• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahwa salah satu contoh dan menjadi fakta hukum terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

PELAKSANAAN PEMILUKADA DI KABUPATEN TELUK BINTUNI TAHUN 2015 1. Bahwa Pemilukada Kabupaten Teluk Bintuni diikuti oleh 3 (tiga) Pasangan

I. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PIHAK TERKAIT

2. Bahwa salah satu contoh dan menjadi fakta hukum terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

a) Di TPS 1 Kampung Suga Distrik Kaitaro dimana pada hari pencoblosan semua saksi pasangan calon menyepakati bahwa surat suara dan tambahan surat suara dibagi secara adil dan merata untuk 3 (tiga) pasangan calon (Paragraf 2 huruf c surat Termohon Nomor

248/KPU-TB/032.436653/XII/2015, tertanggal 14 Desember 2015 berbunyi : Saksi Pasangan calon yang menyepakati untuk dibagi surat suara secara merata dan selanjutnya proses pemungutan suara dilaksanakan), namun oleh petugas KPPS sebagai penyelenggara telah mencoblos surat suara dengan tidak adil dan tidak merata, sehingga saksi Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan Pasangan Calon Nomor Urut 3 melakukan keberatan. Kejadian di TPS 1 Kampung Suga Distrik Kaitaro menjadi salah satu contoh penyelenggaran pemilihan umum bupati dan wakil bupati yang tidak benar. Jika sebelumnya telah ada kesepakatan antara masing-masing saksi pasangan calon untuk membagi secara adil dan merata surat suara yang akan dicoblos tetapi hasilnya justru petugas KPPS menabrak kesepakatan saksi dari masing-masing pasangan calon; (bukti PT-4)

b) Bahwa oleh Tim Pemenangan dari Pihak Terkait hal tersebut kemudian dilaporkan ke Panwas di Distrik Kaitaro, yang oleh Panwas telah diterbitkan rekomendasi tertanggal 15 Desember 2015 yang pokoknya menyatakan bahwa hasil pemungutan di Kampung Suga tidak perlu dimasukkan dalam rekapitulasi di tingkat Distrik Kaitaro dan keberatan terhadap permasalahan tersebut agar diselesaikan di Mahkamah Konstitusi; (bukti PT-5)

c) Bahwa dikarenakan adanya persoalan tersebut dan adanya rekomendasi dari Panwas setempat maka atas kesepakatan bersama antara Termohon dan semua saksi pasangan calon, akhirnya Kampung Suga tidak diplenokan dan tidak dituangkan ke dalam formulir DA1. KWK, sehingga perolehan hasil Pasangan Calon di Distrik Kaitaro berdasarkan Formulir DA1. KWK adalah(bukti PT-6) :

No. Pasangan calon Perolehan suara

1. Agustinus Manibuy, S.Pi., M.Si dan

Rahman Urbun, SAP

67

2. Ir. Petrus Kasihiw., M.T. dan

Matret Kokop., S.H.

319

3. Daniel Asmorom, MT dan

Yohanis Manibuy

66

d) Bahwa pada saat Pleno Rekapitulasi di Kabupaten tepatnya tanggal 15 Desember 2015, Termohon tetap membacakan hasil perolehan suara di Kampung Suga dan kemudian dituangkan dalam Formulir DB1. KWK, padahal sebelumnya Kampung Suga, sudah disepakati ditiadakan, sehingga perolehan suara Pasangan Calon berubah dan merugikan Pihak Terkait menjadi sebagai berikut (bukti PT-3):

No. PASANGAN CALON PEROLEHAN

SUARA

1. Agustinus Manibuy, S.Pi., M.Si

dan

Rahman Urbun, SAP

73

2. Ir. Petrus Kasihiw, M.T.

dan Matret Kokop., S.H. 541 3. Daniel Asmorom, MT dan Yohanis Manibuy 80

e) Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan Pasangan Calon Nomor Urut 3 mengajukan keberatan agar hasil perolehan suara di TPS 1 Kampung Suga tidak dimasukkan ke dalam Pleno Rekapitulasi di Tingkat Distrik dengan alasan hasil perolehan suara tersebut diperoleh dengan cara yang tidak sah, sehingga PPD Distrik Kaitaro menyepakati keberatan dimaksud dengan berdasar pada surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Panwas Kabupaten Teluk Bintuni; (bukti PT-5);

f) Bahwa Termohon sendiri sudah melakukan rapat internal pada tanggal 14 Desember 2015 dengan menghadirkan PPD Distrik Kaitaro dan KPPS Kampung Suga, yang selanjutnya mengirimkan surat Jawaban Tindak Lanjut kepada Tim sukses Pasangan Calon melalui surat Nomor 248/KPU-TB/032.436653/XII/2015 tertanggal 14 Desember 2015 yang pada pokoknya menyatakan, antara lain (bukti P- 4):

Pada Paragraf 2 (dua) angka 5 (LIMA) disebutkan:

“Tidak ada karyawan perusahaan dari kaimana yang ke TPS suga untuk mencoblos”.

