• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACTIVITY, AND GROWTH PERFORMANCE OF HUMPBACK GROUPER (Cromileptes altivelis)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian tahap II dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB serta Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan IPB.

Persiapan Pakan

Bakteri probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat RM3, RM4, RM5 dan RM7. Selanjutnya masing-masing isolat bakteri probiotik dikultur pada media SWC-broth dan diinkubasi pada waterbath shakerdengan kecepatan 140 rpm dan suhu 29oC. Pemanenan sel bakteri dilakukan berdasarkan waktu pencapaian fase eksponensial. Setelah itu, dilakukan pemisahan antara sel bakteri dengan media serta dicuci sebanyak dua kali dengan larutan fisiologis steril (NaCl 0,85%).

Pakan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pakan komersial (Otohime Marine Weaning Diet EP 1 Japan) dengan size 1,5 mm. Proses persiapan pakan uji meliputi pencampuran bakteri probiotik, putih telur, dan pakan. Dosis probiotik yang digunakan sebanyak 1% (v/w) dari bobot pakan yang diberikan, sedangkan dosis putih telur yang digunakan sebanyak 2% (v/w) dari bobot pakan yang berfungsi sebagai perekat (Wang 2007). Pada pakan kontrol juga ditambahkan 2% putih telur seperti pada pakan perlakuan. Setelah itu, bakteri probiotik (kecuali kontrol) dan putih telur disebarkan ke pakan secara manual. Sebelum diberikan pada ikan, pakan dikeringudarakan selama 10-15 menit untuk mengurangi kelembaban. Pembuatan pakan probiotik dilakukan setiap hari. Hasil analisa proksimat pakan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada (Tabel 3). Metode analisa proksimat pakan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 3. Komposisi proksimat (%) pakan perlakuan probiotik dan pakan kontrol

Komposisi nutrien* Perlakuan RM3 RM4 RM5 RM7 Tanpa probiotik Air 14.17 12.00 14.61 12.58 10.61 Protein 38.38 37.83 39.14 40.49 39.46 Lipid 13.24 13.35 12.85 13.37 13.49 Abu 13.46 13.91 13.47 14.10 14.29 Serat kasar 3.12 1.48 0.48 0.90 0.17 BETN** 17.64 21.44 19.45 18.57 22.02

*Dalam berat basah

Pemeliharaan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kerapu bebek (4.65±0.44 g), yang diperoleh dari Balai Budidaya Air payau (BBAP) Situbondo, dan berasal dari induk yang sama. Sebelum digunakan, ikan diadaptasikan selama 10 hari di dalam bak fiber ukuran 1 m3 dengan sistem aerasi di Laboratorium Kesehatan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Percobaan dilakukan dalam akuarium berukuran 60x30x30 cm3, dengan volume air 36 L, di susun berdasarkan perlakuan yakni RM3, RM4, RM5, RM7 dan K (tanpa probiotik) dengan pola acak lengkap. Aerasi diberikan pada setiap akuarium. Masing- masing akuarium diisi ikan uji sebanyak 5 ekor.

Sebelum diberi perlakuan, ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 40 hari, dan diberi pakan dengan frekuensi pemberian dua kali sehari pada jam 08.00 dan 16.00 sebanyak 3% bobot biomassa ikan. Penyiponan dilakukan setiap hari untuk membuang kotoran yang mengendap di dasar akuarium. Setiap hari dilakukan pergantian air sebanyak 10 %, dan setiap 10 hari air diganti secara total bersamaan dengan penimbangan bobot dan pengukuran panjang tubuh. Kualitas air yang terukur selama penelitian adalah suhu 27-28oC dan salinitas 28-30 ppt.

Parameter Uji

Parameter yang diamati dalam percobaan ini meliputi retensi protein dan lemak, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, kelangsungan hidup, dan aktivitas enzim pencernaan.

Retensi Nutrien (Protein, Lemak)

Nilai retensi nutrien dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi1988); RN = [(F-I)/P] x 100%

Keterangan :

RN = Retensi nutrien: protein dan lemak (%)

F = Jumlah nutrien tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah nutrien tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah nutrien yang dikonsumsi ikan (g)

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

LPH dihitung dengan menggunakan rumus (Huisman 1987):

LPH (%) = 1 × 100%

Keterangan :

Wt = Bobot ikan pada waktu t (g)

Wo = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (g) t = Periode pemeliharaan (hari)

Rasio Konversi Pakan (FCR)

Rasio konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Lin et al. 2012):

F FCR = _____________

(Wt + D) - Wo

Keterangan:

FCR = Rasio konversi pakan

F = Bobot total pakan yang dikonsumsi (g) Wt = Bobot ikan pada waktu t (g)

Wo = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (g) D = Bobot ikan yang mati selama percobaan (g)

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan:

[Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan/Jumlah ikan pada awal pemeliharaan] x 100%

Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan

Analisis aktivitas enzim pada saluran pencernaan ikan kerapu bebek, dilakukan pada akhir pemeliharaan. Aktivitas enzim yang di ukur adalah aktivitas enzim amilase berdasarkan metode (Bergmeyer & Grassi 1983), aktivitas enzim lipase menurut metode Tietz & Friedrick dalam Borlongan (1990), dan protease menurut metode (Bergmeyer & Grassi 1983). Prosedur preparasi enzim dan metode analisis dapat dilihat pada Lampiran 5.

Mikroflora Intestinal

Percobaan untuk analisis mikroflora intestinal, dilakukan dengan memelihara ikan pada 5 akuarium terpisah dari percobaan untuk kinerja pertumbuhan dan aktivitas enzim. Metode pemeliharan hewan uji sama dengan percobaan untuk pertumbuhan, tetapi pakan yang diberikan adalah pakan yang mengandung probiotik yang telah diberi penanda resisten antibiotik rifampisin yang berfungsi sebagai penanda molekuler. Keberadaan bakteri tersebut dimonitor menggunakan media SWC-agar yang mengandung antibiotik rifampisin 50 μ g/mL. Perlakuan probiotik diberikan selama 40 hari.

Analisis mikroflora intestinal dilakukan dengan mengambil masing- masing tiga ekor ikan pada setiap akuarium perlakuan. Setiap usus ikan ditimbang, ditambahkan larutan PBS (Lampiran 1), kemudian digerus dan dilakukan pengenceran serial. Media untuk penyebaran bakteri adalah media SWC-agar untuk mendapatkan data total bakteri dan media SWC-agar (Lampiran 1) yang mengandung antibiotik rifampisin 50 μ g/mL untuk mendapatkan data total masing-masing bakteri probiotik. Perwakilan bakteri yang tumbuh dominan pada masing-masing perlakuan (bakteri yang tumbuh pada pengenceran tertinggi), diisolasi dan diidentifikasi secara fisiologi dan biokimia (Cowan dan Steel 1961).

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua metode yaitu dan analisis statistik pada selang kepercayaan 95% (α=0,05) dan analisis deskriptif eksploratif. Rancangan

yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dengan menggunakan statistical software IBM SPSS statistics version 17.0. Apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan bantuan piranti lunak SPSS versi 22. Analisis deskriptif eksploratif digunakan untuk data mikroflora intestinal, sedangkan analisis statistik digunakan untuk aktivitas enzim pencernaan dan kinerja pertumbuhan.

HASIL

Mikroflora Intestinal

Pemberian bakteri probiotik selama 40 hari menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu hidup dan berkolonisasi pada saluran pencernaan ikan kerapu bebek dengan jumlah populasi masing-masing adalah RM3 sebanyak 4.10±0.49 log CFU/mL, RM4 sebanyak 4.29±0.19 log CFU/mL, RM5 sebanyak 4.18±0.15 log CFU/mL, dan RM7 sebanyak 3.89±0.25 log CFU/mL (Gambar 9). Jumlah total bakteri pada setiap perlakuan lebih tinggi dibanding kontrol dengan jumlah populasi masing-masing perlakuan adalah RM3 sebesar 7.87±0.64 log CFU/mL, RM4 sebesar 7.92±0.65 log CFU/mL, RM5 sebesar 7.52±0.37 log CFU/mL, RM7 sebesar 7.35±0.50 log CFU/mL, dan kontrol sebesar 5.65±0.49 log CFU/mL. Hasil uji fisiologi dan biokimia bakteri dominan dari saluran pencernaan ikan kerapu bebek dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 9. Jumlah bakteri mikroflora intestinal (log CFU/mL) ikan kerapu bebek yang diberi pakan mengandung probiotik dan kontrol.

Perwakilan bakteri yang tumbuh dominan pada masing-masing perlakuan (yang tumbuh pada pengenceran tertinggi) diidentifikasi melalui uji fisiologi dan biokimia. Hasil uji fisiologi dan biokimia tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Bakteri yang dominan pada perlakuan RM3, RM4, RM5 dan RM7 adalah bakteri gram negatif berbentuk basil, sementara pada perlakuan kontrol adalah bakteri gram positif berbentuk basil. Secara spesifik bakteri yang tumbuh dominan pada perlakuan RM3 memiliki motilitas dan katalase positif, oksidase

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RM3 RM4 RM5 RM7 K J u m la h B a k te r i (lo g CF U/m L ) Perlakuan Total Bakteri Bakteri Probiotik

negatif, dan hasil uji oksidatif fermentatif (O/F) positif. Pada perlakuan RM4 memiliki motilitas negatif, katalase dan oksidase positif dan hasil uji oksidatif fermentatif (O/F) positif. Pada perlakuan RM5 memiliki motilitas negatif, katalase dan oksidase positif dan hasil uji oksidatif fermentatif (O/F) negatif. Pada perlakuan RM7 memiliki motilitas, katalase dan oksidase positif dan hasil uji oksidatif fermentatif (O/F) positif. Sedangkan bakteri yang dominan pada perlakuan K memiliki motilitas, katalase, dan oksidase negatif dan hasil uji oksidatif fermentatif (O/F) negatif.

Tabel 4. Hasil uji fisiologi dan biokimia mikroflora intestinal dominan pada ikan kerapu bebek yang diberi pakan mengandung berbagai probiotik dan kontrol

Perlakuan Kriteria uji fisiologi dan biokimia

Pewarnaan Gram

Bentuk Motilitas Katalase Oksidase O/F

RM3 - basil + + - +/+

RM4 - basil - + + +/+

RM5 - basil - + + -/-

RM7 - basil + + + +/+

Kontrol + basil - - - -/-

Setelah dilakukan uji fisologi dan biokimia seperti yang tercantum pada Tabel 4, bakteri yang dominan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi berdasarkan tabel Cowan & Steel (1961). Hasil identifikasi pendugaan genus bakteri yang dominan di saluran pencernaan ikan kerapu bebek yang diberi pakan mengandung probiotik dan kontrol disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pendugaan genus mikroflora intestinal dominan pada ikan kerapu bebek yang diberi pakan mengandung berbagai probiotik dan kontrol (Cowan & Steel 1961).

Perlakuan Pendugaan genus

RM3 Chromobacterium,Benecka,Vibrio,Plesiomonas, Aeromonas

RM4 Chromobacterium,Benecka,Vibrio,Plesiomonas, Aeromonas

RM5 Moraxella,Brucella,Bordetella,Flavobacterium

RM7 Pseudomonas

Kontrol Corynebacterium,Lactobacillus,Arachnia, Clostridium

Aktivitas Enzim Pencernaan

Aktivitas enzim pencernaan ikan kerapu bebek dengan pemberian pakan mengandung probiotik menunjukkan nilai yang bervariasi antar perlakuan. Aktivitas enzim protease pada perlakuan RM3, RM4 dan RM7 lebih tinggi (P<0.05) dibanding perlakuan RM5 dan kontrol. Aktivitas enzim lipase tidak berbeda nyata (P>0.05) untuk semua perlakuan, sedangkan untuk aktivitas enzim amilase pada semua perlakuan probiotik lebih tinggi (P<0.05) dibanding kontrol (Tabel 6).

