ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN LQ 45 DAN DAMPAKNYA TERHADAP IHSG
Disusun oleh:
Mohamad Ridwan NIM : 108081000059
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Mohamad Ridwan
Jl. Waru II No. 30 RT 003/003 Pamulang Barat
Tangerang Selatan 15417
Telp : 0813 1711 8600
Email : m_ridwannn@yahoo.co,id
DAFTAR RIWAYAT
DATA DIRI
Tempat / tanggal lahir : Sumedang / 06-11-1990 Jenis Kelamin
Umur Agama
Kewarganegaraan Tinggi / berat badan
: : : : :
Laki-laki 22 tahun Islam Indonesia 170 cm / 60 kg
Status : Belum menikah
Telepon : 0813 1711 8600
PENDIDIKAN FORMAL
2008 – 2013 : Lulus Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (IPK 3,09)
2006 – 2008 : Lulus SMA Negeri 2 Pamulang, berijazah 2003 – 2005 : Lulus SMP Al Badar, berijazah
1996 – 2002 : Lulus SD Negeri II Pamulang, berijazah
KEAHLIAN
Komputer : Microsoft Office Word
Microsoft Office Excel
ABSTRACT
This research aim to know the influence of macroeconomics indicators (rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply and PDB) to Return LQ 45 and also its impact to IHSG since 2006 – 2011.
Data used in this research in the form of secondary data collected from result of Indonesian Bank publicizing in statistic of banking, BPS and the others of literature study. The method of processing data use Path Analysis method with SPSS 17.
The result shows that variable of macroeconomics (rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply and PDB) having an effect on to Return LQ 45 and all of the variable to lending. And then in second structure, rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply, PDB and Retrun LQ 45 having an effect on significant to lending. After trimming of Second structure, only variable exchange rate Rp/$ and Money Supply having an effect on significant to IHSG.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh indikator makroekonomi (suku bunga riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan produk domestic bruto) terhadap return LQ 45 dampaknya kepada IHSG selama tahun 2006 – 2011.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang dikumpulkan dari hasil publikasi Bank Indonesia pada statistik perbankan, BPS dan studi literatur lain. Metode pengolahan data menggunakan metode analisis jalur dengan bantuan alat analisis SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel makroekonomi (suku bunga riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan PDB) berpengaruh terhadap return LQ 45 dan seluruh variabel tersebut terhadap IHSG. Setelah trimming pada struktur kedua, hanya variabel suku bunga SBI dan inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga. Kemudian pada struktur kedua, nilai tukar Rp/$ dan uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
KATA PENGANTAR Bismillahrahmanirrahim
Alhamdulillahi Robil „Alamin segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan izinnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Pada kesempatan ini perkenanankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu ucapan terima kasih dan do‟a khususnya penulis berikan kepada:
1. Kedua orang tua ku Bapak Ajum dan Ibu Euis sangat ku cintai yang tidak pernah berhenti mengiringi langkahku dengan do‟anya yang penuh keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan serta dukungan baik
material maupun spiritual dalam kebaikan untuk keberhasilan anak-anaknya.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Si , Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yulianti, SE, M.Si selaku Pudek Administrasi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Herni Ali HT. SE, MM selaku Pudek Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Suhendra, S.ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I dan Bapak Herni Ali
HT. SE, MM selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan
pengarahannya dengan penuh kesabaran yang selalu memberikan arahan dan
nasihat serta waktu dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf fakultas ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
9. Fitri Nur Handayani yang telah memberikan bantuan waktu, kesabaran
maupun semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan kasih sayangnya.
10.Seluruh kawanku yang selalu memberikan canda tawa kejenakaan untuk
memberikan bantuan moral serta semangat tak luput untuk Eris, Ega, Sukri,
Feri, Fahmi, Fandi, Yaser, Hakim salam sukses dan damai untuk kita
semuanya kawan.
11.Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang bersama-sama berjuang serta
saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini yang begitu banyak jika
disebutkan satu-persatu. Untuk seluruh teman-teman di kelas Manajemen
Perbankan B dan Manajemen B 2008 Terima Kasih atas kebersamaannya
selama ini. Dan khususnya untuk yang selalu memberikan semangat serta
support yang berharga untuk diriku dari sebelum hingga terselesainya skripsi
ini.
Semoga segala amalan yang baik tesebut akan memperoleh balasan rahmat
dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak
menutup kemungkinan bila skripsi ini maih banyak kekurangan. Dengan segenap
kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang
konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita.