Pada Paragraf 3 (tiga) huruf c menyatakan:

“Saksi pasangan calon yang menyepakati untuk dibagi surat suara secara merata”

Selanjutnya pada kesimpulannya disampaikan bahwa:

“KPU Teluk Bintuni tidak mempunyai dasar untuk melakukan pemungutan suara ulang sepanjang belum ada rekomendasi dari Panwas Distrik Kaitaro maupun Panwaslu Kabupaten Teluk Bintuni”.

g) Bahwa berdasar pada fakta hukum yang ada yaitu dokumen Formulir Model DA1-KWK Distrik Kaitaro maka hasil rekapitulasi perhitungan perolehan suara yang benar menurut Pihak Terkait adalah sebagai berikut:

No. PASANGAN CALON PEROLEHAN

SUARA

1. Agustinus Manibuy, S.Pi., M.Si

dan

Rahman Urbun, SAP

7.607

2. Ir. Petrus Kasihiw., M.T.

dan Matret Kokop., S.H. 16.838 3. Daniel Asmorom, MT dan Yohanis Manibuy 17.053

Selisih antara Pihak Terkait dan Pemohon adalah 215 (dua ratus lima belas) suara.

h) Bahwa pelanggaran di TPS 1 Kampung Suga sebagaimana yang Pihak Terkait uraikan di atas tidak sampai disitu saja, tetapi juga terjadi pada saat Termohon menetapkan DPT, di mana DPT di Kampung Suga melonjak hampir 2 kali lipat dari DPT pada saat Pilpres 2014 sebanyak 129 pemilih (bukti PT-7) pemilih kemudian meningkat menjadi sebanyak 242 pemilih; (Bukti PT- 8);

i) Bahwa bertambahnya pemilih di Kampung Suga dikarenakan adanya DPT Tambahan pemilih dari para karyawan PT.Teluk Bintuni Bina Argo namun para karyawan tersebut sudah tidak berdomisili di

Kampung Suga namun dimasukkan dan didaftar dalam DPT dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Teluk Bintuni Tahun 2015;

j) Bahwa Pihak Terkait sudah pernah mengajukan keberatan terkait dengan adanya pemilih tambahan sebanyak 113 suara yang terdaftar dalam DPT setelah Pilpres 2015, yang di antaranya terdapat 85 (delapan puluh lima) orang dari karyawan dari PT.Teluk Bintuni Bina Argo yang berasal dari luar wilayah Papua Barat yaitu: (bukti PT-9 persandingan DPT). Adapun para karyawan yang terdaftar dalam DPT tersebut mempunyai identitas (KTP) wilayah kabupaten lain dan bukan merupakan warga Kampung Suga, identitas para karyawan tersebut diantaranya adalah berasal:

1. KTP Madiun sebanyak 26 orang. 2. KTP Tanah Toraja sebanyak 2 orang. 3. KTP Pinrang sebanyak 2 orang. 4. KTP Garut sebanyak 2 orang. 5. KTP Mojokerto sebanyak 2 orang. 6. KTP Enrekang sebanyak 2 orang. 7. KTP Bone sebanyak 1 orang. 8. KTP Blitar sebanyak 2 orang. 9. KTP Nganjuk sebanyak 2 orang. 10. KTP Bangkalan sebanyak 1 orang. 11. KTP Kota Kediri sebanyak 4 orang. 12. KTP Tulunggagung sebanyak 2 orang. 13. KTP Cilacap sebanyak 1 orang.

14. KTP Polewali Mandar sebanyak 1 orang. 15. KTP Jember sebanyak 1 orang.

16. KTP Sikka sebanyak 1 orang. 17. KTP Biak sebanyak 1 orang.

18. KTP Bojonegoro sebanyak 1 orang. 19. KTP Sragen sebanyak 1 orang. 20. KTP Ternate sebanyak 2 orang.

k) Bahwa yang menjadi persoalan, apabila Pemilih dari Karyawan PT.Teluk Bintuni Bina Argo yang berjumlah 85 (delapan puluh lima) orang tersebut tetap mempunyai hak untuk memilih, apakah boleh di

wakilkan juga? Apakah kearifan lokal berlaku juga bagi pemilih yang berasal dari Luar Papua; bukan Warga Asli Papua? Karena faktanya Karyawan PT.Teluk Bintuni Bina Argo, sudah tidak berada di Kampung Suga pada saat Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015;

l) Bahwa memang benar, di wilayah Papua Barat tidak dikenal pencoblosan dengan nama “noken atau ikat”, namun Papua Barat yang merupakan pemekaran dari Papua, mempunyai tata cara pemberian suara yang serupa dengan noken, khususnya di masyarakat wilayah pegunungan Papua Barat yang berlangsung dari waktu ke waktu, yang lebih dikenal dengan nama pemberian suara dengan cara “kesepakatan”, sebagaimana telah berlangsung pada saat Pemilihan bupati/walikota sebelum-sebelumnya, juga dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan Legislatif. Pencoblosan dengan cara kesepakatan dilakukan oleh masyarakat pemilih yang berada di dataran/wilayah pegunungan adalah dengan cara, yaitu kepala adat atau kepala suku menyepakati membagi suara kepada pasangan calon yang dianggap telah berjasa, dan membangun daerah dimaksud;

m) Bahwa sistem pemungutan suara dengan cara “kesepakatan” oleh kepala adat atau kepala suku sudah dikenal dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Sorong, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Manokwari pada tahun 2010 dan tahun 2011 sehingga sistem pemilihan demikian bukanlah merupakan hal yang baru khususnya di Kabupaten Teluk Bintuni, dan umumnya di Provinsi Papua Barat. Pemilihan dengan sistem demikian, diakui dan diterima oleh masyarakat adat di Kabupaten Teluk Bintuni;

3. Bahwa fakta lain adanya kesepakatan pembagian suara di Kabupaten Teluk