• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN POTENSI WISATA

KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

RATIH TRIANITA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

RINGKASAN

Ratih Trianita. Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Dibimbing Oleh Meti Ekayani dan Nuva.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga) terhadap pemanfaatan sumberdaya alam, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di Musiduga, dan Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas tersebut untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-Mei 2011 di kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Data yang digunakan data primer menggunakan kuesioner dan data sekunder dari instansi yang terkait dengan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat ketergantungan masyarakat desa sekitar kawasan wisata Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya cukup tinggi, dimana lebih dari 80% masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan sumberdaya alam. Penghasilan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam merupakan usaha pokok masyarakat Musiduga, yaitu 70,01% - 100% dibanding dengan total pendapatan masyarakat.

Sebagian masyarakat Musiduga melakukan penambangan emas ilegal di Sungai kuantan. Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan tersebut telah mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa polusi air dan merusak struktur tanah dengan masing-masing dipilih oleh 90% responden.

Sementara itu, kawasan wisata Musiduga memiliki potensi obyek wisata yang dapat dikembangkan secara optimal seperti Arung jeram, Pasir Putih, Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air Terjun Palukahan, dan sebuah Lokomotif uap peninggalan Jepang. Pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan untuk dana konservasi. Salah satu caranya dengan penetapan tiket. Berdasarkan nilai rata-rata Wilingness to Pay (WTP) pengunjung, harga tiket maksimum yang bersedia dibayarkan kawasan wisata Musiduga adalah sebesar Rp 3.000. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Musiduga terhadap masyarakat sekitar masih kecil, sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga berdasarkan persepsi multistakeholder adalah berdampak positif terhadap lingkungan sekitar Musiduga. Persepsi multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata masih rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi adalah jumlah tanggungan keluarga, lama menambang emas, pendapatan, dan penyuluhan.

(3)

PENILAIAN POTENSI WISATA

KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

RATIH TRIANITA H44070017

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan dari komisi bimbingan dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

(5)

Judul Skripsi : Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan

Nama : Ratih Trianita NIM : H44070017

Disetujui Dosen Pembimbing I

(Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc) 19690917 200604 2 0 11

Dosen Pembimbing II

(Nuva, SP, M.Sc)

Diketahui

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT) NIP. 19660717 199203 1 003

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam meyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a yang tulus, dukungan moril dan materil serta uda Haris, uni Reren, dan adik icha yang selalu memberikan motivasi.

2. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama untuk kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti.

3. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan kesabaran selama ini.

4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak Novindra SP, M.Si selaku dosen penguji komdik atas saran dan kritiknya. 5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung: Dinas Parsenibudpora, Dinas

Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan Hidup, Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang atas bantuan data, informasi serta kerjasama selama penelitian.

6. Sahabat penulis: Rahmad Fauzi, Resti, Raisa, Wiwi, Risty, Imel, Uni Debi, Mbak Yuyun, Mas Budi, Chichi, Norita, Fenny, Nissa, Ulil, Fiandra, Febri, Rina, dan Ario (komti ESL 44) atas kebesamaan dan dukungannya.

7. Teman-teman ESL 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas keceriaan dan kebersamaannya selama ini.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan, berkat segala curahan rahmat dan kasih sayangNYA skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul skripsi ini adalah Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Penelitian ini berujuan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi dan dampak kegiatan wisata di Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi khasanah pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi yang terkait dengan skripsi ini.

Bogor, September 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam ... 10

2.2 Potensi, Obyek dan Daya TarikWisata ... 11

2.3 Pariwisata... 13

2.4 Wisata Alam ... 14

2.5 Dampak Ekonomi Wisata ... 14

2.6 Pertambangan Emas ... 15

2.7 Konsep Wilingness to Pay ... 16

2.8 Konsep Keberlanjutan ... 17

2.9 Penelitian Terdahulu ... 17

2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata ... 17

2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay ... 18

2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ... 19

2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas ... 19

2.9.5 Perbaruan (Novelty) dari peneltian ... 20

III.KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

IV.METODOLOGI PENELITIAN ... 24

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 24

4.3 Metode Pengambilan Sample ... 25

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.4.1 Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pemenuhan Kebutuhannya ... 27

4.4.2 Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ... 28

4.4.3 Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata di Musiduga ... 29

4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapatan Tarif Masuk Musiduga ... 29

(9)

4.4.3.3Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan

Sekitar Musiduga ... 31

4.4.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ... 32

4.4.4.1Pengujian Model Regresi Logit ... 35

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 38

5.1 Gambaran Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang ... 38

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 39

5.3 Karakteristik Pengunjung ... 40

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 44

6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga Terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Alam ... 44

6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ... 46

6.3 Analisis Potensi dan Dampak Lingkungan Kegiatan Wisata Kawasan Musiduga... 50

6.3.1 Potensi Obyek Wisata Musiduga ... 50

6.3.2 Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga ... 54

6.3.2.1 Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga ... 54

6.3.2.2 Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga ... 55

6.3.3 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar ... 58

6.3.4 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar ... 62

6.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ... 64

6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ... 64

6.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih profesi ke Kegiatan Wisata ... 66

