• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEOR

B. Merek

1. Pengertian Merek

Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat dan di sini merek

27

mempunyai peranan yang sangat penting yang memerlukan pengaturan yang lebih memadai (Sutedi, 2009: 89).

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka-angka, susunan warana, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (UU Nomor 15 Tahun 2001).

Merek juga merupakan suatu tanda pembeda atas barang atau jasa bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda, maka merek dalam satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dengan yang lainnya, baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya (Sutedi, 2009: 91).

Pengertian memiliki persamaan pada keseluruhannya yaitu apabila mempunyai persamaan dalam hal asal, sifat, cara pembuatan, dan tujuan pemakaiannya. Sedangkan untuk pengertian persamaan dalam pokoknya yaitu apabila memilki persamaan pada persamaan bentuk , persamaan cara penempatan, dan persamaan pada bunyi ucapan (Sutedi, 2009:91).

2. Macam-macam Merek

Ada beberapa macam merek yang dikenal dalam dunia perdagangan. Adapun macam-macam merek tersebut adalah (Ditjen HKI, 2013: 28):

28 a. Merek Dagang

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

b. Merek Jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yag diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa- jasa sejenis lainnya.

c. Merek Kolektif

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

3. Dasar Hukum Perlindungan Merek

Pada sistem hukum Indonesia, merek dan segala hal yang berkaitan dengan merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

29 4. Fungsi Merek

Fungsi merek yaitu (Ditjen HKI, 2013: 36):

a. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya. b. Alat promosi, sehingga dalam mempromosikan hasil produksinya

cukup dengan menyebut mereknya. c. Jaminan atas mutu barangnya.

d. Penunjuk asal barang/jasa yang dihasilkan.

Sedangkan fungsi merek untuk didaftarkan yaitu (Ditjen HKI, 2013: 36):

a. Sebagai bukti kepemilikan hak atas merek yang didaftarkan.

b. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama pada keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenisnya.

c. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama pada keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenisnya.

5. Pemohon

Pemohon adalah pihak yang dapat mngajukan permohonan pendaftaran merek. Yang dapat mengajukan permohonan yaitu (Ditjen HKI, 2013: 29):

30 a. Orang/perorangan

b. Perkumpulan

c. Badan hukum (CV, Firma, Perseroan) 6. Permohonan Pendaftaran Merek

Menurut pasal 7 ayat 1, permohonan pendaftaran merek diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia kepada Ditjen HKI dengan mencantumkan:

a. Tanggal, bulan, dan tahun;

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon

c. Nama lengkap dan alamaat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan menggunakan unsur warna;

e. Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.

Yang dimaksud dengan hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam ParisConvention For the Protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris

31

Convention for the Protection of Industrial Property (Asyhadie, 2014: 220-221).

Permohonan dapat dilakukan oleh satu orang atau beberapa orang secara bersama-sama, atau badan hukum. Dalam permohonan diajukan oleh beberapa orang yang sama-sama berhak atas merek tersebut, maka (Asyhadie, 2014: 221):

1. Semua nama pemohon harus dicantumkan dalam surat permohonan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka;

2. Surat permohonan pendafataran harus ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang mewakilkan;

3. Apabila permohonan pendaftaran dilakukan oleh seorang kuasa, surat kuasa harus ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.

Selanjutnya dalam waktu sepuluh hari terhitung sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk didaftar, Ditjen HKI akan mengumumkan permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek. Pengumuman tersebut akan berlangsung selama tiga bulan yang dilakukan dengan menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara berkala, atau dengan menempatkannya pada sarana

32

khusus yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat misalnya internet (Hasyim, 2009: 211).

Menurut pasal 28 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.

7. Merek yang Tidak Dapat Didaftarkan

Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, merek tidak dapat didaftarkan atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Yang dimaksud dengan pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 pada pasal 5 menyatakan bahwa merek tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur:

33

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.

Yang termasuk dalam pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda tersebut dapat menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman atau keagamaan dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu.

b. Tidak memiliki daya pembeda.

Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun teralu rumit sehingga tidak jelas.

c. Telah menjadi milik umum.

d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.

