• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatnya Pertumbuhan Usaha-Usaha di Bidang Peternakan a. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Sasaran 1

Dalam dokumen LAKIP TAHUN 2016 DINAS PETERNAKAN (Halaman 55-59)

Populasi sapi

Sasaran 5. Meningkatnya Pertumbuhan Usaha-Usaha di Bidang Peternakan a. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Sasaran 1

Tabel 18. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya Jumlah Kelompok Usaha di Bidang Peternakan dan Meningkatnya Jumlah Produk Peternakan Unggulan Daerah

No. Indikator Kinerja Target 2015

Realisasi 2016

Capaian Kinerja 1. Jumlah Kelompok Usaha di

Bidang Peternakan

2 12 600 %

2. Jumlah Produk Peternakan Unggulan Daerah

Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016

b. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Sebelum Sasaran 5

No. Indikator Kinerja 2014 2015 2016

Kondisi 2014 s/d

2016

% dari RPJMD

1. Jumlah Kelompok Usaha di Bidang Peternakan

1 2 12 12 600 %

2. Jumlah Produk Peternakan Unggulan Daerah

1 1 2 4 66,66%

c. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan atau Peningkatan/Penurunan Kinerja serta Solusi yang Telah Dilakukan

Jumlah kelompok usaha di Bidang Peternakan

Dalam rangka melakukan pembinaan pengembangan usaha peternakan dengan memberikan kemudahan untuk memperoleh modal usaha seperti menfasilitasi pelaku-pelaku usaha dengan pihak perbankan untuk mengakses skim-skim kredit. Selain itu seksi bina usaha juga melakukan pembinaan kewirausahaan kepada kelompok usaha peternakan untuk memproduksi produk peternakan yang menjadi unggulan daerah dan dipromosikan melalui ajang pameran pembangunan daerah baik ditingkat Kabupaten, provinsi maupun pusat.

Kelompok usaha yang dimaksud dalam hal ini adalah pelaku usaha baik pengelolaan usahanya dilakukan secara berkelompok maupun perorangan yang sebelumnya telah melakukan usaha peternakan secara swadaya atau telah menerima bantuan berupa ternak dan/atau dana usaha dari pemerintah yang berasal dari sumber dana APBD tingkat 1 dan 2 maupun dari dana APBN namun mengembangkan skala usahanya dengan mengakses modal usaha melalui kredit dari pihak perbankan. Seperti kita ketahui bahwa sejak tahun 2011 pemerintah telah mengucurkan bantuan permodalan kepada pelaku usaha peternakan melalui akses kredit dengan bunga lunak yang disalurkan melalui Bank yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia (BRI). Penyebab menurunnya jumlah kelompok usaha yang menerima bantuan modal usaha melalui skim kredit pada tahun 2013 lebih disebabkan oleh adanya kebijakan dari pihak perbankan yang mengevaluasi realisasi pengembalian kredit sejak program KKP-E resmi diperkenalkan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa terjadi penurunan realisasi pengembalian kredit dari pelaku usaha/pemohon dari total dana yang dikucurkan sehingga pada tahun 2013 pihak perbankan membatasi

Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016

dana yang disalurkan dan lebih fokus kepada perbaikan pengembalian kredit. Demikian yang terjadi pada tahun 2014, penyerapan pengembalian dana KKP-E masih belum mencapai target sehingga hanya 1 pemohon yang diberikan bantuan permodalan. Perbaikan pengembalian dana KKP-E kemudian secara signifikan mengalami peningkatan hingga akhir tahun 2014 sehingga pada tahun 2015 pemerintah kembali meningkatkan dana stimulan kepada pelaku usaha peternakan untuk mengembangkan usahanya sehingga pihak perbankan kembali meningkatkan jumlah pemohon untuk diberikan dana KKP-E sebesar Rp. 1.886.000.000 kepada 12 pelaku usaha.

Pada Tahun 2016 Pertumbuhan Usaha-Usaha Peternakan khususnya unggas komersial sangat pesat karena Pemerintah memberikan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) pengganti KKP-E yang sementara dihentikan yang bekerjasama dengan beberapa Bank yaitu Bank BRI, BNI, Mandiri dan lembaga keuangan lainnya. Dana KUR Mikro yang ditargetkan terealisasi sebesar 66 Trilyun. Untuk sector peternakan, KUR Mikro memberikan plafond dana maximal 500 juta baik usaha perorangan maupun usaha kelompok, Untuk Tahun 2016 Bank BRI mengucurkan dana sebesar 770.000.000 kepada 3 usaha perorangan dengan komoditi sapi sebesar 270.000.000 dan komoditi ayam petelur sebesar 500.000.000, Adapun untuk Bank BNI telah mengucurkan dana KUR Mikro sebesar Rp. 400.000.000 kepada 3 pelaku usaha perorangan dengan rincian untuk komoditas sapi potong sebesar Rp. 325.000.000 dan komoditas ayam potong sebesar 75.000.000.