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

7.1 Kesimpulan ... 71

7.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 75

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata ... 18

2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay ... 18

3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ... 19

4 Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas ... 20

5 Matriks Analisis Data ... 26

6 Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga ... 39

7 Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga ... 43

8 Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam ... 45

9 Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ... 46

10 Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga ... 56

11 Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga ... 57

12 Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga ... 59

13 Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Musiduga ... 59

14 Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan Wisata Musiduga terhadap Pendapatan Total ... 61

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Jumlah Pengunjung Muaro Silokek Durian Gadang ... 5

2 Kerangka Alur Berpikir ... 23

3 Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ... 47

4 Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan Penambangan Emas Ilegal ... 49

5 Arung jeram Musiduga ... 50

6 Pasir Putih Musiduga ... 51

7 Ngalau Talago Musiduga ... 51

8 Ngalau seribu Musiduga ... 52

9 Air Terjun Palukahan ... 53

10 Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga... 53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan menyeluruh. Sebagai sebuah negara berkembang dengan kemampuan pembangunan masih berada dalam tahap factor-driven economy, yakni proses pembangunan yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, maka sudah seharusnya setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat dan kebijakan yang dibuat pemerintah memperhatikan keberlanjutan dari keberadaan sumberdaya tersebut.1

Saat ini, beberapa sektor perekonomian Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara optimal dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat adalah sektor pertanian, pariwisata, industri, dan pertambangan. Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang perkembangannya cukup signifikan, dimana hampir semua wilayah di Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat berguna dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan industri pariwisata yang berkomitmen untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan, membantu menciptakan lapangan pekerjaaan dimasa depan bagi masyarakat lokal, dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama dan layak secara

(14)

ekonomi.2 Oleh karena itu, apabila di suatu wilayah terdapat aktivitas ekonomi yang secara tidak langsung dapat dikategorikan merusak sumberdaya alam dan lingkungan (seperti penambangan ilegal, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan, dan lain-lain), sedangkan di sisi lain wilayah tersebut juga memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata, maka penerapan pariwisata yang ramah lingkungan dapat menjadi alternatif yang jauh lebih baik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan (Suwantoro 2002).

Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang banyak dilakukan oleh masyarakat selain pariwisata adalah sektor pertambangan. Beberapa wilayah di Indonesia memiliki potensi pertambangan, baik penambangan batu bara, batu besi, emas, dan lain-lain. Kegiatan penambangan tersebut dilakukan secara legal dan ilegal. Akan tetapi, mayoritas masyarakat melakukan kegiatan penambangan secara ilegal, terutama untuk penambangan skala kecil.3 Apabila hal ini terus berlangsung bisa berakibat kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang semakin parah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, guna meminimalkan kerusakan lingkungan dalam jangka panjang, maka kegiatan penambangan harus dilakukan secara legal dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Akan tetapi, saat ini masih banyak penambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu bentuk tambang yang banyak dikelola oleh masyarakat baik dalam skala besar

2 Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development). http://balisustain.blogspot.com/2010/08/pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011

3

(15)

maupun kecil adalah pertambangan emas. Kegiatan penambangan emas ilegal dan tidak sesuai prosedur akan menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya.

Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki cukup banyak potensi sumberdaya alam seperti keindahan alam yang memukau, berupa pantai-pantai yang indah, gunung-gunung yang mengitari sebagian besar wilayah Sumbar, air tejun, dan danau.4 Keindahan alam Sumbar tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai area wisata yang berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lokasi yang memiliki potensi tersebut adalah kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga). Potensi wisata pada kawasan Musiduga berupa obyek wisata alami dengan keberagaman dan keindahan panorama alam. Namun, kegiatan pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh pemerintah daerah dan masyarakat masih sedikit yang berusaha di bidang pariwisata tersebut. Di dalam kawasan wisata tersebut juga terdapat tambang emas yang dikelola oleh masyarakat secara ilegal. Saat ini masyarakat banyak yang menggantungkan hidup sebagai penambang emas ilegal. Kegiatan pariwisata dan penambangan emas ilegal akan berdampak pada perekonomian masyarakat dan lingkungan sekitar kawasan Musiduga. Oleh karena itu, agar pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan kerusakan minimum, maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga secara tepat.

4 Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata Unggulan?. http://padang

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak potensi sumberdaya alam, salah satunya adalah panorama alam. Saat ini sektor pariwisata di Sumbar belum terangkat secara optimal, sehingga dampaknya belum begitu dirasakan oleh masyarakat.5 Selain panorama alam, Sumbar juga memiliki sumberdaya pertambangan yang cukup signifikan, diantaranya batu bara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, manganase, emas, dan batu kapur (semen).6 Kegiatan tambang ini telah banyak dikelola oleh masyarakat. Akan tetapi di beberapa wilayah di Sumbar, kegiatan penambangan banyak dilakukan oleh masyarakat secara ilegal, terutama penambangan emas dan batu bara.

Kawasan Musiduga merupakan kawasan di Sumatera Barat yang memiliki potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat Musiduga memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam tersebut dimanfaatkan masyarakat dengan bekerja pada sektor pertanian, penambangan emas, dan pariwisata. Ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam apabila pengelolaan dan pemanfaatannya tidak bijaksana dapat membahayakan keberlanjutan sumberdaya alam tersebut seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, serta kelangsungan hidup manusia (Fauzi 2004). Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam di Musiduga dan seperti apa pemanfaatannya agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan sumberdaya alam itu sendiri.

5Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum

Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belu m+Tergarap&dn=20080426231618. Diakses: 31 Desember 2010.

