Produksi Daging Di Provinsi Papua Tahun
Sasaran 15 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing.
Perekonomian Papua tahun 2015 tumbuh sebesar 7,97 persen. Pertumbuhan positif terjadi pada seluruh lapangan usaha. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mendominasi perekonomian Papua tumbuh 7,77 persen, karena pada tahun 2014 tumbuh negatif 3,97 persen yang disebabkan karena adanya ijin ekspor luar negeri setelah pada bulan februari sampai bulan juli 2014 ekspor pertambangan bijih logam sempat terhenti. Aktivitas pemerintahan yang bertumpu pada akhir tahun menyebabkan lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 11,03 persen. Pertumbuhan tertinggi kedua terjadi pada lapangan usaha Konstruksi sebesar 10,70 persen dan Transportasi dan Pergudangan sebesar 9,53 persen.
Dilihat dari struktur perekonomian, di tahun 2015 lapangan usaha pertambangan dan penggalian masih mendominasi ekonomi di Papua dengan sumbangan sebesar 32,60 persen. Lapangan Usaha Pertanian Kehutanan dan Perikanan berada pada posisi kedua dan lapangan Usaha Konstruksi berada pada posisi ketiga dengan sumbangan masing-masing sebesar 13,38 persen dan 13,21 persen.
Grafik 3.13 Pertumbuhan dan Distribusi PDRB Beberapa Lapangan Usaha Tahun 2015
0 5 10 15 20 25 30 35 13.38 32.60 13.21 8.92 5.21 9.73 6.73 7.77 10.70 8.25 9.53 11.03
Distribusi Laju Pertumbuhan
PDRB perkapita, peningkatan PDRB perkapita menjadi salah satu penanda keberhasilan pembangunan terutama dari aspek ekonomi. Walaupun pendekatan pembangunan telah mengalami perkembangan yang lebih melihat pentingnya pengembangan kapabilitas manusia, namun aspek ekonomi –yang diwakili antara lain oleh pendapatan- tetaplah menjadi bagian kunci dalam
pembangunan itu sendiri.Peningkatan PDRB perkapita juga menggambarkan bagaimana manfaat terhadap akses pembangunan telah dirasakan oleh warga negara. Namun demikian, penting untuk diperhatikan, bahwa sebagaimana halnya banyak capaian pembangunan, peningkatan PDRB perkapita juga bukan hanya merupakan hasil dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau negara sendiri. Peran dari pihak non negara, seperti swasta dan masyarakat adalah pilar kunci yang menyumbang pada capaian peningkatan pendapatan.
PDRB Perkapita ditargetkan naik dari RP 25 juta per kapita per tahun, realisasinya mencapai nilai pendapatan sebesar Rp 30,97 juta per kapita per tahun, atau sebanyak 123,8% dari target yang dicanangkan. Ini menunjukkan capaian kinerja yang sangat baik untuk tahun 2015. Selain itu, bila disandingkan dengan target akhir RPJMD, telah melebihi target akhir RPJMD untuk meningkatkan pendapatan sebanyak Rp 25 juta per kapita per tahun pada tahun 2018.
PDRB Perkapita Papua Tahun Dasar 2010
Tahun 2010 – 2015*⁾ Tahun PDRB Perkapita (ADHB) Dengan Pertambangan dan Penggalian Pertumbuha n Tanpa Pertambangan dan Penggalian Pertumbuha n 2010 38,785,113.29 17,891,045.15 2011 37,111,147.92 -4.32 19,849,765.99 10.95 2012 37,935,005.38 2.22 22,261,057.70 12.15 2013 40,513,654.29 6.80 24,600,854.20 10.51 2014 r) 43,201,999.41 6.64 28,341,164.17 15.20 2015*⁾ 48,303,537.98 11.81 30,976,069.51 9.30 Catatan :r)Angka Yang Diperbaiki *)Angka Sementara
Walaupun sudah mencapai kinerja yang sangat baik, penting kita melihat dari bagaimana situasi pemerataan pendapatan tersebut pada masyarakat melalui
Indeks Gini atau koefisien Gini merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan. Semakin kecil nilai koefisien gini, mengindikasikan semakin meratanya distribusi pendapatan, sebaliknya semakin besar nilai koefisien Gini mengindikasikan distribusi yang semakin timpang (senjang) antar kelompok penerima pendapatan. Secara
ekstrim diartikan bahwa koefisien Gini sebesar 0 berarti terdapat kemerataan sempurna (setiap orang memperoleh pendapatan yang sama persis) dan Koefisien Gini sebesar 1 menunjukan ketidakmerataaan sempurna (di mana satu orang memiliki/menguasai seluruh pendapatan totalnya, sementara lainnya tidak memperoleh pendapatan sama sekali.
