• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merancang tindakan

DASAR TEORI

1. Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Pedagogical Content Knowledge (PCK pertama kali dikenalkan oleh Shulman (1985) dalam pidato dihadapan the American Educational Research Association yang kemudian menjadi wacana pendidikan guru. Shulman mendeskripsikan PCK dalam Jing-Jing, HU (2014) sebagai berikut:

“…the most regularly taught topics in one’s subject area, the most useful forms of representation of those ideas, the most powerful analogies, illustrations, examples, explanations and demonstrations – in a word, the ways of representing and formulating the subject that make it comprehensible to others… Pedagogical content knowledge also includes an understanding of what makes the learning of specific topics easy or difficult: the conceptions and preconceptions that students of different ages and backgrounds bring with them to the learning of those most frequently taught topics and lessons” (p. 9). Shulman menggambarkan bagaimana cara merepresentasi dan memformulasikan suatu topik dalam mata pelajaran tertentu (subject) yang mudah dipahami oleh orang lain melaui analogi yang kuat, ilustrasi, contoh, penjelasan dan demonstrasi. Pedagogical Content knowledge mencakup pemahaman tentang “apa yang sulit dan mudah dalam pembelajaran topik tertentu”. Hal ini membawa konsepsi dan prasangka bahwa siswa dari berbagai usia dan latar belakang yang berbeda dibawa untuk belajar topik tertentu.

Guru sains harus mempunyai pengetahuan mengenai peserta didik sains, kurikulum, strategi instruksional, assessment sehingga dapat melakukan tranformasi science knowledge dengan efektif. Sehingga guru sains harus menguasai konten materi sekaligus bagiamana mengajarkannya dengan benar, sebagaimana yang dikemukakan oleh oleh Shulman (1986) sebagai berikut:

“….knowing science is a necessary but not sufficient condition for teaching. Science teacher must also have knowledge about science learner, curriculum, instructional strategies, and assessment through which they transform their science knowledge in to effective teaching and learning”.

PCK merupakan ide yang berakar dari keyakinan bahwa mengajar memerlukan lebih dari sekedar pemberian pengetahuan muatan mata pelajaran kepada siswa dan siswa belajar tidak sekedar hanya menyerap informasi tapi lebih dari penerapannya. PCK menitik beratkan pada pengajaran topik tertentu dengan cara khusus (specific) agar mudah dipahami oleh siswa (Loughran, Berry & Mulhall, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang memungkinkan untuk menigkatkan keefektifan guru adalah memperkaya PCK mereka (Loughran, Berry & Mulhall, 2006

830 dalam Williams, Jhon., 2012), yaitu suatu perpaduan khusus antara content knowledge dan pedagogical knowledge yang dibangun dari waktu ke waktu berdasarkan pengalaman, sehingga menghasilkan guru profesional. PCK merupakan keahlian khusus dengan keistimewaan individu yang berlainan dan dipengaruhi oleh konteks/suasana mengajar, isi dan pengalaman. PCK bisa sama untuk beberapa guru dan berbeda untuk guru lainnya, tetapi paling tidak merupakan titik temu pengetahuan professional guru dan keahlian guru.

Sejak kemunculannya pada tahun 1986, banyak penelitian tentang Pedagigcal Content Knowledge yang berkembang. Menurut Abell (2008) ide mengenai PCK tetap masih aktual dan bermanfaat bagi pengembangan profesional seorang guru. Abel, S.K. merupakan seorang pakar pendidikan yang dengan konsisten selama lebih dari 20 th mencermati perkembangan PCK sejak awal mula digagas oleh shulman (1986) dan menggunakannya dalam berbagai bentuk kegiatan di universitas, antara lain dalam bentuk program penyiapan guru sekolah dasar maupun program sertifikasi untuk guru sains dan matematika di sekolah lanjutan pertama dan atas. PCK telah diakui sebagai bentuk pengembangan profesional guru oleh organisasi profesional seperti NSTA (National Science Teacher Association). PCK mendapatkan posisi sangat signifikan dalam pengembangan profesional guru sains yang dikaitkan dengan 10 standar yang dikembangkan NSTA sebagaimana digambarkan dalam Gambar 1.

831 Gambar 1. Urgensi PCK dalam Pengajaran Science (dikutip dari NSTA Standards

for Science Teacher Education, 2003

Dua standar utama (pedagogy dan content) ditempatkan diatas yang lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan pedagogi dan penguasaan konten materi ajar. Kemampuan pedagogi yang baik tidak akan muncul tanpa pengetahuan yang mendalam terhadap topik dari mata pelajaran yang diajarkan. Pembelajaran sains yang efektif sangat didukung oleh pemahaman secara operasional baik pedagogi maupun konten materi ajar. Hal ini menuntut seorang guru sains untuk memiliki Pedagogical Content Knowledge. Delapan standar yang lain dikaitkan dengan pedagogi dan konten. Salah satu tidak mungkin berhasil tanpa dukungan yang lainnya, yang intinya bahwa “ bagaimana anda mengajar adalah apa yang anda ajarkan” seperti yang ditegaskan oleh The Human Right Watch USA (1998): “How You teach is what you teach”.

