Menstruasi adalah pendarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia produktif. Menarche (onset menstruasi) terjadi pada usia rata-rata 12 tahun dimana kisaran normalnya adalah 8-16 tahun.
2.3.1 Siklus Menstruasi 2.3.1.1 Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut ini terdiri dari empat fase, yaitu : a. Fase proliferasi
Fase proliferasi berkaitan dengan fase folikuler di ovarium. Fase folikuler ini menghasilkan hormon steroid seks yaitu estrogen. Estrogen ini berperan untuk
kelenjar mengalami proliferasi dan mencapai puncaknya pada hari ke 8 sampai hari ke 10 siklus dengan puncak kadar estradiol serum dan kadar reseptor estrogen di endometrium. Proliferasi endometrium ini terutama terjadi di stratum fungsional endometrium. Pada awal fase proliferasi tebal endometrium hanya 0,5 mm dan kemudian tumbuh menjadi sekitar 3,5-5 mm. Pada perempuan normal yang subur, fase proliferasi hanya berlangsung sebentar 5-7 hari atau cukup lama sekitar 21-30 hari (Samsulhadi, 2011)
b. Fase sekresi
Pasca ovulasi ovarium memasuki fase luteal, korpus luteum yang terbentuk menghasilkan steroid seks diantaranya estrogen dan progesteron. Kemudian estrogen dan progesteron dari korpus luteum ini mempengaruhi pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi. Fase proliferasi ini berhenti 3 hari pascaovulasi sebagai akibat dihasilkannya antiestrogen yaitu progesteron. Pada fase sekresi, tampak kelenjar menjadi lebih berliku dan menggembung. Puncak sekresi terjadi 7 hari pasca lonjakan gonadotropin bertepatan saat implantasi blastosis jika terjadi kehamilan. Fase sekresi kurang lebih berkisar 12-14 hari (Samsulhadi, 2011) .
c. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai (Bobak, 2004 dalam Roza, 2011).
d. Fase menstruasi
Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat (Bobak, 2004 dalam Roza, 2011). Kadar estrogen dan progesteron yang rendah akan menyebabkan beberapa perubahan.
Pertama, terjadi penurunan penebalan endometrium yang menyebabkan terjadi penurunan aliran darah spiralis dan aliran darah vena sehingga terjadi vasodilatasi. Hal ini menyebabkan vasokontriksi dari arteriol, yang menyebabkan endometrium pucat. Sekitar 24 jam menjelang haid, terjadi iskemik endometrium. Kedua, terjadi apoptosis. Hal ini disebabkan oleh pelepasan enzim lisis di lisosom yang dipicu oleh penurunan progesteron dan estrogen. Enzim tersebut menghancurkan sel disekitarnya dan terjadi pelepasan prostaglandin, ektravasi sel darah merah ,nekrosis jaringan serta trombosis pembuluh darah. Ketiga, terjadi pelepasan endometrium (Samsulhadi, 2011) Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basal. Rata - rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari) (Bobak, 2004 dalam Roza, 2011)
2.3.1.2 Siklus Ovarium
Siklus Ovarium terbagi 3 (tiga) yaitu : a. Fase Folikuler
Fase folikuler berlangsung 10-14 hari. Selama fase folikuler didapatkan beberpa folikel antral tumbuh tetapi pada hari ke-5 sampai ke-7 hanya satu folikel yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH (Follicle stimulating hormone) (Samsulhadi, 2011)
b. Fase Ovulasi
Fase ovulasi ditandai dengan lonjakan LH (Luteinizing Hormone). Lonjakan LH dipicu kadar estrogen yang tinggi oleh folikel preovulasi yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH. Ovulasi terjadi 24-36 jam pasca puncak kadar estrogen (estradiol) dan 10-12 jam pasca puncak LH. Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin dan progesteron bersama lonjakan FSH memicu enzim proteolitik yang menyebabkan dinding folikel “pecah” (Samsulhadi, 2011) .
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron (Bobak, 2004 dalam Roza, 2011). Lonjakan LH kemudian menurun apabila tidak terjadi pembuahan. Pada haid normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9-11 hari pasca ovulasi. Kemungkinan korpus luteum mengalami regresi akibat dampak luteolisis estrogen yang dihasilkan korpus luteum sendiri (Samsulhadi, 2011).
2.3.1.3 Siklus Hipofisis-Hipothalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH) . Pada awal siklus sekresi gonadotropin (FSH, LH) meningkat perlahan dengan sekresi FSH lebih tinggi dari LH. Pada folikel didapatkan dua macam sel yaitu sel teka dan sel granulosa yang melingkari sel telur (oosit) (Samsulhadi, 2011) .
Pada awal siklus (awal fase folikuler) reseptor LH hanya di jumpai pada sel teka dan FSH hanya pada sel granulosa. LH memicu sel teka untuk menghasilkan hormon androgen kemudian masuk ke sel granulosa. FSH mengubah hormon androgen tersebut menjadi estrogen. Stimulasi FSH tersebut menyebabkan beberapa folikel antral menjadi besar dan sekresi estrogen terus meningkat. Pada hari ke 5 sampai ke 7 siklus estrogen dan inhibin B terus meningkat yang akhirnya menekan FSH. Sekresi FSH yang menurun akhirnya menyebabkan hanya ada satu folikel yang akan terus tumbuh sedangkan folikel primordial yang lain akan mengalami atresia. Pada akhir masa folikuler sekresi LH akan lebih dominan dari FSH. Setelah 36-48 jam lonjakan LH, oosit akan keluar inilah yang disebut ovulasi (Samsulhadi, 2011) .
Pasca ovulasi, luteinisasi sel graulosa menjadi sempurna, sekresi progesteron meningkat tajam dan memasuki fase luteal. Kadar progesteron yang meningkat ini menyebabkan kadar LH dan FSH turun tetapi kadar LH tetap lebih dominan dari FSH. LH berperan untuk vaskularisasi dan sintesa hormon steroid di korpus luteum. Pada fase luteal kadar estrogen dan progesteron meningkat
mencapai puncak 7 hari pascaovulasi. Tetapi kadar progesteron lebih dominan dari estrogen. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut dan mengalami atresia, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. Kurang dari 14 hari pasca estrogen dan progesteron cukup rendah dan mengakibatkan sekresi gonadotropin meningkat kembali dimana FSH lebih dominan dari LH dan dimulailah siklus berikutnya (Samsulhadi, 2011).