(17)

Adanya kegiatan penambangan emas di kawasan Musiduga telah menjadi sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat. Penambangan emas di kawasan Musiduga dilakukan secara ilegal atau sering disebut PETI (Penambangan Emas Tanpa Ijin). PETI di kawasan Musiduga dapat ditemukan di Sungai Kuantan-Musiduga dan telah memberikan pemasukan ekonomi bagi masyarakat dalam jangka waktu yang singkat. Namun, kegiatan ini juga berpeluang besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya yang sulit untuk direhabilitasi. Meskipun penambangan emas yang dilakukan di Sungai Kuantan termasuk penambangan berskala kecil, akan tetapi kemungkinan dampaknya dapat berskala besar. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi seperti pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan identifikasi persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal.

Sementara itu, potensi wisata yang dimiliki oleh Musiduga telah menarik pengunjung untuk datang dan melakukan aktivitas wisata di tempat tersebut. Semenjak pertama kali didirikan pada tahun 2007 jumlah pengunjung Musiduga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1:

Sumber: Wali Nagari Silokek dan Durian Gadang (2010)

Gambar 1. Jumlah Pengunjung Kawasan Wisata Muaro Silokek Durian Gadang

2496

4992

12336

0 5000 10000 15000

2008 2009 2010

(18)

Peningkatan jumlah pengunjung Musiduga menunjukkan adanya minat lebih masyarakat terhadap obyek wisata yang ada di kawasan ini. Peningkatan pengunjung pada tahun 2010 cukup signifikan dibanding pada tahun 2008 dan 2009 disebabkan pada tahun 2010 aksesibiltas menuju kawasan wisata Musiduga telah diperbaiki sehingga mempermudah pengunjung untuk mencapai lokasi wisata. Selain itu, adanya fasilitas dan sarana prasarana yang disediakan Pemerintah Daerah meskipun jumlahnya belum banyak juga menyebabkan peningkatan pengunjung yang berkunjung ke tempat wisata Musiduga. Adanya peningkatan pengunjung juga memperlihatkan bahwa kawasan Musiduga memiliki potensi untuk dikembangkan. Agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka waktu yang panjang oleh semua pihak, maka pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan wisata Musiduga harus dioptimalkan secara berkelanjutan tanpa mengorbankan sumberdaya dan lingkungan yang ada.

Keindahan panorama alam serta wahana wisata pada kawasan ini memberikan kenyamanan, kenikmatan, dan kepuasan bagi pengunjung. Daya tarik wisata yang disuguhkan meliputi Ngalau (goa) Seribu, Ngalau Talago, pasir putih, dan air terjun. Selain itu, wisata minat khusus arung jeram dan panjat tebing juga dapat dilakukan di kawasan ini.7 Potensi pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan masih sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan

7

(19)

anggaran Pemerintah Daerah untuk kawasan wisata Musiduga dan belum ditetapkannya tarif masuk bagi pengunjung ke Musiduga. Oleh karena itu penetapan tarif masuk ke tempat wisata diperlukan guna meningkatkan fasilitas yang ada di Musiduga, menjaga kestabilan sumberdaya alam dan lingkungan, dan untuk kedepannya dapat menjadi salah satu cara dalam membatasi jumlah kunjungan agar tidak terjadi over carrying capacity.

Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan tersebut. Adanya kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata dapat memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata.

Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dapat menjadi alternatif untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak sumberdaya alam. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu:

(20)

2. Sebagian masyarakat ada yang melakukan penambangan emas ilegal di kawasan Musiduga, kegiatan tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh karena itu, perlu diteliti sejauh mana tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal berdasarkan persepsi multistakeholder?

3. Bagaimana potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga?

4. Bagaimana kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya.

2. Mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal oleh masyarakat.

3. Menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga.

4. Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

1.4 Manfaat Penelitian

(21)

mendukung kegiatan pariwisata guna meningkatkan dan mengembangkan potensi wisatanya. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk mengenal dan menggali lebih lagi mengenai konsep pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ramah lingkungan agar pemanfaatannya berkelanjutan, sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktek dari berbagai teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia, sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2004) .

(23)

2.2 Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata

Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.

Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti (2003) mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai kekhasan yaitu:

1. Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun, kawah, sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk lintas alam

2. Biologis : Keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna 3. Historis : Keanekaragaman peninggalan sejarah

4. Scientist : Untuk penelitian ilmu pengetahuan

Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu obyek pariwisata yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa: 1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada

(24)

2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan, dan dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat budaya, dan perayaan-perayaan tradisional.

UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas:

a) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

b) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Cooper et al. (1998), terdapat beberapa komponen obyek wisata yaitu: 1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang

merupakan alasan utama kunjungan.

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata.

3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan setempat.

4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan daerah tujuan wisata.

(25)

Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk menyaksikan harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monument, dan lain-lain (Yoeti 1997).

2.3 Pariwisata

Menurut Yoeti (2006) prinsip dari sebuah perjalanan dikatakan sebagai kegiatan pariwisata adalah perjalanan tersebut dilakukan untuk bersenang-senang. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. Sementara itu menurut Wahab (1992) pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.

(26)

dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata.

2.4 Wisata Alam

Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia (1989), wisata alam merupakan perjalanan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya sebagai obyek tujuan wisata. Suwantoro (2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Adanya potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya, bahasa, latar belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya tarik dari obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

2.5 Dampak Ekonomi Wisata

(27)

perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Lebih lanjut Yoeti menyatakan industri pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan muda usia serta menyebarkan peluang kesempatan peluang kerja, baik dalam lingkup regional, nasional, maupun internasional. Selain itu, Vanhove (2005) juga mengemukan bahwa dampak ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan, peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata.

2.6 Pertambangan Emas

Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya tidak dapat diperbarui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible) (Fauzi 2004).

Menurut Ngadiran et al (2002), emas merupakan salah satu bahan galian yang menjadi perioritas sebagai sumber penghasilan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan dalam pengelolaannya seperti :

(28)

2. Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin. Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya sangat terbatas. Para penambang sering sekali hutang karena tidak ada bank yang mau memberi kredit.

3. Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara tradisonal dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan.

Selanjutnya Ngadiran et al (2002) menyatakan bahwa dampak positif dari penambangan emas mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat. Selain itu juga berdampak negatif seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, termasuk merusak manusia. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh.

2.7 Konsep Wilingness to Pay

(29)

2.8 Konsep Keberlanjutan

Menurut Komisi Brundtland dalam Fauzi (2004) pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:

1. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintah dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produk pertanian industri.

2. Keberlanjutan lingkungan: sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan.

3. Keberlanjutan sosial: sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

2.9 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang identifikasi potensi wisata, penelitian menggunakan WTP, penelitian terhadap dampak ekonomi wisata, dan penelitian terhadap dampak pertambangan emas.

2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata

(30)
[image:30.595.89.516.61.827.2]

Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Rimbawanti, A Studi Potensi Alam

dan Konsep

Pengembangannya di Areal HTI PT. Finnantara Intiga Distrik 1 Mengkiang Unit Sanggau Kec. Kapuas Kab. Sanggau Prop. Kalimantan Barat

Potensi wisata pada kawasan ini berupa: (1) Daya tarik fisik berupa kawasan hutan

tanaman alam Plomas dengan air terjun Plomas dan Batu Mas, air terjun riam Penarik, air terjun Riam Jelipa, air terjun Sedamar, dan aliran sungai Sekayam. (2) Daya tarik sosial: kawasan penelitian

Makam Raja Sanggau, Kebudayaan Dayak dan kebudayaan.

(3) Daya tarik biologis : keragaman flora dan fauna pada kawasan tersebut.

2 Siswanto, H Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata serta Alternatif Perencanaan Paket Wisata di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi

Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Merangin terdiri dari obyek wisata alam, buatan, dan budaya. Pada obyek wisata berbentuk darat (alam) memiliki daya tarik wisata paling tinggi adalah teluk, obyek wisata buatan yang memiliki daya tarik paling tinggi adalah Dam, sedangkan untuk obyek wisata gua adalah gua Singering, pada obyek wisata danau adalah Pauh.

2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay

Penelitian menggunakan konsep WTP telah dilakukan oleh Buckley, et al (2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Buckley, et al (2008)

Recreational Demand For Form

Commonage In

Irland: A

Contingent Valuation Assesment

Penelitian ini mengukur besarnya WTP pengunjung terhadap akses publik dan pengembangan trek pada lahan pertanian bersama yang digunakan sebagai saarana rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi dan dataran rendah di Irlandia Barat. Berdasarkan penelitian tersebut 54% sampel dari dataran rendah dan 44% pada dataran tinggi memberikan WTP yang positif terhadap scenario implementation yang ditawarkan. Permintaan akan skenario yang ditawarkan pada dataran rendah memiliki preferensi yang lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP

yang diperoleh sebesar € 12.22 jika dibandingkan dengan € 9.08 yang merupakan

median WTP pada area dataran tinggi. 2 Firandari,T Analisis

Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan

(31)

2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata

[image:31.595.87.507.142.768.2]

Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani (2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Suasani, P.S Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi

Pengelolaan

Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat Sekitar.

Adanya KWC memberikan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar yaitu pekerja wisata yang terdiri dari guide meningkat pendapatannya sebesar 59,5%, petugas kebersihan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga, petugas keamanan meningkat pendapatannya sebesar 38,2%, petugas makanan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi kayu mengalami peningkatan sebesar 22,71% dan petani buah-buahan meningkat pendapatannya sebesar 45,4%. Pengrajin anyaman bambu mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga sedangkan pengrajin obor meningkat pendapatannya sebesar 260%, untuk pedagang makanan mengalami peningkatan pendapatan sebesar 17,1% dan pedagang cinderamata mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. 2 Firandari, T Analisis Permintaan

dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan

Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Pekerja wisata yang terdiri dari petugas kebersihan dan petugas maintenance masing-masing mengalami peningkatan pendapatan sebesar Rp 300.000 dan Rp 483.333 per bulan. Selain pekerja wisata peningkatan pendapatan juga dialami oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai pedagang makanan yaitu sebesar Rp 900.000 dan tukang ojek sebesar Rp 340.000 serta tukang parkir sebesar Rp1.500.000.

2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas

(32)
[image:32.595.78.526.80.814.2]

Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Kardina, D. S. L.

Analisi Kesediaan Membayar Biaya Remediasi

Masyarakat

Pertambangan Emas Tanpa Ijin terhadap Pencemaran Sungai Cikaniki di Kabupaten Bogor

Sungai Cikaniki yang berada di wilayah Kecamatan Nanggung, telah tercemar akibat proses pengolahan limbah merkuri yang tidak ramah lingkungan, yang dilakukan oleh Peti emas.

2 Siallagan, M.B Analisis Buangan Berbahaya

Pertambangan Emas di Gunung Pongkor

Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil tidak memenuhi prosedur yang benar, karena mereka menggunakan bahan kimia berbahaya dalam melakukan proses pengolahan bijih emas yang mereka peroleh dengan cara menambang secara liar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut mereka tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara benar, mereka hanya menampung limbah tersebut atau membuangnya ke tanah kosong, sawah, selokan dan sungai, atau sekedar menjadikannya bentengan di halaman rumah mereka.

2.9.5 Perbaruan (novelty) dari Penelitian

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kawasan Musiduga merupakan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut memperlihatkan adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam. Menurut Fauzi (2004), apabila suatu wilayah hanya bergantung pada pemanfaatan sumberdaya alam secara langsung, maka akan mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya alam tersebut, dan keberlanjutannya akan terancam jika pemanfaatan dan pengelolaannya buruk (tidak bijaksana) yang dapat membahayakan manusia dan sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan seperti apa pemanfaatannya.

Pada sektor pertambangan, masyarakat melakukan kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Kegiatan tersebut telah berkontribusi nyata terhadap perekonomian masyarakat. Meskipun manfaatnya secara nyata dirasakan oleh masyarakat dalam waktu singkat, penambangan emas berpeluang besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. Besarnya dampak negatif yang muncul akibat pengelolaan dapat mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan identifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di Musiduga.

(34)

dapat dilihat dengan masih terbatasnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan keterbatasan anggaran Pemerintah Daerah dan belum ditetapkannya tarif masuk kawasan wisata Musiduga.

Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan ini. Kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata memberikan dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan wisata Musiduga.

(35)
[image:35.595.49.532.73.776.2]

Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir

Kegiatan pertambangan emas Kegiatan wisata

Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di Musiduga

Pengelolaan ilegal Pendapatan masyarakat Potensi kerusakan lingkungan Potensi wisata Pengelolaan belum optimal Belum ada peneta-pan tarif Potensi kerusakan lingkungan Dampak ekonomi masyarakat sekitar WTP pengunjung Atraksi wisata yang diminati pengunjung Penetapan tarif masuk Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas

beralih profesi ke kegiatan wisata

Pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat Musiduga

(36)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian Silokek, dan Kenagarian Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat potensi wisata, namun di dalam daerah ini juga terdapat kegiatan penambangan emas ilegal yang berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011.

4.2 Jenis dan Sumber data

(37)

4.3 Metode Pengambilan Sample

Pada penelitian ini responden berasal dari pengunjung yang berkunjung ke obyek wisata Musiduga, masyarakat sekitar Musiduga, penambang emas, dan instansi terkait. Metode pengambilan sample dilakukan dengan purposive sampling, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara sengaja sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki yang sesuai dengan kriteria penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu. Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara.

Banyaknya sample pengunjung dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla 1993) yaitu:

(38)

sebagai penambang emas di kawasan Musiduga. Pengambilan sample pada 50 responden masyarakat Musiduga dan 50 responden penambang emas diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih representatif. Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan (key person), yaitu kepada dua orang dari Dinas Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kepala Bidang (Kabid) Kepariwisataan dan satu orang staff bidang kepariwisataan, dua orang dari Dinas pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kabid Pertambangan Umum dan satu orang staff Pertambangan Umum, dua orang dari KLH, dan Wali Nagari di desa Musiduga.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

[image:38.595.88.514.37.811.2]

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab 14 for windows. Pada Tabel 5 akan diuraikan matriks analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.

Tabel 5. Matriks Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data

1. Mengetahui tingkat

ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap

pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya

.

Data sekunder: - Monografi Desa Data primer:

- Wawancara dengan masyarakat melalui kuesioner

- wawancara mendalam kapada aparat desa di kawasan Musiduga

- Inventarisasi jenis pekerjaan masyarakat Musiduga - Persentase

pendapatan masyarakat yang berasal dari

pemanfaatan sumberdaya alam 2. Mengidentifikasi persepsi

stakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal

Data primer:

- Wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden baik yang bekerja sebagai penambang

(39)

emas maupun yang tidak

- Wawancara secara mendalam pada key person seperti: Dinas Parsenibudpora dan Dinas Pertambangan dan Energi, Aparat Desa, KLH

3. Menganalisis potensi dan dampak kegiatan wisata di Musiduga:

- Menganalisis nilai WTP pengunjung terhadap penetapan tarif di kawasan Musiduga

- Menganalisis dampak ekonomi dari kawasan wisata Musiduga bagi masyarakat sekitar. - Menganalisis dampak

lingkungan dari kegiatan wisata alam.

