LAPORAN AKHI R TAHUN
MODEL PENYEDI AAN BENI H UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN WI LAYAH
MELALUI PENI NGKATAN KEMAMPUAN
CALON PENANGKAR DI PROVI NSI
BENGKULU
YONG FARMANTA
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGMBANGN PERTANI AN
2015
LAPORAN AKHI R
MODEL PENYEDI AAN BENI H UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN WI LAYAH
MELALUI PENI NGKATAN KEMAMPUAN
CALON PENANGKAR DI PROVI NSI
BENGKULU
Yong Farmanta
Wahyu Wibaw a
Alfayanti
Yartiw i
Nurmegaw ati
Siti Rosmana
Bunaya Honorita
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Laporan Akhir Tahun 2015 Model penyediaan Benih untuk Pemenuhan
Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap
hasil pelaksanaan kegiatan selama tahun 2015.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran kegiatan terutama kepada Dr. Dedi Sugandi, MP selaku
Kepala BPTP Bengkulu yang selalu memberikan arahan dan masukan sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini
tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan
sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini
dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.
Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan,
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Model penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu.
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Kegiatan (L/ B) : B (Baru)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Yong Farmanta, SP., M.Si.
b. Pangkat/ Golongan : Penata/ I I I c c. Jabatan Fungsional : Peneliti Pertama
7. Lokasi : Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong
8. Agroekosistem : Lahan rawa dan lahan sawah
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : 1. Menyusun dan mendapatkan informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Propinsi Bengkulu 2. Meningkatkan kapasitas dan status calon
penangkar dalam pengelolaan usahatani. 3. Membangun model kelembagaan
penyediaan benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Propinsi Bengkulu 4. Menumbuhkembangkan kelompok
penangkar yang kelembagaannya belum berkembang di wilayah desa
12. Biaya : Rp. 249.250.000,00 (Dua ratus empat puluh sembilan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP Yong Farmanta, SP., M.Si NI P. 19690427 199803 1 001 NI P. 19790116 200312 1 002
DAFTAR I SI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
DAFTAR I SI ... iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPI RAN ... vii
RI NGKASAN dan SUMMARY ... viii
I . PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Keluaran yang diharapkan ... 3
1.4 Prakiraan Manfaat dan Dampak ... 3
I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN... 7
3.1 Pendekatan Kerangka Pemikiran ... 7
3.2 Ruang Lingkup ... 7
3.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan ... 8
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data ... 12
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 14
4.1 I nformasi dan Basis Data Calon Penangkar ... 14
4.2 Peningkatan Kapasitas Calon Penangkar ... 19
4.3 Melayani Kebutuhan Benih Padi Vareietas Unggul ... 32
4.4 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penyedia Benih Unggul... 34
4.5 Monitoring dan Evaluasi ... 39
4.6 Pelaporan... 39
V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 41
5.1 Kesimpulan... 41
5.2 Saran ... 41
VI . KI NERJA HASI L DI SEMI NASI ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
ANALI SA RI SI KO ………. ... 46
JADWAL KERJA ……….. ... 47
PEMBI AYAAN ……….. ... 48
PERSONALI A ………... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Nilai indikator sikap petani tentang teknologi perbenihan ... 12
2. I nventarisasi data produsen benih padi di Provinsi Bengkulu... 15
3. Luas lahan sawah dan prediksi kebutuhan benih per musim tanam ... 16
4. I nventarisasi penyebaran varietas padi di provinsi Bengkulu Tahun 2014 . 18 5. Varietas yang adaptif di Provinsi Bengkulu ... 19
6. Pelaksanaan demplot di Kabupat en Seluma dan Rejang Lebong... 24
7. Jenis dan jumlah distribusi bahan infomasi... 27
8. Pengetahuan calon penangkar t entang teknologi perbenihan ... 28
9. Hasil analisis statistik peningkatan pengetahuan calon penangkar ... 29
10. Sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan ... 31
11. Standar mutu untuk kelas benih dasar (FS/ BD) ... 33
12. Distribusi benih hasil kegiatan ... 33
13. Katakteristik anggot a Kelompotani Tunas Harapan ... 36
14. Daftar risiko dalam pelaksanaan kegiatan... 46
15. Daftar penanganan risiko kegiatan... 47
16. Jadual kerja kegiatan... 48
17. Rencana anggaran belanja kegiatan ... 49
18. Realisasi anggaran ... 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Grafik peningkatan pengetahuan calon penangkar ... 29
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman
1. Berita acara pemindahan lokasi ... 52
2. Sertifikat benih bina ... 53
3. Berita acara serah terima benih... 54
4. Lokasi kegiatan 1000 Desa Mandiri Benih di Provinsi Bengkulu... 55
5. Analisis usahatani perbenihan di Kelompok Tani Tunas Harapan ... 56
RI NGKASAN
1. Judul : Model penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu
2. Unit kerja : BPTP Bengkulu
3. Lokasi : Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong
4. Agroekosistem : Lahan Sawah
5. Status (L/ B) : Baru (B)
6. Tujuan : 1. Menyusun dan mendapatkan informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu.
2. Meningkatkan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Melayani kebutuhan benih padi varietas unggul (VU) untuk kebutuhan petani wilayahnya.
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
7. Keluaran : 1. Diperolehnya informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu.
2. Peningkatan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Terlayaninya permintaan kebutuhan benih padi varietas unggul untuk kebutuhan petani wilayahnya.
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
8. Hasil/ pencapaian :
9. Prakiraan Manfaat : 1. Tersedia informasi yang akurat mengenai kebutuhan benih, varietas spesifik lokasi, waktu dan lokasi produksi, serta penyebaran VUB Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2. Petani mendapatkan benih sumber secara tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga secara berkelanjutan.
varietas unggul yang di displaykan melalui berbagai kegiatan diseminasi.
4. Calon penangkar dan petani menghargai dan memahami panjangnya proses untuk menghasilkan benih unggul berkualitas dan pentingnya penggunaan VUB spesifik lokasi. 5. Petani mendapatkan varietas adaptif yang
sudah teruji dengan potensi hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik.
6. Benih yang spesifik agroekosistem dapat disediakan secara masif dengan prinsip 6 tepat.
7. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara internal dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga penyedia benih berkualitas untuk masyarakat.
8. Kemudahan akses informasi melalui assosiasi atau jaringan kerja lembaga perbenihan berdasarkan teknologi informasi yang diwujudkan dalam Sistem I nformasi (SI ). 10. Prakiraan Dampak : 1. Peningkatan produktivitas dan produksi padi
dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada padi berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di kawasan tersebut namun juga dapat dipasarkan di luar daerah.
benih/ pelaksanaan penangkaran (e). Pendistribusian benih sumber varietas unggul eksisting dan VUB yang direkomendasikan untuk penangkaran, (f). Advokasi dan bimbingan teknis selama proses produksi mulai dari persemaian, pemeliharaan, roughing, panen, pasca panen, prosesing benih, (g). I nisiasi jaringan kerja/ networking dan kemitraan antar calon penangkar, produsen benih, Dinas teknis, Badan Pelaksana Penyuluhan, dan pedagang benih maupun petani/ konsumen pengguna lainnya, (h). Monitoring dan evaluasi yang dilakukan bersama dengan Balit/ Puslit/ Balai Besar yang berperan sebagai sumber inovasi, (i). pelaporan hasil kegiatan secara periodik.
Adapun parameter yang diamati meliputi: (1). Peningkatan pengetahuan petani dalam pengelolaan usahatani perbenihan, (2). Peningkatan sikap petani dalam pengelolaan usahatani perbenihan, (3). Peningkatan keterampilan calon penangkar dalam pengelolaan usahatani perbenihan, (4). Jumlah benih padi yang dihasilkan dari kegiatan Laboratorium Lapang (LL), (5). Jumlah petani dan luas lahan yang dapat memanfaatkan benih yang dihasilkan oleh LL, (6). Jumlah penangkar non formal yang bersedia menjadi penangkar formal, (7). Aktifitas kelembagaan kelompok tani penangkar, (8) kemitraan yang terjadi setelah kegiatan, (9). Analisis usahatani penangkar benih varietas unggul spesifik lokasi.
