• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

JUMLAH SAPI

11) Meningkatkan Ilmu Pengetahuan Para Peternak

Manfaat yang satu ini bersifat human capital, oleh karena itu masih sangat sulit untuk mengkuantifikasi dalam bentuk moneter. Dengan dilakukannya program pemagangan oleh PESAT kepada peternak atau calon peternak, maka efeknya adalah dapat meningkatkan ilmu pengetahuan mereka terutama di bidang peternakan. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari program pemagangan selama 6 bulan, diharapkan dapat menjadikan mereka lebih terampil dalam menjalankan usaha peternakan dan mampu dalam menyelesaikan masalah. Manfaat ini akan dirasakan di masa yang akan datang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sawarjuwono dan Kadir (2003) bahwa pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sehubungan dengan pengembangan komponen utama modal intelektual berupa human capital akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang selanjutnya akan menunjang going concern dan demi tercapainya tujuan (goal achievment) perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa human capital merupakan hasil dari transaksi masa lalu yang dilakukan oleh perusahaan. Mereka juga mengatakan modal intelektual hanya dapat dianggap sebagai aset dan belum dapat diperlakukan sebagai aset seperti aset-aset lainnya yang dapat diukur dan dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan karena sulitnya pengukuran terhadap aset ini. Riset Guthrie dan Petty (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) menunjukkan bahwa pengungkapan modal intelektual lebih banyak (95%) disajikan secara terpisah dan tidak ada yang disajikan dalam angka atau kuantitatif.

Manfaat yang dirasakan di masa mendatang tersebut dapat berupa pendapatan yang meningkat, sehingga menilai ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mengukur pendapatan dari subjek yang menerima ilmu pengetahuan

tersebut. Dalam penelitian ini, kuantifikasi manfaat ini dilakukan dengan cara mengukur efek yang didapatkan peternak ketika ilmu pengetahuannya bertambah, yaitu meningkatnya pendapatan peternak dari sektor peternakan. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan peternak, maka akan meminimalisir kesalahan dalam beternak, sehingga diharapkan kematian anak dapat diminimalisir dan menghasilkan performa ternak yang bagus, dan akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan peternak tersebut, produktivitas bertambah akibat nilai jual yang tinggi. Seperti dikatakan di awal, peternak yang sudah mengikuti program pemagangan akan mendapatkan Sapi Bali sebanyak 2 ekor, sehingga manfaat meningkatnya ilmu pengetahuan peternak dari program pemagangan PESAT dapat dihitung dari hasil usaha peternakan Sapi Bali yang mereka dapatkan pasca program tersebut. Sapi Bali tersebut digunakan peternak sebagai modal awal bagi peternak baru atau modal tambahan bagi peternak yang sebelumnya memang sudah pernah beternak, sehingga manfaat ini dihitung dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima peternak dari usaha pembibitan sapi tersebut. Jika setiap satu orang peternak mendapatkan 2 ekor sapi betina induk, dan diasumsikan setiap tahun akan mengalami kebuntingan dan melahirkan anak, maka setiap tahunnya peternak akan menghasilkan 2 anak sapi. Jika 1 ekor anak sapi dijual dengan harga Rp5 juta, maka setiap tahun peternak mendapatkan hasil sebesar Rp10 juta dikurangi biaya kesehatan dan pakan dedak sebesar Rp1 320 000 per tahun, sehingga manfaat bersih diterima oleh peternak dalam satu tahun sebesar Rp8 680 000. Dengan asumsi bahwa setiap tahun akan dilakukan program pemagangan sebanyak satu kali dan peserta yang diikutkan sebanyak 6 orang, maka manfaat adanya program PESAT terhadap peningkatan ilmu pengetahuan peternak adalah Rp52 080 000/tahun. Seiiring berjalannya waktu, manfaat ini akan lebih besar lagi jika para peternak dapat mengembangkan usaha ternaknya dengan menambah jumlah induk ternak, dan materi tentang analisis usaha peternakan juga diberikan saat mereka mengikuti program pemagangan.

12) Meningkatkan ReputasiPerusahaan

Secara tidak langsung, keberadaan PESAT dapat meningkatkan reputasi PT KPC di mata masyarakat, mitra kerja dan pemerintah. Hal ini terlihat pada persepsi yang positif dari berbagai stakeholder yang ada, diraihnya penghargaan dalam ajang The Fifth Asean Best Practice Competition For Energy Efficient

Building Asean Energy Award 2011 dan banyaknya kunjungan ke PESAT untuk

sekedar studi banding atau pun mengetahui lebih banyak tentang konsep PESAT. Dengan meningkatnya reputasi perusahaan, maka akan berefek pada hal lain, seperti meningkatnya kepercayaan para stakeholder kepada perusahaan, sehingga menjadi lancar dalam menjalankan bisnisnya. Para pemegang saham semakin nyaman dalam menanamkan investasinya, hubungan dengan pemerintah daerah menjadi lebih baik dan lain sebagainya.

Analisis Kelayakan Program PESAT Kriteria Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan program PESAT dinilai berdasarkan 3 kriteria performa investasi, yaitu NPV, BCR dan IRR. Terdapat beberapa skenario analisis kelayakan yang didesain dalam penelitian ini. Hal ini terkait dengan pemilihan keputusan atas keberlanjutan program. Beberapa skenario analisis tersebut adalah pertama ketika analisis tidak memperhitungkan nilai sisa untuk aset-aset tetap perusahaan, seperti kandang, bangunan mess dan kantor, serta fasilitas penunjang lainnya. Skenario kedua yang dibangun adalah ketika analisis memperhatikan nilai sisa dari aset-aset tersebut. Skenario ketiga yaitu ketika program ini dibuat menjadi kegiatan bisnis. Skenario keempat yang dibuat adalah ketika nilai sisa tidak diperhitungkan, tetapi manfaat program untuk Kampus STIPER ditingkatkan lagi, yaitu dengan langkah intensitas praktikum di kandang PESAT ditambah atau ditingkatkan. Skenario kelima adalah dengan menurunkan suku bunga analisis. Dengan mengetahui nilai-nilai dari beberapa skenario ini, PT KPC selaku pemilik dan pengelola harus mengambil kebijakan yang tepat terkait keberlanjutan program. Hal ini dapat dijadikan sumber informasi untuk melakukan evaluasi efektivitas dan keberhasilan program.

Untuk skenario pertama, berdasarkan analisis kelayakan yang dilakukan, maka program PESAT tidak layak untuk dijalankan. Hal ini diperlihatkan dari nilai NPV yang negatif dan IRR yang lebih rendah dari suku bunga yang dipakai. Hasil analisis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp-451 256 201, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 5%. Nilai NPV yang negatif menunjukkan bahwa manfaat yang didapatkan program PESAT masih kecil selama umur proyek. Nilai IRR seharusnya mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan, namun hasil menunjukkan nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat diskonto yang digunakan (5.75%). Hasil ini memang tidak memasukkan nilai manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi, yaitu program dapat meningkatkan reputasi perusahaan, namun setidaknya memperlihatkan sejauh mana kelayakan program jika manfaat yang didapatkan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hasil analisis kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.35 berikut ini.

Tabel 4.35 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario I No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah -451 256 201

2 Net B/C - 1

3 Gross B/C - 1

4 IRR Persen 5%

Dalam skenario yang kedua, pengambil kebijakan memperhitungkan nilai sisa di akhir periode analisis dari aset-aset tetap yang dimiliki PESAT. Aset-aset tersebut diantaranya kandang, bangunan mess, kantor, pagar, gazebo pandang, gudang pakan, digester biogas, dan tempat pengolahan kompos. Diperkirakan nilai sisa pada tahun akhir analisis dari aset-aset tetap tersebut adalah Rp2 684

160 000. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai NPV sebesar Rp921 027 445, net B/C sebesar 1.15, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Secara keseluruhan, hasil analisis tersebut menunjukkan program PESAT layak untuk dijalankan. Nilai sisa pada dasarnya bersifat subjektif, dimana sangat tergantung pada kebijakan manajemen dari masing-masing perusahaan. Nilai sisa merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aset tidak dipakai lagi. Nilai ini mencerminkan nilai estimasi dimana aset dapat dijual kembali ketika aset tetap tersebut dihentikan dari pemakaiannya. Dalam penelitian ini, nilai sisa diperhitungkan sebagai manfaat yang masih dapat dipakai setelah tahun tutup tambang, yaitu tahun 2021. Berdasarkan analisis kriteria kelayakan investasi, bahwa dengan memasukkan unsur nilai sisa, maka program PESAT masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis dengan skenario ini dapat dilihat pada Tabel 4.36 di bawah ini.

