BAB III METODE PENELITIAN
H. Metode Analisa Data
Penelitian ini melakukan pengujian hipotesis menggunakan metode analisa statistika, yaitu analisis regresi (sederhana dan Moderated Regression Analysis atau MRA). Sebelum pengujian hipotesis, dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu, yaitu uji normalitas, uji linearitas, uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas.
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji asumsi klasik yang pertama adalah uji normalitas. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian variabel mempunyai distribusi normal. Uji one-sample Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menguji normalitas data penelitian. Data terdistribusi dengan normal jika nilai p > 0.05. Uji ini dikuatkan dengan kurva normalitas yang terbentuk.
b. Uji Linearitas
Pengujian linearitas adalah salah satu syarat untuk memenuhi salah satu asumsi analisis regresi linear. Pengujian ini mengharuskan adanya hubungan variabel tergantung
dan variabel bebas yang saling membentuk kurva linear. Kurva linear terjadi jika setiap
lkenaikan/penurunan variabel tergantungi. Uji linearitas menggunakan bantuan SPSS dengan menggunakan Compare Means Test for Linearity. Data dikatakan linear jika nilai signifikansi untuk kolom linearity kurang dari 0,05 (p < 0,05).
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitasa dilakukan untuk mengetahui apakah sesama variabel bebas berhubungan satu sama lain yang mendekati sempurna. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Linear Regression Statistics. Data dikatakan tidak mengalami multikolinearitas jika nilai VIF dan Tolerance pada Collinear Diagnostics yang mendekati 0.
d. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas merupakan varian residual yang tidak konsisten pada analisa regresi yang menyebabkan akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Kondisi ini dapat menyebabkan: (a) Penaksiran (estimator) yang diperoleh menjadi inefisien. Hal ini disebabkan oleh varians yang tidak efisien, dan (b) Kesalahan baku koefisien regresi menjadi terpengaruh hingga memberikan indikasi yang tidak benar. Dengan demikian koefisien determinasi menunjukkan daya penjelasan yang terlalu besar. Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Linear Regression Plot. Data dikatakan mengalami heteroskedastisitas apabila diagram pencar residual membentuk pola tertentu.
e. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan hubungan antar nilai yang dipisahkan satu sama lain dalam jangka waktu tertentu. Melalui uji autokorelasi diketahui ada atau tidaknya korelasi antar residual (prediction error) pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Syarat yang harus dipenuli dalam model regresi adalah tidak adanya
autokorelasi di dalamnya. Uji autokorelasi dilakukan menggunakan uji Durbin-Watson.
Jika DW di bawah -2 (DW < -2) maka terjadi autokorelasi positif. Tidak terjadi autokorelasi jika DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 < DW < +2.
5. Uji Hipotesis
Setelah terpenuhinya uji asumsi klasik, selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi (sederhana dan moderated regression analysis) untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dan untuk menguji efek moderasi dari variabel moderator, dengan menggunakan persamaan regresi berikut.
Persamaan:
Y = a + b1X ……… (1) Y = a + b1X + b2Z ……….. (2) Y = a + b1X + b2Z + b3XZ …………. (3) Keterangan:
Y = Keterikatan Kerja a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel independen Job Crafting terhadap variabel dependen Keterikatan Kerja
b2 = Koefisien regresi variabel independen Persepsi Dukungan Organisasi terhadap variabel dependen Keterikatan Kerja
b3 = Koefisien regresi interaksi variabel independen Job Crafting dan Persepsi Dukungan Organisasi terhadap variabel dependen Keterikatan Kerja
a. Pengujian Hipotesis I
Pengujian hipotesis I dapat diuji dengan menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (job crafting) terhadap variabel dependen (keterikatan kerja). Hipotesis I diterima jika memenuhi kriteria berikut ini:
1) Jika pada persamaan regresi (1) nilai probabilitas < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis I diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain terdapat pengaruh variabel independen (job crafting) terhadap variabel dependen (keterikatan kerja).