12. Jangka Waktu : 1 tahun (2015).
SUMMARY
1. Title : Model of seed provision for fullfillment of region demands through capability improvement of prospective breeders in the Bengkulu Province 2. I nstitusion : AI AT Bengkulu
3. Location : Seluma and Rejang Lebong District 4. Agroecosystem : Rice field
5. Status (N/ C) : New
6. Objective : 1. Develop and obtain information and database of candidates breeders, seed requirements, varieties , and distribution of improved varieties of rice in the province of Bengkulu .
2. I mproving the status and capacity of potential breeders in the management, selection and use of high yielding varieties 3. Serve the needs of high-yielding varieties of
rice seeds for the needs of farmers territory.
4. Enhance the institutional capacity of the provision of superior-quality seeds to farmers in the province of Bengkulu.
7. Output : 1. Obtaining information and database of candidates breeders, seed requirements, varieties, and distribution of improved varieties of rice in the province of Bengkulu. 2. I mproving the status and capacity of potential breeders in the management, selection and use of high yielding varieties. 3. Number demand for rice seed varieties to
farmers’ needs territory.
4. I ncreasing the institutional capacity of the provision of superior-quality seeds to farmers in the province of Bengkulu.
8. Result/ Achievement :
-9. Expected benefit : 1. Aviability of accurate information about the demand of seeds, site-specific new varieties, time and location of production, and dissemination of HYV released by I AARD
4. Prospective breeders and farmers appreciate and understand the long process to produce superior seed quality and the importance of using site-specific HYV. 5. Farmers get adaptive varieties that have
been tested with high yield potential and tolerant to various biotic and abiotic environmental stresses.
6. Seed-specific agro-ecosystem can be provided on a massive scale with principle of 6 appropriate, so that the users / farmers have a lot of options or alternatives specific HYV.
7. Seedling institutions in the area could make corrections internally in order to carry out the duties and functions as providers of high quality seeds to the farmers .
8. Ease access of information through a network or associations of seedling institutions based information technology embodied in the seed‘ s I nformation System.
technology, agro-ecosystem, support infrastructure, equipment and machinery of harvest/ post harvest/ processing and institutions as a basis for determining the prospective breeder candidate (PBC). (d). Detemination of location and prospective breeder to implement seed production/ execute breeding. (e). The distribution of seeds of existing HYV anf New HYV recomended for breeding. (f). Advocacy and technical assistance during the production process starting from the nursery, maintenance, roughing, harvest, post-harvest, seed processing, storage, packaging, and distribution of seeds, (f). I nitiation of networks / networking and partnerships among prospective breeders, seed producers, technical Department, extension implementing body and seed merchants and farmers / consumers of other users as an effort to transform and materialize the sustainable seed independence that agribusiness oriented based on seed‘ s information systems. (g). Monitoring and evaluation, (h) the results reported periodically. The parameters observed were: (1). I ncreased knowledge of farmers in seed farm management, (2). I mproved attitudes seed farmers in farm management, (3). I mproved skills of prospective breeder seed in farm management, (4). The amount of rice seeds produced from activities Field Laboratory (LL), (5). The number of farmers and land that can utilize the seeds produced by LL, (6). Number of non-formal breeder breeders willing to become formal, (7). Activity breeder farmers groups, (8). a partnership that occur after the activities, (9). Analysis of seed varieties of farm –specific 12. Duration : 1 years (2015).
I .
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan
serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi. Salah satu komponen
teknologi yang dibutuhkan petani adalah benih bermutu. Ketersediaan benih
bermutu dinilai strategis karena sangat menentukan keberhasilan budidaya
tanaman. Perbenihan merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam
pencapaian target swasembada pangan (padi, jagung, dan kedelai) dalam jangka
pendek. Di samping dari aspek perbenihan, pemerintah juga fokus pada bidang
jaringan irigasi, pemanfaatan alat dan mesin pertanian/ mekanisasi, dan
akses/ insentif harga produk pertanian.
Potensi genetik tanaman juga bergantung pada penggunaan benih bermutu. Varietas dan benih bermutu merupakan komponen teknologi dasar
(compulsary) dalam pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu
(PTT) (Sembiring dkk., 2008; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013).
Secara empiris, pertumbuhan dan hasil tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi
dari genotipe x lingkungan atau f (faktor pertumbuhan internal x faktor
pertumbuhan eksternal) (Gardner dkk., 1986). Faktor internal digambarkan
sebagai sifat bawaan/ genetik (varietas) yang membawa sifat ketahanan terhadap
tekanan iklim, tanah, biologis, laju fotosintesis dan kapasitas untuk menyimpan makanan. Faktor eksternal terdiri atas iklim (cahaya, temperatur, curah hujan,
angin, panjang hari, dan kelembaban udara), tanah (tekstur, struktur, bahan
organik, pH, dan ketersediaan unsur hara), dan biologis/ Organisme Pengganggu
Tanaman (hama, penyakit dan gulma).
Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan
dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi
Bengkulu. Rata-rata produktivitas padi sawah di Provinsi Bengkulu baru mencapai 4,3 ton/ ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2013), jauh dari rata-rata
produktivitas padi nasional yang sudah mencapai 5,5 t/ ha). Untuk dapat
menunjukkan potensi hasilnya, varietas memerlukan kondisi lingkungan atau
agroekosistem tertentu (Rubiyo dkk., 2005). Tidak semua varietas mampu
varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang
sesuai (Kustiyanto, 2001).
Banyak permasalahan dan tantangan dalam penyediaan dan
penyebarluasan benih bermutu. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: (1).
Sering kali petani mendapatkan benih berlabel dengan kualitas rendah dari
program bantuan langsung benih unggul (BLBU) maupun program benih
bersubsidi (2). Petani kesulitan untuk mendapatkan Variet as Unggul Baru (VUB)
padi spesifik lokasi yang diinginkan (3). Sistem penamaan varietas padi yang terlalu umum dan banyaknya varietas yang dilepas sejak tahun 2008 (I npari,
I npara, dan I npago) menyebabkan stakeholders/ petani bingung dan bahkan
mereka mempunyai persepsi negatif terhadap VUB.
Ruskandar (2012) melaporkan bahwa petani tidak mudah mengganti
varietas existing ke varietas baru sebelum mereka yakin dan melihat bukti
keunggulan varietas yang diintroduksikan. Berbagai metode dan media
penyuluhan (display, demplot, temu lapang, gelar teknologi, maupun penyebaran bahan informasi tercetak maupun audio visual) perlu diintensifkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Hal ini dilakukan dalam
upaya mengubah sikap dan perilaku petani untuk menggunakan VUB spesifik
lokasi.
Pembinaan dari lembaga perbenihan yang belum optimal; rendahnya
intensitas dan kualitas komunikasi serta sinergi antar lembaga perbenihan;
minimnya pengetahuan petani dan calon penangkar dalam pengelolaan benih
berkualitas menjadi sebab dari rendahnya pemanfaatan benih VUB bermutu
spesifik lokasi. Kondisi ini berdampak terhadap rendahnya produktivitas padi di suatu wilayah. Pembinaan untuk meningkatkan kemampuan/ kapasitas calon
penangkar diperlukan sebagai upaya peningkatan ketersediaan logistik atau
persediaan benih. Kemampuan suatu wilayah untuk dapat memenuhi permintaan
benih varietas unggul (mandiri benih) secara tepat sangat di perlukan. Hal ini
1.2 Tujuan
1. Menyusun dan mendapatkan informasi dan basis data calon penangkar,
kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi
Bengkulu.
2. Meningkatkan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan,
pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Melayani kebutuhan benih padi varietas unggul (VU) untuk kebutuhan
petani wilayahnya.
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas
bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu
1.3 Keluaran yang diharapkan
1. Diperolehnya informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih,
varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu.
2. Peningkatan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan,
pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Terlayaninya permintaan kebutuhan benih padi varietas unggul untuk
kebutuhan petani wilayahnya.
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas
bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu
1.4 Perkiraan Manfaat dan Dampak
1. Diperolehnya informasi yang akurat mengenai kebutuhan benih,
varietas spesifik lokasi, waktu dan lokasi produksi, serta penyebaran
VUB release Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2. Petani di kawasan perbenihan mendapatkan benih unggul untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya secara berkelanjutan.