Jakarta, Agustus 2013
Mohamad Ridwan
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ...i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ...iii
Surat Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...iv
Daftar Riwayat Hidup ...v
Abstract ...vii
Abstrak ...viii
Kata Pengantar ...ix
Daftar Isi ...xi
Daftar Tabel ...xiii
Daftar Gambar ...xiv
Daftar Lampiran ...xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Perumusan Masalah ...9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...9
BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal ...11
B. Makro Ekonomi ...14
1. Suku Bunga Riil ...14
2. Nilai Tukar ...16
4. Uang Beredar ...21
C. Indeks Harga saham ...22
D. Return Saham...24
E. Penelitian Terdahulu ...26
F. Kerangka Pemikiran ...31
G. Hipotesis ...32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...36
B. Metode Penentuan Sampel ...36
C. Metode Pengumpulan Data...37
D. Metode Analisis ...38
E. Analisis Jalur Model Trimming ...43
F. Definisi Operasional Variabel ...44
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...48
B. Deskriptif Variabel Penelitian ...51
C. Pengujian Hipotesis ...62
1. Analisis Korelasi ...62
2. Menguji dan Memaknai Sub Struktur I ...71
3. Menguji dan Memaknai Sub Struktur II ...81
4. Menguji dan Memaknai Analisis Jalur Trimming Struktur II ...94
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ...103
B. Implikasi ...104
DAFTAR PUSTAKA ...105
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...29
4.1 Data Perkembangan IHSG ...52
4.2 Data Return LQ 45...54
4.3 Data Perkembangan Tingkat SukuBungaRiil ...55
4.4 Data Perkembangan Kurs Periode ...57
4.5 Data Perkembangan PDB ...59
4.6 Data Perkembangan Uang Beredar ...61
4.7 Koefisien Korelasi ...63
4.8 Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel ...64
4.9 Koefisien Determinasi Strukutur I ...72
4.10 Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ...72
4.11 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I ...74
4.12 Koefisien Determinasi Stuktur II ...82
4.13 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ...82
4.14 Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...85
4.15 Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ...95
4.16 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming ...96
4.17 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming ...97
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
2.1 Kerangka Pemikiran ...32
4.1 Grafik Perkembangan IHSG ...53
4.2 Grafik Perkembangan Return LQ 45 ...55
4.3 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil ...56
4.4 Grafik Permbangan Kurs ...58
4.5 Grafik Perkembangan PDB ...60
4.6 Grafik Perkembangan Uang Beredar ...62
4.7 Gambar Paradigma Struktur I ...71
4.8 Diagram Analisis Jalur Struktur I ...76
4.9 Gambar Paradigma Struktur II...81
4.10 Diagram Analisis Jalur Struktur II ...87
4.11 Paradigma Analisis Jalur Trimming Struktur II ...94
4.12 Diagram Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II ...98
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal
1. Lampiran Data Perkembangan IHSG Periode 2006-2011...109
2. Lampiran Data Return LQ 45 Periode 2006-2011 ...109
3. Lampiran Data Perkembangan Suku Bunga Riil Periode 2006 2011...110
4. Lampiran Data Perkembangan Kurs Periode 2006-2011 ...110
5. Lampiran Data Perkembangan PDB Periode 2006-2011 ...111
6. Lampiran Data Perkembangan Uang Beredar Periode 2006-2011...111
7. Lampiran Koefisien Korelasi ...112
8. Lampiran Koefisien Determinasi Strukutur I ...112
9. Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ...113
10. Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I ...113
11. Lampiran Koefisien Determinasi Stuktur II ...113
12. Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ...114
13. Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...114
14. Lampiran Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ...114
15. Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming ...115
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal saat ini semakin pesat dan memiliki daya tarik
para investor untuk menanamkan modalnya, dengan harapan akan
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dimasa yang akan datang. Dalam
memperoleh keuntungan yang besar, seorang investor harus melakukan
analisis keuangan yang tepat berdasarkan perkembangan saat ini.Dalam
menganalisa tingkat keuntungan dapat dilihat dari berbagai sisi, baik dari sisi
mikro ataupun makro suatu negara.
Proses globalisasi pada fase sekarang terdiri dari dua fenomena yang
berbeda, yakni globalisasi bisnis produk dan globalisasi bisnis keuangan
dimana proses globalisasi bisnis keuangan telah memiliki signifikasi dan
kekuatan yang lebih besar daripada globalisasi bisnis produk dalam tanda
kutip. Bisnis keuangan meliputi bisnis valas (valuta asing) serta investasi
langsung dan investasi tidak langsung.Investasi melalui pasar modal sebagai
bentuk investasi tidak langsung dilakukan dimana saja diseluruh dunia
termasuk di Bursa Efek Jakarta (Mansyur, 2009:1).
Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi
operasi perusahaan sehari‐hari. Kemampuan investor dalam memahami dan
meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna
dalam pembuatankeputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu,
Indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar
modal adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah, dan pertumbuhan
PDB (Suci, 2012:1).
Perkembangan harga saham dapat dilihat pada Indeks Saham Harga
Gabungan (IHSG) dimana indeks harga saham yang naik menunjukan
kegairahan sedangkan indeks harga saham yang turun menunjukan adanya
kelesuan pasar.Perubahan IHSG bukan hanya sekedar mencerminkan
perkembangan perusahaan atau industri suatu negara, bahkan bisa dianggap
sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara.Maksudnya,
IHSG suatu negara yang mengalami penurunan dapat disebabkan oleh
kondisi perekonomian di negara tersebut yang sedang mengalami
permasalahan.Sebaliknya, indeks harga saham yang mengalami peningkatan
bisa mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian di negara
tersebut, maka diperlukan kajian yang mendalam untuk mengetahui
faktor-faktor yang berkaitan dengan perubahan harga saham tersebut
(Murwaningsari, 2008:1).
Pembentukan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi
bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga
kondisi di negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat mengakibatkan
perubahan perilaku konsumsi dan investasi oleh investor.Berdasarkan hal
tersebut, harga saham sangatlah penting untuk mendapat perhatian karena
harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar
menggambarkan rasio perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh
beberapa perekonomian, sehingga mempengaruhi naik turunnya tingkat
pengembalian di BEI.Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk
mengamati pergerakan harga saham.
