• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jika anda sudah menikah, apakah pendapatan selain dari pendapatan anda,

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

4. Jika anda sudah menikah, apakah pendapatan selain dari pendapatan anda,

a. Kurang dari Rp 500.000 tepatnya Rp... b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 tepatnya Rp... c. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000` tepatnya Rp... d. Lebih dari Rp 2.000.000 tepatnya Rp...

F. Willingness To Pay

1. Menurut anda, perlukah pembayaran tiket masuk di tempat wisata ini?

a. Perlu b.tidak

Skenario

Usaha pengembangan tempat wisata Musiduga memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan pengelolaan tempat wisata dimana sumber pendapatan berasal dari Pemda. Namun, dana dari Pemda tersebut belum mencukupi untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas dan pengadaan prasarana dan sarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan

lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemda berencana mengadakan penetapan harga tarif masuk kawasan wisata.

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia untuk membayar tiket masuk dalam rangka pengembangan dan perawatan dan pelestarian lingkungan di Musiduga?

a. Ya b. tidak

Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya

3 .Berapa harga tiket maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk pengembangan dan perawatan wisata di Musiduga?

a. Rp 2.000 d. Rp 5.000 g. Rp 8.000

b. Rp 3.000 e. Rp 6.000 h. Rp 9.000

c. Rp 4.000 f. Rp 7.000 i. Rp 10.000

G. Harapan dan Saran

1. Apa harapan dan saran anda dari keberadaan Musiduga ini?

... ... ... ... Terimakasih atas kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, Semoga amal

kebaikan anda dibalas oleh Yang Maha Kuasa. Amin.

Lampiran 2. Hasil Estimasi Pendugaan Model

Logistic Regression Table

Odds 95% CI Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper Constant 20,6378 13,7078 1,51 0,132 JTK -2,34198 1,58328 -1,48 0,139 0,10 0,00 2,14 PNDDKN 1,70510 1,55989 1,09 0,274 5,50 0,26 117,04 LME -1,91067 1,13048 -1,69 0,091 0,15 0,02 1,36 PNDPTN -0,0000024 0,0000014 -1,65 0,098 1,00 1,00 1,00 PDJPPEI 1,20796 1,86070 0,65 0,516 3,35 0,09 128,37 PNYLH 2,97534 1,80511 1,65 0,099 19,60 0,57 674,08 Log-Likelihood = -6,327

Test that all slopes are zero: G = 46,641, DF = 6, P-Value = 0,000

Goodness-of-Fit Tests Method Chi-Square DF P Pearson 12,2809 38 1,000 Deviance 12,6544 38 1,000 Hosmer-Lemeshow 1,7813 8 0,987 Measures of Association:

(Between the Response Variable and Predicted Probabilities)

Pairs Number Percent Summary Measures

Concordant 496 98,4 Somers' D 0,97 Discordant 8 1,6 Goodman-Kruskal Gamma 0,97 Ties 0 0,0 Kendall's Tau-a 0,40 Total 504 100,0

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muaro Gambok, Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 20 Januari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Ermayulis, SH dan Nelbahren AN, Spd.I.

Pendidikan formal diawali di TK Pertiwi Gambok, tahun 1995 melanjutkan pendidikan ke SDN 27 Muaro Ganting Mudik, tahun 2001 melanjutkan pendidikan ke SMPN 7 Sijunjung dan tahun 2005 melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Sijunjung. Tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen,

Tahun 2008 penulis aktif pada organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) sebagai Staf divisi Perekonomian dan aktif pada Himpunan Mahasiswa Sawahlunto, Sijunjung dan Dharmasraya (HIMASWISS) sebagai bendahara selama satu tahun. Tahun 2009 penulis aktif pada organisasi himpunan mahasiswa Resource Economics and Environmental Students Association (REESA) sebagai bendahara umum selama satu tahun.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Penulis menyusun skripsi yang berjudul

“Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai

Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan” dibawah bimbingan Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan menyeluruh. Sebagai sebuah negara berkembang dengan kemampuan pembangunan masih berada dalam tahap factor-driven economy, yakni proses pembangunan yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, maka sudah seharusnya setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat dan kebijakan yang dibuat pemerintah memperhatikan keberlanjutan dari keberadaan sumberdaya tersebut.1

Saat ini, beberapa sektor perekonomian Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara optimal dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat adalah sektor pertanian, pariwisata, industri, dan pertambangan. Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang perkembangannya cukup signifikan, dimana hampir semua wilayah di Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat berguna dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan industri pariwisata yang berkomitmen untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan, membantu menciptakan lapangan pekerjaaan dimasa depan bagi masyarakat lokal, dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama dan layak secara

1 Porter M.E., et al. 1990. Executive Summary: Competitiveness and Stages of Economic Development.http://www1.eeg.uminho.pt/economia/priscila/intocaveis/LEA_CI/Execsumm_gcr.pdf. Diakses: 8 Juni 2011.

ekonomi.2 Oleh karena itu, apabila di suatu wilayah terdapat aktivitas ekonomi yang secara tidak langsung dapat dikategorikan merusak sumberdaya alam dan lingkungan (seperti penambangan ilegal, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan, dan lain-lain), sedangkan di sisi lain wilayah tersebut juga memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata, maka penerapan pariwisata yang ramah lingkungan dapat menjadi alternatif yang jauh lebih baik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan (Suwantoro 2002).

Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang banyak dilakukan oleh masyarakat selain pariwisata adalah sektor pertambangan. Beberapa wilayah di Indonesia memiliki potensi pertambangan, baik penambangan batu bara, batu besi, emas, dan lain-lain. Kegiatan penambangan tersebut dilakukan secara legal dan ilegal. Akan tetapi, mayoritas masyarakat melakukan kegiatan penambangan secara ilegal, terutama untuk penambangan skala kecil.3 Apabila hal ini terus berlangsung bisa berakibat kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang semakin parah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, guna meminimalkan kerusakan lingkungan dalam jangka panjang, maka kegiatan penambangan harus dilakukan secara legal dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Akan tetapi, saat ini masih banyak penambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu bentuk tambang yang banyak dikelola oleh masyarakat baik dalam skala besar

2 Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development). http://balisustain.blogspot.com/2010/08/pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011

3

Dingin M. 2011. Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi dalam Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia). http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=446. Diakses: 8 Juni 2011.

maupun kecil adalah pertambangan emas. Kegiatan penambangan emas ilegal dan tidak sesuai prosedur akan menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya.

Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki cukup banyak potensi sumberdaya alam seperti keindahan alam yang memukau, berupa pantai-pantai yang indah, gunung-gunung yang mengitari sebagian besar wilayah Sumbar, air tejun, dan danau.4 Keindahan alam Sumbar tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai area wisata yang berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lokasi yang memiliki potensi tersebut adalah kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga). Potensi wisata pada kawasan Musiduga berupa obyek wisata alami dengan keberagaman dan keindahan panorama alam. Namun, kegiatan pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh pemerintah daerah dan masyarakat masih sedikit yang berusaha di bidang pariwisata tersebut. Di dalam kawasan wisata tersebut juga terdapat tambang emas yang dikelola oleh masyarakat secara ilegal. Saat ini masyarakat banyak yang menggantungkan hidup sebagai penambang emas ilegal. Kegiatan pariwisata dan penambangan emas ilegal akan berdampak pada perekonomian masyarakat dan lingkungan sekitar kawasan Musiduga. Oleh karena itu, agar pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan kerusakan minimum, maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga secara tepat.

4 Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata Unggulan?. http://padang

1.2 Perumusan Masalah

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak potensi sumberdaya alam, salah satunya adalah panorama alam. Saat ini sektor pariwisata di Sumbar belum terangkat secara optimal, sehingga dampaknya belum begitu dirasakan oleh masyarakat.5 Selain panorama alam, Sumbar juga memiliki sumberdaya pertambangan yang cukup signifikan, diantaranya batu bara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, manganase, emas, dan batu kapur (semen).6 Kegiatan tambang ini telah banyak dikelola oleh masyarakat. Akan tetapi di beberapa wilayah di Sumbar, kegiatan penambangan banyak dilakukan oleh masyarakat secara ilegal, terutama penambangan emas dan batu bara.

Kawasan Musiduga merupakan kawasan di Sumatera Barat yang memiliki potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat Musiduga memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam tersebut dimanfaatkan masyarakat dengan bekerja pada sektor pertanian, penambangan emas, dan pariwisata. Ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam apabila pengelolaan dan pemanfaatannya tidak bijaksana dapat membahayakan keberlanjutan sumberdaya alam tersebut seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, serta kelangsungan hidup manusia (Fauzi 2004). Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam di Musiduga dan seperti apa pemanfaatannya agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan sumberdaya alam itu sendiri.

5Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum

Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belu m+Tergarap&dn=20080426231618. Diakses: 31 Desember 2010.

Adanya kegiatan penambangan emas di kawasan Musiduga telah menjadi sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat. Penambangan emas di kawasan Musiduga dilakukan secara ilegal atau sering disebut PETI (Penambangan Emas Tanpa Ijin). PETI di kawasan Musiduga dapat ditemukan di Sungai Kuantan- Musiduga dan telah memberikan pemasukan ekonomi bagi masyarakat dalam jangka waktu yang singkat. Namun, kegiatan ini juga berpeluang besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya yang sulit untuk direhabilitasi. Meskipun penambangan emas yang dilakukan di Sungai Kuantan termasuk penambangan berskala kecil, akan tetapi kemungkinan dampaknya dapat berskala besar. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi seperti pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan identifikasi persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal.

