• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengingat bahwa penentuan kandungan energi metabolis dengan menggunakan metoda conventional tidak saja memerlukan waktu cukup lama, melainkan juga menghabiskan makanan cukup banyak, maka pada pertengahan dekade tujuh puluhan muncul dua cara penentuan kandungan energi metabolis bahan makanan. Yang pertama adalah penentuan true metabolizable energy (TME) yang dicetuskan oleh Sibbald (1976) dan yang kedua ialah Apparent Metabolizable Energy (AME) yang dicetuskan oleh Farrell (1978). Penentuan kandungan energi dengan menggunakan kedua metoda ini tidak memerlukan banyak waktu dan makanan. Pada kedua metoda ini digunakan ayam jantan dewasa yang sudah dilatih untuk tujuan ini.

2.1. Metode cepat untuk penentuan AME (Farrell, 1978)

2.1.1. Melatih ayam

Metode ini tergantung pada latihan ayam jantan dewasa (jago) secara individual dalam suatu sangkar yang sesuai untuk penentuan energy metabolis, yaitu dengan ukuran lebar 35 cm, panjang 45 cm dan tinggi 50 cm dan dilengkapi dengan tempat minum dan tempat makan yang dirancang sedemikian untuk mengurangi tumpahnya makanan sekecil mungkin, untuk dapat menghabiskan makanan dalam waktu satu jam.

Dapat digunakan pejantan ayam petelur dengan berat badan 2-2,5 kg. dalam latihan, ayam-ayam yang tidak dapat menghabiskan makanan dalam waktu satu jam dan ayam-ayam yang terlihat mempunyai tabiat tidak baik, dikeluarkan dari latihan dan tidak dapat digunakan untuk penelitian.

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 35 2.1.2. Prosedur

Selama tidak digunakan untuk penelitian ayam diberi makanan standard dalam bentuk pellet yang terdiri dari sorghum (99%), tepung tulang (1%) dan campuran vitamin mineral. Biji-bijian yang lain dapat juga digunakan seperti jagung, beras gandum dan sebagainya. Yang penting ransum harus sederhana dan rendah kandungan serat kasarnya, sehingga mempunyai kecepatan melewati saluran pencernaan (rate of passage) dengan waktu pengosongan (clearance time) kira-kira 24 jam. Jumlah pemberian makan kurang lebih 120 kg.

Jika akan digunakan untuk penelitian ayam dipuasakan selama 32 jam. Nampan (tray) penampung excreta dilapisi dengan selembar plastik yang telah diketahui beratnya. Nampan agak sedikit ditarik keluar selama pemberian makan berlangsung, untuk menampung makanan yang kemungkinan tercecer. Makanan diberikan dalam bentuk pellet (dipellet dengan proses dingin) dalam jumlah tertentu (85-100 g). setelah satu jam, tempat makanan diambil. Makanan yang tercecer dikembalikan kedalam tempat makan dan ditimbang, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi dapat dihitung.

Nampan didorong kedalam sehingga semua excreta dapat ditampung. Pengumpulan excreta berlangsung selama 42 jam. Bulu-bulu dan sisik-sisik yang masuk dalam nampan dibuang. Jika ada ayam yang muntah (regurgitasi), maka ini tidak dipakai dalam penelitian (ditolak). Setelah 42 jam, plastik penampung beserta excreta dikeringkan dalam oven pada suhu 70° C selama 24 jam. Jika kotoran terlalu basah, maka plastic beserta nampannya dapat langsung dimasukkan dalam oven dan mungkin memerlukan waktu lebih lama, kira-kira 48 jam.

Ayam dapat langsung digunakan untuk penelitian berikutnya, atau jika tidak, diberi makana standard seperti biasa.

Excreta yang telah kering diambil bersama plastiknya, dibiarkan dalam udara terbuka selama 3 jam, kemudian excreta digiling untuk analisa kandungan gross energi. Analisa gross energy, baik terhadap makanan maupun excreta, dilakukan secara duplo (diulang dua kali) dan hasilnya boleh berbeda tidak lebih dari 3%.

Seperti halnya pada metode conventional, pada metode ini juga diperlukan data tentang kandungan DM bahan makanan yang ditest. Adapun cara perhitungan ME, sama dengan perhitungan ME pada metode conventional.