Tabel 4.36 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario II No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah 921 027 445

2 Net B/C - 1.15

3 Gross B/C - 1

4 IRR Persen 8%

Skenario ketiga adalah ketika program ini diarahkan ke kegiatan bisnis, artinya manfaat yang diperhitungkan adalah manfaat finansial saja tanpa manfaat sosial, dengan konsekuensi usaha dikenakan pajak sebesar 30%, dan memasukkan biaya penyusutan ke dalam analisis. Biaya penyusutan diperhitungkan sebagai pengganti investasi harta tetap, yang pada waktu tertentu tidak dapat digunakan lagi atau rusak. Dalam konsep akuntansi, biaya penyusutan merupakan pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak, sehingga biaya non kas ini akan berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Dalam analisis kelayakan, biaya penyusutan dihitung sebagai biaya tetap. Dengan memasukkan biaya ini, berdasarkan hasil analisis memperlihatkan bahwa nilai NPV bernilai negatif, yaitu sebesar Rp-2 050 069 987, net B/C sebesar 0.90, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 0%. Berdasarkan analisis kriteria investasi, secara keseluruhan program PESAT tidak layak untuk dijalankan. Artinya adalah ketika program PESAT tidak dirasakan manfaatnya untuk masyarakat, baik itu bagi peternak, Kampus STIPER, siswa, dan mahasiswa, maka program ini tidak layak untuk dilakukan. Hasil analisis dengan skenario ini dapat dilihat pada Tabel 4.37 di bawah ini.

Tabel 4.37 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario III No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah -2 420 563 476

2 Net B/C - 0.90

3 Gross B/C - 1

4 IRR Persen 0%

Skenario keempat yang dibangun dalam analisis ini adalah dengan meningkatkan intensitas penggunaan kandang PESAT oleh Kampus STIPER

Kutai Timur. Seperti kita ketahui di awal bahwa selama ini Kampus STIPER khususnya Konsentrasi Studi Peternakannya melakukan praktikum hanya satu kali dalam satu semester per mata kuliah. Dalam satu tahun (2 semester), lebih kurang terdapat 15 mata kuliah yang dalam praktikumnya menggunakan kandang sapi. Ketika Kampus STIPER masih melakukan praktikum hanya satu kali per semester atau dengan kata lain hanya satu kali menggunakan kandang PESAT per mata kuliah dalam satu semester, maka nilai dari manfaat yang dirasakan dari program ini hanya sebesar Rp10 500 000 per tahun. Jika nilai ini tetap dan analisis tidak memperhitungkan nilai sisa aset akhir (skenario I), maka program PESAT tidak layak untuk dijalankan. Agar program ini layak untuk dijalankan, maka intensitas penggunaan kandang PESAT oleh Kampus STIPER harus ditingkatkan sampai 9 kali praktikum per mata kuliah per semester. Dengan meningkatkan intensitas pemakaian kandang PESAT sampai 9 kali tersebut, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp37 164 455, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 6%. Berdasarkan kriteria investasi, dengan hasil-hasil tersebut program PESAT layak untuk dijalankan. Hal ini memperlihatkan bahwa dari ketiga pihak yang merasakan manfaat akan adanya program PESAT ini, Kampus STIPER masih belum optimal dalam menggunakannya, padahal dalam prakteknya keberadaan PESAT ini seharusnya menjadi paling bermanfaat bagi Kampus STIPER. Selama ini, dalam satu semester Kampus STIPER melakukan praktikum hanya satu kali untuk setiap mata kuliah yang membebankan praktikum. Intensitas yang hanya satu kali tersebut masih dirasa kurang dalam mencapai tujuan pengajaran. Jika selama ini alasannya dikarenakan belum tersedia fasilitas laboratorium kandang dan ketersediaan dana, maka dengan adanya PESAT saat ini masalah tersebut seharusnya dapat teratasi, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dicari jalan keluarnya antara PT KPC dan pihak kampus agar akses Kampus STIPER melakukan praktikum ke kandang PESAT menjadi mudah. Hasil analisis dengan skenario keempat ini dapat dilihat pada Tabel 4.38 di bawah ini.

Tabel 4.38 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario IV No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah 37 164 455

2 Net B/C - 1.01

3 Gross B/C - 1

4 IRR Persen 6%

Skenario kelima yaitu jika analisis menurunkan suku bunga atau tingkat diskontonya, dan nilai sisa tetap tidak diperhitungan. Pada skenario satu, dengan memakai suku bunga BI rate sebesar 5.75%, program PESAT dinyatakan tidak layak untuk dijalankan, oleh karena itu skenario ini mencoba menurunkan suku bunga analisis yang ditentukan. Program PESAT akan layak dijalankan jika suku bunga yang dipakai diturunkan hingga 4.6%. Dengan menurunkan suku bunga pada level ini, didapatkan nilai NPV sebesar Rp45 310 129, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 5%. Hasil analisis dengan skenario ini dapat dilihat pada Tabel 4.39 di bawah ini.

Tabel 4.39 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario V No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah 45 310 129

2 Net B/C - 1.01

3 Gross B/C - 1

4 IRR Persen 5%

Dari kelima skenario tersebut dapat diambil satu kombinasi yang harapannya merupakan desain terbaik dalam analisis kelayakan program PESAT, sehingga keputusan pengambil kebijakan menjadi tepat. Program PESAT merupakan salah satu program CSR perusahaan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang, sehingga proyek ini tidak berorientasi keuntungan, yang berakibat proyek ini tidak dikenakan pajak penghasilan. Untuk evaluasi efektivitas dan keberhasilan program, studi kelayakan tetap diperlukan. Hal ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah ide program yang dijalankan dapat terus berjalan dalam upaya menjalankan misi sosialnya dengan pendapatan yang diterimanya (Suliyanto 2010). Kaitannya dengan program PESAT adalah, apakah program ini layak dengan manfaat-manfaat yang muncul dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Keberadaan program PESAT, termasuk aset-asetnya tentunya memiliki manfaat yang besar pasca PT KPC beroperasi pada tahun 2021. Aset kandang dan fasilitas-fasilitas pendukungnya sangat berperan besar bagi Kampus STIPER. Hal ini dikarenakan lembaga ini belum memiliki fasilitas laboratorium lapangan, khususnya Konsentrasi Studi Peternakan. Tidak dipungkiri bahwa adanya PESAT bagi STIPER seharusnya menjadi keuntungan yang sangat besar. Dengan kualitas kandang PESAT yang sangat bagus, sangat menunjang dalam pencapaian tujuan pengajaran, tetapi hal ini sia-sia saja jika penggunaan kandang PESAT untuk praktikum tidak dioptimalkan. Dengan melihat nilai manfaat yang ada, dari ketiga pihak yang merasakan manfaat dari adanya program PESAT, nilai untuk Kampus STIPER masih terlalu rendah dibandingkan dengan pihak lainnya, yaitu untuk peternak dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dengan nilai manfaat sebesar Rp52 080 000, siswa dan mahasiswa untuk PKL dan penelitian dengan nilai Rp18 400 000, sedangkan nilai sebagai laboratorium lapangan bagi Kampus STIPER hanya sebesar Rp10 500 000.

Dengan memperhatikan fakta-fakta di atas, maka desain analisis kelayakan program dapat memasukkan manfaat nilai sisa di akhir tahun analisis, memaksimalkan nilai manfaat sosial terutama bagi Kampus STIPER, dan mengabaikan biaya penyusutan. Diasumsikan dengan ketersediaan sumber daya yang ada di Kampus STIPER, maka intensitas praktikum yang dilakukan ke kandang PESAT idealnya sebanyak enam kali per mata kuliah per semester, sehingga nilai manfaatnya menjadi Rp63 juta per tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil analisis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1 226 290 355, net B/C sebesar 1.19, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Hasil analisis dengan kombinasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.40 di bawah ini.