Tabel 6. Aktivitas enzim pencernaan ikan kerapu bebek yang diberi pakan mengandung berbagai probiotik dan kontrol

Aktivitas enzim (U/mL/menit) Perlakuan RM3 RM4 RM5 RM7 Kontrol Protease 0.10±0.007b 0.13±0.006a 0.07±0.001c 0.10±0.002b 0.07±0.006c Lipase 0.05±0.003a 0.05±0.001a 0.04±0.001b 0.04±0.001b 0.04±0.002b Amilase 1.21±0.08b 1.06±0.01c 1.68±0.04a 0.98±0.01d 0.85±0.04e Data diekspresikan sebagai rata-rata ± SD

Nilai rata-rata pada baris yang sama dengan superskrip berbeda, secara signifikan berbeda (P<0.05)

Kinerja Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan kerapu bebek selama 40 hari pemeliharaan tidak berbeda untuk semua perlakuan dengan nilai mencapai 100% (Tabel 7). Selain itu, pertambahan bobot biomassa dan laju pertumbuhan harian pada perlakuan RM3, RM4, dan RM 5 menunjukkan hasil yang lebih tinggi (P<0,05), serta rasio konversi pakan yang lebih rendah (P<0,05) dibanding kontrol. Sedangkan pada perlakuan RM7 tidak menujukkan hasil yang berbeda nyata dibanding kontrol (P>0,05; Tabel 7). Pemberian pakan mengandung bakteri probiotik yang berbeda yakni RM3, RM4, RM5 dan RM7 selama 40 hari pemeliharaan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap nilai retensi protein dan retensi lemak (Tabel 7). Pada perlakuan pemberian probiotik RM3, RM4, dan RM5 menunjukan retensi protein dan retensi lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan RM7 dan kontrol (P<0.05).

Pemberian pakan mengandung probiotik mampu meningkatkan pertambahan bobot ikan kerapu bebek dibandingkan dengan kontrol masing- masing 110.91%, 104.46%, 104.93% pada perlakuan RM3, RM4, dan RM5, sementara pada perlakuan RM7 hanya 23.04%.

Tabel 7. Kelangsungan hidup (KH), bobot biomassa awal (Wo), bobot biomassa akhir (Wt), pertambahan bobot (Δ W), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (KP), retensi protein (RP) dan retensi lemak (RL) ikan kerapu bebek yang diberi pakan mengandung berbagai probiotik dan kontrol Parameter Perlakuan RM3 RM4 RM5 RM7 Kontrol KH (%) 100±0.00 100±0.00 100±0.00 100±0.00 100±0.00 Wo (g) 26.13±0.72 26.85±1.15 25.63±3.47 26.81±0.98 25.82±0.03 Wt (g) 46.94±4.08 47.02±2.09 45.85±1.20 38.95±3.53 35.69±2.22 Δ W(g) 20.81±4.12a 20.17±1.22a 20.22±3.62a 12.14±3.46b 9.87±2.23b LPH (%) 1.47±0.23a 1.47±0.23a 1.48±0.36a 0.92±0.20b 0.81±0.16b KP 1.73±0.22b 1.77±0.12b 1.68±0.28b 2.83±0.59a 3.31±0.68a RP (%) 30.22±2.15a 32.19±2.32a 28.17±5.89a 17.89±3.61b 18.84±0.18b RL (%) 32.47±1.41a 32.68±5.46a 32.63±0.62a 23.75±1.68b 21.09±2.25b Data diekspresikan sebagai rata-rata ± SD

Nilai rata-rata pada baris yang sama dengan superskrip berbeda, secara signifikan berbeda (P<0.05)

Pemberian pakan mengandung bakteri probiotik yang berbeda yakni RM3, RM4, RM5 dan RM7 selama 40 hari pemeliharaan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap nilai retensi protein dan retensi lemak (Tabel 7). Pada perlakuan pemberian probiotik RM3, RM4, dan RM5 menunjukan retensi protein dan retensi lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan RM7 dan kontrol.

