• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menguji dan Memaknai Sub-Stuktur II Gambar 4.9

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

C. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Korelasi 1.Analisis Korelasi

3. Menguji dan Memaknai Sub-Stuktur II Gambar 4.9

Gambar Paradigma Struktur II

(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)

ρx1y2 ε1 ε2

r12 ρx1y1 ρy1ε ρy2ε

r13 ρx2y2 r14 r23 ρx2y1 ρx3y1 r24 ρx3y2 r34 ρx4y1 ρx4y2 Persamaan Struktur II

Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y2 Y1 + ε 2 IHSG = 0,051Rate - 0,425 Kurs – 0,129 PDB + 0,428 M2 + 0,017 Return + 0,08ε1 Kurs Uang Beredar PDB Return LQ 45 Kurs IHSG

I. Uji F

Untuk melihat pengaruh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 terhdap IHSG secara gabungan atau bersama – sama, ditunjukkan pada tabel summary, khususnya angka R square dibawah ini :

Tabel 4.12

Koefisien Determinasi Stuktur II Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .959a .920 .913 271.654265

a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB Sumber: Data Diolah

Besarnya angka R square adalah 0,920. Dalam penelitian ini IHSG dapat dijelasakan oleh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 secara gabungan adalah sebesar 92% sedangkan sisanya sebesar 8% (100% - 92%) dijelaskan oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar model ini.

Tabel 4.13

Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.570E7 5 1.114E7 150.945 .000a

Residual 4870538.613 66 73796.040

Total 6.057E7 71

a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB

b. Dependent Variable: IHSG Sumber: Data Diolah

Pada tabel analisis varian (ANOVA) struktur II diatas ditampilkan uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar Serta Return LQ 45 berpengaruh terhadap IHSG.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator makro ekonomi yang terdiri dari Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 tersebut secara bersama – sama terbukti mempengaruhi tingkat besarnya nominal yang dilihat dalam bentuk IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 0,000<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara bersama – sama variabel bebas (eksogen) berpengaruh terhadap variabel terikat (endogen).

Indah Yuliana (2012:11) menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama variabel makro ekonomi (jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap Indeks harga saham Gabungan (IHSG). Hal ini berarti jika tingkat suku bunga SBI naik maka IHSG akan menjadi turun. Pada saat tingkat suku bunga SBI naik maka akan menyebabkan investor untuk cenderung mengivestasikan dananya di bank, dari pada menginvestasikan dananya di pasar modal. Pada saat tingkat inflasi mengalami perubahan maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap IHSG.

Hasil penelitian Suramaya Suci Kewal (2012:9) juga mengemukakan bahwa hasil tersebut sama seperti dengan penelitian yg dilakukannya Untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan diperoleh nilai F sebesar 5,231 dengan p = 0,001. Oleh karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, kurs rupiah, pertumbuhan PDB secara simultan terhadap IHSG di BEI.

Hasil penelitian tersebut tidak terlalu mengejutkan, karena sesuai teori yang dikemukakan Tandelilin (2007:211) "Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari.Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna dalam pembuatan investasi yang menguntungkan".Dengan demikian variabel makro ekonomi sangat berpengaruh terhadap kinerja jual beli saham di pasar modal terutama IHSG, karena IHSG merupakan kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian juga menguatkan temuan penelitian sebelumnya, yakni sebagaimana temuan Rosalita (2006) bahwa "perubahan nilai tingkat bunga SBI, kurs Dollar AS, dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap IHSG"; temuan Awaluddin (2006) juga mengungkap bahwa "variabel kurs tengah USD, suku bunga SBI dan inflasi

berpengaruh secara serentak terhadap LQ 45"; demikian juga temuan Rahmawati (2004) menunjukkan hal yang sama bahwa " inflasi dan suku bunga secara simultan berpengaruh terhadap LQ 45". Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Samsul (2006:200) bahwa "faktor makro merupakan faktor yang berada diluar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung".

II. Uji t

Tabel 4.14

Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 4740.216 492.451 9.626 .000 RATE 1510.843 1362.654 .051 1.109 .272 KURS -.492 .045 -.425 -10.856 .000 PDB -.001 .001 -.129 -1.790 .078 M2 .002 .000 .842 10.882 .000 RETURN 30.867 81.147 .017 .380 .705

a. Dependent Variable: IHSG Sumber: Data Diolah

Koefisien – koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan adalah sebagai berikut :

ρy2X1 = 0,051

ρy2X2 = -0,425 ρy2X3 = -0,129

ρy2X4 = 0,842 ρy2y1= 0,017

Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2X2Y1 + ρy2X3 X3+ ρy2X3 X4 + ρy2y1Y1 1 IHSG = 0,051Rate - 0,425 Kurs – 0,129 PDB + 0,428 M2 + 0,017 Return + 0,08ε1

Besarnya koefisien jalur diperlihatkan pada diagram analisis jalur. Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat dilihat pada gambar 4.10 dibawah ini :

Gambar 4.10

Diagram Analisis Jalur Struktur II

(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)

0,0 51 ε1 ε2 -0,221 0,468 0,585 0,08 0,202 -0,425 0,428 -0,274 -0,282 0,017 0,749 -0,232 -0,129 0,810 -0,835 0,842

a) Pengaruh Suku Bunga Riil terhadap IHSG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil tidak berpengaruh terhadap tingkat nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,272, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,051. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih

Kurs Uang Beredar PDB Return LQ 45 Kurs IHSG

besar dari 0,05 yaitu 0,272. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Suku Bunga Riil yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menaikan jumlah nominal dari IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,051 yang berarti setiap kenaikan Suku Bunga Riil sebesar 1% akan menaikan IHSG sebesar 0,051.

Menurut Suci (2012:10) indikator suku bunga tidak berpengaruh terhadap IHSG dapat disebabkan karena tipe investor di Indonesia merupakan investor yang senang melakukan transaksi saham dalam jangka pendek (trader/spekulan), sehingga investor cenderung melakukan aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gainyang cukup tinggi di pasar modal dibandingkan berinvestasi di SBI (Manullang, 2008). Selain itu, perusahaan-perusahaan emiten yang memberikan dividen yang cukup tinggi bagi pemegang sahamnya juga menjadi salah satu stimulus bagi investor untuk berinvestasi di saham dibandingkan dalam bentuk surat berharga di pasar uang.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zuldi Amin (2012:15) yang menyatakan tingkat suku bunga berpangaruh positif dan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan.

b) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap IHSG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,425. Hal ini menunjukkan bahwa Kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Nilai Tukar (Kurs) yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menurunkan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,425 yang berarti setiap kenaikan Kurs sebesar satu-satuan akan menurunkan IHSG sebesar 0,425 kali.

Hasil Penelitian diperkuat juga oleh Suramaya Suci Kewal (2012:12) yg mengemukakan bahwa Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah, artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Hasil yang diperoleh ini konsisten dengan teori, di mana

menguatnya kurs rupiah terhadap USD adalah sinyal positif bagi perekonomian sebuah negara.

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian menurut Sri Adiningsih (1998:160-161) dalam Moh.Mansur (2009:3) bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal. c) Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap IHSG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto tidak berpengaruh terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,078, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,129. Hal ini menunjukkan bahwa PDB tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,078. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi PDB yang diterapkan oleh Pemerintah menurunkan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,129 yang berarti setiap kenaikan PDB sebesar satu-satuan akan menurunkan IHSG sebesar 0,129 kali.

Hasil penelitian serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci (2012:11) bahwa PDB tidak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap IHSG. Peningkatan

PDB dalam suatu negara mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di negara tersebut. Adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat akan mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi terhadap barang dan jasa sehingga memperluas perkembangan investasi di sektor riil. Adanya perkembangan investasi di sektor riil tidak diikuti adanya peningkatan investasi pada pasar modal. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pemerataan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PDB belum tentu meningkatkan pendapatan perkapita setiap individu sehingga pola investasi di pasar modal tidak terpengaruh oleh adanya peningkatan PDB.

d) Pengaruh Uang Beredar terhadap IHSG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Uang Beredar berpengaruh positif terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,842. Hal ini menunjukkan bahwa Uang Beredar memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Uang Bereadar yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menaikan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari

koefisien regresi sebesar 0,842 yang berarti setiap kenaikan Uang Beredar sebesar satu-satuan akan menaikan IHSG sebesar 0,842 kali.

Hasil penelitian ini sama seperti Indah Yuliana (2012:12) yang menyebutkan Uang Beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Temuan penelitian menunjukkan bahwa indikator makro ekonomi, yaitu jumlah uang yang beredar berpengaruh dominan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sukono (2012:11) Jumlah uang yang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG, kondisi ini terjadi karena jika jumlah uang yang beredar meningkat, maka tingkat bunga akan menurun dan harga saham akan meningkat, kenaikan harga saham ini juga akan berdampak pada kenaikan IHSG. Hasil ini sesuai dengan pendapat Mohamad Samsul (2006), yang menyatakan jumlah uang yang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Penelitian lain juga mengungkapkan hal yang sama dalam judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sbi, Kurs, Jumlah Uang Beredar, Dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia (Bei)” Data pergerakan jumlah uang beredar dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar mengalami pertumbuhan yang wajar sehingga akan memberikan dampak positif bagi ekonomi dan pasar ekuitas.

Pertumbuhan jumlah uang beredar secara wajar ini tidak terlepas dari kebijakan moneter ekspansif pemerintah dimana pemerintah hanya akan menambah jumlah uang beredar yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi (Kristiyawati, 2012:12).

e) Pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return LQ 45 tidak berpengaruh terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,705, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa Return tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,705. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Return akan menaikan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,105 yang berarti setiap kenaikan Return LQ 45 sebesar satu-satuan akan menaikan IHSG sebesar 0,105 kali.

Hasil Penelitian ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Bayu Radtya (2010:93) bahwa Return LQ 45 tidak berpengaruh terhadap IHSG.

4. Menguji dan Memaknai Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II

Dokumen terkait