832 2. Komponen-Komponen Pedagogical content Knowledge

Gambaran umum komponen PCK telah dibuat sejak PCK gagasan pertama kali diperkenalkan oleh Shulman (1986) yang diikuti oleh peneliti-peneliti berikutnya. Jing-Jing HU, 2014 telah melakukan review terhadap komponen PCK dari beberapa peneliti. Menurut Jing, HU., konsep PCK yang diajarkan oleh Shulman mengandung 3 komponen yaitu (1) pengetahuan tentang materi yang biasa diajarkan dalam suatu mata pelajaran; (2) pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi ide/gagasan dan (3) pengetahuan tentang pemahaman siswa terhadap suatu topik tertentu. Kemudian bersama dengan Gudmundsdottir (1987) Shulman menulis makalah yang intinya memperluas dan mengkhususkan penjelasan komponen PCK yang telah dilontarkannya pada tahun (1986). Mereka membagi 3 komponen PCK sebagai menjadi 3 kategori yaitu: (1) pengetahuan tentang topik inti, konsep dan keluasan mata pelajaran yang dapat diajarkan pada siswa dan pengetahuan tentang analogi, perumpamaan, contoh dan metafora yang digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, yang dipengaruhi oleh pengetahuan konten; (2) pengetahuan tentang perbedaan cara mengajar beberapa topik, dan pro-kontra dari masing-masing pendekatan, yang dipengaruhi oleh pengetahuan pedagogis umum; (3) pengetahuan prekonsepsi atau miskonsepsi siswa tentang topik yang mereka pelajari, dan pengetahuan tentang topik-topik yang dianggap menarik oleh siswa, sulit atau mudah dipelajari, yang dipengaruhi oleh pengetahuan siswa.

Meskipun banyak komponen dan sub-komponen yang termasuk dalam penjelasan tersebut, klarifikasi Shulman tentang komponen PCK masih relatif sempit. Para peneliti selanjutnya telah memperluas komponen PCK dan sub-komponen mereka.

Grossman (1990) telah menjelaskan 4 komponen inti PCK dan penjelasan Grossman ini banyak disebut dalam penelitian PCK. Keempat kompnen inti PCK tersebut adalah: (1) pemahaman tentang pengetahuan tujuan pembelajaran dan keyakinan tentang tujuan untuk mengajar suatu subjek (mata pelajaran) pada tingkat kelas yang berbeda; (2) pengetahuan tentang siswa yang meliputi pemahaman siswa, kebenaran konsep dan kesalahpahaman konsep (miskonsepsi) dalam mempelajari beberapa topik dalam suatu mata pelajaran; (3) Pengetahuan kurikulum, yang meliputi pengetahuan materi kurikulum yang sesuai untuk mata pelajaran tertentu dan pengetahuan tentang kurikulum vertikal-horisontal untuk suatu subject (mata pelajaran); dan (4) Pengetahuan tentang strategi pembelajaran dan cara merepresentasikan topik-topik tertentu. Grossman menambahkan pengetahuan tentang tujuan pembelajaran dari komponen PCK yang telah dirintis oleh Shulman (1987).

Tamir, P (1988) dalam Jing-jing, HU (2014) memperluas penjelasan Sulman (1987) yaitu dengan menambahkan pengetahuan tentang evaluasi pembelajaran yang

833 belum masuk dalam komponen PCK menurut Grossman (1990). Tamir, P. menekankan tidak hanya pengetahuan deklaratif tetapi juga sifat prosedural PCK, yang dinamakan sebagai keterampilan (skill) sepert yang tercantum pada pada Tabel 1.

Table 1. Deskripsi Komponen PCK guru Sains menurut Tamir (1988, p. 100)

Pengetahuan Ketrampilan

Siswa konsepsi (pemahaman) umum

yang spesifik dan miskonsepsi (kesalahpahaman) dalam topik tertentu yang diajarkan

bagaimana mendiagnose kesuliatan konseptual siswa dalam topik tertentu yang diajarkan

Kurrikulum Konsep prasyarat yang diperlukan dalam memahami materi tertentu, misal

photosintesis bagaimana mendesaian kegaitan penelitian laboratorium dalam pembelajaran Pembelajaran (pengajaran dan manajemen) Pembelajaran di laboratorium yang terdiri dari 3 fase: diskusi sebelum ke lab, kerja

laboratorium, diskusi hasil laboratorium

Bagaimana mengajar siswa untuk menggunakan peralatan laboratorium, misal mokroskop Evaluasi Inventarisasi Sifat dan komposisi

Penilaian Tes Praktis

Bagaimana untuk mengevaluasi

kemampuan manipulasi laboratorium

Berdasarkan pada Grossman (1990) dan Tamir (1988), Magnuson (1999) mengembangkan model komponen PCK untuk pembelajaran IPA, yang mengandung konsep tujuan pembelajaran dan pengetahuan tentang evaluasi. Satu kontribusi dari model ini adalah bahwa komponen spesifikasi PCK menjadi framework yang lebih jelas dan lebih mudah diaplikasikan pada penelitian PCK. Gambar 2 berikut ini menunjukkan model komponen PCK menurut Magnuson. Model PCK guru yang diusulkan oleh Magnusson, Krajcik, dan Borko (1999) merupakan perluasan dari model PCK sebelumnya yang diusulkan oleh Shulman (1987) dan Grossman (1990) (dalam Lankford, D. 2010). Model PCK guru yang pertama diusulkan oleh Magnusson et al. (1999) yaitu dengan mengidentifikasi hubungan antara domain pengetahuan guru yang meliputi: (1) pengetahuan materi pelajaran (subject matter), baik struktur substantif dan sintaksis, (2) pengetahuan pedagogis umum, dan (3) pengetahuan tentang konteks dan inti pengetahuan guru; dan (4) pengetahuan konten pedagogi (PCK). Magnusson et al. (1999) berpendapat bahwa pengetahuan materi pelajaran, pengetahuan pedagogis, dan pengetahuan tentang konteks sangat mempengaruhi pengetahuan konten pedagogi yang dipegang oleh guru. Dengan demikian, model ini menunjukkan pengaruh yang penting dari pengetahuan mata pelajaran, pengetahuan pedagogis, dan pengetahuan tentang

834 konteks dalam membentuk PCK guru, seperti yang ditunjukkan pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2. Model PCK menurut Magnusson