Menurut Suci (2012:1-2) Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan
preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi portofolio. Kurs valuta
asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai
kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam
negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs
valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah
satu faktor penting yang mempengaruhi kurs valuta asing adalah neraca
perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang mengalami defisit
cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing. Dan sebaliknya, apabila
neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan
valuta asing yang dimiliki negara terus menerus bertambah jumlahnya, nilai
valuta asing akan bertambah murah. Maka perubahan-perubahan kurs valuta
asing dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan
dan perkembangan suatu perekonomian.
Secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan yang
negatif (Tandelilin, 2010). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan
mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga
kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang
perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor
dari suatu investasi akan meningkat.
Demikian pula halnya dengan inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya,
kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang
(purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi
volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan
volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan
meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan
harga saham, yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli
produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam bentuk dollar maka harga
sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang
tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.
Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang mempengaruhi
perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan perkembangan
perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang bukan
termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi
menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset
meningkatnya omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga meningkat.
Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga
meningkat, yang berdampak pada pergerakan IHSG.
Dapat dilihat dari grafik tersebut pergerakan IHSG sangat fluktuatif dan
tidak stabil dikarenakan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini
dapat dilihat pada tahun 2008 pergerakan IHSG anjlok dikarenakan terjadi
krisis yang melanda negara adikuasa yaitu Amerika Serikat dilanda kredit
macet, tetapi lambat laun IHSG bergerak naik dikarenakan pertumbuhan kian
semakin baik. Ini merupakan penurunan yang cukup signifikan.Kemudian
sepanjang periode bulan Januari-Juli 2009 dan 2010, BEI terus-menerus
berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan
transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukan prestasi yang
sangat menggembirakan.Dan pada tahun 2011 bulan Juli IHSG menguat
tajam pada angka 4.130,8 yang artinya IHSG mencetak rekor dalam sejarah.
Kondisi perekonomian nasional harus beradaptasi dengan perekonomian
global menuntut setiap perilaku ekonomi untuk berfikir secara kritis dalam
menyikapi hal tersebut. Perekonomian nasional bergantung pada situasi
negara.Pada akhir tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang
berkepanjangan, nilai kurs rupiah bagai layang-layang putus dan berfluktuasi
dari hari ke hari. Pergantian masa pemerintahan mempengaruhi situasi politik
kenegaraan yang berdampak pada perekonomian nasional yang hingga saat
ini.
Terlihat dari kabinet saat ini yang pembentukannya saja sudah dihadapkan
pada masalah-masalah yang maha besar. Salah satu hikmah yang dapat ditarik
adalah peninjauan kembali seluruh kebijaksanaan ekonomi. Perkembangan
nilai tukar rupiah selama ini menunjukan kecenderungan terdepresiasi,
walaupun rupiah sangat menguat namun melemah kembali akibat keadaan
yang kurang kondusif. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya factor
market confidence yang berangkat dari peningkatan country risk dan
perubahan motif transaksi USD/IDR menjadi speculantive motive. Didik J.
Rachbini (2001:72) berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem moneter suatu
negara semakin diperparah oleh spekulasi, yang volume transaksinya semakin
besar dari waktu ke waktu. Institusi bergerak di pasar valuta asing, saham dan
pasar uang lainnya semakin kuat perngaruhnya secara relatif terhadap suatu
sistem ekonomi.
Selanjutnya pada bulan Agustus 2005, rupiah mengalami tekanan kembali
relatif stabil. Beberapa faktor internal yang turut memberikan tekanan antara
lain: masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas dibidang politik dan
keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku
bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya perekonomian nasional
akibat pemerintahan, ancaman terorisme, bencana alam serta tingginya
sensitivitas fluktuasi rupiah terhadap berbagai isu negatif lainnya.
Dalam kondisi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, pemerintah
juga ikut menaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Langkah ini
diambil untuk memerangi spekulasi valas. Dengan menaikan tingkat suku
bunga diharapkan dapat menahan merosotnya nilai tukar rupiah dan menarik
investor dalam rangka mendorong terjadinya perubahan komposisi asset ke
dapam rupiah sehingga rupiah meningkat atau dengan kata lai terapresiasi.
Seseorang investor harus mampu mengantisipasi risiko yang terjadi dengan
mendiversifikasikan untuk memperkecil risiko. Gruber (2003:299)
mengemukakan mengenai resiko tersebut: “that the risk of any stock could be
divided into systematic risk (market risk) and unsystematic risk (non market
risk)”.
Kenaikan tingkat suku bunga tidak otomatis diikuti oleh pembelian aset
secara besar-besaran oleh investor, karena dianggap membawa konsekuensi
meningkatnya biaya pemulihan ekonomi serta meningkatnya baiya
rekapitalisasi dan biaya yang harus ditanggung oleh Bank Sentral dalam
return menjadi rendah. Alhasil kenaikan suku bunga yang tajam itu justru
menyebabkan berpindahnya portofolio investasi asing ke valas sehingga
menekan nilai rupiah lebih tajam lagi. Dalam kondisi ekonomi yang kurang
menguntungkan, harga barang juga dapat menyebabkan inflasi yang tinggi
juga menyertai kenaikan nilai tukar dan suku bunga. Faktor fundamental
ekonomi misalnya, kondisi perekonomian seperti GDP, nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing, tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pemerintah
seperti kebijakan pajak, dan lain sebainya. Hal tersebut diungkapkan pula
oleh J. Soedrjad Djiwandono (2001:138) “saya ingin membuat catatan disini
bahwa dalam analisis ekonomi makro yang biasa kita sebut fundamental itu
adalah kondisi berbagai indikator makro seperti GDP, laju inflassi, suku
bunga, neraca pembayaran (nilai tukar), cadangan devisa, kondisi
oemerintahan dan lain-lainnya.
Dalam penelitian Moh Mansyur (2009) serta Sitinjak dan Kurniasari
(2003) yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI
berpengaruh terhadap IHSG. Namun Murwaningsari (2008) kembali
menunjukan bahwa kurs tidak memiliki pengaruh signifikan pada
IHSG.Penelitian yang dilakukan oleh Maurin Sitorus (2004) menunjukan
bahwa variabel-variabel makro ekonomi berpengaruh secara simultan
terdahap kinerja saham pertambangan minyak bumi, dan variabel makro
ekonomi yang berpengaruh besar terhadap kinerja saham pertambangan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik
untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel makro ekonomi apakah yang
sebenarnya berpengaruh terhadap return market dan dampaknya terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini peneliti
mengambil judul “ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN LQ 45 DAN DAMPAKNYA TERHADAP IHSG”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimapengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45.
2. Bagaimana pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG.
3. Bagaimana pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45
dan dampaknya terhadap IHSG baik secara langsung maupun tidak
langsung.
C. Tujuan dan Manfaat Peneliitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan
yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap
Return LQ 45.
c. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap
Return LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Manfaat Penelitian
Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
a. Bagi Investor
Bagi invetor yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini dapat
membantu mereka dalam menentukan apakah menjual, membeli
ataukah menahan saham yang mereka miliki berkenaan
perubahan dari Makro Ekonomi.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan di bidang ilmu
Makro Ekonomi dan pasar modal serta berguna dalam
pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis sebagaimana
yang telah dipelajari di dalam perkuliahan dan sebagai
pengetahuan tentang investasi.
c. Bagi pemerintah
Bagi pembuat kebijakan yang berusaha untuk menciptakan
ekonomi yang stabil dan sebagai fakta empiris yang berguna
untuk petunjuk serta pengingat agar selalu mengkaji efektivitas
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal
Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya
memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah
pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit
merupakan pasar nyata. Sedangkan, pasar uang atau money market berkaitan
dengan instrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak
nyata.Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual-belikan baik dalam bentuk
hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah ataupun
perusahaan swasta (Husnan, 2003:3).
Pasar modal adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai
kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Salain itu, pasar modal
juga merupakan lembaga yang berprofesi berkaitan dengan transaksi jula beli
efek. Dengan demikian pasar modal dikenal debagai tempat penjual dan
pembeli dana (Artesa dan Handiman, 2006:215).
Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang pasar modal no.8 tahun
1995 pasal 1 adalah kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan, serta lembaga yang profesi yang berkaitan dengan efek.
Menurut Ahmad Rodoni (2006:168) produk-produk yang ada dipasar
1. Reksadana
Reksadana atau disebut mutual fund atau investment fund
merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan
uang kepada pengelola reksadana (manajer investasi) untuk digunakan
sebagai modal investasi. Pada prinsipnya investasi pada reksadana
adalah melakukan investasi yang menyebar pada beberapa alat
investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
2. Saham
Saham adalah penyertaan modal dan pemilikan suatu perseroan
terbatas (PT) atau disebut emiten. Saham merupakan tanda penyertaan
atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
Wujud saham adalah selember kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
kertas tersebut. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga
dapat mengelola capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada
kelebihan harga jual diatas harga beli.
3. Saham Preferen
Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan
saham biasa artinya dosamping memliki karakteristik seperti obligasi
juga memiliki karakteristik saham biasa. Karakteristik obligasi
misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga
obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas
maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran
dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya.
4. Obligasi
Obilgasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontak antara
pembeli pinjaman dengan yang member pinjaman. Surat obligasi
adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas
tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan
obligasi.
5. Obligasi Konversi (Covertible Bond)
Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa,
biasanya dengan memberikan kupon yang tetap, memiliki jatuh tempo
dan memiliki nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki
keunikan yaitu dapat ditukarkan dengan saham biasa. Pada obligasi
konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi.
6. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu harga
yang sudah ditentukan. Biasanya waran juga dijula bersamaan dengan
surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penertbitan
waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang
waran. Namun setelah obligasi, saham disertai waran memasuki pasar
baik itu obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secera
7. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru
yang dikeluarkan emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak
terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau
dividen saham, yang otomatis diteruma oleh pemegang saham.
B. Makro Ekonomi
1. Suku Bunga Riil (Real Interest Rate)
Menurut Kasmir (2003:37) bunga bagi bank berdasarkan konsep
konvensioanal dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga
dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah
(yang memiliki simpanan) dan harus dibayar oleh nasabah kepada bank
(nasabah yang memperoleh pinajaman).
Menurut pandangan klasik dalam Sadono Sukirno (2007:230)
tingkat bunga ditentungan oleh tabungan yang tersedia dalam masyrakat
dan permintaan dana modal untuk investasi. Kedua faktor tersebut
ditentukan oleh suku bunga. Karena perubahan tabungan dan perubahan
modal akan menimbulkan perubahan pada suku bunga. Namun menurut
pandangan Keynes, suku bunga ditentukan oleh penawan dan permintaan
uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga
selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi,
tergantung pada tingkat suku bunga sehingga ada kemungkinan
pemegang surat berharga akan menderita capital loss dan gain.
Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat
dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest
rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga nominal
adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat bunga
yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhiyungkan inflasi.
Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat
suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi
inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang
didalamnya sudah memperhitungkan inflasi.
Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204)
menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam
perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan akan
tetap konstan selama usia pinjaman.
Suku bunga riil dan suku bunga nominal sangat bermanfaat untuk
mempertimbangkan perbedaan antara suku bunga nominal dengan suku
bunga riil. Bunga riil adalah pertumbuhan daya konsumsi selama usia
pinjaman, sedangkan bunga nominal adalah jumlah unit moneter yang
harus dibayar per unit yang dipinjamkan dan merupakan suku bunga
pasar dari pinjaman. Jika tidak ada inflasi, suku bunga normal sama
dengan suku bunga riil. Dalam situasi inflasi, suku bunga nominal
bahwa para penabung meminta premi di atas suku bunga riil sebagai
kompensasi bagi ekspetasi kerugian dari bunga yang mereka terima
kembali. Hubungan antara inflasi dengan suku bunga dikenal dengan
hukum Fisher, yang bisa diekspresikan sebagai berikut (Fabozzi,
1999:207-208)
Dimana: i menunjukan suku bunga nominal, r menunjukan suku
bunga riil dan p menunjukan perkiraan perubahan tingkat harga barang
dan jasa selama usia peminjaman. Dalam hal ini menunjukan bahwa
suku bunga nominal mereflesikan suku bunga rill dan harapan inflasi.
Perlu diingat bahwa ekspektasi inflasi dan suku bunga riil tidak dapat
diamati. Jika estimasi inflasi p cukup baik, estimasi r yang dihasilkan
juga cukup baik, tetapi nilai yang sebenarnya dari suku bunga riil tidak
diketahui.
2. Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata
uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006:
175).
Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan
(Mankiw, 2003:123).
��� � � � � � = �� � �� � � � � − ���
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur
atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan
peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan,
karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga
dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama (Krugman,
2000:40).
Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar
mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar
nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif
mata uang dua negara. Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan yen
Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukarkan 1 dolar
untuk menjadi 120 yen di pasar uang.
Sedangkan nilai tukar rill merupakan harga relatif dari
nbarang-barang antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita
bias memperdagangkan barang dari suatu negara untuk
barang-barang ke begara lain (Mankiw, 2003:125).
Kurs riil diantara kedua negara dihitung dari kurs nominal dan
tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar
negeri relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga
mahal. Jika kurs riil rendah, maka barang-barang luar negeri relatif lebih
mahal sedangkan barang-barang domestik relatif lebih murah.
Menurut Hady Hamdy (2008:44). Kurs mata uang suatu negara
dapat mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai
tukar mata uang negera lain apabila di petukarkan dengan mata uang
domestik, atau dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan pemerintah
untuk menurunkan nilai mata uang asingnya terhadap nilai mata uang
asing yang bertujuan untuk:
1. Mendorong ekspor dan membatasi impor.
2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.
3. Dengan BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi
relatif stabil.
Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara
lain apabila dipetukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain,
nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing.
Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikan
nilai mata uangnya terhadapa mata uang asing yang dilakukan kerena
perekonomiannyasudah mencukupi atau mendekati full employed atau
terjadi kecenderungan inflasi. Kebijakan ini dalan jangka pendek
bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hady Hamdy,
3. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan
jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat
menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang
berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie,
2006:177).
Gross domestic product is the total market value of all final goods
and services produced in a given year. GDP incclides all goods and
services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied
resources employed within the country (Mc Connel & Brue, : 2005:112).
Produk domestik bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang
dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan
jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16).
Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu
tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju
maupun di negara-negar berkembang, barang dan jasa diproduksikan
bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh
penduduk negara lain. Selalu di dapati produksi nasional diciptakan oleh
fakor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri (Sukirno, 2011:34).
Menurut Tandelilin (2010:342) produk domestik bruto adalah
ukuran produksi barang dan jasa total suatu negera. Pertumbuhan PDB
pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan
meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan
untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan
perusahaan, maka perusahaan memperoleh keuntungan juga akan
semakin meningkat.
Menurut Prathama Raharja dan Mandala Manurung (2005:16-21)
ada tiga cara perhitungan pendapatan nasioanal, yaitu:
1. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi
diperoleh dengan cara membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa
sektor produksi (industrial orogin). Jumlah output masing-masing
sektor merupakan jumalah output seluruh perekonomian. Hanya saja
ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor
perekonomian berasal dari output sektor lain. Dengan kata lain jika
tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double-counting)
atau bahkan multiple counting.
2. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan
diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai total balas jasa atau faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi.
3. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran.
Menurut pendekatan ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam
suatu perekonomian:
a. Konsumsi rumah tangga,
c. Pengeluaran investasi, dan
d. Ekspor neto.
4. Uang Beredar (M2)
Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme
transmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang
dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas
Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis
perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang
sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang
akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran
akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama (Sukirno,
2011:296). Teori kuantitas uang biasanya diterangkan dengan
menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan
sebagai berikut:
Dimana : M adaalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan,
P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang
diperjualbelikan dalam perekonomian.
Jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang
(V) samadengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil (T)
dikalikan dengan tingkat harga (P). Dengan kata lain, dalam
kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan jumlah output yang
dihitung dengan harga yang berlaku-ditransaksikan (PT).
Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendek
pertumbuhan jumlah uang beredar hanya memengaruhi perkembangan
output riil. Selanjutnya, dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah
uang beredar akan mendorong kenaikan harga (inflasi), yang pada
gilirannya menyebabkan penurunan tingkat investasi usaha sehingga
perkembangan output riil menuju posisi semula. Dalam keseimbangan
jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh
pada perkembangan output riil, tetapi mendorong kenaikan laju inflasi
dan menurunkan investasi secara proporsional karena kerentanan
perekonomian yang besar.
C. Indeks Harga Saham
Saat ini du Bursa Efek Indonesia terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, sebagai
berikut (www.idx.co.id):
1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk
masing-masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mencakup pergerakan seluruh
harga saham biasa maupun saham preferen yang tercatat di BEI.
3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk kedalam setiap
sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam
9 (Sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi yang diterapkan
4. Indeks LQ 45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberpa
criteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
ssaham-saham tersebut.
5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan
syariah islam. Dewan Pengurus Syariah terlibat dalam menentukan
criteria saham-saham yang masuk kedalam JII.
6. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukan bagi
perusahaan dengan track record yang baik.
7. Indeks Papan Pengembangan (Development Board Index/DBX), untuk
mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi
persyaratan papan utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan yang
berprospek. Disamping itu papan pengembangan diperuntukan bagi
perusahaan yang mengalami resukturisasi atau pemulihan perfoma.
Anoraga dan Pakarti (2008:100-104) mengatakan, secara sederhana yang
disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk
membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga
dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan
harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami
penurunan atau kebalikannya mengalami kenaikan dibandingkan dengan
Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga
saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu; waktu dasar dan waktu
berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan
waktu berlaku merupaka waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan
dengan waktu dasar.
Pergerkan nilai indeks akan menunjukan perubahan situasi pasar yang
terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi aktif, ditunjukan
dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang
biasanya menunjukan keadaaan yang diinginkan. Keadaan yang stabil
ditunjukan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu
ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.
Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan
rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):
Dimana:
Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu
Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar
D. Return Saham
Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan
menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi, (2)
return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa
return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara
menghitung selisih harga saham periode berjalan dengna periode sebelumnya
dengan mengabaikan dividen, maka akan ditulis rumus:
Dimana:
Ri : Return saham
Pt : Harga saham periode tahun
Pt-1 : Harga saham periode tahun sebelumnya
Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung
dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Dimana:
Rm : Return market
IHSGt : IHSG pada paeriode tahun
IHSGt-1 : IHSG pada periode tahun sebelumnya
Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang
semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki
kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka.
Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi
R
i=
�−� − � −
R
m=
� − � −
dengan tingkat risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi
saham lebih tinggi dari pada pada perbankan, return yang diharapkan juga
lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori investasi yang dikemukakan oleh
Widiatmojo (2008:84).
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas kerena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hamper sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang
gunakan berbeda, maka terdapat banyal hal yang tidak sama sehingga dapat
dijadikan sebagai referensi untuk salaing melengkapi. Berikut beberapa
ringkasan penelitian terdahulu:
1. Sitinjak dan Kurniasari (2003)
Mereka minyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dollar terhadap
rupiah) satu satuan maka akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG)
saham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada kondisi pasar sedang
bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish indikator pasar saham
dan indikator pasar uang secara bersam-sama berpengaruh positif.
Terutama pada indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk
mempengaruhi pasar saham.
2. Maurin Sitorus (2004)
Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh variabel makro
ekonomi (inflasi, suku bunga SBI, kurs dan jumlah uang beredar). Hasil
secara simultan terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas
bumi. Dan variabel makro ekonomi yang paling berpengaruh sangat
besar adalah variabel kurs.
3. Tendi, Trimarto dan Rosi (2005)
Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda
mereka menyimpulkan bahwa nilai tukar dollar AS merupakan salah
satu indikator perkembangan IHSG dengan diketahui bahwa hubungan
antara nilai tukar rupiah per dollar AS dengan IHSG di Bursa Efek
Indonesia kuat yaitu sebesar 64,9%. Dengan nilai negatif, artinya jika
nilai tukar rupiah per dollar AS naik maka IHSG akan menurun sebesar
64,9%.
4. Murwaningsih (2008)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Etty
Murwaningsih pada periode 1992 samapi 2006 tentang pengaruh
volume perdagangan saham, deposito dan kurs terhadap IHSG beserta
prediksi IHSG dengan model Garch dan Arima. Menunjukan bahwa
tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap IHSG dan kurs tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG.
5. Moh Mansyur (2009)
Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Moh Mansyur yang
meneliti sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh tingkat suku bunga
SBI dan kurs dollar AS terhadap IHSG di BEI dengan menggunakan
IHSG sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dollar AS sebesar 51,55%
dengan arah pengaruh negatif, artinya apabila rupiah terdepresiasi
terhadap dollar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu
juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dollar AS, maka
IHSG akan mengalami penguatan.
6. Pananda Pasaribu dkk (2009)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro
ekonomi Terhadap IHSG” dengan menggunakan regresi linear
berganda dengan metode estimasi ordinary least square (OLS)
menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh
terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik seperti: Inflasi,
SBI , dan kurs . Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran
modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan
IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG.
Ketika indeks Hang Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah
yang sama dengan. Kondisi ini yang memungkinkan Indonesia terkena
dampak krisis global walaupun kondisi ekonomi Indonesia relatif baik.
7. Zied Ftiti (2009)
Makalah ini mengusulkan sebuah metodologi baru untuk memeriksa
kinerja ekonomi suatu kebijakan moneter dan khususnya untuk
menargetkan kebijakan inflasi. Variabel yang digunakan dalam
PDB. Dapat disimpulkan bahwa penargetan inflasi menghasilkan
lingkungan moneter yang stabil, hasil ini memungkinkan untuk
menyimpulkan bahwa kebijakan penargetan inflasi yang relevan dalam
kasus negara-negara industri .
8. Rangan Gupta dan Mampho P. Modise (2011)
Penelitian ini dilakukan agar dapat memprediksi saham-saham di
Afrika dengan variabel makro ekonomi mengunnakan metode analisis
regresi. Variabel yang mempunyai nilai signifikan untuk memprediksi
saham-saham di Afrika antara lain adalah pertumbuhan minyak bumi,
jumlah uang beredar, suku bunga dan inflasi. Laju inflasi menunjukkan
prediksi sangat kuat untuk 6 bulan kedepan, dan untuk nilai suka bunga
juga menjelaskan prilaku saham-saham di Afrika.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian
terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1
- Suku
Pada kerangka pemikiran ini menunjukan bahwa adanya hubungan
langsung antara Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar terhadap
Return LQ 45 dan IHSG. Serta adanya hubungan korelasi antara Suku Bunga
Riil dengan Kurs, Nilai Kurs dengan PDB, PDB dengan Uang Beredar, Suku
Bunga Riil dengan PDB, Nilai Kurs dengan Uang Beredar Suku Bunga Riil
dengan IHSG. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar kerangka pemikiran
dibawah berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis Strukutur I
Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 + ε1 - Secara Simultan (Uji F)
a. Ho : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4= 0, Indikator
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar tidak
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Return
LQ 45. Suku Bunga Riil
Niai Kurs
PDB
Uang Beredar
b. Ha : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 0, Indikator
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen Return LQ 45.
- Secara Parsial (Uji t)
a. Ho : = 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat
pengaruh dengan Return LQ 45.
Ha : 0, Indikator Suku Bunga Rill terdapat
pengaruhdengan Return LQ 45.
b. Ho : = 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
Return LQ 45.
Ha : 0, Indikator Kurs terdapat pengaruhdengan Return
LQ 45.
c. Ho : = 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan
Return LQ 45.
Ha : 0, Indikator PDB terdapat pengaruhdengan Return
LQ 45.
d. Ho : = 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh
dengan Return LQ 45.
Ha : 0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruhdengan
Return LQ 45.
2. Hipotesis Stuktur II
- Secara Simultan (Uji F)
a. Ho :ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 = 0,
Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta
ReturnLQ 45tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen IHSG.
b. Ha : ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 0,
Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta
Return LQ 45 berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen IHSG.
- Secara Parsial (Uji t)
a. Ho : = 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat
pengaruh dengan IHSG.
Ha : 0, Indikator Suku Bunga Rill terdapat pengaruh
dengan IHSG.
b. Ho : = 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG.
Ha : 0, Indikator Kurs terdapat pengaruh dengan IHSG.
c. Ho : = 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG.
Ha : 0, Indikator PDB terdapat pengaruh dengan IHSG.
d. Ho : = 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh
Ha : 0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruh
dengan IHSG.
e. Ho : = 0, Indikator Return LQ 45 tidak terdapat pengaruh
dengan IHSG.
Ha : 0, Indikator Return LQ 45 terdapat pengaruh
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis yang diajukan mengenai Tingkat
Suku Bunga Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar sebagai variabel
independen dan Return LQ 45 serta Return Market IHSG sebagai variabel
dependen. Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Obyek yang diteliti adalah Retun LQ 45 dan IHSG.
2. Periode yang diteliti dari Januari 2006 – Desember 2011.
3. Variabel dependen meliputi Return LQ 45 dan IHSG.
4. Variabel independen yaitu makro ekonomi yang meliputi Suku Bunga
Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
maupun subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2005:55).
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah variabel makro
ekonomi yang meliputi Suku Bunga Riil, Kurs rupiah/US$, PDB dan
Uang beredar (M2) berpangaruh terhadap Return LQ 45 dan dampaknya
penelitian ini adalah harga seluruh saham yang tergabung dalam IHSG
yang terdaftar dari 1 Januari 2006 samapi dengan 31 Desember 2011.
2. Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tingkat Keuntungan dari indeks LQ 45 periode Januari 2006 –
Desember 2011.
b. Indeks Harga Saham Gabungan periode Januari 2006 – Desember
2011.
c. Makro ekonomi yang meliputi: suku bunga riil, kurs, PDB, dan uang
beredar periode Januari 2006 – Desember 2011.
C. Metode Pungumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Reseach
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan)
dengan penulisan skripsi ini, seperti Bank Indonesia dan pusat
referensi pasar modal Bursa Efek Indonesia.
2. Library Reseach
Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
3. Internet Reseach
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau kita
pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up
to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan
penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu dengan internet
sehingga data yang diperoleh up to date seperti di
www.yahoofinance.com. D. Metode Analisis (Path Analysis)
Analisis jalur atau path analysis merupakan bagian analsis yang digunakan
untuk menganalisis hubungan kausalitas antar variabel dimana
variable-variabel bebas mempengaruhi variable-variabel tergantung, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui satu atau lebih variabel perantara (Sarwono,
2006:147)
Menurut Riduwan dan Engkos (2008:2) Path analysis digunakan untuk
menganalisis pola hubungan antar variabel untuk mengetahui pengaruh
langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen).
Path analtsis merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda,
atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menafsirkan
kausalitas antar variabel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori.
antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalaitas imajener (Ghazali,
2003:160).