PEMBAHASAN

Pemberian bakteri probiotik melalui pakan pada ikan kerapu bebek selama 40 hari mampu memodulasi pertumbuhan mikroflora di dalam saluran intestinal ikan, sehingga jumlah populasi bakteri pada semua perlakuan probiotik lebih tinggi dibandingkan kontrol (tanpa pemberian probiotik). Jumlah total bakteri pada perlakuan probiotik berada pada kisaran 7.35 - 7.92 log CFU/mL, sedangkan pada kontrol (tanpa pemberian probiotik) sebesar 5.65±0.49 log CFU/mL. Selain itu, bakteri probiotik yang diberikan juga mampu hidup dan berkolonisasi pada saluran intestinal ikan kerapu bebek. Hal ini dapat diketahui karena adanya penanda molekuler berupa penanda resisten antibiotik rifampisin pada bakteri tersebut sehingga keberadaannya pada saluran intestinal dapat dimonitor. Populasi bakteri probiotik RM3, RM4, RM5, dan RM7 pada saluran intestinal pada masing-masing perlakuan probiotik berada pada kisaran 3.89 - 4.29 log CFU/mL. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri probiotik yang diberikan dapat hidup dan berkolonisasi dalam lingkungan saluran intestinal ikan kerapu bebek. Isolat RM3 telah diidentifikasi sebagai Ewingella americana,isolat RM4 sebagai Vibrio alginolyticus, isolat RM5 sebagai Sphingomonas paucimobilis, dan isolat RM7 sebagai Pseudomonas fluorescens (penelitian tahap 1). Bakteri Ewingella americana dan Sphingomonas paucimobilis belum diketahui peranannya dalam akuakultur. Sedangkan Khleifat (2006) menyatakan bahwa E. americana mampu mendegradasi fenol, yakni polutan yang sangat mematikan bagi organisme

akuatik pada kadar dibawah 1 mg/L. Bakteri RM4 telah diidentifikasi sebagai Vibrio alginolyticus. Spesies bakteri ini dikenal sebagai bakteri patogen pada pemeliharaan ikan dan udang. Namun hasil penelitian Austin et al. (1995) menunjukkan bahwa V. alginolyticus ternyata tidak menimbulkan efek patogen pada budidaya ikan salmon dan mampu menekan pertumbuhan Aeromonas dengan memproduksi metabolit berbahaya. Selain mampu menghambat pertumbuhan Aeromonas salmonicida, isolat ini juga efektif dalam menekan pertumbuhan V. angillarum dan V. ordalii. Isolat RM7 yang identik dengan Pseudomonas fluorescens juga diketahui tidak bersifat patogen bagi organisme akuakultur. Bahkan Nour & Abou El-Ghiet (2011) membuktikan bahwa P. fluorescens mampu menekan pertumbuhan A. hydrophila dan meningkatkan parameter hematologi, total protein, dan globulin ikanO. niloticus.

Hasil identifikasi bakteri dominan pada saluran intestinal ikan kerapu bebek yang diberi probiotik menunjukkan bahwa bakteri tersebut berasal dari genus Chromobacterium, Benecka, Vibrio, Plesiomonas, Aeromonas, Moraxella, Brucella, Bordetella, Flavobacterium, dan Pseudomonas. Nayak (2010) menyebutkan bahwa genus Lactobacillus, Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, Vibrio and Aeromonas merupakan kelompok probiotik yang telah digunakan sebagai agen biokontrol dalam akuakultur.

