• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Berkualitas Bag

Dalam dokumen model penyiapan benih (Halaman 48-56)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

9. Rejang Lebong

2.4. Meningkatkan Berkualitas Bag

I dentifikasi kap eksisting kelembagaa yang sesuai dengan (aturan main), tuju lingkungan (alam, sosia

Kelompoktani T pelaksanaan aktifitas konsekuensi atau san kriteria keanggotaan kegiatan yang dilaksa banyak berdasarkan kelompok telah memi

ketersediaan benih dengan jadual tanam petan ususnya untuk Musim Hujan Oktober-Maret 2 faktor pendorong keberhasilan distribusi ben i tersedianya benih bersertifikat juga mendor n produk tersebut secara cepat karena terbatasn

an Kapasitas Kelembagaan Penyedia B Bagi Petani Pengguna di Provinsi Bengku

apasitas kelembagaan dilakukan untuk men aan calon penangkar untuk mendapatkan p n kebutuhan. I dentifikasi dilakukan pada unsu ujuan, partisipan (sumberdaya manusia), sosial, ekonomi).

i Tunas Harapan belum memiliki aturan main itas kelompok seperti hak dan kewajiban sanksi. Kelompok terbentuk atas kesepakatan b

an memiliki lokasi/ lahan sawah dan sang ksanakan oleh kelompok. Perekrutan anggot n kedekatan emosional dan kekerabatan. N miliki struktur kelompok seperti Gambar 2.

tani di Kecamatan t 2015/ 2016 juga enih. Penyebaran dorong konsumen tasnya persediaan a Benih Unggul kulu engetahui kondisi pola pembinaan nsur kelembagaan , teknologi, dan

ain tertulis dalam n anggota serta bersama dengan nggup mengikuti gota masih lebih Namun demikian

Struktur kelompok telah memiliki bidang-bidang yang melaksanakan tugas tertentu walau dalam aplikasinya bidang-bidang ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Rapat anggota merupakan sarana pengambilan keputusan tertinggi dalam kelembagaan. Namun demikian tidak ada periode waktu untuk pelaksanaan rapat anggota. Pertemuan kelompok pun hanya dilakukan apabila ada permintaan kegiatan pertemuan dari mitra kerjasama atau akan membahas permasalahan yang sangat penting. Hal ini mengakibatkan pertemuan kelompok hanya bersifai insidentil saja.

Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh serangkaian aktivitas individu, kelompok atau organisasi (Zakaria, 2009). Tujuan kegiatan perbenihan yang dilakukan oleh calon penangkar sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Jika ada petani lain yang tertarik untuk membudidayakan padi yang mereka tanam tersebut maka akan dilakukan pertukaran (barter) antara satu kaleng gabah kering giling dengan setengah kaleng beras. Bila dilaksanakan dalam skala yang lebih luas biasanya petani penangkar hanya melakukan penangkaran apabila ada program dari pemerintah dan maupun pihak swasta melalui program kemitraan.

Perbenihan belum menjadi komoditas agribisnis yang diminati oleh sebagian besar petani, dikaitkan dengan prosesing yang rumit, tingginya resiko, lambatnya cash flow (prosesing dan pemasaran benih yang memerlukan waktu lebih panjang dari pada dijual dalam bentuk gabah atau beras). Kondisi ini menunjukkan bahwa penangkaran mandiri belum berjalan. Harga, pemasaran, keterbatasan sarana dan prasarana serta modal menjadi alasan utama bagi petani penangkar.

Anggota kelompok tani Tunas Harapan berjumlah 22 orang dengan karakteristik seperti terlihat pada Tabel 13. Jumlah anggota ini tergolong ideal karena dari hasil penelitian jumlah anggota kelompok tani yang ideal adalah 20-40 orang (Wahyuni dan Hendayana, 2001). Dari jumlah yang ada, anggota yang aktif dalam pertemuan-pertemuan kelompok hanya berkisar 40-50%.

Rata-rata umur anggota adalah 38,96 tahun dengan kisaran 24-55 tahun. Menurut Mardikanto (1993), umur akan berpengaruh kepada tingkat kematangan dan kapasitas belajar seseorang. Kapasitas belajar seseorang umumnya berkembang cepat sampai usia 20 tahun dan semakin berkurang hingga puncaknya sampai dengan umur berkisar 50 tahun.