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 36 2.2. Metode cepat untuk penentuan TME (Sibbald, 1976).

Tidak seperti pada kedua metode yang terdahulu, pada metode ini kandungan energy dinyatakan dalam bentuk TME dimana kandungan energy endogen yang hilang (EEL) diperhitungkan.

2.2.1. Materi

Pada metode ini digunakan pejantan ayam petelur. Seperti halnya pada penentuan AME dengan metode cepat, pada metode ini ayam dikandangkan dalam sangkar individual dalam kandang tanpa jendela (windowless system). Suhu ruangan dijaga pada 25°C dan penerangan berlangsung selama 12 jam. Untuk daerah tropis, seperti Indonesia, dimana tidak ada hari panjang (long day length) atau hari pendek (short day length), cukup digunakan penerangan alami. Jadi tidak perlu penambahan penerangan pada malam hari. Setiap sangkar dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum.

Menjelang digunakan untuk assay, ayam dipuasakan selama 21 jam untuk mengosongkan saluran pencernaan.

2.2.2. Prosedur

Pada setiap dimulainya assay, ayam ditimbang satu persatu. Selanjutnya diberi makan (ransum test) secara paksa (force feeding) dengan menggunakan pipa gelas berdiameter dalam 5,5 mm. Makanan langsung ditempatkan dalam tembolok (crop) melalui oesophagus. Makanan diberikan dalam bentuk pellet dengan diameter 4,67 mm, yang dibuat dengan cara proses dingin. Setelah pemberian makan, ayam dikembalikan dalam sangkar. Diatas nampan penampung excreta diletakkan swlwmbar plastik yang telah diketahui beratnya. Tepat 24 jam setelah pemberian makan, ayam ditimbang kembali, exkreta dikumpulkan dan dikeringkan dengan cara kering beku. Exkreta kemudian dibiarkan dalam udara terbuka, untuk selanjutnya digiling.

Makanan yang ditest dan excreta dianalisa kandungan gross energinya dengan menggunakan bomb calorimeter.

Disamping itu juga dibuat control untuk mengukur energy endogen yang hilang (EEL), yaitu dengan cara seperti tersebut diatas tetapi ayam tidak diberi makan.

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 37 2.2.3. Cara perhitungan

Berdasarkan hipotesa bahwa untuk bahan makanan tertentu ada hubungan linier antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan energy yang dikeluarkan lewat excreta, maka jika hipotesa ini benar jumlah makanan yang diberikan pada waktu melakukan penelitian kandungan energy tidaklah menjadi masalah. Dengan demikian jika prosedur assay ini akan digunakan secara berkala, maka dugaan linearitas antara feed intake dan energy yang dikeluarkan melalui excreta adalah sangat penting.

Sibbald (1976) dalam percobaannya dengan menggunakan ayam jantan dengan berat badan rata-rata 2,42 ± 0,04 kg mendapatkan energy endogen yang hilang (EEL) pada ayam yang dipuasakan adalah sebesar 9,84 ± 0,28 kcal per ekor per 24 jam.

Dari percobaan tersebut didapatkan persamaan regresi antara energy yang dibuang lewat excreta (Ye) dengan feed intake (X) dari beberapa bahan makanan sebagaimana tercantum pada tabel 2.

Adapun rumus perhitungan ME atau TME adalah sebagai berikut: ME (kkal/g) = (GEf x X) – Ye

X

TME (kkal/g) = (GEf x X ) – (Ye – 9,84) X

Dimana :

GEf = gross energy makanan

X = jumlah makanan yang dikonsumsi Ye = gross energy excreta

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 38 Table 2. Regresi antara energy yang hilang lewat excreta (Ye) dengan feed intake (X) (Sibbald, 1976)* Jenis bahan Ye r df Barley 10,03 + 0,600 X 0,852 62 Jagung 9,79 + 0,199 X 0,775 61 Tepung ikan 9,89 + 0,867 X 0,945 54 Padi 9,81 + 0,685 X 0,930 57 Bungkil kedelai 9,93 + 1,290 X 0,958 56 Gandum 9,72 + 0,646 X 0,938 59

R = koefisien relasi * partial data

Dokumen terkait