Sementara itu, potensi wisata yang dimiliki oleh Musiduga telah menarik pengunjung untuk datang dan melakukan aktivitas wisata di tempat tersebut. Semenjak pertama kali didirikan pada tahun 2007 jumlah pengunjung Musiduga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1:

Sumber: Wali Nagari Silokek dan Durian Gadang (2010)

Gambar 1. Jumlah Pengunjung Kawasan Wisata Muaro Silokek Durian Gadang 2496 4992 12336 0 5000 10000 15000 2008 2009 2010 Jumlah Pengunjung

Peningkatan jumlah pengunjung Musiduga menunjukkan adanya minat lebih masyarakat terhadap obyek wisata yang ada di kawasan ini. Peningkatan pengunjung pada tahun 2010 cukup signifikan dibanding pada tahun 2008 dan 2009 disebabkan pada tahun 2010 aksesibiltas menuju kawasan wisata Musiduga telah diperbaiki sehingga mempermudah pengunjung untuk mencapai lokasi wisata. Selain itu, adanya fasilitas dan sarana prasarana yang disediakan Pemerintah Daerah meskipun jumlahnya belum banyak juga menyebabkan peningkatan pengunjung yang berkunjung ke tempat wisata Musiduga. Adanya peningkatan pengunjung juga memperlihatkan bahwa kawasan Musiduga memiliki potensi untuk dikembangkan. Agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka waktu yang panjang oleh semua pihak, maka pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan wisata Musiduga harus dioptimalkan secara berkelanjutan tanpa mengorbankan sumberdaya dan lingkungan yang ada.

Keindahan panorama alam serta wahana wisata pada kawasan ini memberikan kenyamanan, kenikmatan, dan kepuasan bagi pengunjung. Daya tarik wisata yang disuguhkan meliputi Ngalau (goa) Seribu, Ngalau Talago, pasir putih, dan air terjun. Selain itu, wisata minat khusus arung jeram dan panjat tebing juga dapat dilakukan di kawasan ini.7 Potensi pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan masih sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan

7

Dinas Porsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam. Http://sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=wisata_alam. Diakses: 20 Desember 2010.

anggaran Pemerintah Daerah untuk kawasan wisata Musiduga dan belum ditetapkannya tarif masuk bagi pengunjung ke Musiduga. Oleh karena itu penetapan tarif masuk ke tempat wisata diperlukan guna meningkatkan fasilitas yang ada di Musiduga, menjaga kestabilan sumberdaya alam dan lingkungan, dan untuk kedepannya dapat menjadi salah satu cara dalam membatasi jumlah kunjungan agar tidak terjadi over carrying capacity.

Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan tersebut. Adanya kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata dapat memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata.

Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dapat menjadi alternatif untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak sumberdaya alam. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu:

1. Sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya?

2. Sebagian masyarakat ada yang melakukan penambangan emas ilegal di kawasan Musiduga, kegiatan tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh karena itu, perlu diteliti sejauh mana tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal berdasarkan persepsi multistakeholder?

3. Bagaimana potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga?

4. Bagaimana kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya.

2. Mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal oleh masyarakat.

3. Menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga.

4. Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait antara lain pemerintah daerah, masyarakat sekitar kawasan Musiduga, civitas akademika, dan peneliti sendiri. Bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Bagi masyarakat sekitar kawasan Musiduga, diharapkan mampu

mendukung kegiatan pariwisata guna meningkatkan dan mengembangkan potensi wisatanya. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk mengenal dan menggali lebih lagi mengenai konsep pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ramah lingkungan agar pemanfaatannya berkelanjutan, sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktek dari berbagai teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Dampak ekonomi kegiatan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar dalam penelitian ini merupakan kontribusi pendapatan yang diterima masyarakat dari sektor wisata. Penelitian ini hanya mencakup daerah Muaro Silokek Durian Gadang Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat sebagai obyek penelitiannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia, sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2004) .

Menurut Soerjani et al (1987), pembangunan suatu daerah selalu didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Makin banyak suatu daerah mempunyai sumberdaya alam dan makin efisien pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, makin baiklah harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik dalam jangka panjang. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi, maka perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan sumberdaya alam perlu dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan hubungan-hubungan ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat yang merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh.

2.2 Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata

Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.

Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti (2003) mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai kekhasan yaitu:

1. Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun, kawah, sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk lintas alam

2. Biologis : Keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna 3. Historis : Keanekaragaman peninggalan sejarah

4. Scientist : Untuk penelitian ilmu pengetahuan

Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu obyek pariwisata yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa: 1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada tempat-

tempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain) seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna, sumber kesehatan.

2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan, dan dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat budaya, dan perayaan-perayaan tradisional.

UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas:

a) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

b) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Cooper et al. (1998), terdapat beberapa komponen obyek wisata yaitu: 1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang

merupakan alasan utama kunjungan.

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata.

3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan setempat.

4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan daerah tujuan wisata.

5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan koordinasi.

Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk menyaksikan harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monument, dan lain-lain (Yoeti 1997).

2.3 Pariwisata

Menurut Yoeti (2006) prinsip dari sebuah perjalanan dikatakan sebagai kegiatan pariwisata adalah perjalanan tersebut dilakukan untuk bersenang-senang. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. Sementara itu menurut Wahab (1992) pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.

Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan

dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial

Dokumen terkait