Data Primer:

- Wawancara dengan pengunjung melaui kuesioner

Data primer:

- Wawancara dengan masyarakat melaui kuesioner Data primer: Wawancara mendalam dengan Dinas Parsenibudpora

- Wilingness To Pay untuk penetapan tarif dan atraksi wisata yang diminati - Analisis Perubahan Pendapatan dan pekerjaan - Analisis Deskriptif

4. Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata

Data Primer:

- Wawancara dengan penambang emas melalui kuesioner - Wawancara kepada

Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas parsenibudpora, KLH,Wali Nagari

- Analisis Deskriptif - Model Regresi

Logit

4.4.1 Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pemenuhan Kebutuhannya

(40)

Analisis mengenai besarnya persentasi pendapatan yang diterima oleh masyarakat dengan adanya kawasan Musiduga digunakan untuk mengetahui apakah pendapatan yang diterima oleh masyarakat dengan adanya pemanfaatan sumberdaya alam Musiduga merupakan usaha pokok, cabang usaha, atau hanya sebagai penghasilan tambahan bagi mereka. Menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) menjelaskan persentase pendapatan seseorang dan membaginya menjadi tiga tipologi usaha berdasarkan share pendapatan yaitu: (1) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30% (<30%) disebut sebagai usaha sambilan, (2) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30 sampai 70% (30-70%) disebut sebagai cabang usaha, (3) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan lebih dari 70 sampai 100% (70,1-100%) disebut sebagai usaha pokok. Perhitungan persentase pendapatan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan SDA secara langsung terhadap total pendapatan adalah:

...(4.1) dimana:

%IMM = Persentase pendapatan masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam ISDA = Pendapatan rata-rata masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam

ITotal = Pendapatan total masyarakat

4.4.2 Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal

(41)

deskriptif. Responden diberi pilihan mengenai ada tidaknya kerusakan lingkungan akibat penambangan emas berupa polusi air, udara, suara, struktur tanah rusak, mempengaruhi kehidupan biota, dan mempengaruhi kesehatan. Analisis ini diharapkan menghasilkan persepsi multipihak (masyarakat, penambang emas, dan instansi terkait) terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat adanya kegiatan tambang emas tersebut.

4.4.3 Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata di Kawasan Musiduga

Keberadaan kawasan wisata Musiduga memiliki potensi yang dapat dianalisis seperti potensi obyek wisata alam dan dampak ekonomi lingkungan dari kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Analisis pada penelitian ini yaitu analisis nilai WTP pengunjung dalam penetapan tarif masuk kawasan Musiduga, dampak ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar, dan analisis dampak kegiatan wisata terhadap lingkugan sekitar Musiduga.

4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapan Tarif Masuk Kawasan Musiduga

(42)

sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemerintah Daerah berencana mengadakan penetapan tarif masuk kawasan wisata. Seluruh responden diberi informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotesis yang dimaksud.

Setelah membuat pasar hipotetik, guna mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan survey ke pengunjung. Tujuan dari survey ini adalah memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap pengunjung adalah menggunakan teknik pertanyaan tertutup atau close-ended question yaitu teknik bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai dengan jawaban-jawaban untuk dipilih (Mubyarto dan Suratno 1981). Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai rata WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash 1993):

= ...(4.2) Dimana :

= Dugaan rataan WTP (Rp)

Wi = Nilai WTP ke-i (Rp) n = Jumlah responden (orang)

(43)

4.4.3.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi Masyarakat Sekitar

Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar dianalisis dengan mengkaji kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat dari adanya kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Kontribusi tersebut dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata masyarakat berdasarkan kelompok pekerjaan. Perhitungan pendapatan rata-rata dihitung dengan rumus sebagai berikut:

...(4.3)

dimana: IM = Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan rata-rata responden masyarakat

ITM = Pendapatan total responden masyarakat

IT = Pendapatan rata-rata responden masyarakat di luar sektor wisata Musiduga

Tujuan dari analisis yang dilakukan terhadap pendapatan masyarakat di sektor wisata adalah untuk melihat proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sebagai pekerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolaan kawasan wisata Musiduga. Berdasarkan proporsi pendapatan tersebut dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan usaha pokok, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan. Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari Musiduga tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

...(4.4)

(44)

IM = Pendapatan rata-rata responden masyarakat dari kegiatan wisata Musiduga

ITM = Pendapatan total responden masyarakat Musiduga

4.4.3.3 Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan Sekitar Musiduga

Penelitian untuk mengetahui apakah pemanfaatan sumberdaya untuk kegiatan wisata memberikan dampak terhadap lingkungannya dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden (kuesioner) yaitu pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas Parsenibudpora, KLH, dan Wali Nagari. Adapun indikator yang ditanyakan kepada responden tentang dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan sekitar yaitu menambah keindahan pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, membuat segar udara sekitar, dan menimbulkan sampah. Analisis ini diharapkan menghasilkan persepsi multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait) terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat adanya kegiatan wisata.

4.4.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke kegiatan Wisata

Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata dengan wawancara kepada penambang emas dan melalui wawancara secara mendalam kepada Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Parsenibudpora, dan KLH. Selanjutnya, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke wisata digunakan model regresi logistik; Bentuk umum model logit adalah:

(45)

Dalam kasus penelitian ini, nilai biner diberikan kepada variabel dependen yaitu keinginan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata.

Nilai “0” untuk penambang emas yang tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1”

untuk penambang emas yang bersedia beralih profesi. Guna menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata menggunakan model regresi logit dengan menduga variabel penjelas (independent) seperti jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama menambang emas, pendapatan per bulan, pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan, dan penyuluhan dari Pemerintah Daerah.

Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk beralih mata pencaharian dari pertambangan emas ke sektor wisata, maka digunakan model sebagai berikut :

Z = β0 - 1JTK+ 2PNDDKN- 3LME- 4PNDPTN+ 5PDJPPEI+ 6PNYLH+ εi

Dimana :

Z = Kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata, nilai “0” untuk penambang emas yang tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang bersedia beralih profesi.

β0 = Intersep

1... 6 = koefisisien regresi.

JTK = Jumlah tanggungan keluarga (orang).

PNDDKN = Tingkat pendidikan (bernilai 1 jika ”SD”, bernilai 2 jika ”SMP”,

bernilai 3 jika ”SMU”, bernilai 4 jika ”D1/D3” bernilai 5 jika ”S1”, bernilai 6 jika ”S2/S3).

LME = Lama menambang emas (tahun). PNDPTN = Pendapatan per bulan (rupiah).

PDJPPEI = Pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan: ”0” tidak tahu, ”1” tahu.

PNYLH = Penyuluhan dari Pemerintah Daerah: ”0” tidak ada penyuluhan, ”1” ada penyuluhan.

(46)

Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapangan. Menurut Pangesti (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau program dikelompokkan dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor internal: mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 2. Faktor eksternal: merupakan faktor diluar karakteristik individu.

Pada penelitian ini faktor internal yang diteliti terbatas pada hal-hal berikut: jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama menambang emas, pendapatan, dan pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan emas ilegal, sedangkan faktor eksternal berupa penyuluhan dari Pemerintah Daerah.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata, yang dinyatakan dalam besaran jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Jumlah tanggungan keluarga diduga bernilai negatif. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung akan menyebabkan semakin sedikit kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga akan mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

(47)

ilegal ke kegiatan wisata. Tingkat pendidikan diduga bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan penambang emas semakin mudah untuk memahami tentang lingkungan. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

Pada penelitian ini, lama menambang emas diduga bernilai negatif. Semakin lama penambang emas berprofesi sebagai pekerja diduga akan semakin kecil kemauan penambang emas tersebut untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

Faktor selanjutnya yang diduga berpengaruh adalah pendapatan. Menurut Sukirno (1985) menyatakan bahwa besarnya pendapatan berhubungan dengan kemampuan membiayai kebutuhan hidup. Tingkat pendapatan diduga bernilai negatif. Semakin tinggi pendapatan penambang emas maka diduga semakin kecil kemauan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

Menurut Kurniawan (2008) adanya pengetahuan terhadap manfaat dari suatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Pada penelitian ini, pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan emas ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan diduga bernilai positif. Semakin penambang emas mengetahui dan memahami tentang dampak jangka panjang penambangan emas ilegal akan mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

(48)

4.4.4.1 Pengujian Model Regresi Logit

Pengujian signifikansi model dan parameter dalam analisis regresi logistik diuraikan sebagai berikut:

Uji Likelihood Ratio

Uji Likelihood Ratio dalam uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR (H0 benar). Fungsi kemungkinan tersebut adalah (Juanda 2009):

Dengan hipotesis:

H0 :

1= 2 = …. = k

H1 : minimal j#0, untuk j= 1,2,3...k

Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan) jika dan

jika statistik G > X2α (k-1) dan jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada #0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau memprediksikan pilihan individu pengamatan.

Uji Signifikansi Tiap Parameter (uji Wald)

Untuk menguji faktor mana ( j#0) yang berpengaruh terhadap pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini, uji signifikasi dari koefisian secara parsial dapat dilakukan dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau uji Z dalam regresi linear biasa (Juanda 2009). Hipotesisnya adalah:

(49)

Statistik uji yang digunakan adalah Wj = j / SE ( j) ; j = 0,1,....p

Dimana : i = vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X) SE ( i) = Galat kesalahan dari i

Odd Ratio

Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis dapat dituliskan (Juanda 2009):

Dimana:

(50)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang

Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung,

Sumatera Barat. Kawasan ini memiliki luas  41.158 hektar dengan keadaan daerah sebagian besar adalah pegunungan , perbukitan, dan dialiri Sungai Kuantan dan beberapa sungai kecil. Batas fisik kawasan wisata Musiduga yaitu sebelah utara dan timur berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Air Hangat, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumpur Kudus. Pengelolaan kawasan Wisata Musiduga berada di bawah Dinas Pariwisata Seni Budaya dan Olah Raga (Parsenibudpora) dan bekerja sama dengan Wali Nagari (kepala Desa) Muaro, Silokek, dan Durian Gadang.

(51)

Kawasan wisata Musiduga biasanya ramai dikunjungi oleh para wisatawan pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Pada saat ada kegiatan seperti sepak bola, voli, sepak takrau, dan seni budaya pada obyek wisata di hamparan pasir putih maka kawasan ini akan banyak dikunjungi wisatawan sehingga kegiatan tersebut perlu diadakan secara berkala.

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Menurut data dari Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (tahun 2010), terdapat 8 jorong (setingkat RT) yaitu satu jorong di Nagari Muaro, dua jorong di Nagari Silokek, dan lima jorong di Nagari Durian Gadang dengan jumlah penduduk 4.113 orang. Penduduk desa sekitar kawasan wisata Musiduga seluruhnya memeluk agama islam. Mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani, pekerja tambang (penambang dan buruh tambang), buruh bangunan, pedagang, pegawai negeri, jasa, pekerja wisata serta sebagian kecil sebagai TNI/POLRI.