Supranto dalam bukunya “Analisis Multivariat (2004:234-235)”
menuliskan beberapa asumsi dalam analisis jalur. Berikut ini yang diuraikan
beberapa asumsi dalam analisis jalur yang perlu diperhatikan:
1. Variabel endogen harus normal, paling tidak berupa skala interval atau
yang paling baik skala rasio.
2. Seperti model liniear lainnya, analisis jalur juga mendasarkan pada
hubungan variabel yang linear dan additive (bukan multiplicative).
3. Data psikometrik selalu mengandung kesalahan pengukuran. Seperti kita
ketahui, data yang berasala dari kuesioner (daftar pertanyaan) akan
mengandung banyak kesalahan dari berbagi sumber maka perlu
dilakukan pengujian validitas dan reablitias (validity dan reability).
Pengujian data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software
SPSS for windows version 17. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path
analysis) untuk menganalisa pola hubungan antar variabel dnegan tujuan
untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat
variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Pada diagram
jalur tanda panah berujung ganda menunjukan hubungan korelassional dan
tanda panah yang berujung satu menunjukan pengaruh langsung dari variabel
Teknik analisis jalur (path analysis) akan digunakan dalam pengujian
besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram
jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 (Suku Bunga Riil), X2 (Nilai
Kurs), X3 (PDB), dan X4(Uang Beredar) terhadap Y1 (Return LQ 45) dan Y2
(IHSG). Kerangka hubungan kausal antara jalur (X1terhadap Y1, X1 terhadap
Y2, X2 terhadap Y1, X2 terhadap Y2, X3 terhadap Y1, X3 terhadap Y2, X4
terhadap Y1, X4 terhadap Y2, X1 dan X2 terhadap Y1, X1 dan X2 terhadap Y2,
X2 dan X3 terhadap Y1, X2 dan X3 terhadap Y2, X3 dan X4 terhadap Y1, X3 dan
X4 terhadap Y2, X1 dan X3 terhadap Y1, X1 dan X3 terhadap Y2, X2 dan X4
terhadap Y1, X2 dan X4 terhadap Y2, X1 dan X4 terhadap Y1, X1 dan X4
terhadap Y2) dan hubungan korelasional antara jalur (X1 dengan X2, X2
dengan X3, X3 dengan X4,X1 dengan X3, X2 dengan X4, X1 dengan X4, Y1
Gambar 3.1
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
ρx1y2 ε1 ε2
r12 ρx1y1 ρy1ε ρy2ε
r13 ρx2y2
r14 r23 ρx2y1
ρx3y1
r24 ρx3y2
r34 ρx4y1 ρx4y2
Dimana:
X1 = Tingkat Suku Bunga Riil
X2 = Nilai Tukar (Kurs)
X3 = Produk Domestik Bruto (PDB)
Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 + ε1
Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y2 Y1 + ε 2 Kurs
Uang Beredar
PDB
Return
LQ 45 Kurs
X4 = Uang Beredar (M2)
Y1 = Return LQ 45
Y2 = IHSG
ε = Eror
Pada bagian selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yaitu yang pertama
dengan cara melihat hubungan simultan dan kedua melihat hubungan secara
parsial.
1. Hipotesis Secara Simultan
Untuk melihat ada pengaruh X1, X2, X3, dan X4 secara gabungan
atau simultan terhadap Y1 dan dampaknya Y2 dapat dilihat dari hasil
summary SPSS khususnya angka R square dengan menghitung
koefisen determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = R2× 100%
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
ANOVA.
Untuk mengetahui hubungan variabel indepanden secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, maka digunakan tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05
maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
variabel depanden atau dengan kata lain tidak signifikan. Sebaliknya
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata
lain variabel indepanden secara bersamaan berpengaruh terhadap
variabel depanden (signifikan) (Riduwan dan Engkos, 2008:117).
2. Hipotesis Secara Parsial
Untuk melihat hubungan variabel X1, X2, X3, dan X4 secara indivu
atau parsial terhadap Y1 dan dampaknya Y2digunakan Uji t,
sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka Beta
atau Standardized Coefficient.
Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
msaing-masing variabel indepanden secara individual terhadap variabel
dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
Coefficients.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen
maka digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih
besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel indepanden
terhadap dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan Jika
nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka ada pengaruh dari
variabel indepanden terhadap dependen (koefisien regresi signifikan)
(Riduwan dan Engkos, 2007:118).
E. Analisis Jalur Model Trimming
Dalam buku (Riduwan dan Engkos, 2008: 127-128), Model trimming
analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang
koefisiennya jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969:58; Al-Rasyad & Sitepu,
1994:12; Kusnaedi, 2005:12). Jadi, model trimming terjadi ketika koefisien
jalur yang di uji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak
signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih dari variabel yang tidak
signifika, peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah
dihipotesiskan. Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang
koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya
tidak signifikan.
F. Definisi Operasional Variabel
Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga Riil
Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat
dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest
rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga
nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni
tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan
inflasi. Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang
mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian
yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli
Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204)
menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku
dalam perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan
akan tetap konstan selama usia pinjaman.
2. Nilai Kurs
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata
uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006:
175).
Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan (Mankiw, 2003:123).
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur
atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan
peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan,
karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan
harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama
(Krugman, 2000:40).
Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar
mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar
nominal dan nilai tukar riil.
��� � � � � � = �� � �� � � � � − ���