Perkembangan indeks gini Provinsi Papua selama 5 tahun dari tahun 2012-2015 menunjukkan trend yang semakin memperlihatkan ketimpangan yang semakin melebar di masyarakat atau bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi dan program-program yang saat ini dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua belum berkontribusi terhadap kinerja pemerataan pembangunan yang ditunjukkan dari Indeks Gini. Tahun 2012 Indeks Gini mencapai 0,39 dan ditahun 2015 telah meningkat sebesar 0,41.
Grafik 3.14 Perkembangan Gini Rasio Provinsi Papua Tahun 2012-2015 2012 2013 2014 2015 0.36 0.37 0.38 0.39 0.4 0.41 0.42 0.43 0.44 0.45 0.39 0.44 0.41 0.41
Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah
Oleh karena itu perhatian akan pentingnya upaya pemerataan hasil pembangunan perlu dilakukan adalah karena secara relatif, indeks ketimpangan Provinsi Papua cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS ProvinsiPapua dengan menggunakan penghitungan dantahun dasar baru tahun 2012 (2012=100) hasil SBH2012, di Kota Jayapura pada November 2015 terjadiinflasi sebesar 0,11 persen atau terjadi penurunanangka Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 121,65 pada Oktober 2015 menjadi 121,78 padaNovember 2015. Sedangkan di
Merauke pada November 2015 terjadi inflasi sebesar 2,35 persen atau terjadi kenaikan angka IHK dari 124,45 pada Oktober 2015 menjadi 127,38 pada November 2015.
Secara umum, dari 82 kota IHK tercatat 69 kota mengalami inflasi (termasuk Kota Jayapura dan Merauke) dan 13 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,35 persen dan inflasi terendah di Ternate sebesar 0,02 persen. Deflasi terbesar terjadi di Pangkal pinang yaitu sebesar -1,02 persen dan deflasi terkecil terjadi di Manado sebesar -0,01 persen. Kota Jayapura menempati urutan ke-60 di tingkat nasional dan urutan ke-12 di tingkat Sumapua (sulawesi, Maluku, dan Papua). Sedangkan Merauke menempati urutan pertama baik di tingkat nasional maupun di tingkat Sumapua. Kota Jayapura tercatat laju inflasi tahun kalender (Januari-Oktober 2015) sebesar 1,31 persen dan inflasi year on year (Oktober 2015 terhadap Oktober 2014) sebesar 5,63 persen. Sedangkan untuk Merauke tercatat laju inflasi tahun kalender (Januari-Oktober 2015) sebesar 2,81 persen dan laju inflasi year on year (Oktober 2015 terhadap Oktober 2014) sebesar 7,47 persen.
Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Papuasebagaimana yang telah dikemukakan di atas dapat menggambarkan dan berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi juga telah dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Ketika pendapatan per kapita meningkat dan merata maka kesejahteraan masyarakat akan tercipta dan ketimpangan akan berkurang. Pertumbuhan ini pula telah berdampak dan berkontribusi pada pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Selama lima tahun terakhir pertumbuhan industri pengolahan selalu berada pada nilai yang positif. Meskipun pertumbuhannya tidak mencapai dua digit.Pertumbuhan paling lambat pada industri besar sedang terjadi pada tahun 2011 (3,21 persen) tapi kemudian meningkat dan mencapai 3,31 persen di tahun 2013.
Tabel 3.30
Lapangan Usaha
Harga Berlaku Laju Pertumbuhan 2014 2015 2014 2015
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19.89 19.85 5.79 6.73 B Pertambangan dan Penggalian 0.00 0.00 - - C Industri Pengolahan 3.44 3.22 8.72 3.77 D Pengadaan Listrik , Gas 0.05 0.05 6.24 -4.15 E Pengadaan Air 0.09 0.08 6.25 3.99 F Konstruksi 19.21 19.59 8.56 10.70
G
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
12.93 13.24 7.30 8.25
H Transportasi dan Pergudangan 7.72 7.72 10.26 9.53 I Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 1.22 1.20 12.57 7.52 J Informasi dan Komunikasi 5.73 5.60 6.63 5.19 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.69 2.45 7.26 2.63 L Real Estate 4.06 3.98 8.09 5.86 M,N Jasa Perusahaan 1.85 1.73 9.65 3.97
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
14.04 14.44 15.96 11.03
P Jasa Pendidikan 3.05 2.90 8.15 7.24 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 2.42 2.38 9.36 8.36 R,S,T,U Jasa Lainnya 1.63 1.56 8.55 7.04