3. Calon penangkar mendapatkan bimbingan teknis budidaya, prosesing
benih, dan bahkan dapat menyaksikan langsung keunggulan varietas
unggul yang didisplaykan melalui berbagai kegiatan diseminasi
(penangkaran, temu lapang, panen raya).
4. Calon penangkar dan petani menghargai dan memahami panjangnya
penggunaan VUB spesifik lokasi, sehingga memotivasi mereka untuk
mengadopsi.
5. Petani mendapatkan varietas adaptif yang sudah teruji dengan potensi
hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik
dan abiotik, sebagai upaya untuk mengurangi risiko kegagalan dalam
usaha tani.
6. Benih yang spesifik agroekosistem dapat disediakan secara masif
dengan prinsip 6 tepat, sehingga para pengguna/ petani mempunyai banyak pilihan atau alternatif VUB spesifik lokasi.
7. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara
internal dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga
penyedia benih berkualitas untuk masyarakat di Provinsi Bengkulu.
Dampak yang diharapkan diantaranya adalah:
1. Adopsi terhadap benih berkualitas yang spesifik lokasi berdampak
pada peningkatan produksi dan pendapatan petani padi di Provinsi Bengkulu. Peningkatan produktivitas dan produksi padi dapat
mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada padi
berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di kawasan
Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong, bahkan dapat dipasarkan di
luar daerah sehingga perbenihan menjadi kegiatan agribisnis yang
I I .
TI NJAUAN PUSTAKA
Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap
pemupukan dan toleran terhadap serangan hama penyakit utama telah terbukti
dapat meningkatkan produktivitas (Nugraha dkk., 2007). Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan
untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan
produksi beras nasional.
Di Provinsi Bengkulu mulai muncul kesadaran petani untuk menggunakan
benih bermutu dari VU dan VUB spesifik lokasi. VUB (I npari, I npara, dan I npago)
yang dilepas sejak tahun 2008 masih belum dominan di petani. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem diseminasi masih lemah. Wahyuni (2011)
melaporkan bahwa lambatnya adopsi VUB juga dipicu oleh terbatasnya
ketersediaan benih sumber serta belum dapat dilayaninya permintaan VUB dari stakeholders maupun petani secara tepat waktu, jumlah, varietas, tempat,
harga, dan kualitas.
Penyebarluasan informasi tentang keunggulan VUB padi spesifik lokasi
serta ketersediaan benih sumber berpengaruh terhadap percepatan proses
adopsi. Keunggulan suatu varietas akan dapat dirasakan manfaatnya apabila
tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani (Daradjat dkk.,
2008).
Untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih. Diperlukan tindakan responsif atas
lemahnya kinerja kelembagaan perbenihan di daerah, kurangnya promosi dan
diseminasi VUB oleh sumber inovasi, serta minimnya stok dan logistik benih VUB
spesifik lokasi.
Banyak permasalahan dan tantangan dalam penyediaan dan
penyebarluasan benih bermutu maupun VUB padi spesifik lokasi. Secara umum
persepsi petani terhadap benih berlabel adalah negatif, yang berarti bahwa tingkat kepercayaan petani terhadap kualitas benih berlabel rendah. Hal ini
beralasan karena sering kali petani mendapatkan benih berlabel dari berbagai
program bantuan benih unggul tetapi dengan kualitas rendah. Tingginya kotoran
dan gabah hampa serta rendahnya daya kecambah menjadi indikator utama dari
masyarakat tani terhadap mutu benih berlabel harus dipulihkan melalui
pencitraan bahwa label adalah jaminan mutu yang bersifat mutlak.
Akhir-akhir ini petani di Bengkulu sudah mulai berminat untuk
menggunakan varietas unggul spesifik lokasi secara mandiri. Ada 4 alasan utama
bagi petani dalam pemilihan varietas yaitu produktivitas tinggi, toleran terhadap
serangan OPT, berumur genjah, dan nasinya pulen (Wibawa dkk., 2012).
Konsekuensi dari peningkatan kesadaran petani dalam penggunaan benih VU
bermutu dan VUB spesifik lokasi adalah: (1). Perlu peningkatan intensitas, kualitas dan jangkauan informasi/ penyuluhan yang berkaitan dengan keunggulan
VU yang spesifik lokasi (2). Perlu perencanaan dan prediksi yang akurat
berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, kelas benih, waktu produksi, dan
sebaran varietasnya (3). Penguatan sinergi dan kolaborasi antar lembaga
perbenihan daerah (BBI , BBU) dan kelompok/ petani penangkar (4). Penyediaan
(logistik) benih sesuai kebutuhan masyarakat tani secara tepat waktu, tempat,
jumlah, varietas, harga, dan kualit as.
Kelembagaan perbenihan adalah unit –unit kerja yang secara terorganisir
melakukan aktivitas di bidang perbenihan. Berdasarkan fungsi dan tugasnya
maka kelembagaan perbenihan digolongkan menjadi 5 golongan yaitu: pembina,
penelitian/ pemuliaan, produsen, pedagang/ penyalur dan pengawas mutu benih.
Lembaga produsen benih merupakan bagian dari sistem kelembagaan
perbenihan yang berperan di bidang produksi dan peredaran benih (BUMN dan
swasta) (BBP2TP, 2013).
Provinsi Bengkulu mempunyai potensi kelembagaan, sumberdaya lahan,
sumberdaya manusia, dan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan benih padi, melalui lembaga perbenihan yang ada. Kelompok penangkar perlu di
dorong untuk menjadi penangkar mandiri yang selalu berproduksi walaupun
tidak ada proyek atau kerjasama degan dinas maupun swasta. Perbenihan padi
perlu di dorong untuk menjadi komoditas agribisnis yang menarik bagi para
I I I .
PROSEDUR
3.1 Pendekatan
Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan lapangan (On Farm
Adaptive Research), survei dan pengujian di laboratorium dengan maksud untuk
membentuk model kawasan mandiri benih padi di Kabupaten Seluma dan
Kabupaten Rejang Lebong. Demplot merupakan lahan percontohan yang
berperan sebagai kelas belajar bagi anggota kelompok tani penangkar padi.
Melalui percontohan yang melibatkan petani sebagai kooperator, diharapkan akan terjadi proses pembelajaran kepada petani penangkar padi di sekitar
wilayah perbenihan. Dengan cara ini, pengetahuan dan keterampilan petani
tentang perbenihan padi akan dapat ditiru/ diadopsi. Adanya proses adopsi ini,
diharapkan akan menstimulasi penerapan teknologi oleh petani di kawasan
perbenihan padi tersebut.
Pada tahap-tahap kegiatan perbenihan padi, dilakukan diseminasi inovasi
teknologi melalui pertemuan petani dengan melibatkan langsung stakeholders seperti Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH), Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Petugas
Pertanian Lapangan (PPL). Dengan adanya pertemuan ini diharapkan kondisi
pertanaman pada tahap pertumbuhan tanaman dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi anggota kelompok tani, baik bagus maupun kurang baiknya
kondisi pertanaman. Semua kondisi ini menjadi titik penting dalam mempelajari
pertumbuhan tanaman. Apabila kondisi tanaman kurang baik, dapat dipelajari
penyebab kurang baik nya pertumbuhan guna pemecahan permasalahan yang ditemui dan menjadi masukan bagi petani lain.
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Tugas BPTP dalam program model kawasan mandiri benih adalah: 1.
Membuat perencanaan wilayah untuk pemenuhan kebutuhan benih di suatu kawasan, 2. Mengidentifikasi penangkar non formal dalam bentuk CPCL, 3.
Melaksanakan pendampingan dan bimbingan teknis produksi benih, 4.
Pendampingan teknis dan kelembagaan penangkar benih, 5. Peningkatan
kapasitas penangkar non formal, 6. Membuat percontohan lapangan (display) , 7.
Memfasilitasi petani dalam proses sertifikasi benih, dan 8. Mendistribusikan benih
Lingkup kegiatan di Provinsi Bengkulu untuk tahun 2015 hanya dibatasi
untuk program model kawasan mandiri benih padi. Data dan informasi yang
diperoleh melalui desk study, survei, pengisian kuisioner, wawancara, dan display
lapangan serta analisis laboratorium. Data yang terkumpul ditabulasikan,
dianalisis, dan diintrepretasikan menjadi output kegiatan yaitu: 1. I nformasi dan
basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas
unggul padi di Provinsi Bengkulu. 2. Peningkatan status dan kapasitas calon
penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan VUB spesifik lokasi. 3. Pemenuhan kebutuhan benih padi varietas unggul di wilayah perbenihan
4.Model kawasan mandiri benih melalui sinergi dari lembaga perbenihan (BPSB,
UPBS, BBI , BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar) dalam penyediaan benih
unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
3.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
Lokasi kegiatan dan w aktu
Lokasi awal kegiatan adalah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Namun adanya perubahan musim tanam akibat
ketidakpastian/ perubahan iklim sehingga perlu dicarai lokasi baru yang
memungkinkan untuk melakukan kegiatan tanam sehingga kegiatan dialihkan ke
Kabupaten Rejang Lebong. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari–Desember
2015.
Kegiatan di Kabupaten Seluma dilaksanakan di Kelompok Tani Tunas
Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan. Kegiatan di
Kabupaten Rejang Lebong awalnya dipusatkan pada Kelompok Tani Rawa
Seberang Kecamatan Bermani Ulu Raya namun pada akhirnya hanya kegiatan penyuluhan teknis perbenihan yang dilaksanakan di kelompok tersebut. Hingga
akhir Oktober 2015 kegiatan demplot belum bisa dilaksanakan di Desa bangun
Jaya karena ketersediaan air yang tidak mencukupi akibat musim kemarau.
Kegiatan demplot di Kabupaten Rejang Lebong baru mulai dilaksanakan
Tahapan pelaksanaan kegiatan
Tahap pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan kegiatan.
1. Pertemuan internal dan antar institusi
Pertemuan internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di
BPTP Bengkulu. Dalam pertemuan ini dievaluasi kemajuan dan tindak lanjut
kegiatan di masing-masing lokasi. Pertemuan antar institusi baik ditingkat
regional (stakeholders di provinsi dan kabupaten) maupun nasional. Pertemuan di tingkat regional, khususnya ditingkat kabupaten dalam bentuk pemaparan
kegiatan atau presentasi kegiatan kepada stakeholders (BPSBTPH, Dinas
Pertanian Kabupaten maupun Badan Pelaksana Penyuluhan).
Pertemuan/ workshop/ seminar di tingkat nasional dilakukan di Balai Besar/ Balit
lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2. I dentifikasi wilayah untuk penyusunan basis data perbenihan.
Basis data disusun dari data primer dan sekunder melalui desk study,
wawancara, pengisian kuisioner, dan survei. Data yang diperlukan dalam penyusunan basis data perbenihan diantaranya adalah: (1). I nventarisasi
produsen benih formal dan informal, (2). Varietas unggul padi yang
dikembangkan/ dibudidayakan (3). Total kebutuhan benih padi (4). Sebaran
varietas unggul padi (peta).
Basis data ini bermanfaat dalam perencanaan produksi benih berkaitan
dengan jumlah/ volume, varietas, kelas benih, lokasi dan waktu penggunaan
benih. Basis data perbenihan dapat digunakan untuk mengevaluasi kecukupan
penyediaan dan penyebarluasan VUB spesifik lokasi.
3. Survei kapasitas calon penangkar dan infra struktur pendukung
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan observasi tingkat
pengetahuan, keterampilan, persepsinya terhadap VUB padi, tingkat penerapan
teknologi eksisting, agroekosistem, dukungan infrastruktur, peralatan dan mesin
panen/ pasca panen/ prosesing dan kelembagaan sebagai dasar dalam penentuan
4. Penentuan CPCL
Penentuan lokasi dan calon penangkar untuk pelaksanaan produksi
benih/ pelaksanaan penangkaran. Pemilihan petani kooperator menjadi salah satu
faktor penting dalam pelaksanaan penangkaran. Pemilihan lokasi penangkaran
akan didasarkan pada beberapa kriteria yaitu: (1). Merupakan daerah sentra
padi, (2). Lokasi strategis, mudah dijangkau dan didukung oleh sarana irigasi
yang memadai, (3) Bukan merupakan daerah endemis hama dan penyakit utama
padi, (4). Petani kooperatif dan bersedia bekerjasama secara partisifatif.
5. Pendistribusian benih sumber
Pendistribusian benih sumber varietas unggul eksisting dan VUB yang
direkomendasikan untuk penangkaran. VUB yang ditangkarkan/ dikembangkan
sudah diseleksi melalui berbagai kegiatan penelitian, pengkajian, pendampingan,
maupun gelar teknologi di BPTP Bengkulu. Varietas ditentukan berdasarkan
pertimbangan teknis, kesesuaian agroekosistem dan preferensi petani.
6. Bimbingan teknis perbenihan
Bimbingan teknis perbenihan dilaksanakan selama proses produksi mulai
dari persemaian, pemeliharaan, rouging, panen, pasca panen, prosesing benih
(jika memungkinkan sampai dengan sertifikasi), penyimpanan, pengemasan, dan
pendistribusian benih dilakukan bersama dengan BPSBTPH. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan kapasitas (pengetahuan, keterampilan dan sikap) calon
penangkar benih dan petani sebagai upaya untuk mempercepat perubahan sikap
dan perilaku.
Petani tidak mudah mengganti varietas existing ke varietas baru sebelum
mereka yakin dan melihat bukti keunggulan varietas yang diintroduksikan. Berbagai metode dan media penyuluhan (demplot, temu lapang, gelar teknologi,
maupun penyebaran bahan informasi tercetak maupun elektronik) perlu
diintensifkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Hal ini
petani/ konsumen pengguna lainnya sebagai upaya untuk mewujudkan
kemandirian benih berkelanjutan yang berorientasi agribisnis berbasis sistem
informasi (SI ) perbenihan. BSPB sudah dilibatkan sejak awal kegiatan mulai dari
pendaftaran, penanaman, pengamatan, roguing hingga proses sertifikasi dan
pelabelan benih.
Kemitraan dapat dijadikan sebagai ajang promosi/ sosialisasi untuk
menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan benih antar kelompok/ individu
penangkar di kawasan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Rejang Lebong dan tidak menutup kemungkinan ke kabupaten lainnya. Melalui kemitraan diharapkan
timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan
pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB padi spesifik
lokasi di lahan petani.
8. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan bersama dengan Balit/ Puslit/ Balai Besar
yang berperan sebagai sumber inovasi (benih, alat mekanisasi, kelembagaan dll).
9. Pelaporan
Pelaporan perkembangan kegiatan dibuat secara periodik baik mingguan,
bulanan, triwulan, tengah tahun, dan akhir kegiatan. Penyusunan laporan
pelaksanaan yang terdiri atas laporan bulanan, semester dan laporan akhir.
3.3.3 Parameter yang Diukur
1. Peningkatan pengetahuan calon penangkar dalam pengelolaan usahatani
perbenihan.
2. Peningkatan sikap calon penangkar dalam pengelolaan usahatani
perbenihan.
3. Peningkatan keterampilan calon penangkar dalam pengelolaan usahatani
perbenihan.
4. Jumlah benih padi yang dihasilkan dari kegiatan Laboratorium Lapang (LL).
5. Jumlah petani dan luas lahan yang dapat memanfaatkan benih yang
dihasilkan oleh LL.
6. Jumlah penangkar non formal yang bersedia menjadi penangkar formal.
7. Aktivitas kelembagaan kelompok tani penangkar.
9. Analisis usahatani penangkar benih varietas unggul spesifik lokasi
3.4. Pengumpulan dan analisis data
Basis data disusun dari data primer dan sekunder melalui desk study,
wawancara, pengisian kuisioner, dan survei. Data yang diperlukan dalam
penyusunan basis data perbenihan diantaranya adalah: (1). I nventarisasi
produsen benih formal dan informal, (2). Varietas unggul padi yang
dikembangkan/ dibudidayakan (3). Total kebutuhan benih padi, dan (4). Sebaran
varietas unggul padi (peta). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Peningkatan kapasitas (pengetahuan dan sikap) calon penangkar
terhadap teknologi perbenihan dengan budidaya menggunakan pendekatan
teknologi PTT dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval
kelas. Peningkatan pengetahuan petani dianalisis dengan menggunakan Uji
Statistik Paired Simple T Test dengan rumus Riduwan dan Alma (2009) :
T =
D
√
Dimana : t : nilai t hitung
D : rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2 SD : standar deviasi pengukuran 1 dan 2
N : jumlah sampel
Sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan diukur dengan interval
kelas dan kriteria seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Kriteria nilai indikator sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan
No. I nterval Kelas Kriteria Nilai
Data peningkatan kapasitas kelembagaan dilaksanakan dengan
mengidentifikasi kapasitas kelembagaan calon kelompok penangkar sebelum dan
I V.
HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. I nformasi dan Basis Data Calon Penangkar, Kebutuhan Benih, Varietas, dan Sebaran Varietas Unggul Padi di Provinsi Bengkulu
Data basis calon penangkar yang diperoleh dari Balai Pelaksana Sertifikasi
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Provinsi Bengkulu dan Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. Data produsen benih ini merupakan perseorangan,
badan usaha, badan hukumatau instansi pemerintah yang melakukan produksi
benih padi (Tabel 2).
Tabel 2. I nventarisasi data produsen benih padi di Provinsi Bengkulu
No Kabupaten/ Nama
a. KT Sido Urip Ds.Sri Kuncoro 10 Terdaftar b. Sapri M Taba Penanjung 3 Tdk Terdaftar c. KT Jaya Murni Taba Penanjung 3 Tdk Terdaftar d. KT Mitra Karpa Ds.Panca Mukti 8 Tdk Terdaftar e. KT Serasan Taba penanjung 50 Terdaftar
2. Seluma
a. KT Tunas Harapan Desa Rimbo Kedui 10 Rekomendasi b. KT Sri Kalapek
Bersinar
Ds.Bukit Peninjauan I I 50 Rekomendasi c. KT Karya Mukti Ds.Bukit peninjauan I I 10 Rekomendasi
3. Kota Bengkulu
a. KT Cuguk Kecik Jl. Merapi Ujung 4 Belum terdaftar b. KT Talang I lo Dusun Besar 10 Belum terdaftar c. Poktan Embun Panorama 25 Belum terdaftar d. BPP Kota Bengkulu Kel. Semarang 7 Belum terdaftar e. Kesetiakawanan
Sosial
Kel. Kandang Limun 6 Belum terdaftar
4. Bengkulu Selatan
a. BPP Kota Medan Manna 6 Belum terdaftar b. KT Sina Banding Seginim 25 Belum terdaftar c. KT Terpadu Kedurang 20 Belum terdaftar d. KT Benuang Jaya Ds Banding Agung 15 Belum terdaftar e. KT Air Putih I Ds Pajar Bulan 25 Belum terdaftar f. KT Air Putih I I Ds Pajar Bulan 25 Belum terdaftar g. KT Harapan Makmur Ds Lawang Agung 59 Rekomendasi
5. Mukomuko
Lanjutan Tabel 2. d. KT Harapan Makmur Ds Tanah Hitam 50 Terdaftar e. KT Panca Usaha I Ds Sido urip 50 Terdaftar
7. Kaur
a.KT Tri Manunggal Ds Tl. Beringin 50 Tdk Terdaftar b. KT Hijau Tani Ds Pegangan 6 Tdk Terdaftar c. KWT Melati Ds Talang Tais 6 Tdk Terdaftar
8. Kepahiang
a. BBI P kelobak Ds Kelobak 20 Tdk Terdaftar b. KT Harapan Maju Ds Sukamerindu 10 Tdk Terdaftar c. KT Suka Maju I Ds Sukamerindu 10 Tdk Terdaftar d. KT Harapan Maju Jaya
I I
Ds Peraduan Binjai 50 Belum Terdaftar
9. Rejang Lebong
a.KT Tunas Harapan Ds Teladan 2 Tdk Terdaftar
10. Lebong
a.BBPP Ds Sukabumi 6 Belum Terdaftar
Sumber: BPSBTPH Provinsi Bengkulu, 2015
Sesuai dengan Permentan Nomor 8/ Permentan/ SR.120/ 3/ 2015 maka
produsen benih tanaman pangan yang akan memproduksi benih harus memiliki
izin produksi benih bina yang dikeluarkan oleh Bupati/ Walikota bila memenuhi
persyaratan: 1) Mempekerjakan paling sedikit 30 orang tenaga kerja tetap, 2) Memiliki aset diluar tanah dan bangunan paling sedikit Rp 5.000.000.000,- atau
3) Hasil penjualan benih bina selama 1 (satu) tahun paling sedikit Rp
15.000.000.000,-. Produsen benih yang tidak memenuhi persyaratan tersebut
harus didaftar dan dinilai untuk mendapatkan rekomendasi sebagai produsen
benih dari Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan
fungsi pengawasan dan sertifikasi benih bina tanaman pangan.
Klasifikasi produsen benih bertujuan untuk memudahkan petugas dalam
melakukan pembinaan dan menilai pelaksanaan penerapan peraturan/ ketentuan perbenihan yang berlaku. Produsen benih yang telah terdaftar artinya telah
memiliki rekomendasi dari BPSBTPH serta Surat Keterangan Produsen benih
(SKPB) dari Bupati atau Walikota. Jika hanya memiliki surat rekomendasi dari
BPSBTPH maka produsen tersebut masuk pada klasifikasi produsen benih
rekomendasi. Produsen benih pada klasifikasi belum terdaftar artinya produsen
benih tersebut sudah mengajukan permohonan untuk mendapatkan rekomendasi
Produsen benih yang termasuk kedalam klasifikasi tidak terdaftar artinya belum
mengajukan permohonan rekomendasi maupun izin produksi.
Sebagian besar produsen benih di Provinsi Bengkulu pada saat data diambil
(bulan Mei 2015) masuk kedalam kategori belum terdaftar. Artinya masih dalam
tahap pengajuan rekomendasi dari BPSPTPH Provinsi Bengkulu. Masa berlaku
rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan adalah selama yang
bersangkutan berprofesi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, dengan
pemeriksaan ulang terhadap kelayakan teknis setiap tahun.
Selama tahun 2014 BPSBTPH Provinsi Bengkulu melakukan pelayanan
sertifikasi benih sebanyak 231 unit dengan jumlah benih yang dinyatakan lulus
sebanyak 357,535 ton dari total 516,025 ton yang diuji di laboratorium. Benih
yang dinyatakan lulus tersebut terdiri dari benih dasar (16,63 ton), benih
penjenis (111,845 ton) serta benih sebar (357,535 ton). Varietas yang
dikembangkan antara lain Cigeulis, Mekongga, I npari 14, I npari 20, Banyuasin,
Mira I , I npari 10, I npari 13, I npari Sidenuk, Bestari, PB 42, Situbagendit dan I npara 2.
Kebutuhan benih di Provinsi Bengkulu diestimasi berdasarkan data luas
sawah dikalikan kebutuhan benih padi per hektar berdasarkan rekomendasi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yaitu 25 kg/ ha (Tabel 3). Luas
dan kebutuhan benih ini menjadi pangsa pasar untuk distribusi benih bersertifikat
yang dihasilkan oleh produsen benih.
Tabel 3. Luas lahan sawah dan prediksi kebutuhan benih per musim tanam di Provinsi Bengkulu Tahun 2015
No Kabupaten Luas sawah (ha) Kebutuhan benih (kg)
1. Bengkulu Selatan 11.290 282.250
2. Bengkulu Tengah 7.716 192.900
3. Bengkulu Utara 16.309 407.725
4. Kaur 8.034 200.850
5. Kepahiang 5.287 132.175
6. Kota Bengkulu 2.793 69.825
Jumlah penggunaan benih di lapangan kemungkinan akan lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil estimasi ini. Terlebih lagi apabila petani menggunakan
jumlah benih sesuai dengan kebiasaan. Penelitian Fauzi dkk (2013) di Kabupaten
Bengkulu Tengah, Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara menunjukkan bahwa
petani yang bukan merupakan peserta SL PTT menggunakan benih sebanyak
57,56 kg/ ha. Jumlah penggunaan benih memang masih belum sesuai dengan
rekomendasi yaitu 25 kg/ ha, namun penggunaan benih petani SL-PTT 24,19%
lebih sedikit dibandingkan dengan petani non SL-PTT yaitu sebanyak 43,64 kg/ ha. Jumlah penggunaan input benih yang masih belum sesuai dengan
rekomendasi ini dikarenakan petani masih terbiasa melakukan penyemaian benih
dalam jumlah yang banyak dengan harapan tidak akan terjadi kekurangan bibit
bila saat tanam tiba.
Selama tahun 2014 BPSBTPH Provinsi Bengkulu mencatat terjadi
penyebaran 28 jenis varietas tanaman padi di 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi
Bengkulu (Tabel 4). Varietas yang tersebar masih didominasi oleh varietas unggul seperti Cigeulis dan Mekongga. Penelitian Astuti dkk (2010) menunjukkan
bahwa varietas unggul padi yang digunakan di Bengkulu pada waktu itu didominasi
oleh IR 64, Ciherang, Cibogo dan Cigeulis.
Kondisi ini menggambarkan kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi
yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian cenderung lambat padahal sejak tahun
2007 hingga 2015 Balitbangtan telah melepas berbagai Varietas Unggul Baru
(VUB) padi spesifik untuk semua agroekosistem budidaya. Menurut Senewe dan
Alfons (2011) hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan ketersediaan
benih bermutu, serta preferensi konsumen terhadap varietas unggul tersebut. Alasan utama petani mengadopsi suatu varietas unggul adalah rasa nasi disukai
petani, produktivitas tinggi, harga jual tinggi, umur genjah, serta benih mudah
diperoleh (I shak dkk, 2012).
Penelitian Sugandi dkk (2011) menyatakan secara umum petani memilik
persepsi yang baik terhadap VUB padi dan dipengaruhi secara nyata oleh
pengalaman berusahatani padi, luas lahan, dan intensitas ke lahan sawah.
Ketersediaan benih yang kurang tersedia, sistem pemeliharaan yang lebih sulit,
dan harga VUB yang masih lebih mahal menjadi faktor penghambat minat petani untuk mengadopsi VUB. Walaupun demikian ada banyak faktor yang dapat
pupuk yang lebih sedikit, umur tanaman lebih genjah, produktivitas lebih tinggi,
ketahanan terhadap HPT lebih baik, penampakan gabah lebih baik, dan daya
adaptasi baik. Faktor pendorong yang paling dominan mempengaruhi minat
petani mengadopsi VUB karena produktivitasnya tinggi, umurnya lebih pendek,
penggunaan pupuk dan ketahanan terhadap hama.
Tabel 4. I nventarisasi Penyebaran Varietas Padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2014
No Varietas
Tengah Mukomuko Kepahiang Lebong Seluma Kaur
1 PB 42 197 - - - - 962 - - 100 - 1.259
2 I R 64 792 - - - 577 - 1.369
3 Cilamaya
Muncul 43 - - - 43
4 Ciherang 3.725 608 - - 759 - 703 - 618 - 6.413
5 Cigeulis 2.400 7.722 - - 1.005 964 20.764 2.628 1.662 37.145
6 Rojolele - - - 184 - - - - 184
7 Situ Bagendit 3.399 150 - - - 74 81 - 606 - 4.310
8 Diah Suci 212 - - - 212
9 Mekongga 4.576 9.130 - - 466 1.879 7.537 - 1.696 206 25.490
Petani tidak mudah mengganti varietas existing ke varietas baru sebelum
mereka yakin dan melihat bukti keunggulan varietas yang diperkenalkan.
Pengenalan varietas baru dengan cara display maupun demplot perlu terus
dilakukan agar percepatan adopsi varietas unggul baru dapat terwujud. Sejak
tahun 2008, BPTP Bengkulu telah memperkenalkan beberapa VUB melalui uji
adaptasi pada display kegiatan Pendampingan PTT. Uji adaptasi ini dimaksudkan
untuk mendapatkan VUB yang adaptif untuk dibudidayakan di suatu wilayah.
Dari kegiatan tersebut didapatkan data beberapa VUB yang adapt if di Provinsi Bengkulu (Tabel 5).
Tabel 5. Varietas Unggul Baru (VUB) yang adaptif di Provinsi Bengkulu
No Kabupaten/ Kota Varietas Unggul Baru
1 Bengkulu Selatan I npari 1, 6, 10, 14, I npara 2
2 Bengkulu Tengah I npari 6, 13, 14, I npara 2, I npago 6, 8 3 Bengkulu Utara I npari 1, 6, 10, 13, I npara 2, I npago 6, 8 4 Seluma I npari 6, 10, 14, 22 dan I npara 2
5 Kepahiang I npari 6, 13, 14, 15, 20, 28, I npara 2 6 Rejang Lebong I npari 6, 13, 15, 20, 28, I npago 8 7 Lebong I npari 6, 10, 13, 14, 15, 20
8 Kaur I npari 1, 6, 10, 13, 14, I npago 6, 8 9 Mukomuko I npari 13,14 I npara 2
10 Kota Bengkulu I npari 1, 6, 14, I npago 6
Sumber: Dokumentasi kegiatan SL PTT BPTP Bengkulu
Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan
dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan di
Provinsi Bengkulu. Untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya, varietas
memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu. Tidak semua
varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan
kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada
lahan yang sesuai.
4.2. Peningkatkan Status dan Kapasitas Calon Penangkar dalam Pengelolaan, Pemilihan dan Penggunaan Varietas Unggul ( VU)
4.2.1. Survei kapasitas calon penangkar, infra struktur pendukung dan penentuan Calon Petani Calon Lokasi ( CPCL)
Sebelum melaksanakan survei, Tim BPTP Bengkulu melakukan koordinasi
terlebih dahulu dengan pihak Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, Dinas Petanian
dan Pertanian Kabupaten Seluma serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
kabupaten. Dari hasil koordinasi didapatkan informasi dan rekomendasi calon
petani dan calon lokasi yang dapat dijadikan mitra dalam pelaksanaan kegiatan.
Koordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu diperoleh informasi
mengenai upaya untuk memberdayakan peranan penangkar/ kelompok
penangkar benih dalam penyediaan benih varietas unggul bersertifikat . Hal ini
disebabkan penangkar memang memiliki peranan sangat penting tetapi di sisi
lain masih memiliki keterbatasan seperti luas areal produksi dan sumber daya
manusia, prasarana dan sarana, serta modal. Oleh karen itu pada Tahun Anggaran 2015 Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian telah
mencanangkan 1.000 Desa Mandiri Benih se I ndonesia. Di Provinsi Bengkulu
kegiatan ini dilakukan di 25 desa (lampiran 4).
Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Seluma
menghasilkan rekomendasi alternatif lokasi untuk pelaksanaan kegiatan yaitu di
kelompok Renah Manggis Desa Padang Merbau dan kelompok Tani Tunas
Harapan Kecamatan Seluma Selatan. Hasil diskusi disepakati bahwa kegiatan dilaksanakan di kelompoktani Tunas Harapan dikarenakan kelompoktani Renah
Manggis merupakan salah satu calon pelaksana kegiatan Desa Mandiri Benih di
Kabupaten Seluma. Selain itu agroekosistem, infrastruktur, peralatan dan mesin
pasca panen (prosesing) benih seperti gudang, terpal untuk menjemur, siler, alat
pengukur kadar air, dan penjahit karung juga telah tersedia.
Sesuai dengan informasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu Musim
Kemarau (MK I I ) tahun 2015 di Kecamatan Seluma Selatan maka jadual tanam
dilaksanakan pada bulan Mei I hingga Juni I I I . Oleh sebab itu benih hasil
kegiatan di kelompoktani Tunas Harapan akan menjadi pendukung pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Benih di Kabupaten Seluma yang dilaksanakan pada
Musim Hujan (MH) yaitu bulan Oktober 2015.
Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Rejang Lebong menghasilkan rekomendasi agar kegiatan dilaksanakan di
Sarana pendukung yang dimiliki kelompok calon penangkar di Kabupaten
Rejang Lebong antara lain: terpal jemur, mesin perontok dan mesin kipas
pengering. Petani di lokasi ini hanya melaksanakan kegiatan budidaya satu kali
dalam setahun yaitu pada musim hujan. Berdasarkan KATAM Terpadu di
Kecamatan Bermani Ulu Raya jadual tanam dilaksanakan pada bulan September
I I I hingga Oktober I .