Keberadaan bakteri probiotik dapat meningkatkan produksi enzim exogenous dalam saluran intestinal ikan. Menurut Wang et al. (2007), probiotik mampu menghasilkan beberapa enzimexogenousuntuk pencernaan pakan seperti amilase, protease, lipase, dan selulase. Hasil analisis aktivitas enzim pada penelitian ini menunjukkan bahwa enzim amilase terdeteksi cukup tinggi dibandingkan enzim protease dan lipase. Hasil tertinggi ditunjukkan pada perlakuan pemberian probiotik RM5 yaitu 1.68±0.04 U/mL/menit, diikuti RM3, RM4, dan RM7 masing-masing, 1.21±0.08 U/mL/menit, 1.06±0.01 U/mL/menit, dan 0.98±0.01 U/mL/menit. Bakteri probiotik RM3, RM4, RM5, dan RM7 yang diisolasi dari saluran pencernaan ikan kerapu bebek adalah bakteri yang mempunyai aktivitas amilolitik, proteolitik, dan lipolitik. Tingginya tingkat aktivitas enzim pada perlakuan pakan yang mengandung probiotik dapat membantu inang meningkatkan kecernaan protein, karbohidrat, lemak, dan selulosa, sehingga performa pertumbuhan semakin meningkat (Wanget al. 2007). Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian pemberian probiotik pada udang yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas enzim amilase, protease, dan lipase dalam saluran pencernaannya (Wang 2007; Zokaeifaret al. 2012).

Bahan pakan yang telah dirombak menjadi molekul-molekul sederhana kemudian diserap oleh usus, lalu masuk ke dalam peredaran darah, diedarkan ke seluruh jaringan dan masuk ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan dioksidasi untuk menghasilkan energi sedangkan protein dan lemak di retensi di dalam jaringan tubuh, sehingga meningkatkan performa pertumbuhan. Pada penelitian ini meningkatnya aktivitas enzim diikuti dengan peningkatan pertumbuhan, retensi protein, dan retensi lemak, serta perbaikan nilai FCR diperoleh pada perlakuan probiotik RM3, RM4, dan RM5, sedangkan pada perlakuan probiotik RM7 tidak berbeda dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik melalui pakan mampu menghasilkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada pakan dapat memperbaiki

pertambahan bobot tubuh, laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi pakan pada Penaeus vannamei (Wang 2007), rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) (Bagheriet al.2008) dan ikanLabeo rohita(Mohapatraet al.2011).

Probiotik yang berbeda memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas enzim. Aktivitas enzim protease, amilase dan lipase pada ikan Cyprinus carpio yang disuplementasi dengan probiotik Bacillus sp. menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan photosynthetic bacteria, namun suplementasi dengan gabungan kedua jenis probiotik tersebut menunjukkan aktivitas enzim pencernaan tertinggi (Wang & Xu 2006). Hasil serupa juga dilaporkan Wang (2007) untuk Penaeus vannamei. Model aksi dan efek menguntungkan dari probiotik dalam budidaya ikan adalah meningkatkan nilai nutrisi dari spesies inang melalui produksi dari penambahan enzim-enzim pencernaan serta pertumbuhan dan efisiensi pakan yang tinggi, melindungi intestinal dari gangguan dan menyerap faktor-faktor antinutrisi yang terdapat dalam bahan pakan (Verschuereet al. 2000; Ziaei-Nejadet al.2006; Mohapatraet al. 2011).

SIMPULAN

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri probiotik RM3, RM4, dan RM5 yang disuplementasikan ke dalam pakan mampu memodulasi mikroflora intestinal, sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim pencernaan. dan kinerja pertumbuhan ikan kerapu bebek. Pertambahan bobot biomassa, laju pertumbuhan harian, retensi protein dan retensi lemak pada perlakuan RM3, RM4, dan RM5 menunjukan hasil yang lebih tinggi, serta rasio konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan perlakuan RM7 dan kontrol.

4 KAJIAN KINERJA PERTUMBUHAN, AKTIVITAS ENZIM

Dokumen terkait