2) Jika persamaan regresi (1) nilai probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis I ditolak dan Ho diterima, dengan kata lain tidak terdapat pengaruh variabel independen (job crafting) terhadap variabel dependen (keterikatan kerja).
b. Pengujian Hipotesis II
Menurut Sharma, Durand dan Gur-Arie (1981) variabel moderator adalah variabel independen yang berfungsi menguatkan atau melemahkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Terdapat beberapa cara dalam menguji pengaruh dari variabel moderator, yaitu uji interaksi, uji selisih mutlak dan uji residual. Penelitian ini menggunakan uji interaksi dalam menguji pengaruh dari variabel moderator sesuai dengan metode pengujian yang dikemukakan oleh Frazier, Tix dan Baron (2004). Terdapat 4 jenis interpretasi pada hasil uji dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) (Sharma, Durand & Gur-Arie, 1981), yaitu:
1) Variabel intervening, exogen, anteseden atau prediktor: jika moderator (Z) berhubungan dengan dependen (Y) dan/atau independen (X) tetapi variabel Z tidak berinteraksi dengan independen (X). Dengan kata lain variabel moderator tersebut hanya dapat berperan sebagai variabel intervening, exogen, anteseden atau prediktor;
2) Moderator Homologizer: jika variabel moderator tidak berinteraksi dengan independen (X) dan tidak berhubungan secara signifikan baik dengan independen (X) maupun dengan dependen (Y);
3) Quasi Moderator: jika variabel moderator (Z) berfungsi sebagai variabel independen sekaligus berinteraksi dengan variabel independen lainnya (X);
4) Pure Moderator: apabila variabel moderator (Z) tidak berhubungan dengan dependen (Y) dan independen (X) tetapi berinteraksi dengan variabel independen (X).
Selanjutnya untuk memutuskan menerima atau menolak Hipotesis II dapat dibuktikan dengan melihat tabel uji t dan kriteria berikut:
1) Jika nilai probabilitas < 0,05 pada hasil interaksi XZ maka terdapat efek moderasi variabel moderator (persepsi dukungan organisasi) pada pengaruh variabel independen (job crafting) terhadap variabel dependen (keterikatan kerja). Kemudian selanjutnya melihat koefisien parameter pada interaksi XZ, jika bernilai positif maka variabel moderator memiliki efek memperkuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas < 0,05 dan koefisien parameter bernilai positif maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis II diterima. Sebaliknya jika nilai koefisien parameter negatif, maka variabel moderator memiliki efek memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis II ditolak dan Ho
diterima, dengan kata lain tidak terdapat efek moderasi variabel moderator (persepsi dukungan organisasi) pada pengaruh variabel independen (job crafting) terhadap variabel dependen (keterikatan kerja).
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan memberikan uraian tentang hasil penelitian. Hasil analisa data dan pembahasan dimulai dari uji asumsi klasik, kemudian interpretasi tentang hasil penelitian dan di akhir bab ini akan ditutup dengan pembahasan hasil penelitian.
A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah karyawan di PT. Bank Sumut Kantor Pusat. Berikut ini adalah gambaran umum mengenai karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja, dan pendidikan.
1. Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel gambaran sesuai dengan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa jumlah subjek terbanyak adalah laki-laki yaitu 198 orang (80,16%) sedangkan perempuan sebanyak 49 orang (19,84%).
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 198 80,16%
Perempuan 49 19,84%
Jumlah 247 100%
2. Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan aturan Undang-Undang Republik Indonesia, usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah usia 15 tahun – 64 tahun. Penelitian ini membagi usia subjek penelitian berdasarkan teori Super (1990). Berdasarkan Super (1990), menurut teori perkembangan karir pada usia 15-24 tahun adalah tahap exploration,
usia 25-44 tahun adalah tahap establishment dan usia 45-64 tahun adalah tahap maintenance. Berikut gambaran subjek penelitian berdasarkan usia:
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
15 – 24 tahun 6 2,4%
25 – 44 tahun 148 59,9%
45 – 64 tahun 93 37,6%
Jumlah 247 100%
3. Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Kaur dan Sandhu (2010) membagi masa kerja dalam tiga bagian yaitu early career stage (0-2 tahun), middle career stage (3-10 tahun) dan late career stage (>10 tahun). Berikut ini adalah gambaran subjek penelitian berdasarkan masa kerja yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah Persentase
0 – 2 tahun 8 3,2%
3 – 10 tahun 75 30,36%
> 10 Tahun 164 66,39%
Jumlah 247 100%
Berdasarkan tabel 4.3 masa kerja terbanyak yaitu di rentang > 10 tahun yaitu sebanyak 164 orang. Jumlah karyawan dengan masa kerja 3 – 10 tahun adalah sebanyak 75 orang dan yang paling rendah adalah 0 – 2 tahun yaitu 8 orang.
4. Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa subjek penelitian dengan tingkat pendidikan S1 memiliki sumbangan paling besar, yaitu sebanyak 205 orang (83,00%). Sementara subjek yang jumlahnya paling sedikit terdapat pada tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak 7 orang (2,83%). Berikut ini adalah gambaran subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
SMA 7 2,83%
D3 9 3,64%
S1 205 80,00%
S2 26 10,53%
Jumlah 247 100%
B. UJI ASUMSI
Sebelum peneliti melakukan pengujian hipotesis, peneliti perlu melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Penelitian ini akan menggunakan metode statistik dengan analisis regresi sederhana untuk pengujian hipotesis 1 dan analisis regresi berganda dengan Moderated Regression Analysis (MRA) khususnya dengan uji interaksi untuk pengujian hipotesis 2.
Terdapat beberapa uji asumsi yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan pengujian lebih lanjut, yaitu uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Berikut merupakan hasil dari uji asumsi yang telah dilakukan.
1. Uji Asumsi Normalitas
Penelitian ini menggunakan metode statistik Kolmogorov-Smirnov dalam melakukan uji asumsi normalitas. Berdasarkan hasil pengujian normalitas yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagaimana yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Uji Normalitas Model Regresi 1
N 247
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .33392021
Most Extreme Differences Absolute .045
Positive .045
Negative -.040
Kolmogorov-Smirnov Z .701
Asymp. Sig. (2-tailed) .709
Tabel 4.6 Uji Normalitas Model Regresi 2
N 247
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .32832668
Most Extreme Differences
Absolute .032
Positive .032
Negative -.031
Kolmogorov-Smirnov Z .504
Asymp. Sig. (2-tailed) .961
Berdasarkan hasil tabel 4.5 dan 4.6 di atas terlihat bahwa nilai signifikansi yang didapatkan pada model regresi 1 menunjukkan nilai 0,709 dan untuk model regresi 2 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,961. Berdasarkan nilai signifikansi yang didapatkan
pada kedua model regresi, maka disimpulkan bahwa data ketiga variabel tersebut terdistribusi normal dengan nilai P > 0,05 (Field, 2009).
2. Uji Asumsi Linearitas
Tujuan dilakukannya uji asumsi linearitas adalah untuk mengetahui apakah kedua variabel secara signifikan memiliki pengaruh yang linear atau tidak. Hasil uji asumsi linearitas pada variabel keterikatan kerja dengan job crafting dan persepsi dukungan organisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Uji Linearitas
Variabel Linearity
Keterikatan kerja * job crafting 0,000 Keterikatan kerja * persepsi dukungan
organisasi 0,000
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai signifikansi antara variabel job crafting dan keterikatan kerja sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa hubungan antara variabel job crafting dan keterikatan kerja linier. Pada variabel persepsi dukungan organisasi dan keterikatan kerja diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa hubungan antara variabel persepsi dukungan organisasi dan keterikatan kerja linier.
3. Uji Asumsi Multikolinearitas
Uji asumsi multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan linear antara variabel bebas dalam model regresi. Multikolinearitas dapat dideteksi dalam suatu model regresi jika nilai toleransi < 0,1 atau nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai VIF variabel job crafting bernilai 1,329 dan persepsi dukungan organisasi bernilai 1,197 dan
moderator (interaksi) adalah sebesar 1,263 dengan nilai tolerance masing-masing sebesar 0,752; 0,836; 0,792 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
Tabel 4.8 Uji Asumsi Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Job Crafting (X) .752 1.329
Persepsi Dukungan Organisasi (Z) .836 1.197
Moderator .792 1.263
4. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Uji asumsi lainnya yang harus terpenuhi adalah uji heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat ketidaksamaan varians pada model regresi. Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan linear regression plot.
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Regresi 2
Pada grafik di atas, terlibat bahwa titik tersebar secara acak atau tidak membentuk suatu pola tertentu dan juga dapat dilihat bahwa titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi penelitian berikut.
5. Uji Asumsi Autokorelasi
Uji asumsi autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Penelitian ini menggunakan Durbin Watson dalam menguji autokorelasi.