Menindak lanjuti adanya penurunan realisasi penerima dana KKP-E maka seksi Bina Usaha dan Pengolahan Hasil Peternakan bekerja sama dengan pihak perbankan sebagai penyalur modal usaha mencari solusi dalam memperbaiki permasalahan seperti yang telah dijelaskan di atas dengan melakukan beberapa upaya sebagai berikut :

a. Melakukan monitoring kelokasi penerima dana KKP-E untuk melakukan pemantauan dan pengawasan realisasi pemanfaatan dana sesuai Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) untuk memastikan bahwa dana digunakan sesuai peruntukannya;

b. Mengintensifkan pembinaan kewirausahaan kepada pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya;

c. Meningkatkan seleksi pemohon yang ingin mengakses skim kredit baik seleksi administrasi seperti mempersyaratkan adanya Surat Keterangan usaha telah berjalan/aktif minimal 6 bulan terakhir dan membuat pakta

Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016

integritas yang merupakan pemufakatan atau perjanjian bahwa pemohon akan memanfaatkan dana sesuai peruntukannya dan bersedia mengembalikan dana pokok dan bunga tepat pada waktunya; selain itu juga dilakukan seleksi kelayakan usaha yang akan dikembangkan sesuai persyaratan teknis peternakan.

Jumlah Produk Peternakan Unggulan Daerah

Pembinaan kewirausahaan dalam hal pembinaan kelompok ternak untuk memproduksi produk hasil olahan peternakan juga merupakan salah satu tugas dan fungsi Seksi Bina Usaha dan Pengolahan Hasil Peternakan. Pada tahun 2016 produk unggulan hasil olahan yang dikembangkan sebanyak 3 jenis produk unggulan sesuai target berupa Pupuk Cair, telur asin dan telur asap dengan berbagai rasa seperti varian aroma rasa buah dan sudah diikutsertakan dalam berbagai even pameran tingkat propinsi, dan ada beberapa kendala yang dihadapi adalah produk tersebut masih dalam tahap uji coba mengingat produk telur asin varian rasa buah masa simpannya sangat terbatas. Masing-masing produk unggulan dihasilkan oleh 1 kelompok ternak yaitu Kelompok ternak Multi Agro memproduksi Pupuk Cair dari urine sapi dan KWT Sipatokkong Sejahtera memproduksi telur asin varian rasa buah dan telur asap dengan berbagai varian

Pada tahun 2016 target produk unggulan yang dihasilkan tidak tercapai dimana hanya terdapat 3 produk hasil olahan yang hasilkan yaitu Abon telur pada KWT yang sama dengan tahun 2013, namun terjadi peningkatan jumlah kelompok ternak yang memproduksi Pupuk cair dari tahun sebelumnya menjadi 2 kelompok ternak yaitu Kelompok Ternak Harapan Sejahtera. Memasuki tahun 2016, jumlah produk hasil unggulan yang dihasilkan juga tidak mencapai target yaitu 3 produk unggulan daerah yang seharusnya dihasilkan. Target produk unggulan yang terealisasi hanya 1 jenis produk unggulan yaitu Telur Asap. Meskipun demikian terjadi peningkatan kelompok ternak yang memproduksi pupuk cair menjadi 3 kelompok ternak yaitu kelompok ternak Sipatokkong Sejahtera.

Kendala yang dihadapi terkait menurunnya jumlah produk unggulan yang dihasilkan lebih kepada menurunnya jenis produk unggulan yang dapat diproduksi oleh pelaku usaha ternak. Secara signifikan terjadi peningkatan jumlah kelompok ternak yang memproduksi produk unggulan peternakan dalam hal ini terjadi peningkatan jumlah kelompok ternak yang memproduksi Pupuk Cair Organik (POC) setiap tahunnya. Menurunnya jumlah/jenis produk unggulan daerah disebakan oleh ketidakmampuan pelaku usaha dalam memasarkan produknya sehingga produk yang dihasilkan dirasakan belum menguntungkan,

Laporan Kinerja Dinas Peternakan dan Keswan T.A 2016

selain itu produk yang dihasilkan tidak dapat disimpan terlalu lama karena tidak tersedia alat berupa dryer yang bisa memperpanjang masa simpan abon telur. Solusi yang diharapkan dalam mengurasi masalah tersebut adalah memberikan bantuan peralatan yang dapat mendukung untuk usaha tersebut.

Untuk meningkatan pertumbuhan usaha di Bidang peternakan maka diharapkan adanya penambahan anggaran khususnya untuk kegiatan Pengembangan Agribisnis Peternakan yang selama 5 tahun terakhir ini belum didukung oleh alokasi anggaran di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab. Bulukumba.

Dalam dokumen LAKIP TAHUN 2016 DINAS PETERNAKAN (Halaman 55-59)