4.2.2. Sosialisasi Kegiatan
a. Kabupaten Seluma
Sosialisasi kegiatan di Kabupaten Seluma dilaksanakan pada tanggal 17
April 2015. Kegiatan dilaksanakan di lahan petani kooperator dan diikuti oleh 40
orang peserta yang terdiri atas 30 orang petani, 2 orang petugas lapang, 2 orang
perwakilan pihak Kelurahan dan Kecamatan, 1 orang perwakilan Dinas Pertanian
dan Perkebunan Kabupaten Seluma serta 5 orang dari BPTP Bengkulu. Petani
yang diundang merupakan calon penangkar yang berasal dari kelompoktani
Tunas Harapan, perwakilan kelompok tani yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui dan calon pelaksana kegiatan Desa Mandiri Benih Kabupaten Seluma dari
Kecamatan Seluma Selatan. Petani peserta sosialisasi merupakan calon
penangkar peserta sekolah lapang perbenihan. Petugas lapang yang hadir adalah
Petugas Pertanian Lapangan (PPL) Kelurahan Rimbo Kedui, Koordinator Penyuluh
BP3K Sukarami dan Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT)
Kelurahan Rimbo Kedui.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari pihak Kecamatan Seluma Selatan
yang menyampaikan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan. Sebagian
besar penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani sudah mau menerapkan teknologi yang telah diintroduksi oleh Balitbangtan yang diwakili
oleh BPTP Bengkulu seperti penerapan sistem tanam jajar legowo. Pembinaan
bagi calon penangkar benih diharapkan dapat memotivasi petani untuk dapat
memproduksi benih yang sehat dan bermutu.
Sambutan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Seluma yang diwakili oleh
Kepala Bidang Pertanian mengharapkan dari kegiatan ini akan melahirkan penangkar-penangkar benih padi yang pada akhirnya akan mencukupi kebutuhan
benih bermutu di Kabupaten Seluma. Selama ini petani banyak menggunakan
tersebut merupakan benih dengan label yang lebih tinggi namun terkadang
proses perbenihan yang kurang baik mengakibatkan benih yang dihasilkan pun
juga kurang memuaskan.
Pada kegiatan sosialisasi disampaikan bahwa pada tahun 2015 Balitbangtan
melaksanakan kegiatan Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih Padi,
Jagung dan Kedelai. Khusus untuk Provinsi Bengkulu tahun 2015 ini baru untuk
pengembangan benih padi. Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Mengembangkan
model kawasan mandiri benih yang mampu memproduksi benih berkualitas untuk memenuhi kebutuhan benih di kawasan pengembangan padi, jagung dan
kedelai secara mandiri melalui perbaikan mutu benih calon penangkar, 2)
Memantapkan kelembagaan perbenihan di kawasan pengembangan padi, jagung
dan kedelai untuk menjamin penyediaan dan pendistribusian benih berkualitas
varietas unggul spesifik lokasi secara cukup.
Diharapkan dari kegiatan ini diperoleh model kawasan mandiri benih secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan sehingga calon penangkar mampu memproduksi benih padi secara mandiri. Benih yang dihasilkan dalam jumlah
cukup dan kualitas sesuai dengan mutu benih. Kelembagaan perbenihan
dikawasan pengembangan juga dikembangkan untuk mampu menjamin
penyediaan dan pendistribusian benih berkualitas varietas unggul spesifik lokasi.
Ruang lingkup kegiatan ini adalah model kawasan mandiri benih padi dan
pengembangannya meliputi: perencanaan kebutuhan benih, identifikasi calon
penangkat dan calon lokasi, penyediaan benih sumber, fasilitasi dan bimbingan
proses sertifikasi benih, sistem informasi perbenihan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan produksi benih. Benih sumber yang akan digunakan pada lokasi Laboratorium Lapang (LL) adalah kelas benih Breeder Seed(BS) atau Foundation
Seed (FS). Sedangkan untuk lokasi pendukung akan menggunakan kelas benih
Stock Seed (SS).
Lokasi kegiatan di Kabupaten Seluma dilaksanakan pada lahan seluas 4
Setelah acara sosialisasi, dilakukan kegiatan pengisian kuesioner identifikasi
teknologi budidaya eksisting calon penangkar. Data yang dihimpun dalam
kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi teknologi perbenihan
eksisting yang dilakukan oleh calon penangkar. I nformasi yang diterima dapat
dijadikan acuan dalam penyampaian materi perbenihan pada kegiatan bimbingan
teknis.
b. Kabupaten Rejang Lebong
Pelaksanaan Sosialisasi kegiatan Mandiri Benih dilaksanakan di Rumah
Kepala Desa Bangun Jaya Kecamatan Bermani Ulu Raya pada tanggal 17
September 2015. Sosialisasi dihadiri oleh Kepala BBI Lubuk Kembang, Kepala
Pertanian Kecamatan (KPK) Bermani Ulu Raya, Koordinator Penyuluh (Koorluh)
BPP Pal VI I I dan calon penangkar dari Kelompoktani Rawa Seberang di Desa
Bangun Jaya Kecamatan Bermani Ulu Raya.
Diinformasikan bahwa benih memiliki peran strategis dalam upaya
peningatan produksi padi. Keunggulan benih meliputi daya hasil tinggi, spesifik agroekosistem, adaptif dengan dampak perubahan iklim, ketahanan terhadap
hama penyakit yang mendukung sistem pola tanam dan program pengendalian
hama terpadu, umur genjah untuk meningkatkan indeks pertanaman serta
keunggulan hasil panen sesuai selera konsumen.
Lingkup kegiatan yang dilakukan adalah membuat Laboratorium Lapang
(LL) minimal 1 ha dengan varietas yang digunakan adalah varietas yang sudah
adaftif. Pemilihan lokasi berdasarkan kriteria bukan daerah endemis OPT, bebas
dari bencana (kekeringan dan banjir), diutamakan pada desa yang aktivitas
produksi benihnya belum berkembang.
Setelah selesai penyampaian materi sosialisasi dan diskusi dilakukan
pengisian kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap calon
penangkar terhadap teknologi perbenihan padi. Data yang diperoleh menjadi
data awal untuk pengukuran pengetahuan dan sikap calon penangkar terhadap
4.2.3. Peningkatan Kapasitas Calon Penangkar
Peningkatan kapasitas (pengetahuan, sikap dan keterampilan) calon
penangkar dilakukan dengan berbagai media seperti demplot, bimbingan teknis
dan informasi teknologi berupa folder dan buku teknologi perbenihan.
a. Demplot
Demplot kegiatan dibagi menjadi dua bagian yaitu Laboratorium Lapang
(LL) seluas 1 ha dan lokasi pendukung. LL adalah tempat petani belajar langsung
cara produksi benih dan melihat penampilan varietas yang diperkenalkan. Melalui LL produksi benih didemonstrasikan teknik produksi benih dan diperkenalkan
manajemen mutu. Lokasi pendukung dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
produksi benih dimana calon penangkar pada lokasi pendukung juga
melaksanakan teknisk perbenihan seperti pada lokasi LL.
Tabel 6. Pelaksanaan demplot di Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong Tahun 2015
No Uraian Kabupaten Seluma Kabupaten Rejang
Lebong
1. Luas (ha) 4 5
2. Varietas a. LL
b. Lokasi pendukung
I npari 22 (BS) I npari 16 (SS)
I npari 7 (FS)
I npari 7 (SS), 28 (SS)
3. Jumlah kooperator (org) 5 11
4. Tanggal tanam 8 Mei 2015 2 Desember 2015
5. Tanggal panen 10 Agustus 2015 -6. Prosesing benih Agustus-September -Sumber: Dokumen kegiatan, 2015
Demplot di dilaksanakan pada lokasi dengan total luas lahan 9 ha. LL di
Kabupaten Seluma melibatkan 2 calon penangkar sedangkan di Kabupaten
Rejang Lebong melibatkan 3 orang petani kooperator. Lokasi LL merupakan
lokasi yang digunakan sebagai tempat petani calon penangkar belajar langsung
mengenai aspek produksi benih mulai dari penyiapan lahan hingga produksi
benih.
banyak diminati oleh petani untuk di budidayakan. Dipilihnya varietas I npari 16
karena tingginya minat petani terhadap varietas Ciherang. I npari 16 Pasundan
yang berasal dari seleksi Ciherang/ Cisadane/ / Ciherang diharapkan mampu
mengalihkan minat petani.
Varietas I npari 7 dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong
dikarenakan varietas ini memiliki keunggulan agak tahan terhadap penyakit
tungro yang sempat mewabah. I npari 28 Kerinci yang cocok ditanam pada
ekosistem sawah sampai ketinggian 1.100 m dpl dan adaptif di Kabupaten Rejang Lebong juga menjadi salah satu varietas yang dikembangkan.
Jadual tanam Musim Kemarau (MK) di Kelurahan Rimbo Kedui sesuai
dengan jadual tanam Kalender Tanam di Kecamatan Seluma Selatan yaitu pada
bulan Mei I hingga Juni I I I . Jadual tanam di Kabupaten Rejang mengalami
kemunduran yang cukup lama akibat musim kemarau yang mengakibatkan tidak
tersedianya sumber air yang cukup. Kegiatan tanam baru dilaksanakan pada
Desember I sedangkan jadual tanam berdasarkan kalender tanam adalah bulan September I I I hingga Oktober I .
Teknologi yang diterapkan pada lokasi demplot adalah teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah seperti penggunaan Varietas
Unggul Baru (VUB), benih sehat dan berlabel, sistem tanam jajar legowo 4: 1 dan
2: 1, pemupukan sesuai dengan rekomendasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu,
pengairan berselang, pengendalian terpadu untuk OPT, dan penanaman bibit
muda dengan 1-3 batang per lubang tanam.
b. Bimbingan teknis
Pelaksanaan bimbingan teknis awalnya direncanakan dilaksanakan dalam bentuk sekolah lapang perbenihan di lokasi LL. Mundurnya jadwal tanam
di Kabupaten Rejang Lebong mengakibatkan kegiatan bimbingan teknis di lokasi
ini dilaksanakan dengan cara penyuluhan pada pertemuan kelompok.
Bimbingan teknis perbenihan dilaksanakan sebanyak 5 kali pada
masing-masing lokasi kegiatan. Materi yang diberikan antara lain: pengolahan tanah dan
persemaian, tanam, perawatan tanaman, rouging, panen, prosesing dan sertifikasi benih.
Materi pengolahan tanah dan persemaian difokuskan pada teknologi
dengan perbandingan lumpur dan air 1: 1 dan dilakukan dua kali. Setelah
pengolahan I , sawah digenang selama 7-15 hari lalu disebarkan bahan organik
dan benamkan gulma. Olah tanah menggunakan hand-tractor atau cangkul
setelah lahan digenangi. Selanjutnya dilakukan kegiatan pembajakan I I diikuti
penggaruan untuk meratakan dan pelumpuran.
Materi budidaya seperti persemaian, tanam dan perawatan tanaman
disesuaikan dengan teknologi PTT padi sawah. Persemaian dibuat luas yaitu
seluas 20% dari luas tanam. Sistem tanam menggunakan sistem jajar legowo untuk mengoptimalkan jumlah populasi dan pemupukan dilakukan sebanyak tiga
kali sesuai dengan rekmendasi Kalender Tanam Terpadu. Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dilaksanakan secara terpadu sesuai
dengan tingkat serangan yang terjadi.
Teknologi roguing, prosesing dan sertifikasi benih disampaikan oleh
Petugas dari Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPSBTPH) dari masing-masing Kabupaten. Teknologi roguing disampaikan agar dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada stadia vegetatif awal (35
– 45 HST), vegetatif akhir (50 – 60 HST), generatif awal (85 – 90 HST), generatif
akhir (100 – 115 HST). Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun
tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman
yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding
(pertanaman check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat
disarankan.
Materi prosesing benih dititikberatkan pada proses pembersihan dan
pengeringan gabah.Tujuan pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami dan daun padi yang tersangkut) juga untuk membuang benih
hampa. Calon benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai mencapai atau
telah memenuhi standar mutu benih bersertikat (13% atau lebih rendah).
Calon penangkar juga diberikan informasi mengenai tahapan sertifikasi
persiapan alat panen agar bersih dari benih varietas lain. Pembinaan aspek
produksi melalui kegiatan bimbingan teknis diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan perubahan sikap calon penangkar terhadap teknologi
perbenihan.
Selain bimbingan teknis yang dilakukan secara massal, pembinaan aspek
produksi juga dilakukan secara perorangan bagi calon penangkar baik pada
lokasi LL maupun lokasi pendukung. Pembinaan disesuaikan dengan fase
pertumbuhan tanaman dan kebutuhan teknologi calon penangkar.
c. Bahan informasi teknologi berupa folder dan buku teknologi
perbenihan
Bahan informasi teknologi adalah sumber informasi yang disajikan dalam
bentuk banner, leaflet, brosur maupun buku yang berisikan informasi teknologi.
Bahan informasi teknologi yang dicetak untuk menunjang peningkatan
pengetahuan dan sikap calon penangkar berupa 3 buah folder dan 1 buku
panduan teknologi. Jumlah bahan informasi teknologi yang telah dicetak dan
diditribusikan dalam upaya percepatan diseminasi teknologi perbenihan selama
tahun 2015 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jenis dan jumlah bahan informasi teknologi perbenihan yang dicetak dan didistribusikan tahun 2015
No Jenis bahan informasi Jumlah (eks)
1. Folder Pengelolaa Tanaman Tepadu (PTT) Padi Sawah 200
2. Folder sistem tanam jajar legowo 200
3. Folder prosesing dan sertifikasi benih 200
4. Buku I novasi Teknologi Mendukung Kawasan Mandiri Benih
116
Sumber: Dokumen kegiatan, 2015
Bahan informasi tersebut telah didistribusikan pada masing-masing lokasi
kegiatan baik untuk calon penangkar melalui kelompok tani maupun bagi
petugas pertanian lapangan melalui Badan Pelaksana Penyuluhan setempat.
Keberhasilan suatu kegiatan diseminasi ditentukan oleh tingkat pemanfaatan
informasi dan penerapan teknologi yang dihasilkan oleh masyarakat tani pada suatu wilayah kerja. Sehingga diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme
dan metode yang tepat agar hasil-hasil litkaji dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir dan pengguna antara. Salah satu metode tersebut adalah penyebarluasan
Pada awal dan akhir pelaksanaan kegiatan sekolah lapang maupun
penyuluhan perbenihan telah dilakukan pengumpulan data mengenai kapasitas
calon penangkar berupa pengetahuan dan sikap calon penangkar terhadap
teknologi perbenihan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan petani
dalam perbenihan meningkat sebesar 38,29% dari 9,40 menjadi 13,00 (Tabel 8).
I ni menunjukkan bahwa petani semakin memahami teknologi perbenihan padi
sawah dengan pendekatan PTT yang disuluhkan.
Pengetahuan petani dalam penyemaian, perbenihan, penanaman, VUB dan benih bermutu dan berlabel, serta pemupukan semula berada pada kriteria
sedang setelah pelaksanaan kegiatan meningkat menjadi tinggi. Efektifnya
metode penyampaian pesan kepada petani dimungkinkan menjadi salah satu
penyebab hal ini bisa terjadi.
Tabel 8. Pengetahuan calon penangkar tentang teknologi perbenihan adi dengan pendekatan PTT padi sawah di Provinsi Bengkulu Tahun 2015
No
I ndikator Teknologi Sebelum Sesudah
Skor Kriteria Skor Kriteria 1. VUB, benih bermutu dan berlabel 1,70 Sedang 2,10 Tinggi
2. Penyemaian 0,80 Sedang 1,50 Tinggi
3. Penanaman 3,20 Sedang 4,00 Tinggi
4. Pemupukan 0,70 Tinggi 0,80 Tinggi
5. Perbenihan 2,10 Sedang 3,60 Tinggi
6. Komponen teknologi PTT 0,90 Sedang 1,00 Sedang
Jumlah 9,40 Sedang 13,00 Tinggi
Sumber : data primer diolah, 2015
Dilihat dari masing-masing indikator, peningkatan pengetahuan terbesar terjadi pada indikator penyemaian yaitu sebesar 87,50% diikuti dengan
perbenihan (71,43)% , penanaman (25,00% ), VUB dan benih bermutu dan
berlabel (23,53% ), pemupukan (14,29% ), dan komponen teknologi PTT
(11,11% ). Secara grafik peningkatan pengetahuan ini dapat dilihat pada Gambar
1.