• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kapasitas Calon Penangkar

Dalam dokumen model penyiapan benih (Halaman 38-46)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

9. Rejang Lebong

4.2. Peningkatkan Status dan Kapasitas Calon Penangkar dalam Pengelolaan, Pemilihan dan Penggunaan Varietas Unggul ( VU)

4.2.3. Peningkatan Kapasitas Calon Penangkar

Peningkatan kapasitas (pengetahuan, sikap dan keterampilan) calon penangkar dilakukan dengan berbagai media seperti demplot, bimbingan teknis dan informasi teknologi berupa folder dan buku teknologi perbenihan.

a. Demplot

Demplot kegiatan dibagi menjadi dua bagian yaitu Laboratorium Lapang (LL) seluas 1 ha dan lokasi pendukung. LL adalah tempat petani belajar langsung cara produksi benih dan melihat penampilan varietas yang diperkenalkan. Melalui LL produksi benih didemonstrasikan teknik produksi benih dan diperkenalkan manajemen mutu. Lokasi pendukung dimaksudkan untuk mendukung kegiatan produksi benih dimana calon penangkar pada lokasi pendukung juga melaksanakan teknisk perbenihan seperti pada lokasi LL.

Tabel 6. Pelaksanaan demplot di Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong Tahun 2015

No Uraian Kabupaten Seluma Kabupaten Rejang

Lebong 1. Luas (ha) 4 5 2. Varietas a. LL b. Lokasi pendukung I npari 22 (BS) I npari 16 (SS) I npari 7 (FS) I npari 7 (SS), 28 (SS)

3. Jumlah kooperator (org) 5 11

4. Tanggal tanam 8 Mei 2015 2 Desember 2015

5. Tanggal panen 10 Agustus 2015 -6. Prosesing benih Agustus-September -Sumber: Dokumen kegiatan, 2015

Demplot di dilaksanakan pada lokasi dengan total luas lahan 9 ha. LL di Kabupaten Seluma melibatkan 2 calon penangkar sedangkan di Kabupaten Rejang Lebong melibatkan 3 orang petani kooperator. Lokasi LL merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat petani calon penangkar belajar langsung mengenai aspek produksi benih mulai dari penyiapan lahan hingga produksi benih.

banyak diminati oleh petani untuk di budidayakan. Dipilihnya varietas I npari 16 karena tingginya minat petani terhadap varietas Ciherang. I npari 16 Pasundan yang berasal dari seleksi Ciherang/ Cisadane/ / Ciherang diharapkan mampu mengalihkan minat petani.

Varietas I npari 7 dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong dikarenakan varietas ini memiliki keunggulan agak tahan terhadap penyakit tungro yang sempat mewabah. I npari 28 Kerinci yang cocok ditanam pada ekosistem sawah sampai ketinggian 1.100 m dpl dan adaptif di Kabupaten Rejang Lebong juga menjadi salah satu varietas yang dikembangkan.

Jadual tanam Musim Kemarau (MK) di Kelurahan Rimbo Kedui sesuai dengan jadual tanam Kalender Tanam di Kecamatan Seluma Selatan yaitu pada bulan Mei I hingga Juni I I I . Jadual tanam di Kabupaten Rejang mengalami kemunduran yang cukup lama akibat musim kemarau yang mengakibatkan tidak tersedianya sumber air yang cukup. Kegiatan tanam baru dilaksanakan pada Desember I sedangkan jadual tanam berdasarkan kalender tanam adalah bulan September I I I hingga Oktober I .

Teknologi yang diterapkan pada lokasi demplot adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah seperti penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB), benih sehat dan berlabel, sistem tanam jajar legowo 4: 1 dan 2: 1, pemupukan sesuai dengan rekomendasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu, pengairan berselang, pengendalian terpadu untuk OPT, dan penanaman bibit muda dengan 1-3 batang per lubang tanam.

b. Bimbingan teknis

Pelaksanaan bimbingan teknis awalnya direncanakan dilaksanakan dalam bentuk sekolah lapang perbenihan di lokasi LL. Mundurnya jadwal tanam di Kabupaten Rejang Lebong mengakibatkan kegiatan bimbingan teknis di lokasi ini dilaksanakan dengan cara penyuluhan pada pertemuan kelompok.