Tabel 4.9 Uji Asumsi Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .877a .769 .766 .33035 1.399
Berdasarkan hasil uji autokorelasi yang tertera pada tabel di atas diperoleh nilai Durbin-Watson (d) yaitu sebesar 1,432. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi. Ini didasari oleh pernyataan Field (2009) yang menyatakan data yang dikatakan bebas dari autokorelasi jika memiliki nilai diantara 1 dan 3.
C. KATEGORISASI DATA PENELITIAN
Tabel 4.10 berikut ini adalah deskriptif statistik dari variabel-variabel penelitian ini.
Tabel 4.10 Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik
Variabel Mean Empirik Mean Hipotenik
Mean SD Mean SD
Job Crafting 3,9001 0,65427 3 0,6667
Keterikatan kerja 3,6710 0,68325 3 0,6667 Persepsi Dukungan Organisasi 3,4804 1,23504 3 0,6667
Azwar (2000) menyatakan bahwa kategorisasi ini dilakukan atas dasar pada asumsi bahwa skor subyek penelitian terdistribusi normal. Norma kategorisasi data penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.11 Norma Kategorisasi Penelitian Rentang Nilai Kategorisasi
X < (𝜇 – 1,0 SD) Rendah
(𝜇 – 1,0 SD) ≤ X ≤ (𝜇 + 1,0 SD) Sedang
X > (𝜇 + 1,0 SD) Tinggi
Tabel 4.12 Kategorisasi Keterikatan kerja Kategorisasi Jumlah Persentasi (%)
Rendah 24 9,72%
Sedang 59 23,89%
Tinggi 164 66,39%
Jumlah 247 100
Tabel 4.13 Kategorisasi Job Crafting Kategorisasi Jumlah Persentasi (%)
Rendah 12 4,86%
Sedang 46 18,62%
Tinggi 189 76,52%
Jumlah 247 100
Tabel 4.14 Kategorisasi Persepsi Dukungan Organisasi Kategorisasi Jumlah Persentasi (%)
Rendah 57 23,08%
Sedang 25 10,12%
Tinggi 165 66,80%
Jumlah 247 100
D. HASIL PENELITIAN
Setelah terpenuhinya uji asumsi klasik selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan metode statistik yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu uji regresi sederhana untuk menguji hipotesis 1 dan Moderated Regression Analysis (MRA) untuk menguji hipotesis 2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS. Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan.
1. Hasil Uji Hipotesis 1
Pada bagian berikut akan dipaparkan pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja pada karyawan Bank Sumut Kantor Pusat. Berikut adalah model regresi yang akan diuji:
Y = a + b1X ……… (1)
Untuk menentukan apakah hipotesis 1 diterima atau tidak maka dilakukan analisis regresi sederhana dengan hasil yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Model 1 tingkat signifikansi (p) = 0,000. Jika nilai p < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa persamaan regresi yang digunakan dinyatakan memenuhi syarat goodness of fit (Field, 2009). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang besaran pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.16 Sumbangan Efektif Variabel Job Crafting Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .872a .761 .760 .33460
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, koefisien determinan (R-square) adalah sebesar 0,761.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja pada karyawan Bank Sumut Kantor Pusat adalah sebesar 76,1% sedangkan sisanya sebesar 23,9%
dipengaruhi atau dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian ini.
Tabel 4.17 Hasil Koefisien Regresi Model 1
Model
Berdasarkan tabel 4.17, diperoleh nilai beta sebesar 0,911 dengan nilai t sebesar 27,942 dan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel job crafting memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keterikatan kerja.
Persamaan regresi yang didapatkan berdasarkan tabel di atas adalah Y = 0,118 + 0,911 X, yang mana artinya jika variabel job crafting bernilai 1, maka keterikatan kerja bernilai 0,911.
2. Hasil Uji Hipotesis 2
Hipotesis kedua yang diajukan pada penelitian ini adalah persepsi dukungan organisasi dapat menguatkan pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja. Peneliti menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) dengan metode interaksi dalam menguji efek moderasi pada penelitian ini. Berikut adalah model regresi yang diuji:
Y = a + b1X ……… (1) Y = a + b1X + b2Z ……….. (2) Y = a + b1X + b2Z + b3XZ …………. (3)
Hasil pengujian dengan menggunakan MRA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.18 Regresi Moderasi
Berdasarkan hasil uji moderasi pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel moderator tidak dapat memoderasi pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Maka dinyatakan bahwa hipotesis 2 ditolak, yang artinya dengan kata lain variabel persepsi dukungan organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja.
E. PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja dan pengaruh persepsi dukungan organisasi sebagai moderator. Berdasarkan model JD-R (Tims, Bakker & Derks, 2012), penelitian ini menguji apakah job crafting berpengaruh secara positif terhadap keterikatan kerja dan apakah persepsi dukungan organisasi dapat meningkatkan pengaruh tersebut. Penelitian ini melibatkan 247 karyawan di Bank Sumut Kantor Pusat. Penemuan utama dalam penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja dan ditemukan bahwa persepsi dukungan organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja.
Pertama, berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif job crafting terhadap keterikatan kerja (hipotesis 1). Semakin tinggi frekuensi job crafting maka keterikatan kerja karyawan akan semakin tinggi. Job crafting memiliki sumbangan efektif yang tinggi yaitu sebesar 76,1%
terhadap keterikatan kerja. Karyawan yang mampu mengorganisir pekerjaannya secara mandiri merasa memiliki otonomi dalam pekerjaannya yang dapat mengarahkan pada perasaan positif di tempat kerja. Hal ini didukung dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa job crafting, yang merupakan salah satu tindakan proaktif, mampu menghasilkan emosi positif pada karyawan yang mana dapat meningkatkan keterikatan karyawan terhadap pekerjaannya (Petrou, Demerouti, Peeters, Schaufeli & Hetland, 2012;
Bakker, Rodriguez-Munoz & Sanz Vergel, 2015; De Beer, Tims & Bakker, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa job crafting merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong keterikatan kerja karyawan di Bank Sumut Kantor Pusat. Jika ditinjau berdasarkan data kategorisasi, yaitu sebanyak 189 karyawan atau setara dengan 76,52%
karyawan berada pada kategori tinggi dalam frekuensi melakukan job crafting. Dengan kata lain banyak dari karyawan Bank Sumut yang aktif dan memiliki inisiatif yang tinggi untuk melakukan perubahan pada aspek kerjanya. Hal tersebut juga diikuti dengan tingginya persentasi jumlah karyawan yang memiliki keterikatan kerja yang tinggi, yaitu sebesar 66,39%. Hal ini sejalan dengan penelitian Siddiqi (2015) yang menunjukkan ketika karyawan terlibat dalam job crafting, maka mereka akan melakukan perubahan pada sumber daya pekerjaan dan tuntutan pekerjaan yang memicu proses motivasi yang diasumsikan oleh model JD-R meningkatkan keterlibatan kerja. Peluang karyawan Bank Sumut Kantor Pusat untuk melakukan job crafting dapat dicapai melalui program-program pengembangan diri yang diberikan oleh Bank Sumut, seperti coaching, pelatihan, ajang inovasi, proyek kerjasama antar divisi dan sebagainya (Wawancara Personal, 2019). Menurut Wrzesniewski dan Dutton (2001) bahwa motivasi karyawan untuk melakukan job crafting akan semakin meningkat jika mereka melihat adanya peluang untuk melakukan job crafting.
Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan karyawan Bank Sumut Kantor Pusat mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan persentasi sebesar 80,16%.
Jika ditinjau berdasarkan data kategorisasi yang menunjukkan tingginya jumlah karyawan yang berada pada frekuensi tinggi dalam melakukan job crafting dan gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan kemungkinan terdapat efek dari jenis kelamin terhadap perilaku job crafting. Berdasarkan penelitian Daly (2019) tentang gender dan job crafting, penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perbedaan gender dalam melakukan job crafting. Daly (2019) menyatakan bahwa peluang untuk melakukan job crafting secara rutin lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini didukung oleh pernyataan Bakker,
dkk (2012) bahwa perilaku job crafting lebih terlihat pada orang yang mengekspresikan maskulinitas, hal ini mungkin disebabkan hubungan yang melekat antara proaktivitas dan otonomi.