Tabel 6. Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga

Mata Pencaharian Masyarakat

Nagari Muaro

Nagari Silokek

Nagari Durian Gadang

Jumlah Persentase (%)

Petani 18 500 698 1.216 57,17

Pekerja Tambang 31 59 498 588 27,64

Buruh Bangunan - - 35 35 1,65

Pedagang - 177 - 177 8,32

Pegawai Negeri 7 9 - 16 0,75

Jasa - - 85 85 4

Pekerja Wisata - 5 3 8 0,37

TNI/POLRI - 2 - 2 0,09

Total 56 752 1.319 2.127 100

Sumber: Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (2009)

[image:51.595.87.514.36.827.2]
(52)

pertambangan, dan pariwisata. Pada sektor pertanian masyarakat bekerja sebagai petani musiman yang tergantung cuaca. Keadaan ekonomi masyarakat pada sektor pertanian tergolong pada tingkat menengah kebawah dilihat dari kepemilikan lahan dan modal usaha. Pada sektor pertambangan masyarakat bekerja sebagai penambang emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Hasil penambangan ini telah memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, pada sektor wisata masyarakat memanfaatkan potensi sumberdaya alam berupa panorama yang belum optimal dikembangkan oleh pemerintah daerah. Masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit dibandingkan sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor wisata harus lebih dikembangkan secara optimal.

5.3 Karakteristik Pengunjung

Pengunjung yang datang ke kawasan wisata Musiduga berasal dari berbagai elemen, mulai dari masyarakat biasa, mahasiswa, dan lembaga pemerintah. Jumlah pengunjung yang datang paling banyak adalah pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur Nasional.

(53)

Tingkat usia pengunjung dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu kelompok responden dengan kategori usia kurang dari 20 tahun sebanyak 24%. Kategori kedua berumur 20 sampai 29 tahun yaitu sebanyak 60%, kategori ketiga berumur 30 sampai 39 tahun sebanyak 11%, dan responden dengan umur 40 sampai 49 tahun sebanyak 5%. Pengunjung kawasan wisata Musiduga diominasi oleh pengunjung yang berumur 20-29 tahun, hal ini memperlihatkan bahwa wisata Musiduga diminati oleh kalangan muda. Pengunjung yang berusia 20-29 tahun tersebut cenderung belum menikah dan menyukai atraksi wisata tantangan seperti arung jeram, atau hanya menikmati indahnya air terjun dan pasir putih bersama pasangannya.

Status pernikahan pengunjung secara tidak langsung didukung oleh perbandingan tingkat usia, sebagaimana telah dibahas di atas. Berdasarkan hasil survey, didapat sebanyak 83% responden belum menikah dan 17% responden sudah menikah. Delapan puluh tiga persen belum menikah karena rentang usia pengunjung mayoritas pada rentangan 20-29 tahun.

Tingkat pendidikan responden (berdasarkan pendidikan formal terakhir yang telah dijalani) cukup bervariasi. Sebanyak 63% pengunjung pendidikan terakhirnya adalah SMA, 29% pengunjung pendidikan terakhirnya adalah SMP, lulusan S1 sebanyak 5%, dan 3% responden berpendidikan terakhir SD. Data tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas pengunjung yang datang ke kawasan wisata Musiduga memiliki pendidikan terakhir SMA dan usianya kurang dari 30 tahun.

(54)

pegawai swasta dan wirausaha, 10% berprofesi sebagai TNI, dan 6% berprofesi sebagai PNS. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung kawasan wisata Musiduga belum bekerja.

Variasi usia dan jenis pekerjaan menyebabkan tingkat pendapatan juga bervariasi. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran kurang dari Rp. 1.000.000 yaitu sebesar 58%. Hal ini didukung oleh usia responden kurang dari 30 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki pekerjaan karena masih pelajar/mahasiswa.

(55)
[image:55.595.57.517.58.817.2]

Tabel 7. Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga

Karakteristik Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 68

Perempuan 32

Gambar

Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata
Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata
Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas
Gambar 2.  Kerangka Alur Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan LKPD hanya sebatas pada tahap pengembangan (develop). 2) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Mata Pelajaran Akuntansi Perbankan Syariah Sebagai

Adapun simpulan peneliti terkait hasil penelitian pengembangan serta pembahasan ialah: 1) hasil dari pengembangan buku ajar pada mata pelajaran korespondensi

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa variabel variabel independen variasi produk, harga, kualitas pelayanan, dan jarak lokasi memiliki nilai signifikan lebih

Optimasi produksi enzim selulase yang dihasilkan oleh isolat PMP 0126w diperoleh aktivitas selulase tertinggi pada hari ketiga waktu fermentasi yaitu sebesar 0,074 U/mL

• Perilaku dokter adalah bertemu secara teratur dengan keluarga pasien dan berusaha merubah dinamika keluarga peraturan-peraturan yang tak tertulis dalam keluarga tersebut

Sebagai pokok persoalan pembangunan konsep insan spiritual maju, pemilihan tafsir dan ayat tentang jiwa dalam perspektif Thabataba ’ i, merupakan konsekuensi langsung dari

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS terhadap stigma masyarakat pada ODHA di Dusun Sawahan Nogotirto Gamping

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa karakteristik berdasarkan kadar air total dan kapasitas adsorpsi air pada silika gel hasil sintesis yang paling mirip dengan kiesel