Tabel 4.40 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario VI No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah 1 226 290 355

2 Net B/C - 1.19

3 Gross B/C - 1

4 IRR Persen 8%

Dengan demikian, program PESAT ini layak untuk dijalankan dan harus tetap dipertahankan, mengingat perannya yang tinggi dalam pencapaian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan mengambil skenario terakhir, maka hal ini merupakan kombinasi yang paling pas dengan karakteristik PESAT dan fakta-fakta di lapangan. Dengan skenario ini, walaupun PESAT merupakan kegiatan CSR, di mana perusahaan yang selama ini masih sebagai cost center demi berjalannya program, sudah dapat mandiri atau minimal mengurangi alokasi biaya untuk program tanpa harus berubah menjadi proyek bisnis yang mencari keuntungan. Dengan kata lain, program ini merupakan aktivitas yang inovatif, relevan dengan masyarakat lokal, berkesinambungan, dan mampu menciptakan kemakmuran. Ringkasan setiap skenario analisis di atas dapat dilihat pada Tabel 4.41 di bawah ini.

Tabel 4.41 Ringkasan analisis kelayakan setiap skenario

Ilustrasi Skenario NPV (Rp) Net B/C Gross B/C IRR (%) Kelayakan I Nilai sisa aset tetap tidak

diperhitungkan

-451 256 201 1 1 5 Tidak layak II Nilai sisa aset tetap

diperhitungkan

921 027 445 1.15 1 8 Layak III Program diarahkan ke

bisnis : Nilai sisa dan

biaya penyusutan diperhitungkan

-2 420 563 476 0.90 1 0 Tidak layak

IV Manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan, nilai sisa tidak diperhitungkan

37 164 455 1.01 1 6 Layak

V Menurunkan suku bunga analisis menjadi 4.6%, nilai sisa tidak diperhitungkan

45 310 129 1.01 1 5 Layak

VI Nilai sisa diperhitungkan, manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan, biaya penyusutan diabaikan

1 226 290 355 1.19 1 8 Layak

Tabel 4.41 di atas menunjukkan bahwa program PESAT ini merupakan program sosial, yang bukan berorientasi bisnis, sehingga nilai kelayakan di atas dengan suku bunga yang dipakai lebih kecil dari suku bunga pasar pada umumnya masih dianggap wajar. Ketika perusahaan tambang dan PEMDA menerapkan

program serupa di daerah masing-masing, maka skenario yang dipakai dapat disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing tersebut.

Analisis Kepekaan

Analisis kepekaan dalam penelitian ini adalah untuk menguji kepekaan perubahan ketika terjadi peningkatan biaya operasional dan penurunan penjualan sapi. Analisis kepekaan terhadap peningkatan biaya operasional, dalam hal ini adalah biaya variabel, menunjukkan bahwa program masih layak dilaksanakan jika terjadi peningkatan biaya operasional hingga 14.4%, di atas nilai tersebut program tidak layak di laksanakan. Hasil analisis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1 015 078, net B/C sebesar 1.19, gross B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 6%. Hasil analisis kepekaan jika biaya operasioanal mengalami penurunan dapat dilihat pada Tabel 4.42 di bawah ini.

Tabel 4.42 Hasil analisis kepekaan jika biaya operasional naik sampai 14.4% No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah 1 015 078

2 Net B/C - 1.19

3 Gross B/C - 1

4 IRR Persen 6%

Analisis kepekaan juga menunjukkan bahwa jika penjualan sapi menurun hingga 45%, program masih layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp15 440 243, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 6%. Hasil analisis kepekaan jika penjualan sapi mengalami penurunan hingga 10% dapat dilihat pada Tabel 4.43 di bawah ini.

Tabel 4.43 Hasil analisis kepekaan jika penjualan sapi turun 45% No Kriteria Investasi Satuan Hasil

1 NPV Rupiah 15 440 243

2 Net B/C - 1

3 Gross B/C - 1

Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder digunakan untuk mengidentifikasi minat, kepentingan dan pengaruh para stakeholder terhadap kegiatan program yang sedang berjalan. Dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui posisi masing-masing

stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya. Program PESAT yang

dijalankan oleh PT KPC saat ini berhubungan dengan beberapa pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan itu sendiri, Pemerintah Daerah Kutai Timur dalam hal ini adalah Dinas Peternakan, Kampus STIPER Kutai Timur dan peternak.

Setiap stakeholder memiliki peran masing-masing terkait dengan program PESAT. PT KPC sebagai pihak yang langsung bertanggungjawab terhadap progam PESAT memiliki peran yang sangat penting. Peran-peran tersebut diantaranya menyiapkan lahan siap pakai, menyediakan bangunan beserta fasilitasnya, peralatan dan organisasi pengelola yang dibutuhkan dalam manajemen program. Peran lain yang dilakukan PT KPC adalah menjalankan manajemen program PESAT, mengkoordinasikan untuk program pemagangan, menyediakan dana program secara penuh, mengembangkan kemitraan untuk pemanfaatan produk dan pemasarannya serta monitoring dan evaluasi.

Pemerintah Daerah Kutai Timur juga memiliki peran yang cukup penting dalam kesuksesan program PESAT, diantaranya adalah memberikan izin penggunaan lahan, menyediakan instruktur pelatihan, melakukan pembinaan terhadap program dan kelompok tani, memberi masukan dalam pembelian bibit sapi bali dan pengadaan obat-obatan untuk ternak sapi yang sakit.

Peran Kampus STIPER Kutai Timur diantaranya menyediakan instruktur pelatihan, memanfaatkan PESAT sebagai laboratorium lapangan, sebagai tempat PKL dan penelitian, sedangkan peternak memiliki peran yang tak kalah penting yaitu sebagai objek keberhasilan program, seperti mengikuti kegiatan pelatihan secara penuh dan melaksanakan kegiatan budidaya ternak sapi di kandang selama proses pemagangan.

Setelah mengetahui peran masing-masing dari para stakeholder di atas, selanjutnya membedakan dan mengkategorikan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya. Para stakeholder dipetakan ke dalam matriks analisis stakeholder. Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan

stakeholder dalam keberhasilan program PESAT, kesesuaian tujuan kerja

stakeholder terhadap program PESAT, kontribusi masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan program PESAT, manfaat yang diperoleh stakeholder dari program PESAT dan kepentingan stakeholder terhadap program PESAT yang berkelanjutan. Besarnya pengaruh dinilai berdasarkan peran kekuasaan stakeholder terhadap program PESAT, derajat/level lembaga dalam pembuatan keputusan, dukungan finansial, dukungan SDM dan hubungan dengan stakeholder lain.

Penilaian besarnya tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder menggunakan skala likert. Jumlah maksimum nilai yang didapatkan oleh masing-masing stakeholder adalah 25 poin untuk besarnya kepentingan dan 25 poin untuk besarnya pengaruh. Penilaian tingkat kepentingan stakeholder dapat dilihat pada Tabel 4.44 berikut ini.

Tabel 4.44 Penilaian tingkat kepentingan stakeholder No Stakeholder K1 K2 K3 K4 K5 Nilai 1 PT KPC 5 5 5 5 5 25 2 PEMDA Kutim 3 4 3 3 3 16 3 STIPER Kutim 3 5 3 5 5 21 4 Peternak 5 5 4 5 5 24

Sumber : Data primer diolah (2013) Keterangan :

K1 = Keterlibatan stakeholder dalam keberhasilan program PESAT

K2 = Kesesuaian tujuan kerja/program stakeholder terhadap program PESAT K3 = Kontribusi masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan program K4 = Manfaat yang diperoleh stakeholder dari program PESAT

K5 = Kepentingan stakeholder terhadap program yang berkelanjutan

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa stakeholder yang memiliki nilai kepentingan tinggi adalah PT KPC, peternak dan Kampus STIPER Kutai Timur. PT KPC selaku perusahaan yang memiliki dan menjalankan program memandang bahwa program PESAT ini sangat penting bagi mereka. Manfaat yang diperoleh sangat banyak atas terlaksananya program ini dan yang paling penting adalah hubungan dengan masyarakat menjadi baik sebagai komitmen perusahaan terhadap program sosial kepada masyarakat, sehingga kontribusi perusahaan

Dokumen terkait