Sebagian besar anggota hanya menamatkan Sekolah Dasar dan memiliki lahan rata-rata seluas 0,61 hektar dengan kisaran luas 0,25 – 1,75 hektar. Status kepemilikan lahan anggota terbagi menjadi 3 yaitu milik sendiri, penyewa dan penggarap. Status tersebut merupakan salah satu penyebab petani sulit untuk mengambil keputusan dalam kegiatan usahatani, yang akhirnya mempengaruhi keikutsertaannya dalam anggota kelompok dan adopsi teknologi (Wahyuni, 2003)

Tabel 13. Karakteristik Anggota Kelompoktani Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma Tahun 2015 No. Karakteristik Petani Kelompok Jumlah (orang) %

1. Umur 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 6 8 6 2 27,27 36,36 27,27 9,01 Jumlah 22 100,00 2. Pendidikan SD SMP SMA Sarjana 12 3 6 1 54,54 13,63 27,27 4,54 Jumlah 22 100,00 3. Luas lahan 0,1 – 1,0 1,1 – 2,0 21 1 95,45 4,54 Jumlah 22 100,00

Sumber: Data primer diolah, 2015

Penerapan teknologi budidaya dalam usahatani padi telah mengaplikasikan sebagian teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) seperti persemaian yang luas, sistem tanam jajar legowo (4: 1 maupun 2: 1), umur bibit muda (< 21 hari setelah semai) dan jumlah bibit 1-3 per lubang tanam. Namun dalam teknologi prosesing benih masih dilakukan secara sederhana tanpa pendampingan dari pihak BPSBTPH. Prosesing benih tidak memperhatikan standar mutu kelayakan benih seperti kadar air, kotoran benih, benih varietas lain dan lainnya.

kemampuan untuk memproduksi benih hingga tingkat lapangan, selanjutnya akan mengalami kesulitan dalam prosesing, khususnya dalam pengeringan mengingat minimnya sarana dan peralatan yang dimiliki (terpal, lantai jemur maupun alat pengering lainnya) dan tingginya intensitas curah hujan.

Menurut Dimyati ( 2007), permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di I ndonesia adalah: 1) masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran, 2) belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas pet ani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm), 3) peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Pembinaan aspek kelembagaan harus dilakukan secara kontinyu dan terstruktur agar kelembagaan yang kuat dapat terwujud. Pembinaan yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan calon penangkar setelah mengidentifikasi kelembagaan eksisting antara lain:

I nisiasi aturan main kelembagaan untuk pencapaian tujuan

Yustika (2006) mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan main (rules of the games) dalam masyarakat. Sebagai aturan main, kelembagaan merupakan perangkat aturan yang membatasi aktivitas anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi. Pada kegiatan ini kelompok diberikan materi mengenai administrasi kelompok dan penguatan kelembagaan. Materi administrasi kelompok dimaksudkan agar tersedianya catatan atau dokumen yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Perangkat administrasi kelompok yang baik dan benar diperlukan sebagai bahan informasi bagi kelompok maupun pihak lain yang berkaitan dengan kelompok itu, seperti : usaha, permodalan, jaringan kerjasama dan lain-lain.

Penguatan kelembagaan bertujuan untuk menguatkan kelembagaan calon kelompok penangkar baik secara internal maupun eksternal. Secara internal calon kelompok penangkar diarahkan untuk memiliki aturan main yang tertulis, hak dan kewajiban, batas yurisdiksi, sanksi, struktur organisasi, tujuan yang jelas, partisipan, teknologi dan sumberdaya. Secara eksternal calon kelompok penangkar diarahkan untuk: 1) menjalin kerjasama dengan koperasi, mini market/ swalayan, pedagang dalam pemasaran benih, 2) menjalin kemitraan dengan KTNA, Gapoktan, dan lembaga penyuluhan dalam pemasaran benih, 3)

mengunjungi Gapoktan atau lembaga lainnya yang berbasis penangkaran dengan manajerial yang handal, berprinsip ramah lingkungan, dan profit oriented.

Tujuan pelaksanaan perbenihan diarahkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri namun juga telah berorientasi bisnis. Menurut Zakaria (2009) tujuan organisasi bisnis adalah untuk memperoleh keuntungan secara berkelanjutan. Adanya kejelasan tujuan, kesesuaian tujuan dengan kebutuhan anggota dan tingginya tingkat pemenuhan kebutuhan anggota oleh kelembagaan merupakan salah satu indokator tercapainya kapasitas kelembagaan petani (Anantanyu, 2009).

Penumbuhan kesadaran anggota dan perbaikan teknologi

Kesadaran yang dibangun pada calon penangkar adalah kesadaran berkelompok yang tumbuh atas dasar kebutuhan, bukan paksaan dan dorongan proyek-proyek tertentu. Selain itu, ditekankan juga untuk melakukan kegiatan perbenihan yang didukung oleh teknologi yang tepat. Menurut Masmulyadi (2007) dalam Nasrul (2012) hal ini bertujuan untuk menggorganisasikan kekuatan petani dalam memperjuangkan hak-haknya, memperoleh posisi tawar dan informasi yang akurat serta dapat berperan dalam negosiasi dan menentukan harga produk pertanian yang diproduksi anggota.

Adanya kesadaran calon penangkar untuk berkelompok atas dasar kebutuhan dan melakukan perbenihan dengan teknologi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dalam kelembagaan. Proses penyadaran merupakan tahap awal yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi petani sebelum proses pengorganisasian dan pemantapan (Anantanyu, 2011)

Dalam kegiatan demplot, calon penangkar diajarkan teknik-teknik perbenihan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Teknik-teknik ini terangkum dalam petunjuk teknis kegiatan perbenihan serta materi- materi pada bimbingan teknis. Calon penangkar juga didampingi untuk melakukan proses sertifikasi mulai dari pendataran hingga pelabelan.

I nisiasi kerjasama dan kemitraan

Setiap langkah dalam proses perbenihan selalu melibatkan instansi terkait seperti Balai Benih Padi, BPSBTPH, Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan serta pihak swasta (percetakan kemasan). BPTP Bengkulu memfasilitasi calon penangkar untuk mendapatkan benih sumber dari sumber yang tepat yaitu Balai Benih Padi. Hal ini mengajarkan calon penangkar untuk dapat menentukan dan memilih sumber yang tepat untuk mendapatkan benih sumber.

BPSBTPH dilibatkan dalam proses roguing, pengawasan lapangan, pengajuan rekomendasi sebagai produsen benih bina, uji laboratorium, sertifikasi serta pelabelan. Dinas Pertanian dilibatkan untuk memberikan peluang terjadinya kerjasama penggunaan benih hasil kegiatan untuk program-program dinas yang sedang atau akan berlangsung

Badan pelaksana penyuluhan melalui PPL dan POPT membantu kelancaran prosesing benih dalam usaha budidaya dan pengendalian hama dan penyakit. Keikutsertaan dari mitra ini diharapkan akan menjadi awal kerjasama yang saling menguntungkan antar elemen yang bekerjasama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

4.5 Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi telah dilaksanakan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu telah di monev oleh Tim Monev internal BPTP Bengkulu dan telah dinyatakan layak secara teknis. Secara eksternal kegiatan telah dimonev oleh Tim Monev dari Balai Besar (BB) Pengkajian pada tanggal 26-28 Mei 2015 dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) pada tanggal 1-3 Juli 2015. Saran yang diberikan oleh Tim Monev BB Pengkajian untuk perbaikan kegiatan antara lain:

1. Untuk meningkatkan kinerja diseminasi penangkaran benih maka disarankan: (a) pembuatan papan merk demplot penangkar benih berisi informasi varietas, deskripsi varietas, tanggal tanam. Cara tanam, pemupukan, dan sebagainya. (b) informasi (hard copy) deskripsi varietas dan teknologi perbenihan agar disampaikan ke kelompok tani sebagai tambahan materi

penyuluhan kelompok, (c) untuk kegiatan-kegiatan yang dipertimbangkan penting baik pada on farm maupun prosesing benih disarankan mengundang petani terutama calon penangkar lain untuk melihat sambil belajar seperti kegiatan roughing, panenan, dan prosesing benih (sertifikasi).

2. Struktur organisasi kelompok tani sebaiknya menggunakan struktur organisasi kelompok tani yang sudah ada dan kegiatan penangkaran benih merupakan bagian dari unit usaha kelempok tani disamping unit usaha lainnya.

3. Mencari informasi jumlah kebutuhan benih padi kelas Extension Seed (ES) wilayah Provinsi Bengkulu per kabupaten menurut musim tanam dan jumlah yang sudah dapat dipenuhi. I nformasi bisa diperoleh dari (a) BPSB/ Dinas Pertanian: jumlah penangkar (formal/ informal) dengan jumlah produksi benihnya, (b) BPS/ Dinas/ BPSB: melihat luas tanam padi per musim untuk menghitung jumlah kebutuhan benih (rata-rata kebutuhan benih 50 Kg/ ha).

Pebaikan kegiatan telah dilakukan sesuai dengan saran yang diberikan oleh Tim Monev baik dari BB Pengkajian maupun Puslitbangtan. Hal ini dilaksanakan agar kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

V. KESI MPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Produsen benih padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 berjumlah 39 dan baru 4 kelompok yang terdaftar resmi di BPSBTPH Provinsi Bengkulu. Kebutuhan benih diperkirakan sebanyak 2.501.350 kg per musim tanamnya dengan varietas yang beragam sesuai dengan preferensi petani.

2. Terjadi peningkatkan pengetahuan sebesar 39,30% dan sikap yang positif petaniterhadap teknologi perbenihan.

3. Benih hasil kegiatan dapat melayani kebutuhan benih padi varietas unggul (VU) untuk lahan sawah seluas 120 hektar.

4. Peningkatan kapasitas kelembagaan calon penangkar dilakukan dengan cara inisiasi aturan main kelembagaan untuk pencapaian tujuan, penumbuhan kesadaran anggota dan perbaikan teknologi serta inisiasi kerjama dan kemitraan.

5.2. Saran

Dalam pengembangan kegiatan perbenihan dibutuhkan kerjasama yang baik dan sinergis antara pemerintah daerah dengan petani penangkar, produsen benih maupun petani pengguna benih agar pemenuhan kebutuhan benih kawasan dapat terwujud.

Dalam dokumen model penyiapan benih (Halaman 48-56)

Dokumen terkait