Gambaran subjek yang ditinjau berdasarkan usia menunjukkan bahwa kelompok usia yang paling banyak di Bank Sumut Kantor Utama adalah usia 25-44 tahun yaitu sebesar 59,9%. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa usia dapat mempengaruhi frekuensi dan jenis job crafting yang dilakukan oleh karyawan (Baroudi & Khapova, 2016). Penelitian Baroudi dan Khapova (2016) menyatakan bahwa secara garis besar karyawan yang berada pada kategori muda (usia 44 tahun ke bawah) cenderung lebih aktif dalam melakukan ketiga dimensi job crafting (task, relational dan cognitive crafting) dibandingkan dengan karyawan dengan usia 45 tahun ke atas. Hal ini memungkinkan bahwa tingginya job crafting dan keterikatan kerja karyawan di Bank Sumut Kantor pusat terkait dengan data demografis seperti usia dan jenis kelamin. Namun untuk itu diharapkan peneliti lain dapat melakukan analisa lebih lanjut terkait dengan data demografis tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata persepsi dukungan organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh job crafting terhadap keterikatan kerja, dengan kata lain hipotesis 2 ditolak. Jika ditinjau berdasarkan pengaruhnya terhadap variabel tergantung, dalam penelitian ini persepsi dukungan organisasi bertindak sebagai variabel independen.
Perlu menelaah kembali terkait dengan motivasi karyawan dalam melakukan job crafting untuk mengetahui lebih lanjut mengapa dalam penelitian berikut persepsi organisasi tidak dapat berperan sebagai moderator. Menurut Wrzesniewski dan Dutton (2001), motivasi utama karyawan dalam melakukan job crafting terkait dengan 3 kebutuhan individu. Pertama, karyawan melakukan job crafting untuk memperoleh kontrol atas pekerjaan mereka agar terhindar dari rasa asing akan pekerjaan tersebut. Kedua, karyawan termotivasi untuk menciptakan citra diri (self-image) yang positif dalam bekerja. Ketiga, job crafting
memungkinkan karyawan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya terkait dengan hubungannya dengan orang lain.
Kebutuhan karyawan akan kontrol pada pekerjaannya membuat karyawan tertarik untuk melakukan job crafting. Menurut Adler (1930), keinginan untuk memiliki kontrol bahkan untuk hal yang kecil sekalipun merupakan kebutuhan intrinsik manusia. Dalam konteks pekerjaan, hal tersebut membuat karyawan berusaha untuk memiliki kontrol atas pekerjaannya yang dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada aspek-aspek tertentu pada pekerjaannya. Wrzesniewski dan Dutton (2001) menyatakan bahwa bahkan dalam pekerjaan yang memiliki autonomi yang rendah karyawan tetap dapat melakukan job crafting seperti meningkatkan kompetensinya dalam bekerja, mengubah aspek kecil dalam pekerjaannya, sebab hal tersebut merupakan kebutuhan dasar dari seorang manusia. Oleh sebab itu, hal tersebut sesuai dengan teori job crafting yang menyatakan bahwa sifat dasar dari job crafting adalah perilaku yang dilakukan karyawan secara mandiri. Perilaku job crafting dapat dilakukan oleh karyawan dengan atau tanpa adanya dukungan dari organisasi.
Kebutuhan karyawan akan kontrol pada pekerjaannya membuat karyawan tertarik untuk melakukan job crafting. Menurut Adler (1930), keinginan untuk memiliki kontrol bahkan untuk hal yang kecil sekalipun merupakan kebutuhan intrinsik manusia. Dalam konteks pekerjaan, hal tersebut membuat karyawan berusaha untuk memiliki kontrol atas pekerjaannya yang dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada aspek-aspek tertentu pada pekerjaannya. Wrzesniewski dan Dutton (2001) menyatakan bahwa bahkan dalam pekerjaan yang memiliki autonomi yang rendah karyawan tetap dapat melakukan job crafting seperti meningkatkan kompetensinya dalam bekerja, mengubah aspek kecil dalam pekerjaannya, sebab hal tersebut merupakan kebutuhan dasar dari seorang manusia. Oleh sebab itu, hal tersebut sesuai dengan teori job crafting yang menyatakan bahwa sifat dasar dari job crafting adalah perilaku yang dilakukan karyawan secara mandiri. Perilaku job crafting dapat dilakukan oleh karyawan dengan atau tanpa adanya dukungan dari organisasi.