulau Barrang Lompo berada pada posisi

05o02’0 0” – 05o03’30”LS dan 119o19’00” – 119o20’00”BT (Gambar 8).

Gambar 8. Lokasi Penelitian dan Titik Sampling Karang Massive, Karang Submassive, Karang Bercabang, Karang Lunak, Karang Tabulate dan Encrusting.

31

Metode Pengukuran In situ

Alat yang digunakan untuk mengukur reflektansi spektral karang adalah spektroradiometer dengan spesifikasi MSR87 Radiometer dan MSR87CA

Connector Pin-Outs yang bekerja pada panjang gelombang 460, 510, 560, 610, 660, 710, 760 dan 810nm.

biru hijau

kuning Oranye mer

ah Inframerah dekat

400 500 600 700 800 Panjang Gelombang (nm)

Gambar 9. Spektroradiometer Spesifikasi MSR87 Radiometer dan MSR87CA Connector Pin-Outs yang Bekerja pada Panjang Gelombang 460 - 810nm (Gambar Pita Spektrum Hasil Modifikasi).

Metode pengambilan contoh di laut dibagi dalam dua tahap yakni tahap penentuan lokasi (titik pengambilan contoh) dan tahap pengukuran spektral.

(1) Penentuan Lokasi

Penentuan titik pengambilan contoh berdasarkan keberadaan karang yang ada pada daerah penelitian dengan menitikberatkan pada jenis karang yang

32

berdiameter sekitar 2 meter bagi karang yang sifatnya soliter dan bagi karang yang berkoloni memiliki luas permukaan sekitar 2 meter. Dari 16 spesies yang terukur juga dikelompokkan berdasarkan bentuk pertumbuhan karang

(kategori lifeform) menurut English et al, (1994).

Ke 16 spesies yang terukur adalah: 1) Porites lutea, 2) Montipora ramosa, 3)

Pachyeris speciosa, 4) Acropora nasuta, 5) Acropora formosa, 6) Acropora palifera, 7) Acropora valenceinnesi, 8) Sinularia sp. 1, 9) Symphyllia agaricia, 10) Sinularia sp.2, 11) Gonipora, 12) Porites sp., 13) Diploastrea heliopora, 14) Porites rus, 15) Leptoseris foliosa, 16) Sinularia sp.3. Sebagian foto jenis

karang yang direkam saat penelitian terdapat pada Lampiran 1. Jumlah

sampel yang terukur dalam satu spesies karang berkisar 3 sampai 5 individu.

Berdasarkan klasifikasi karang menurut bentuk pertumbuhannya maka dari 16 spesies karang dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 7 kelompok yakni :

1) Karang Massive (Coral Massive/CM) yang terdiri atas Porites lutea,

Symphyllia agaricia, Gonipora dan Diploastrea heliopora.

2) Karang Lunak (Soft Coral/SC) yang terdiri atas Sinularia sp.1, Sinularia

sp.2 dan Sinulariasp.3.

3) Karang Encrusting (Coral Encrusting/CE) yang hanya terdiri dari satu

spesies yakni Porites rus.

4) Karang Foliose (Coral Foliose/CF) terdiri atas Pachyeris speciosa dan

Leptoseris foliosa.

5) Karang Bercabang (Acropo ra Branching/ACB) hanya terdiri dari satu

spesies yakni Acropora formosa.

6) Karang sub massive yang bercabang (Acropora Sub Massive/ACS) terdiri

atas Montipora ramosa, Acropora palifera dan Porites sp.

7) Karang bercabang yang berbentuk meja (Acropora Tabulate/ACT) terdiri

atas Acropora nasuta dan Acropora valenceinnesi.

(2) Pengukuran Spektral

Jumlah minimum asisten yang dibutuhkan dalam proses pengambilan data

untuk pengukuran spektral secara in situ sebanyak 5 orang, dengan prosedur

33

- Dua orang berada di perahu, satu orang sebagai operator komputer

radiometer dan satu orang bertugas memegang sensor dan kabelnya yang telah dipasang pada tonggak.

- Sementara pada saat yang bersamaan, dua penyelam berada di bawah

air, satu penyelam bertugas untuk merekam gambar dari obyek yang terukur dan penyelam lainnya mengukur diameter target yang terukur serta mencatat kondisi target dan sekitarnya yang mendukung untuk analisa selanjutnya.

- Satu penyelam juga menjaga agar kapal berada pada posisi yang tetap

sehingga sensor berada tepat di atas target dan perahu tidak menghalangi orientasi matahari dan tidak terhalangi oleh bayangan perahu.

- Operator komputer yang berada di atas perahu bertanggung jawab

mempersiapkan dan menghidupkan instrumen, men cocokkan waktu sebelum pengukuran terhadap target dan menca tat kondisi awan dan permukaan perairan. Operator komputer harus menyampaikan waktu mulai pengukuran kepada yang bertugas memegang sensor sehingga pada saat yang bersamaan dapat memposisikan sensor tepat di atas target.

- Koordinat geografik pada tiap lokasi pengamatan direkam melalui GPS

Sounder. Alat ini dapat memberikan informasi posisi dan kedalaman yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu.

- Perekaman gambar dilakukan pada target dan sekitarnya, dan

pencatatan informasi pendukung dilakukan secara bersamaan dengan pengukuran spektral. Informasi yang tercatat adalah : jenis target, jenis substrat, ukuran, bentuk, kedalaman air dan informasi yang bersangkutan lainnya di lokasi target.

- Jika pengukuran, pencatatan dan perekaman gambar telah selesai, maka

perahu dan team bersama-sama pindah ke lokasi target berikutnya.

Prosedur pengukuran ini dilakukan untuk setiap target. Apabila pengambilan gambar dan pencatatan informasi yang diperlukan telah lengkap, secara bersama-sama pindah ke lokasi pengambilan contoh berikutnya dan mengulangi prosedur pengukuran yang sama. Adapun prosedur pengoperasian alat secara lengkap terdapat pada Lampiran 2.

34

Dokumen terkait