Bimbingan teknis perbenihan dilaksanakan sebanyak 5 kali pada masing-masing lokasi kegiatan. Materi yang diberikan antara lain: pengolahan tanah dan persemaian, tanam, perawatan tanaman, rouging, panen, prosesing dan sertifikasi benih.

Materi pengolahan tanah dan persemaian difokuskan pada teknologi pengolahan tanah sawah secara sempurna. Pengolahan tanah sempurna dicirikan

dengan perbandingan lumpur dan air 1: 1 dan dilakukan dua kali. Setelah pengolahan I , sawah digenang selama 7-15 hari lalu disebarkan bahan organik dan benamkan gulma. Olah tanah menggunakan hand-tractor atau cangkul setelah lahan digenangi. Selanjutnya dilakukan kegiatan pembajakan I I diikuti penggaruan untuk meratakan dan pelumpuran.

Materi budidaya seperti persemaian, tanam dan perawatan tanaman disesuaikan dengan teknologi PTT padi sawah. Persemaian dibuat luas yaitu seluas 20% dari luas tanam. Sistem tanam menggunakan sistem jajar legowo untuk mengoptimalkan jumlah populasi dan pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan rekmendasi Kalender Tanam Terpadu. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan tingkat serangan yang terjadi.

Teknologi roguing, prosesing dan sertifikasi benih disampaikan oleh Petugas dari Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) dari masing-masing Kabupaten. Teknologi roguing disampaikan agar dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada stadia vegetatif awal (35 – 45 HST), vegetatif akhir (50 – 60 HST), generatif awal (85 – 90 HST), generatif akhir (100 – 115 HST). Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan.

Materi prosesing benih dititikberatkan pada proses pembersihan dan pengeringan gabah.Tujuan pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami dan daun padi yang tersangkut) juga untuk membuang benih hampa. Calon benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertikat (13% atau lebih rendah).

Calon penangkar juga diberikan informasi mengenai tahapan sertifikasi benih meliputi: penyampaikan permohonan kepada BPSB, pemeriksaan lapangan

persiapan alat panen agar bersih dari benih varietas lain. Pembinaan aspek produksi melalui kegiatan bimbingan teknis diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan.

Selain bimbingan teknis yang dilakukan secara massal, pembinaan aspek produksi juga dilakukan secara perorangan bagi calon penangkar baik pada lokasi LL maupun lokasi pendukung. Pembinaan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman dan kebutuhan teknologi calon penangkar.

c. Bahan informasi teknologi berupa folder dan buku teknologi

perbenihan

Bahan informasi teknologi adalah sumber informasi yang disajikan dalam bentuk banner, leaflet, brosur maupun buku yang berisikan informasi teknologi. Bahan informasi teknologi yang dicetak untuk menunjang peningkatan pengetahuan dan sikap calon penangkar berupa 3 buah folder dan 1 buku panduan teknologi. Jumlah bahan informasi teknologi yang telah dicetak dan diditribusikan dalam upaya percepatan diseminasi teknologi perbenihan selama tahun 2015 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jenis dan jumlah bahan informasi teknologi perbenihan yang dicetak dan didistribusikan tahun 2015

No Jenis bahan informasi Jumlah (eks)

1. Folder Pengelolaa Tanaman Tepadu (PTT) Padi Sawah 200

2. Folder sistem tanam jajar legowo 200

3. Folder prosesing dan sertifikasi benih 200

4. Buku I novasi Teknologi Mendukung Kawasan Mandiri Benih

116

Sumber: Dokumen kegiatan, 2015

Bahan informasi tersebut telah didistribusikan pada masing-masing lokasi kegiatan baik untuk calon penangkar melalui kelompok tani maupun bagi petugas pertanian lapangan melalui Badan Pelaksana Penyuluhan setempat. Keberhasilan suatu kegiatan diseminasi ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang dihasilkan oleh masyarakat tani pada suatu wilayah kerja. Sehingga diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme dan metode yang tepat agar hasil-hasil litkaji dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir dan pengguna antara. Salah satu metode tersebut adalah penyebarluasan informasi melalui bahan informasi teknologi.

