BAB II GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM KUMPULAN
2) Metafora
(1) “Cinta untukmu adalah permainan kata
Sedangkan, cinta untukku adalah persembahan jiwa…” (hal. 13)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya pemarkah adalah. Kata adalah merupakan kias perwujudan terhadap cinta yang digambarkan sebagai persembahan jiwa atau sekedar permainan kata-kata. Jadi dengan pemarkah adalah kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(2) “Wajahmu adalah purnama
Yang tak ada duanya, tapi engkaupun tak menyadari…” (hal. 30)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya pemarkah adalah.
Kata adalah merupakan kias perwujudan terhadap wajah seseorang yang digambarkan seindah purnama. Jadi dengan pemarkah adalah kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(3) “Untuk lebih memahami, apa arti tak sendiri
Dan jalan bersisi, sebagai sepasang kekasih hati…” (hal. 39)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya frase kekasih hati. Frase tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan frase kekasih hati, kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(4) “Padahal disini, di sisi engkau Raja hati Aku dapat tegak berdiri…” (hal. 40)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya frase Raja hati. Frase tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan frase raja hati, kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(5) “Aku menangis lagi sayangku Air mataku adalah samudera biru Aku menangis lagi dan lagi sayangku Setiap tetesnya adalah darah…” (hal. 43)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya pemarkah adalah. Kata adalah merupakan kias perwujudan terhadap air mata yang digambarkan sebagai samudera biru dan tetesannya seperti darah. Jadi dengan pemarkah adalah kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(6) “Samsara kita adalah cermin kembar muka
Berulang bertemu dalam kehidupan yang berbeda…” (hal. 43)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya pemarkah adalah. Kata adalah merupakan kias perwujudan terhadap samsara yang digambarkan sebagai cermin kembar muka. Jadi dengan pemarkah adalah kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(8) “Marahku adalah untaian kata-kata
Tetapi murkaku adalah diam seribu bahasa…”(hal. 44)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya pemarkah adalah. Kata adalah merupakan kias perwujudan terhadap marah dan murka yang digambarkan sebagai untaian kata-kata dan diam seribu bahasa. Jadi dengan pemarkah adalah kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(9) “Gelombang di jiwaku riaknya adalah darah
Yang membuncah dari luka pedih penantian…” (hal. 45)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya pemarkah adalah. Kata adalah merupakan kias perwujudan terhadap riak gelombang jiwa yang digambarkan sebagai darah. Jadi dengan pemarkah adalah kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
10) “Dan membawaku kembali padamu kekasih hati Pada setiap jiwa ini menambat mati…” (hal. 54)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya frase kekasih hati. Frase tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan frase kekasih hati, kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
11) “Aku matahari cintamu
Di ujung malammu aku menunggu…” (hal. 75)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya frase matahari cintamu. Frase tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan frase matahari cintamu, kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
12) “Waktu silam kita sesungguhnya adalah karma yang nyata Masa dahulu kita adalah masa depan yang tertunda…” (hal. 92)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya pemarkah adalah. Kata adalah merupakan kias perwujudan terhadap masa silam atau dahulu yang digambarkan sebagai karma dan masa depan yang tertunda. Jadi dengan pemarkah adalah kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
13) “Matahari, kembalilah padaku
Sudah cukup masamu menunggu, disinilah tempatmu…” (hal. 93)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya kata matahari. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan kata matahari, kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
14) “Engkau Rembulan dan aku Matahari
Kebersamaan kita tak tertandingi…” (hal. 119)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya kata matahari dan rembulan. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan kata matahari dan rembulan kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(15) “Rembulan pusat cinta, kau lagi apa?
Merenungkan kepergianku?...” (hal. 123)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya kata rembulan. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan kata rembulan kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora.
(16) “Marilah sayangku, rembulan
Kita bersama-sama menyongsong kematian…” (hal. 138)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya kata rembulan. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan kata rembulan kalimat
(17) “Muncul dari sudut mataku sebelah kiri Dan menyampaikan sebisik kalimat hati:
Matahari, tetaplah disini…” (hal. 143)
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa metafora. Kalimat ini ditandai dengan adanya kata matahari. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan kias perwujudan terhadap sesuatu atau benda yang ingin digambarkan penulis. Jadi dengan menggunakan kata matahari, kalimat tersebut membentuk gaya bahasa metafora