Sedangkan permohonan harus ditolak oleh Ditjen HKI apabila merek tersebut (Djaja, 2009: 196-197):

a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis.

Yang dimaksud mempunyai persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek yang lain yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai

34

bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.

b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis.

c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Indikasi Geografis yang sudah dikenal.

d. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak.

e. Merupakan tiruan, atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang, atau simbol atau lambang negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

f. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Menurut keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.03- HC.02.01 Tahun 1991, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan merek terkenal adalah merek dagang yang secara umum telah dikenal dan dipakai pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau

35

badan, baik di wilayah Indonesia maupun di luar negeri (Hasyim, 2009: 210).

Pendaftaran merek hanya dapat diajukan untuk satu kelas barang atau jasa. Kelas barang atau jasa dalam kelompok jenis barang atau jasa yang mempunyai persamaan dalam sifat, cara pembuatan, dan tujuan penggunaannya. Apabila mereka akan dimintakan pendaftarannya untuk lebih dari satu kelas, maka permintaan akan pendaftarannya harus diajukan secara terpisah (Hasyim, 2009: 210). 8. Keabasahan Merek

Merek-merek yang didaftarkan dinyatakan sah utuk masa sepuluh tahun dan dapat diperbarui untuk periode sepuluh tahun berikutnya. Apabila pendaftaran tidak diperbarui, register akan menghapus merek dari daftar. Merek yang sudah didaftar tidak dapat diubah selama masih dalam masa terdaftar atau masa perpanjangan, kecuali yang berhubungan dengan penggantian nama dan alamat pemilik apabila merek itu mencakup nama dan alamat pemilik merek. Merek terdaftar dapat diserahkan, dicabut, dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Merek terdaftar dapat diserahkan terkait sebagian atau semua barang atau jasa yang terdaftar dengan merek itu.

9. Penghapusan Merek

Merek yang telah terdaftar pada dasarnya dapat dihapuskan atas prakarsa Ditjen HKI atau berdasarkan permohonan pemilik merek.

36

Penghapusan ini dilakukan jika (Ditjen HKI, 2013: 38): a. Merek tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut dalam

perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang diterima oleh Ditjen HKI.

b. Merek digunakan untuk jenis barang dan jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftar.

Merek yang sudah terdaftar dapat dihapuskan karena empat kemungkinan, yaitu (Ditjen HKI, 2013: 38):

1. Atas prakarsa Ditjen HKI.

2. Atas permohonan dari pemilik merek yang bersangkutan. 3. Atas putusan pengadilan.

4. Tidak diperpanjang jangka waktu pendafataran mereknya. 10.Peralihan Hak atas Merek Terdaftar

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menerangkan bahwa hak atas merek terrdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:

a. Pewarisan; b. Wasiat; c. Hibah; d. Perjanjian;

37

e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.

Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan yaitu sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini, misalnya kepemilikan merek karena pembubaran badan hukum yang semula pemilik merek (Djaja, 2009: 214).

Untuk pengalihan hak atas merek sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), wajib dimohonkan pencatatannya kepada Ditjen HKI untuk dicatat dalam dalam daftar umum merek (pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek).

Pengalihan hak atas merek ini dilakukan dengan menyertakan dokumen yang mendukungnya antara lain sertifikat merek serta bukti- bukti lain yang mendukung kepemilikan tersebut, kemudian wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Merek untuk dicatat dalam daftar umum merek. Pencatatan ini dimaksudkan agar akibat hukum dari pengalihan hak atas merek terdaftar tersebut berlaku terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga. Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang bersangkutan adalah pemilik merek dan penerima pengalihan hak atas merek. Adapun yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah penerima lisensi. Namun, tujuan penting dari adanya kewajiban untuk mencatatkan pengalihan hak atas

38

merek adalah untuk memudahkan pengawasan dan mewujudkan kepastian hukum (Sutedi, 2009: 94).

Ketentuan pada pasal 42 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyebutkan bahwa pengalihan hak atas merek terdaftar hanya dicatat oleh Ditjen HKI apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang dan/atau jasa.

Dokumen terkait