• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan berkualitas 8. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan berkualitas

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

7. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan berkualitas 8. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan berkualitas

9. Meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

Selanjutnya permasalahan Pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lebak berdasarkan Sasaran Renstra Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

Tabel

Permasalahan Pelayanan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Sasaran Renstra Provinsi Banten

Sasaran Renstra Provinsi Banten Permasalahan Perangkat Daerah Terkait dengan Sasaran Renstra Provinsi Banten Faktor Pendukung Penghambat Meningkatnya kepemilikan dokumen kependudukan Kualitas pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil dengan database kependudukan nasional yang akurat belum optimal Tersedianya sarana prasarana aplikasi SIAK dan hardware yang memadai Terbatasnya sarana prasarana pendukung dan SDM Meningkatnya pengelolaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Pemanfaatan NIK, Database Kependudukan dan KTP-el oleh lembaga

pengguna Pusat belum optimal Tersedianya database kependudukan berbasis NIK yang akurat Belum semua instansi/OPD menggunakan data berbasis NIK

NIK dalam

pelayanan publik

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa dalam sistem penyelenggaraan tata ruang, terdapat empat aspek yang dilakukan yaitu aspek pengaturan tata ruang, pembinaan tata ruang, pelaksanaan penataan ruang dan pengawasan penataan ruang. Di dalam aspek pelaksanaan penataan ruang meliputi tiga kegiatan yang dilaksanakan yaitu perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui

penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Penyusunan Peraturan Zonasi didasarkan pada RDTR kabupaten/kota dan RTR kawasan strategis kabupaten/kota serta berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Peraturan Zonasi, berisi ketentuan yang harus,boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang, ketentuan amplop ruang (KDRH, KDB, KLB, GSB), ketentuan penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, seperti misalnya, pembangunan pemancar alat komunikasi, pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi, dan lain-lain. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya ditentukan dalam rencana rinci tata ruang.

Pada Tahun 2014 yang lalu, Pemerintah Kabupaten Lebak telah mengesahkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak Tahun 2014-2034, sesuai amanat Undang-Undang No. 26/2007 revisi Rencana Tata Ruang Wilayah dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.

Selain itu terdapat beberapa kondisi perkembangan yang terjadi di Kabupaten Lebak menyebabkan kebutuhan untuk melakukan revisi terhadap RTRW Kabupaten Lebak, diantaranya adalah mengenai perlunya keterlibatan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat dalam proses penataan ruang, dalam hal ini penyusunan RTRW Kabupaten Lebak, sehingga

nantinya akan dihasilkan sebuah produk perencanaan yang akomodatif dan aspiratif serta mendapat dukungan segenap lapisan masyarakat dalam implementasinya. Hal lain yang menjadi pertimbangan lainnya adalah perlunya rencana tata ruang yang bersifat komprehensif dan komplementer, sehingga terdapat suatu sinergitas antara RTRW Kabupaten Lebak dengan RTRW Provinsi maupun Nasional.

Salah satu kebijakan yang perlu diakomodir dalam revisi RTRW Kabupaten Lebak ini adalah telah disahkannya Perda Revisi RTRW Provinsi Banten, dengan demikian semua kebijakan terkait dengan Kabupaten Lebak yang tercantum dalam RTRW Provinsi banten perlu dicantumkan dalam Revisi RTRW Kabupaten Lebak. Selain itu program nasional Kota Baru Publik Maja, yang menjadi prioritas pemerintah pusat harus dapat diakomodir dalam RTRW Kabupaten, sehingga kehadiran Kota baru Publik Maja dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan dan pembangunan di Kabupaten Lebak.

Dengan pertimbangan kondisi sumber daya yang terbatas tersebut, tentu menjadi sangat penting untuk dapat diperoleh fakta-fakta mengenai potensi dan permasalahan yang dihadapi daerah, baik tahun ini maupun di tahun lalu agar dapat dengan jelas diketahui langkah-langkah yang akan ditempuh untuk merumuskan RTRW kedepannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri ATR/KaBPN No. 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), pengertian dari rencana pola ruang adalah rencana yang menggambarkan letak, ukuran dan fungsi dari kegiatan-kegiatan lindung dan budidaya.

Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan kawasan budidaya).

Kebijakan rencana pola ruang Kabupaten Lebak adalah : 1. Peningkatan ketahanan pangan agribisnis berbasis kewilayahan; 2. Peningkatan kawasan wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan; 3. Pengembangan potensi pertambangan yang berwawasan lingkungan; 4. Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung; dan

5. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka rencana pola ruang Kabupaten Lebak Tahun 2034 dikembangkan dengan proporsi untuk kawasan lindung sebesar 91.440,26 Ha (27,61%) dan kawasan budidaya sebesar 239.710,28 Ha (72,39%).

Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS)

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2016 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana, dan/atau Program (KRP).

Secara prinsip, sebenarnya KLHS adalah suatu self assessment untuk melihat sejauh mana KRP yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam mempertimbangkan prinsip Pembangunan

Berkelanjutan. Melalui KLHS ini, diharapkan KRP yang dihasilkan dan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menjadi lebih memperhatikan permasalahan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Saat ini Kabupaten Lebak dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Lebak menyusun KRP berupa RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2019-2024 disertai juga penyusunan KLHS-RPJMD sebagai dokumen yang berisi pedoman dalam penyusunan RPJMD agar KRP yang berwawasan lingkungan dapat terjamin sehingga pembangunan berkelanjutan dapat dicapai 5 (lima) tahun mendatang sebagai implementasi dari kebijakan pembangunan daerah, RPJMD Kabupaten Lebak juga perlu dikaji yang berkaitan dengan aspek lingkungan dengan menyusun KLHS.