Pada awal dan akhir pelaksanaan kegiatan sekolah lapang maupun penyuluhan perbenihan telah dilakukan pengumpulan data mengenai kapasitas calon penangkar berupa pengetahuan dan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan petani dalam perbenihan meningkat sebesar 38,29% dari 9,40 menjadi 13,00 (Tabel 8). I ni menunjukkan bahwa petani semakin memahami teknologi perbenihan padi sawah dengan pendekatan PTT yang disuluhkan.

Pengetahuan petani dalam penyemaian, perbenihan, penanaman, VUB dan benih bermutu dan berlabel, serta pemupukan semula berada pada kriteria sedang setelah pelaksanaan kegiatan meningkat menjadi tinggi. Efektifnya metode penyampaian pesan kepada petani dimungkinkan menjadi salah satu penyebab hal ini bisa terjadi.

Tabel 8. Pengetahuan calon penangkar tentang teknologi perbenihan adi dengan pendekatan PTT padi sawah di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

No

I ndikator Teknologi Sebelum Sesudah

Skor Kriteria Skor Kriteria 1. VUB, benih bermutu dan berlabel 1,70 Sedang 2,10 Tinggi

2. Penyemaian 0,80 Sedang 1,50 Tinggi

3. Penanaman 3,20 Sedang 4,00 Tinggi

4. Pemupukan 0,70 Tinggi 0,80 Tinggi

5. Perbenihan 2,10 Sedang 3,60 Tinggi

6. Komponen teknologi PTT 0,90 Sedang 1,00 Sedang

Jumlah 9,40 Sedang 13,00 Tinggi

Sumber : data primer diolah, 2015

Dilihat dari masing-masing indikator, peningkatan pengetahuan terbesar terjadi pada indikator penyemaian yaitu sebesar 87,50% diikuti dengan perbenihan (71,43)% , penanaman (25,00% ), VUB dan benih bermutu dan berlabel (23,53% ), pemupukan (14,29% ), dan komponen teknologi PTT (11,11% ). Secara grafik peningkatan pengetahuan ini dapat dilihat pada Gambar 1.

mempunyai konsep d manusianya dan prose

Gambar 1. Grafik

Uji dengan memperlihatkan ada calon penangkar terh (Tabel 9). Peningkata padi ditunjukkan deng

Tabel 9. Hasil analisis kegiatan T Me Pair 1 Sebelum Penyuluhan - Sesudah Penyuluhan -3

Sumber: data primer diola

Pelaksanan de mempraktekan secar yang dilaksanakan demonstrasi member mengenai cara meng PTT. Kedua metode karakteristik petani de 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 1 S k o r P e n g e ta h u a n

diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belaja oses belajarnya perlu dikedepankan.

fik peningkatan pengetahuan petani teknologi

menggunakan analisis statistik Paired S a perbedaan yang sangat siginifikan mengen rhadap teknologi perbenihan sebelum dan se atan pengetahuan calon penangkar dalam prose

ngan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.

alisis statistik peningkatan pengetahuan ca n TA 2015 Paired Differences t Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence I nterval of the Difference Lower Upper -3.667 1.090 .223 -4.127 -3.206 -16.47 diolah, 2015

demplot bertujuan agar petani dapat belaja ara langsung teknologi yang disuluhkan. Bim

dengan penyampaian materi, diskusi, d erikan petani informasi dan menmabah peng ngenali teknologi perbenihan padi sawah deng ode penyuluhan ini memberikan manfaat dan

i dengan tingkat pendidikan dan umur yang ber

2 3 4 5 6

Indikator Teknologi Perbenihan

lajar sehingga sisi

ologi perbenihan Simple T Test, enai pengetahuan sesudah kegiatan roses perbenihan . calon penangkar df Sig. (2-tailed) 478 23 .000

jar, melihat, dan Bimbingan teknis disertai dengan ngetahuan petani ngan pendekatan an sesuai dengan eragam. Sebelum Sesudah

Sudarta (2005) menyatakan bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Menurut Syafruddin dkk (2006) setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

Rata-rata sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan berada pada kriteria tinggi dengan skor rata-rata 4,17 (Tabel 10). I ni menunjukkan bahwa kegiatan ini menghasilkan sikap petani yang positif dimana calon penangkar bersedia menerima tenologi perbenihan dalam budidaya tanaman pad sebagai bentuk adopsi dari suatu inovasi dalam usahataninya. Calon penangkar mau menerima teknologi perbenihan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan maupun telah diamati sendiri.

Pembentukan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi didalam diri individu (I ndraningsih, 2011). Terbentuknya sikap petani merupakan bagian dari tahapan proses adopsi inovasi. Dimana pada tahap ini, petani mulai menaruh minat pada hal yang baru diketahuinya. Hal ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari keterangan-keterangan tentang hal baru tersebut. Apa itu, bagaimana

Tabel 10. Sikap petani terhadap teknologi perbenihan di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

No. Uraian Skor * Kriteria

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kesesuaian teknologi PTT dengan lingkungan/ kondisi setempat Kesesuaian teknologi PTT dengan kebutuhan petani

Kemudahan penerapan teknologi PTT di lapangan

Kesesuaian teknologi PTT dengan ketersediaan modal petani

Kesesuaian teknologi PTT dengan kebiasaan cara budidaya petani Manfaat teknologi perbenihan dalam peningkatan kemampuan petani tentang penangkaran benih

4,25 4,46 4,38 3,92 3,79 4,25 Sangat postif Sangat postif Sangat postif Positif Positif Sangat postif Rata-Rata 4,17 Positif

Sumber: data primer diolah, 2015

Keterangan : *1,00 ≤ x ≤ 1,80 = Sangat negatif; 1,80 < x ≤ 2,60 = Negatif; 2,60 < x ≤ 3,40 = Netral; 3,40 ≤ x ≤ 4,20 = Positif; 4,20 ≤ x ≤ 5,00 = Sangat positif

Senada dengan hal tersebut, Soekartawi (2005) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan yang dilalui oleh petani dalam mengadopsi suatu inovasi, yakni: (i) tahap kesadaran dengan mengetahui informasi yang masih bersifat umum, (ii) tahap menaruh minat dengan mengumpulkan dan mencari informasi dari berbagai sumber, (iii) tahap evaluasi yaitu dengan mempertimbangkan lebih lanjut apakah minatnya diteruskan atau tidak, (iv) tahap mencoba menerapkan dalam skala kecil, dan (v) tahap adopsi dengan menerapkan di lahan skala yang lebih luas. Menurut Musyafak dan I brahim (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi suatu inovasi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. I novasi yang ditawarkan harus merupakan teknologi yang tepat guna, sesuai dengan kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada pada petani.

Secara keseluruhan, petani menyenangi teknologi dan teknik perbenihan padi sawah yang diberikan dikarenakan sesuai dengan kondisi/ lingkungan setempat, sesuai dengan kebutuhan petani, mudah diterapkan, tidak terkendala dengan ketersediaan modal dan cara kebiasaan budidaya petani, serta meningkatkan kapasitas petani dalam penangkaran benih. Usahatani calon benih yang dilakukan pada dasarnya sama dengan kegiatan budidaya padi untuk konsumsi. Hanya saja pada kegiatan budidaya calon benih dilakukan kegiatan

roguing yang tidak dilakukan pada budidaya padi untuk konsumsi. Analisis usahatani calon benih padi Kelompok Tani Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan disajikan pada Lampiran 5.

Kegiatan perbenihan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan dengan budidaya padi untuk konsumsi walaupun waktu yang dibutuhkan untuk prosesing benih membutuhkan waktu yang lebih lama. Keuntungan ini membuat 3 orang peserta sekolah lapang bersedia untuk melaksanakan kegiatan penangkaran pada musim tanam berikutnya. Mereka berharap kegiatan penangkaran yang akan dilakukan dapat dikelola bersama oleh kelompok agar kegiatan penangkaran dapat berjalan lebih baik

4.3. Melayani Kebutuhan Benih Padi Varietas Unggul ( VU) untuk

Dalam dokumen model penyiapan benih (Halaman 38-46)

Dokumen terkait