Penyusunan KLHS RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2019-2024 dilakukan dengan partisipasi para stakeholder meliputi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Lebak, masyarakat (Komunitas, Badan Koordinasi Masyarakat (BKM)), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dan akademisi. Hasil KLHS RPJMD yang didapat merupakan kesepakatan bersama dengan para pemangku kepentingan.

Telaah pengaruh KRP dalam KLHS diatur agar dapat menjawab hal-hal diantaranya: kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan atau jasa ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan adanya rencana pembangunan pada jangka menengah yang akan datang dapat mengakibatkan penurunan-penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kabupaten Lebak tetapi masih dalam ambang batas dan kegiatan-kegiatan masih dapat dilakukan di Kabupaten Lebak. Pengaruh KRP terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah terjadinya penurunan kualitas berupa pencemaran, munculnya limbah infeksius dan sampah domestic. KRP juga berpengaruh terhadap menurunnya daya dukung dan daya tamping terhadap air tanah. Namun KRP juga berdampak dalam peningkatan daya tamping lingkungan. Seperti akses jalan yang menjadi lancar, sehingga dapat mengurangi polusi udara yang dihasilkan dari emisi gas kendaraan.

Perkiraan dampak dan risiko KRP yang dibuat terhadap lingkungan hidup merupakan analisa dampak dan resiko yang timbul akibat penerapan KRP. Dampak dan resiko dari KRP yang telah dibuat terhadap lingkungan diantaranya: pencamaran terhadap air sungai dan air tanah, meningkatnya jumlah wisatawan yang berpotensi meningkatkan jumlah limbah dan sampah, dan terurainya kemacetan yang membuat tingkat

kecepatan lalu lintas meningkat. Namun, disisi lain potensi fatalitas kecelakaan pun meningkat.

Pengaruh KRP yang dibuat terhadap kinerja layanan atau jasa ekosistem merukapan analisa kinerja layanan atau jasa ekosistem ketika KRP diterapkan. Pengaruh tersebut diantaranya: menurunnya persediaan air bersih, tanah dan udara. Kinerja layanan ekosistem di Kabupaten Lebak berkaitan dengan persediaan air bersih yang merupakan sumber daya tak terbarukan, sehingga nilai air disini menjadi sangat penting untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungannya sehingga akan muncul alternatis penggunaan air tidak hanya berasal dari air tanah.

Pengaruh KRP dengan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam merupakan peningkatan atau penurunan efisiensi Sumber Daya Alam (SDA) yang terjadi ketika KRP diterapkan. Pengaruh tersebut diantaranya: menurunnya kualitas dan kuantitas efisiensi pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya air dan udara, serta meningkatnya efisiensi berupa mobilitas yang lebih tinggi sedangkan biaya operasioanal lebih rendah. Diharapkan dengan ini, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam menjadi penyadaran ke depannya agar dampak negatif terhadap eksploitasi sumber daya alam tidak terjadi di Kabupaten Lebak.

Pengaruh KRP terhadap tingkat kerentanan dan adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan analisa mengenai kerentanan dan adaptasi manusia terhadap perubahan iklim yang terjadi di Kabupaten Lebak apabila KRP dilaksanakan. Pengaruh tersebut adalah adanya kerentanan terhadap perubahan temperatur udara yang semakin tinggi.

Pengaruh KRP terhadap tingkat ketahanan keanekaragaman hayati merupakan analisa pengaruh KRP pada tingkat ketahanan keanekaragaman hayati di Kabupaten Lebak ketika diaplikasikan. Pengaruh tersebut diantaranya: terjadi penambahan keanekaragaman hayati di lokasi tertentu di Kabupaten Lebak dan menurunnya tingkat ketahanan serta potensi keanekaragaman hayati di beberapa lokasi karena terjadi alih fungsi lahan.

Selanjutnya telaahan RTRW ditujukan untuk mengidentifikasi implikasi rencana struktur dan pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan OPD. Sedangkan telaahan KLHS ditujukan untuk mengidentifikasi program dan kegiatan pelayanan OPD yang berimplikasi negative terhadap Lingkungan Hidup.

Secara umum, berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil selama ini, faktor-faktor penghambat dan faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi permasalahan pelayanan, ditinjau dari implikasi RTRW dan KLHS adalah :

1. Faktor Penghambat:

1) Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah sebagai unsur pelaksana daerah yang menjalankan urusan Administrasi Kependudukan yang merupakan rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain,

namun hal ini tidak didukung dengan Sumber Daya Manusia yang memadai.

2) Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang semakin hari semakin bertambah besar, maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk membangun penyelenggaraan administrasi kependudukan yang tertib, teratur, berkesinambungan dan modern menuju tertib database, tertib NIK dan tertib dokumen kependudukan sehingga dibutuhkan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi dalam rangka mengurus dokumen kependudukan dan pencatatan sipil secara aktif.

2. Faktor Pendorong :

1) Adanya dukungan dalam bidang penganggaran dan kebijakan yang memadai dari unsur pimpinan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan stakholder lainnya dalam mendukung pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan.

2) Adanya komitmen yang tinggi unsur pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam memberikan pelayanan administrasi kependudukan, walaupun keterbatasan SDM yang dimiliki.

Penentuan Isu-Isu Strategis

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik merupakan misi yang diemban oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lebak. Dalam upaya melaksanakan misi tersebut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten lebak tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya faktor-faktor dari pelayanan perangkat daerah ditinjau dari: